Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ESTERIFIKASI DAN TRANSESTERIFIKASI PADA


PEMBUATAN BIODIESEL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Energi Terbarukan

Dosen pengampu : Dr. Aman Santoso, M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 3/OFF J

Annisa Salwa Syahida (210332626461)


Fakhzah Aliifatudz Dzakirah (210332626412)
Mohammad Ihya' Ulumuddin (210332626440)
Najwa Nathania (210332626465)
Salsabiil Ummi Nazhiiroh (210332626415)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S1 KIMIA
2021
RINGKASAN

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan energi semakin meningkat dan tidak dapat
dihindari dari kehidupan masyarakat. Cadangan bahan bakar minyak di Indonesia semakin
hari semakin menipis dan diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun lagi.
Saat ini, kelangkaan pasokan energi sering terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kelangkaan tersebut meliputi pasokan BBM, gas, batubara dan energi listrik.Menipisnya
cadangan minyak bumi yang merupakan energi yang tidak dapat diperbarui membuat
munculnya berbagai energi alternatif salah satunya yaitu biodiesel. Biodiesel adalah bahan
bakar alternatif untuk mesin, motor, ataupun diesel yang terbuat dari minyak nabati seperti
minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak serta minyak jelantah. Biodiesel diyakini
sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan tidak mengandung belerang sehingga
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan. Biodiesel dapat dibuat melalui beberapa
proses seperti proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses transesterifikasi digunakan
untuk bahan baku berupa trigliserida seperti minyak jelantah sedangkan proses esterifikasi
digunakan untuk bahan baku berupa lemak.

Kata Kunci : Biodiesel, minyak nabati, esterifikasi, transesterifikasi

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Esterifikasi dan Transesterifikasi pada Pembuatan Biodiesel” ini sebagaimana
mestinya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr.
Aman Santoso, M.Si. dalam mata kuliah “Pengantar Energi Terbarukan” dalam program studi
Kimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang energi
terbarukan berbasis kimia bagi pembaca beserta penulis.
Pada kesempatan kali ini, kami hendak mengucapkan terima kasih kepada segenap
rekan dan semua pihak yang telah membantu, baik moral maupun material, dalam proses
pembuatan makalah kali ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Aman
Santoso, M.Si. , selaku dosen mata kuliah “Pengantar Energi Terbarukan” yang telah memberi
yang tugas makalah ini sehingga dapat menambah gerbang wawasan serta pengetahuan yang
baru serta sesuai dengan bidang studi yang sedang kami tekuni saat ini.
Kami telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Namun kami
menyadari bahwa makalah ini tidak akan luput dari kekurangan maupun kesalahan. Kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan serta perbaikan makalah
ini, sehingga dapat menjadi evaluasi bagi kami agar dapat lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan kedepannya.

Malang, 10 September 2021


Penulis

ii
DAFTAR ISI

RINGKASAN.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Biodiesel ...................................................................................................... 3
2.2. Bahan Baku Biodiesel ................................................................................................... 3
2.3. Proses Pengolahan Biodiesel ......................................................................................... 7
2.3.1. Esterifikasi .............................................................................................................. 7
2.3.2. Transesterifikasi ...................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
3.2. Saran ........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sifat-Sifat Minyak Nabati ....................................................................................... 4


