Disusun oleh :
Kelompok 3/OFF J
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan energi semakin meningkat dan tidak dapat
dihindari dari kehidupan masyarakat. Cadangan bahan bakar minyak di Indonesia semakin
hari semakin menipis dan diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun lagi.
Saat ini, kelangkaan pasokan energi sering terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kelangkaan tersebut meliputi pasokan BBM, gas, batubara dan energi listrik.Menipisnya
cadangan minyak bumi yang merupakan energi yang tidak dapat diperbarui membuat
munculnya berbagai energi alternatif salah satunya yaitu biodiesel. Biodiesel adalah bahan
bakar alternatif untuk mesin, motor, ataupun diesel yang terbuat dari minyak nabati seperti
minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak serta minyak jelantah. Biodiesel diyakini
sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan tidak mengandung belerang sehingga
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Biodiesel dapat dibuat melalui beberapa
proses seperti proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses transesterifikasi digunakan
untuk bahan baku berupa trigliserida seperti minyak jelantah sedangkan proses esterifikasi
digunakan untuk bahan baku berupa lemak.
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Esterifikasi dan Transesterifikasi pada Pembuatan Biodiesel” ini sebagaimana
mestinya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr.
Aman Santoso, M.Si. dalam mata kuliah “Pengantar Energi Terbarukan” dalam program studi
Kimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang energi
terbarukan berbasis kimia bagi pembaca beserta penulis.
Pada kesempatan kali ini, kami hendak mengucapkan terima kasih kepada segenap
rekan dan semua pihak yang telah membantu, baik moral maupun material, dalam proses
pembuatan makalah kali ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Aman
Santoso, M.Si. , selaku dosen mata kuliah “Pengantar Energi Terbarukan” yang telah memberi
yang tugas makalah ini sehingga dapat menambah gerbang wawasan serta pengetahuan yang
baru serta sesuai dengan bidang studi yang sedang kami tekuni saat ini.
Kami telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Namun kami
menyadari bahwa makalah ini tidak akan luput dari kekurangan maupun kesalahan. Kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan serta perbaikan makalah
ini, sehingga dapat menjadi evaluasi bagi kami agar dapat lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
RINGKASAN.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Biodiesel ...................................................................................................... 3
2.2. Bahan Baku Biodiesel ................................................................................................... 3
2.3. Proses Pengolahan Biodiesel ......................................................................................... 7
2.3.1. Esterifikasi .............................................................................................................. 7
2.3.2. Transesterifikasi ...................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
3.2. Saran ........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini di antaranya :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biodiesel.
2. Mengetahui bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel.
3. Mengetahui proses pengolahan biodiesel menggunakan esterifikasi dan
transesterifikasi.
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
proses pengolahan biodiesel menggunakan esterifikasi dan transesterifikasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Minyak nabati dalam pemanfaatannya mempunyai beberapa keunggulan seperti,
sumbernya mudah didapat, dalam proses pembuatan biodiesel relatif mudah dan cepat,
serta tingkat konversi pada minyak nabati menjadi biodiesel mencapai sekitar 95%.
Komposisi minyak nabati sangatlah beragam jenis dan hal ini ditentukan berdasarkan sifat
fisiko-kimia minyak nabati itu sendiri. Pada umumnya zat penyusun lemak (hewani
/nabati) adalah trigliserida (triester glycerol) dengan asam lemak (C8-C24). Berikut sifat
fisiko-kimia minyak nabati.
4
Gambar 3. Minyak Kelapa
Hal tersebut bertujuan agar kandungan alami, seperti senyawa phenolic, tidak
hilang atau rusak. Senyawa phenolic berperan sebagai antioksidan. Selain itu,
senyawa dalam minyak kelapa seperti asam laurat, kaprilat, dan kaprat, dapat
mendukung pertumbuhan probiotik di dalam saluran pencernaan yang berfungsi
untuk melawan bakteri jahat.
Alasan minyak kelapa sangat cocok dijadikan biodiesel, karena minyak
kelapa memiliki kandungan ester sangat tinggi dibanding minyak diesel itu sendiri,
memiliki sifat pembakaran yang baik dan ramah lingkungan (Ma dan Hanna, 1999).
5
c. Minyak Jarak
Minyak jarak adalah minyak yang berasal dari biji tanaman jarak yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai hal. Selama ini, masyarakat Indonesia hanya
mengetahui manfaat jarak sebagai pagar hidup dan tanaman obat saja.
Minyak jarak memiliki kandungan asam lemak oleat dan linoleat. Minyak ini
dapat dihasilkan dengan mengekstrak biji jarak menggunakan pengepresan mekanik.
Biasanya sebelum dijadikan biodiesel, minyak jarak ini akan dibersihkan dari getah,
residu ataupun senyawa pengotor lainnya.