Gambar 2. Sifat-Sifat Minyak Nabati (2) ................................................................................. 4
Gambar 3. Minyak Kelapa ....................................................................................................... 5
Gambar 4. Minyak Sawit ......................................................................................................... 5
Gambar 5. Minyak Jarak .......................................................................................................... 6
Gambar 6. Minyak Jelantah ..................................................................................................... 6
Gambar 7. Reaksi Esterifikasi .................................................................................................. 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring berjalannya waktu, kebutuhan energi semakin meningkat dan tidak dapat
dihindari dari kehidupan masyarakat. Peningkatan ini akan terus terjadi seiring dengan
meningkatnya populasi manusia, aktivitas industri, dan kemajuan teknologi transportasi.
Salah satu sumber energi yang sering kita gunakan adalah minyak bumi yang berasal dari
fosil. Cadangan bahan bakar minyak di Indonesia semakin hari semakin menipis dan
diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun lagi. Saat ini, kelangkaan
pasokan energi sering terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Kelangkaan tersebut
meliputi pasokan BBM, gas, batubara dan energi listrik (Yunizurwan, 2007).
Menipisnya cadangan minyak bumi yang merupakan energi yang tidak dapat
diperbarui membuat munculnya berbagai energi alternatif salah satunya yaitu biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin, motor, ataupun diesel. Biodiesel
tergolong bahan bakar yang dapat diperbaharui karena bahan bakunya berasal dari bahan
alam dan dapat diperbarui dengan cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
Pembuatan biodiesel sangat diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil seperti minyak bumi.
Biodiesel memiliki sifat fisis yang hampir sama dengan minyak solar oleh karenanya
biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan bermesin
diesel. Bahan biodiesel berupa ester metil asam lemak yang terbuat dari minyak nabati
atau lemak hewani. Bahan baku biodiesel yang mengandung minyak nabati terdiri dari
berbagai jenis diantaranya dari tanaman jarak, minyak goreng bekas atau jelantah, sawit,
randu dan lainnya.
Biodiesel diyakini sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan tidak
mengandung belerang sehingga meminimalisir dampak kerusakan lingkungan.
Penggunaan biodiesel tidak menambah jumlah gas karbon dioksida karena bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan atau nabati sehingga menghasilkan tingkat polusi yang lebih rendah
daripada solar. Biodiesel dapat dibuat melalui beberapa proses seperti proses esterifikasi
dan transesterifikasi. Proses transesterifikasi digunakan untuk bahan baku berupa
trigliserida seperti minyak jelantah sedangkan proses esterifikasi digunakan untuk bahan
baku berupa lemak.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah di antaranya :
1. Apakah yang dimaksud dengan biodiesel?
2. Apa saja bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel?
3. Bagaimana proses pengolahan biodiesel menggunakan esterifikasi dan
transesterifikasi?

1
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini di antaranya :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan biodiesel.
2. Mengetahui bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel.
3. Mengetahui proses pengolahan biodiesel menggunakan esterifikasi dan
transesterifikasi.

1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
proses pengolahan biodiesel menggunakan esterifikasi dan transesterifikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Biodiesel


Biodiesel merupakan sebuah bahan energi alternatif yang ramah lingkungan dan
digunakan sebagai pengganti bahan bakar solar. Biodiesel ini, terdiri dari campuran mono-
alkyl ester dari rantai panjang asam lemak. Produksi biodiesel ini bersifat sustainable,
dikarenakan bahan baku biodiesel terbuat dari minyak nabati yang bersifat ramah
lingkungan dan dapat diperbarui.
Penggunaan biodiesel memiliki berbagai manfaat dan keunggulan seperti dapat
mengurangi pencemaran polusi udara, mengurangi limbah yang ada di lingkungan sekitar,
ketika dipakai tidak mengeluarkan asap hitam berupa karbon atau CO2, tidak mengandung
racun di dalamnya sehingga aman dalam penyimpanan transportasi serta dalam
pembuatannya tidak memerlukan teknologi yang tinggi. Sayangnya biodiesel ini juga
memiliki kelemahan yaitu kurang cocok digunakan pada beberapa mesin diesel modern
seperti Bayerische Motoren Werke (BMW) dan Mercedes-Benz.
Pada awalnya, penggunaan biodiesel dimulai dari Rudolf Diesel pada tahun 1893. Ia
mencoba menggerakkan mesin diesel ciptaannya, mulai dari coal dust sampai minyak
nabati, demi mencari alternatif bahan bakar. Mesin ciptaannya pun mulai dipamerkan di
World’s Fair 1900 di Paris, Perancis. Pada saat itu, karya Rudolf Diesel diapresiasi
pengunjung gelaran yang juga ikut menampilkan pencapaian negara-negara di dunia.
Lalu di era 70-an, mulai munculnya isu krisis minyak dunia, sehingga para peneliti
secara serius mulai memperbincangkan dan mengembangkan biodiesel. Akhirnya
biodiesel semakin masif dikembangkan, dikarenakan energi fosil dianggap memberi
pengaruh buruk bagi lingkungan sekaligus memiliki sifat yang tak bisa diperbarui. Jika
para ilmuwan tidak berusaha menemukan bahan bakar alternatif, maka bahan bakar di
dunia ini akan musnah, oleh karena itu dikembangkanlah berbagai jenis biodiesel demi
perkembangan bahan bakar di masa depan nanti.
Biodiesel memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan
dimuka bumi ini. Pasalnya biodiesel merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan
selain itu juga biodiesel juga memiliki banyak keunggulan lain diantaranya dapat terurai,
mampu mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas bahan bakunya terjamin dan yang
tidak kalah penting adalah biodiesel ini dapat diperbarui. Biodiesel memiliki kandungan
senyawa sulfur dan aromatik yang lebih rendah daripada bahan bakar diesel sehingga
emisi gas berbahaya hasil pembakarannya lebih rendah daripada emisi bahan bakar diesel
turunan minyak bumi.

2.2. Bahan Baku Biodiesel


Dalam pembuatan suatu produk, kita memerlukan yang namanya bahan baku atau
barang mentah. Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman hayati dari Sabang
sampai Merauke, karena letaknya yang strategis sehingga keanekaragaman ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel.

3
Minyak nabati dalam pemanfaatannya mempunyai beberapa keunggulan seperti,
sumbernya mudah didapat, dalam proses pembuatan biodiesel relatif mudah dan cepat,
serta tingkat konversi pada minyak nabati menjadi biodiesel mencapai sekitar 95%.
Komposisi minyak nabati sangatlah beragam jenis dan hal ini ditentukan berdasarkan sifat
fisiko-kimia minyak nabati itu sendiri. Pada umumnya zat penyusun lemak (hewani
/nabati) adalah trigliserida (triester glycerol) dengan asam lemak (C8-C24). Berikut sifat
fisiko-kimia minyak nabati.

Gambar 1. Sifat-Sifat Minyak Nabati

Gambar 2. Sifat-Sifat Minyak Nabati (2)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan menyebabkan terciptanya sumber energi


alternatif yang sangat cocok untuk diaplikasikan karena didukung dengan keanekaragaman
hayati Indonesia yang melimpah. Bahan baku biodiesel adalah minyak nabati, lemak
binatang dan ganggang. Bahan yang umum digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah
minyak nabati, seperti:

a. Minyak Kelapa (Coconut Oil)


Minyak kelapa yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diambil minyaknya
atau kernel-nya. Minyak kelapa murni diekstrak dari kelapa yang masih segar tanpa
diolah menggunakan bahan kimia tambahan atau diproses tanpa suhu tinggi.

4
Gambar 3. Minyak Kelapa

Hal tersebut bertujuan agar kandungan alami, seperti senyawa phenolic, tidak
hilang atau rusak. Senyawa phenolic berperan sebagai antioksidan. Selain itu,
senyawa dalam minyak kelapa seperti asam laurat, kaprilat, dan kaprat, dapat
mendukung pertumbuhan probiotik di dalam saluran pencernaan yang berfungsi
untuk melawan bakteri jahat.
Alasan minyak kelapa sangat cocok dijadikan biodiesel, karena minyak
kelapa memiliki kandungan ester sangat tinggi dibanding minyak diesel itu sendiri,
memiliki sifat pembakaran yang baik dan ramah lingkungan (Ma dan Hanna, 1999).