Tanaman jarak ini paling prospektif dijadikan biodiesel dikarenakan relatif
mudah ditanam, cocok di berbagai macam tanah dan iklim, memproduksi minyak
yang tinggi, serta minyak yang dihasilkan tidak bisa dikonsumsi manusia sehingga
tidak menimbulkan persaingan dengan minyak pangan lainnya.
d. Minyak Jelantah
Minyak jelantah yaitu minyak goreng bekas yang berasal dari minyak kelapa
maupun minyak sawit. Minyak jelantah tidak sehat jika digunakan kembali untuk
memasak karena banyak mengandung asam lemak bebas dan radikal yang bisa
membahayakan kesehatan. Minyak jelantah ini jika melakukan penggorengan
kembali akan mengeluarkan busa atau berasap. Minyak ini biasanya akan
meninggalkan warna coklat setelah penggorengan. Di Indonesia, ketersediaan
minyak jelantah sangatlah melimpah. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak jelantah
sebagai bahan baku biodiesel akan memberikan nilai tambah, seperti mengurangi
limbah di Indonesia.
6
Walaupun biaya konversi biodiesel berbahan baku minyak jelantah lebih
besar daripada yang berbahan minyak kelapa sawit, namun harga indeks produksi
(HIP) minyak jelantah lebih rendah daripada HIP minyak kelapa sawit. Dari bidang
kesehatan, produksi biodiesel ini dapat mengurangi alokasi penggunaan minyak
jelantah yang didaur ulang untuk bahan masakan. Hal ini, secara tidak sengaja dapat
mengurangi risiko meningkatnya kadar racun pada makanan. Jika dari bidang
lingkungan, biodiesel minyak jelantah ini bisa berdampak positif terhadap
pengurangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
2.3.1. Esterifikasi
Esterifikasi merupakan tahap konversi dari asam lemak menjadi metil ester.
Proses ini mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis yang cocok adalah
asam kuat misalnya asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar anion
asam kuat. Tetapi tidak direkomendasikan untuk penggunaan katalis berkarakter
asam kuat karena sifatnya korosif terhadap peralatan.
Alkil alkanoat/ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus -
COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuah
gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil seperti
metil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzene seperti fenil.
Ester yang terdapat dari alam yang terbuat dari asam karboksilat berantai
panjang dan alkohol berantai panjang disebut lilin. Kebanyakan bahan yang disebut
lilin biasanya adalah campuran dua ester atau lebih dan zat-zat lain. Campuran
semacam itu merupakan zat padat yang mudah meleleh, dan jangkah leleh yang lebar
(40-90 C). Bila dicampur dengan pelarut organik tertentu, dapatlah mudah dioleskan
sebagai larutan pelindung. Misalnya, camauba wax digunakan secara meluas sebagai
pemoles mobil dan lantai.
Adapun minyak dan lemak hewani dan nabati merupakan ester yang besar
dan rumit. Perbedaan antara sebuah lemak (seperti mentega) dengan sebuah minyak
(seperti minyak bunga matahari) hanya pada titik leleh campuran ester yang
dikandungnya. Jika titik leleh dibawah suhu kamar, maka ester akan berwujud cair
yakni minyak. Jika titik leleh diatas suhu kamar, ester akan berwujud padatan yakni
lemak.
Reaksi dapat berlangsung lebih sempurna pada temperatur rendah (misalnya
paling tinggi 120oC ), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat
berlebih (lebih besar dari 10 kali nisbah stoikiometri) dan air produk ikutan reaksi
7
harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Dengan melalui kombinasi-
kombinasi yang tepat dari kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, konversi yang
sempurna dari asam-asam lemak menjadi metil ester dapat dituntaskan dalam waktu
1 sampai beberapa jam. Pada dasarnya reaksi ini terbagi menjadi 3 yang terdiri dari:
Dalam pembuatan biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi,
dapat dilakukan dengan menggunakan proses esterifikasi. Pada tahap ini, asam
lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Sebelum produk esterifikasi
diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang
dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu (Hikmah, 2010).
8
2.3.2. Transesterifikasi
Transesterifikasi merupakan suatu proses pergantian alkohol dari suatu gugus
ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam-asam lemak ke dalam
bentuk ester sehingga menghasilkan alkil ester. Proses tersebut dikenal sebagai
proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi yang biasanya berjalan
lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis (Indah, 2011). Reaksi
transesterifikasi terjadi karena alkohol pada trigliserida mengalami substitusi dengan
alkohol monohidrat (metanol) sehingga terbentuk metil ester dan gliserol.
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah
metanol, namun dapat juga etanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan
juga kandungan air dalam alkohol. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi
hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida
tinggi (Rahayu, 2005).