b. Minyak Sawit / Crude Palm Oil (CPO)


Minyak sawit merupakan minyak nabati yang terbuat dari mesocarp (daging
buah /disebut juga sabut) buah kelapa sawit. Bagian inilah yang dibuat sebagai
minyak sawit dengan proses ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan senyawa
kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan.
Tanaman kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan dan digunakan
sebagai bahan baku biodiesel karena memiliki kandungan minyak yang tinggi dan
tersedia dalam jumlah cukup berlimpah, yaitu dilihat dari produktivitas (liter
minyak/ Ha/ thn) jatropha 1.892, kelapa 2.689 dan kelapa sawit 5.950 (Erliza
Hambali,2007:12).
Sayangnya, minyak sawit memiliki kelemahan yaitu mudahnya teroksidasi
karena banyak mengandung asam lemak. Biasanya karena kelemahan ini akan
menyebabkan kerusakan mesin diesel, karena dalam pembakarannya akan
menghasilkan deposit pada pipa injektor di mesin diesel dan akan mengeluarkan
asap yang berlebih.

Gambar 4. Minyak Sawit

5
c. Minyak Jarak
Minyak jarak adalah minyak yang berasal dari biji tanaman jarak yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai hal. Selama ini, masyarakat Indonesia hanya
mengetahui manfaat jarak sebagai pagar hidup dan tanaman obat saja.
Minyak jarak memiliki kandungan asam lemak oleat dan linoleat. Minyak ini
dapat dihasilkan dengan mengekstrak biji jarak menggunakan pengepresan mekanik.
Biasanya sebelum dijadikan biodiesel, minyak jarak ini akan dibersihkan dari getah,
residu ataupun senyawa pengotor lainnya.
Tanaman jarak ini paling prospektif dijadikan biodiesel dikarenakan relatif
mudah ditanam, cocok di berbagai macam tanah dan iklim, memproduksi minyak
yang tinggi, serta minyak yang dihasilkan tidak bisa dikonsumsi manusia sehingga
tidak menimbulkan persaingan dengan minyak pangan lainnya.

Gambar 5. Minyak Jarak

d. Minyak Jelantah
Minyak jelantah yaitu minyak goreng bekas yang berasal dari minyak kelapa
maupun minyak sawit. Minyak jelantah tidak sehat jika digunakan kembali untuk
memasak karena banyak mengandung asam lemak bebas dan radikal yang bisa
membahayakan kesehatan. Minyak jelantah ini jika melakukan penggorengan
kembali akan mengeluarkan busa atau berasap. Minyak ini biasanya akan
meninggalkan warna coklat setelah penggorengan. Di Indonesia, ketersediaan
minyak jelantah sangatlah melimpah. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak jelantah
sebagai bahan baku biodiesel akan memberikan nilai tambah, seperti mengurangi
limbah di Indonesia.

Gambar 6. Minyak Jelantah

6
Walaupun biaya konversi biodiesel berbahan baku minyak jelantah lebih
besar daripada yang berbahan minyak kelapa sawit, namun harga indeks produksi
(HIP) minyak jelantah lebih rendah daripada HIP minyak kelapa sawit. Dari bidang
kesehatan, produksi biodiesel ini dapat mengurangi alokasi penggunaan minyak
jelantah yang didaur ulang untuk bahan masakan. Hal ini, secara tidak sengaja dapat
mengurangi risiko meningkatnya kadar racun pada makanan. Jika dari bidang
lingkungan, biodiesel minyak jelantah ini bisa berdampak positif terhadap
pengurangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

2.3. Proses Pengolahan Biodiesel


Pada umumnya dalam proses pembuatan biodiesel bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu
esterifikasi dan transesterifikasi. Kedua reaksi ini, memiliki karakteristiknya tersendiri.
Selain itu, ada juga pengolahan yang dimana kedua reaksi tersebut digabungkan (reaksi
esterifikasi-transesterifikasi). Penggabungan ini bertujuan untuk meningkatkan rendemen
biodiesel yang dihasilkan.

2.3.1. Esterifikasi
Esterifikasi merupakan tahap konversi dari asam lemak menjadi metil ester.
Proses ini mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis yang cocok adalah
asam kuat misalnya asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar anion
asam kuat. Tetapi tidak direkomendasikan untuk penggunaan katalis berkarakter
asam kuat karena sifatnya korosif terhadap peralatan.
Alkil alkanoat/ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus -
COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan sebuah
gugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil seperti
metil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzene seperti fenil.
Ester yang terdapat dari alam yang terbuat dari asam karboksilat berantai
panjang dan alkohol berantai panjang disebut lilin. Kebanyakan bahan yang disebut
lilin biasanya adalah campuran dua ester atau lebih dan zat-zat lain. Campuran
semacam itu merupakan zat padat yang mudah meleleh, dan jangkah leleh yang lebar
(40-90 C). Bila dicampur dengan pelarut organik tertentu, dapatlah mudah dioleskan
sebagai larutan pelindung. Misalnya, camauba wax digunakan secara meluas sebagai
pemoles mobil dan lantai.
Adapun minyak dan lemak hewani dan nabati merupakan ester yang besar
dan rumit. Perbedaan antara sebuah lemak (seperti mentega) dengan sebuah minyak
(seperti minyak bunga matahari) hanya pada titik leleh campuran ester yang
dikandungnya. Jika titik leleh dibawah suhu kamar, maka ester akan berwujud cair
yakni minyak. Jika titik leleh diatas suhu kamar, ester akan berwujud padatan yakni
lemak.
Reaksi dapat berlangsung lebih sempurna pada temperatur rendah (misalnya
paling tinggi 120oC ), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat
berlebih (lebih besar dari 10 kali nisbah stoikiometri) dan air produk ikutan reaksi

7
harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Dengan melalui kombinasi-
kombinasi yang tepat dari kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, konversi yang
sempurna dari asam-asam lemak menjadi metil ester dapat dituntaskan dalam waktu
1 sampai beberapa jam. Pada dasarnya reaksi ini terbagi menjadi 3 yang terdiri dari:

● ESTERIFIKASI DENGAN ASAM KARBONAT (REAKSI FISCHER)


Pada reaksi ini digunakan katalis berupa asam (biasanya asam sulfat pekat)
dengan diikuti proses pemanasan pada reaksinya (biasanya menggunakan proses
refluks).

● ESTERIFIKASI DENGAN ANHIDRIDA ASAM


Anhidrida asam juga merupakan senyawa turunan asam karboksilat dimana
hidrogen pada gugus hidroksil bergantung dengan gugus karboksil yang
mengikat R lain. Reaksi antara anhidrida asam dengan alkohol dapat
menghasilkan produk ester.

● ESTERIAKASI DENGAN ASIL KLORIDA


Asil klorida merupakan senyawa turunan asam karboksilat dimana atom
hidrogen pada gugus hidroksil (OH) menggunakan atom klorida (C,). Reaksi
antara klorida dengan alkohol dapat dilakukan untuk menghasilkan produk ester

Gambar 7. Reaksi Esterifikasi

Dalam pembuatan biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi,
dapat dilakukan dengan menggunakan proses esterifikasi. Pada tahap ini, asam
lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Sebelum produk esterifikasi
diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang
dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu (Hikmah, 2010).