Selain itu pada proses transesterifikasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Suhu reaksi
Reaksi transesterifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai suhu, tergantung
dari jenis trigliserida yang digunakan. Pada umumnya jika suhu semakin tinggi,
maka laju reaksi juga akan semakin cepat. Suhu konversi trigliserida tidak terlalu
berpengaruh dalam reaksi ini. Suhu reaksi yang sering digunakan dalam berbagai
penelitian diantara 20-80 ⁰C memberikan konversi biodiesel sampai 94%
kelarutan gliserida dalam alkohol. Dimana suhu reaksi semakin tinggi, konstanta
laju reaksi (k) semakin besar, sehingga laju reaksi semakin besar. Semakin tinggi
suhu reaksi, konversi reaksi semakin tinggi karena molekul yang bergerak dalam
larutan memiliki sejumlah energi potensial dalam ikatan-ikatan dan sejumlah
tambahan energi kinetik yang mana energi kinetik akan bertumbukan dan menjadi
energi potensial. Semakin besar energi potensial maka semakin mudah molekul
melewati keadaan transisi dan reaksi terjadi semakin cepat.
c. Katalis
Kecepatan reaksi pada proses transesterifikasi dapat dipengaruhi oleh adanya
penggunaan katalis asam atau basa. Katalis basa merupakan katalis yang paling
sering digunakan dalam proses ini. Penggunaan katalis NaOH 1 % (berat) rasio
molar minyak kedelai terhadap metanol 1:6 menghasilkan konversi biodiesel 93-
9
98% sedangkan menggunakan katalis asam H2SO41% (berat) menghasilkan
konversi 55-60%. (Freedman, 1984).
d. Lama reaksi
e. Kehadiran udara
Dapat menggunakan katalis basa kuat yang lebih murah dan tidak korosif
sedangkan untuk proses esterifikasi menggunakan asam kuat yang bersifat
sangat korosif.
Produk yang dihasilkan tidak hanya berupa air tapi juga gliserol yang juga
digunakan sebagai bahan baku pada industri lain serta memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
Waktu reaksi relatif pendek sekitar 30-60 menit sedangkan untuk proses
esterifikasi waktu reaksinya lama berkisar 2 jam.
Konversi dan yield yang dihasilkan tinggi sedangkan untuk proses esterifikasi
rendah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Biodiesel dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil
(solar). Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang bersifat ramah lingkungan. Contoh
bahan baku biodiesel diantaranya minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak
jelantah, dan lain sebagainya.
Pembuatan biodiesel bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan proses
esterifikasi dan transesterifikasi. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan alkohol. Sedangkan reaksi
transesterifikasi merupakan reaksi pergantian alkohol dengan mengubah trigliserida
menjadi ester.
Pemanfaatan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti solar memiliki beberapa
keunggulan diantaranya mengurangi dampak kerusakan lingkungan seperti emisi gas
pembakarannya lebih rendah dibandingkan emisi bahan bakar solar sehingga
menghasilkan tingkat polusi yang lebih rendah.
3.2. Saran
Penggunaan biodiesel sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil yang
ramah lingkungan perlu mendapatkan dukungan penuh. Sosialisasi mengenai bahan bakar
biodiesel ini, perlu digencarkan agar masyarakat mulai mengenal dan terbiasa
menggunakan bahan alternatif ini dalam kehidupan sehari-hari.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ma, F., Hanna, M.A. (1999). Biodiesel production: a review. Bioresour. Technol. 70, 1-15.
Hambali, Erliza; Mujdalifah, Siti; Armansyah. 2007. Teknologi Bioenergi. Ciganjur: PT
Agromedia Pustaka
Syafriani, Dewi. 2008. Penggunaan Sumber Daya Alam Nabati Sebagai Bahan Dasar
Alternatif Pembuatan Biodiesel. Medan: Pendidikan Kimia. Universitas Negeri Medan
Elma, Muthia; Suhendra, Satria Anugrah; Wahyuddin. 2016. Proses Pembuatan Biodiesel dari
Campuran Minyak Kelapa dan Minyak Jelantah. Banjarbaru: Teknik Kimia. Universitas
Lambung Mangkurat
Haryanto, Agus; Silviana, Ully; Triyono, Sugeng; Prabawa, Sigit. 2015. Produksi Biodiesel
dari Transesterifikasi Minyak Jelantah dengan Bantuan Gelombang Mikro: Pengaruh
Intensitas Daya dan Waktu Reaksi Terhadap Rendemen dan Karakteristik Biodiesel.
Bandar Lampung: Jurusan Teknik Pertanian. Universitas Lampung
Efendi, Rian; Aulia, Nur Faiz Husna; Firdaus, Enrie Risky. 2018. Pembuatan Biodiesel Minyak
Jelantah Menggunakan Metode Esterifikasitransesterifikasi Berdasarkan Jumlah
Pemakaian Minyak Jelantah. Subang: Jurusan Pemeliharaan Mesin. Politeknik Negeri
Subang
Pratiwi, A. (n.d.). Prarancangan pabrik Metil Ester dari Minyak Jarak Pagar dan Metanol.
Retrieved September 15, 2021 from http://eprints.ums.ac.id/47477/19/BAB%20I.pdf
12