8
2.3.2. Transesterifikasi
Transesterifikasi merupakan suatu proses pergantian alkohol dari suatu gugus
ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam-asam lemak ke dalam
bentuk ester sehingga menghasilkan alkil ester. Proses tersebut dikenal sebagai
proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi yang biasanya berjalan
lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis (Indah, 2011). Reaksi
transesterifikasi terjadi karena alkohol pada trigliserida mengalami substitusi dengan
alkohol monohidrat (metanol) sehingga terbentuk metil ester dan gliserol.
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah
metanol, namun dapat juga etanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan
juga kandungan air dalam alkohol. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi
hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun, ALB dan trigliserida
tinggi (Rahayu, 2005).
Selain itu pada proses transesterifikasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor tersebut diantaranya adalah :

a. Suhu reaksi
Reaksi transesterifikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai suhu, tergantung
dari jenis trigliserida yang digunakan. Pada umumnya jika suhu semakin tinggi,
maka laju reaksi juga akan semakin cepat. Suhu konversi trigliserida tidak terlalu
berpengaruh dalam reaksi ini. Suhu reaksi yang sering digunakan dalam berbagai
penelitian diantara 20-80 ⁰C memberikan konversi biodiesel sampai 94%
kelarutan gliserida dalam alkohol. Dimana suhu reaksi semakin tinggi, konstanta
laju reaksi (k) semakin besar, sehingga laju reaksi semakin besar. Semakin tinggi
suhu reaksi, konversi reaksi semakin tinggi karena molekul yang bergerak dalam
larutan memiliki sejumlah energi potensial dalam ikatan-ikatan dan sejumlah
tambahan energi kinetik yang mana energi kinetik akan bertumbukan dan menjadi
energi potensial. Semakin besar energi potensial maka semakin mudah molekul
melewati keadaan transisi dan reaksi terjadi semakin cepat.

b. Rasio molar alkohol dan minyak


Rasio molar antara alkohol dan minyak nabati dipengaruhi oleh metil ester
yang dihasilkan.Beberapa penelitian menganjurkan penggunaan metanol berlebih
untuk meningkatkan laju pembetukan metil ester sehingga reaksi bergeser ke arah
pembentukan. Perbandingan molar antara alkohol dan minyak nabati yang biasa
digunakan dalam proses industri adalah 6:1 dengan hasil metil ester 98%. Agar
reaksi transesterifikasi bergeser ke kanan maka diperlukan alkohol berlebih
(Freedman, 1984).

c. Katalis
Kecepatan reaksi pada proses transesterifikasi dapat dipengaruhi oleh adanya
penggunaan katalis asam atau basa. Katalis basa merupakan katalis yang paling
sering digunakan dalam proses ini. Penggunaan katalis NaOH 1 % (berat) rasio
molar minyak kedelai terhadap metanol 1:6 menghasilkan konversi biodiesel 93-
9
98% sedangkan menggunakan katalis asam H2SO41% (berat) menghasilkan
konversi 55-60%. (Freedman, 1984).

d. Lama reaksi

e. Kehadiran udara

f. Kehadiran asam lemak bebas


Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang
lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak
bebas lebih kecil dari 0,5 %. Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus
bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis
menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak
mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida (Freedman, 1984).

Dalam reaksi transesterifikasi, sering kali terjadi reaksi penyabunan yang


tidak diinginkan. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kadar asam lemak bebas
dan juga kadar air yang tinggi pada minyak jelantah (Lotero, 2005)
merekomendasikan bahan baku yang mengandung kurang dari 0,5% berat asam
lemak saat menggunakan katalis basa untuk menghindari pembentukan sabun.
Pada reaksi transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida
menjadi ester. Perbedaan antara esterifikasi dan transesterifikasi menjadi sangat
penting ketika memilih bahan baku dan katalis. Transesterifikasi dikataliskan oleh
asam atau basa, sedangkan esterifikasi, bagaimanapun hanya dikataliskan oleh asam
(Nourredine, 2005).
Proses pembuatan biodiesel yang sering digunakan adalah proses esterifikasi
dan transesterifikasi karena hasil dari proses ini menghasilkan biodiesel yang
memiliki karakteristik yang sama dengan minyak diesel. Pada perancangan pabrik
biodiesel ini akan menggunakan proses transesterifikasi yaitu dengan mereaksikan
trigliserida dari minyak jarak dengan metanol untuk menghasilkan produk metil ester
dan produk samping berupa gliserol dan dengan menggunakan katalis NaOH. Selain
itu proses transesterifikasi ini banyak memiliki keuntungan, diantaranya :

 Dapat menggunakan katalis basa kuat yang lebih murah dan tidak korosif
sedangkan untuk proses esterifikasi menggunakan asam kuat yang bersifat
sangat korosif.
 Produk yang dihasilkan tidak hanya berupa air tapi juga gliserol yang juga
digunakan sebagai bahan baku pada industri lain serta memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
 Waktu reaksi relatif pendek sekitar 30-60 menit sedangkan untuk proses
esterifikasi waktu reaksinya lama berkisar 2 jam.
 Konversi dan yield yang dihasilkan tinggi sedangkan untuk proses esterifikasi
rendah.

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Biodiesel dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil
(solar). Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang bersifat ramah lingkungan. Contoh
bahan baku biodiesel diantaranya minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak
jelantah, dan lain sebagainya.
Pembuatan biodiesel bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan proses
esterifikasi dan transesterifikasi. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan alkohol. Sedangkan reaksi
transesterifikasi merupakan reaksi pergantian alkohol dengan mengubah trigliserida
menjadi ester.
Pemanfaatan biodiesel sebagai energi alternatif pengganti solar memiliki beberapa
keunggulan diantaranya mengurangi dampak kerusakan lingkungan seperti emisi gas
pembakarannya lebih rendah dibandingkan emisi bahan bakar solar sehingga
menghasilkan tingkat polusi yang lebih rendah.

3.2. Saran
Penggunaan biodiesel sebagai bahan alternatif pengganti bahan bakar fosil yang
ramah lingkungan perlu mendapatkan dukungan penuh. Sosialisasi mengenai bahan bakar
biodiesel ini, perlu digencarkan agar masyarakat mulai mengenal dan terbiasa
menggunakan bahan alternatif ini dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ma, F., Hanna, M.A. (1999). Biodiesel production: a review. Bioresour. Technol. 70, 1-15.
Hambali, Erliza; Mujdalifah, Siti; Armansyah. 2007. Teknologi Bioenergi. Ciganjur: PT
Agromedia Pustaka
Syafriani, Dewi. 2008. Penggunaan Sumber Daya Alam Nabati Sebagai Bahan Dasar
Alternatif Pembuatan Biodiesel. Medan: Pendidikan Kimia. Universitas Negeri Medan
Elma, Muthia; Suhendra, Satria Anugrah; Wahyuddin. 2016. Proses Pembuatan Biodiesel dari
Campuran Minyak Kelapa dan Minyak Jelantah. Banjarbaru: Teknik Kimia. Universitas
Lambung Mangkurat
Haryanto, Agus; Silviana, Ully; Triyono, Sugeng; Prabawa, Sigit. 2015. Produksi Biodiesel
dari Transesterifikasi Minyak Jelantah dengan Bantuan Gelombang Mikro: Pengaruh
Intensitas Daya dan Waktu Reaksi Terhadap Rendemen dan Karakteristik Biodiesel.
Bandar Lampung: Jurusan Teknik Pertanian. Universitas Lampung
Efendi, Rian; Aulia, Nur Faiz Husna; Firdaus, Enrie Risky. 2018. Pembuatan Biodiesel Minyak
Jelantah Menggunakan Metode Esterifikasitransesterifikasi Berdasarkan Jumlah
Pemakaian Minyak Jelantah. Subang: Jurusan Pemeliharaan Mesin. Politeknik Negeri
Subang
Pratiwi, A. (n.d.). Prarancangan pabrik Metil Ester dari Minyak Jarak Pagar dan Metanol.
Retrieved September 15, 2021 from http://eprints.ums.ac.id/47477/19/BAB%20I.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai