Anda di halaman 1dari 9

QAIDAH FIQHIYAH

1. Al-Amru (Perintah)
a. Pengertian Al-Amru
Menurut bahasa, amar berarti suruhan, perintah, sedangkan menurut istilah
adalah:
‫إلى اْأل َ ْدنَى‬
َ ‫ب ال ِف ْعـ ِل ِم َن اْأل َ ْعلَى‬
ُ َ‫ َطل‬: ‫األ َ ْم ُر‬
“Al-Amru ialah tuntutan melakukan pekerjaan dari yang lebih tinggi kepada
yang lebih rendah”

Yang lebih tinggi kedudukannya adalah Syaari’ (Allah atau Rasul-Nya) dan
kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf. Jadi amar adalah perintah Allah atau
Rasulnya kepada mukallaf untuk melakukan suatu pekerjaan.
b. Bentuk Lafadh Amar
1) Fi’il Amar
Contoh :
َ ‫الرا ِك ِع‬
‫ين‬ ْ ‫الزكَاةَ َو‬
َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلةَ َوآتُوا‬
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-
orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah (2) : 43)
2) Fi’il Mudhari’ yang didahului dengan huruf lam amar :
Contoh :
‫وف َويَ ْن َه ْو َن ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر‬
ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬ َ ‫َو ْلتَك ُْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَ ْدع‬
َ ‫ُون ِإلَى ا ْل َخ ْي ِر َويَأ ْ ُم ُر‬
َ ‫َوأُولَئِكَ ُه ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح‬
‫ون‬
“Dan hendaklah diantara kamu yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.…” (QS. Ali Imron (3): 104)

3) Isim Fi’il Amar


Contoh :
‫ض َّل إِذَا ا ْهت َ َد ْيت ُ ْم‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم أ َ ْنف‬
َ ‫س ُك ْم ََل يَض ُُّر ُك ْم َم ْن‬ َ ‫يا أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َمنُوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat
itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk…
(QS. Maidah (5):105)
4) Isim Masdar pengganti fi’il
Misalnya kata : ‫سانًا‬
َ ْ‫إح‬ = berbuat baiklah
Contoh :
َ ‫َو ِبا ْل َوا ِل َد ْي ِن ِإ ْح‬
‫سا ن ًا‬
“Dan kepada kedua orang tuamu berbuat baiklah.” (QS. Al Baqarah (2): 83)

5) Kalimat berita (kalam khabar) bermakna Insya (perintah)


Contoh :
‫ْن ِبا َ ْنفُس ِِه َّن ثََلَثَةَ قُ ُر ْوء‬
َ ‫َواْل ُم َطلَّـقَاتُ َيت َ َر َبص‬
“Hendaklah menahan dirinya.” (QS. Al Baqarah (2) : 228)
6) Fi’il madhi atau mudhori’ yang mengandung arti perintah
‫ب‬
َ ‫و َج‬،
َ ‫ب‬َ َ ‫ َكت‬،‫ فَ َرض‬،‫أ َ َم َر‬
Contoh :

‫ِين ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو َن‬


َ ‫علَى الَّذ‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬
َ ‫الص َيا ُم َك َما ُك ِت‬
َ ‫ب‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َمنُوا ُك ِت‬
َ ‫ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa,
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
(QS Al Baqara (2): 183

c. Kaidah Amar
1) Amr menunjukkan kepada wajib
ِ ‫ص ُل فِى اْأل َ ْم ِر ِل ْل ُو ُج ْو‬
‫ب‬ ْ َ ‫اَأل‬
“Pada asalnya Amar itu menunjukkan wajib”
Hal ini menunjukkan menurut akal dan naqli. Menurut akal adalah orang-
orang yang tidak mematuhi perintah dinamakan orang yang ingkar, sedangkan
menurut naqal, seperti firman Allah SWT.
  
   
   
 
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur (24): 63)
Misalnya: perintah puasa.
‫يا ايها الذين امنرا كتب عليكم الصيا م (البقرة‬
)۱۸۳:
2) Amr menunjukkan kepada Sunnah
ِ ‫ص ُل ِفى اْأل َ ْم ِـر ِللنَّ ْد‬
‫ب‬ ْ َ ‫اَأل‬
“Pada asalnya Amar itu menunjukkan nadab (sunnah)”
Contoh:
   
 
Amr di sini menunjukkan kepada Sunnah, karena ada musyaqat (kesulitan). Amar juga
dapat digunakan antara lain:
a). Untuk do’a, ‫ربنا آتنا فى الدنيا حسـنة وفى األخرة حسنة‬
b). Untuk penghormatan, )46 : ‫سـالَ ٍم أَ ِم ِنيْنَ (الحجر‬ َ ِ‫أ ْد ُخـلُ ْوهَا ب‬
c). Untuk petunjuk, َ ‫لى أ َ َج ٍل ُم‬
:‫س َّمى فَا ْكتُبُ ْوهُ (البقرة‬ َ ‫اِذَا تَدَا َي ْنت ُ ْم ِبدَي ٍْن ِإ‬
)282
d). Untuk ancaman, ِ ‫إ ْع َمــلُ ْوا َما‬
)40 :‫شــئْت ُ ْم (فصلت‬

e).Ta’jiz ( ‫للتعجيز‬ ) artinya melemahkan’


Contoh :
‫(البقرة‬   
(۲۳:
Artinya : ”Buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan al-Qur’an itu.” (QS.al-Baqarah
:23)
f). Ikram ( ‫لَل كرام‬ ) artinya menghormat.
Contoh :
) ٤٦: ‫ادخلوها بسال م امنين (الحجر‬
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (syurga) dengan sejahtera dan aman.”(QS.al-Hijr z: 46)
g) Tafwidl ( ‫ ) للتفويض‬artinya menyerah.
Contoh :
) ۷۲: ‫ (طه‬     
Artinya : “Putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.” (QS, Thaha: 72)
H) Talhif ( ‫للتلهيف‬ ) artinya menyesal.

Contoh :
۱۱۹: ‫ (ال عمران‬  
Artinya :”Katakanlah (kepada mereka) “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” (QS. Ali
Imran:119)
I) Tahyir ( ‫ ) للتخيير‬artinya memilih.

Contoh :
‫من شاء فليبخل ومن شاء فليجد كفا نى نذاكم عن جميع الخطاب‬
Artinya :”Barang siapa kikir,kikirlah, siapa mau bermurah hati, perbuatlah.Pemberian tuhan
mencukupi kebutuhan saya.” (Syair Bukhaturi kepada Raja)

J) Taswiyah ( ‫ ) التسوية‬artinya persamaan.


Contoh :
) ۱٦: ‫ادخلوها فاصبروا اوَل تصبروا (طه‬
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (neraka) maka boleh kamu sabar dan boleh kamu
tidak sabar, itu semua sama saja bagimu.” (QS. Thaha: 16)
3) Amr tidak menunjukkan untuk berulang-ulang
ِ ‫ص ُل فِى اْأل َ ْم ِر الَ يَ ْقت‬
َ ‫َضى الت َّ ْك َر‬
‫ار‬ ْ َ ‫اَأل‬
“Perintah itu pada asalnya tidak menghendaki pengulangan”
Amar tidak menghendaki kepada yang berulang-ulang, tapi hanya menghendaki
hasilnya/mengerjakan satu kali. Seperti firman Allah SWT.
  

“ dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.” (QS. Al Baqarah (2) :
196)
Misalnya :
) ٦: ‫(المئده‬ ‫طهروا‬ ‫فا‬ ‫جنبا‬ ‫كنتم‬ ‫وان‬
Artinya ”Jika kamu berjunub maka mandilah.” (QS. Al-Maidah: 6)
) ۷۸: ‫اقم الصَلة لدلوك الشمس (اَلسراء‬
“Kerjakanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir.”(QS. Al-Isra’
:78)

4) Amr tidak menunjukkan untuk bersegera


‫ص ُل ِفى اْأل َ ْم ِر َلَ َي ْقت َ ِضى اْلفَ ْو َر‬
ْ ‫اَأل‬
“Perintah pada asalnya tidak menghendaki kesegeraan”.
Jadi Amr (perintah) itu boleh ditangguhkan pelaksanaannya sampai akhir waktu yang telah
ditentukan.
Misalnya :
) ۱۸۳: ‫فمن كا ن منكم مريضا اوعلى سفر فعدة من ايا م اخر(البقرة‬

“Barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau sedang dalam bepergian jauh,
hendaklah mengqadla puasa itu pada hari yang lain.”(QS.al-Baqarah : 183)

5) Amr dengan wasilah-wasilahnya


َ ‫ش ْئ أ َ ْم ٌر ِب َو‬
‫سائِ ِل ِه‬ َّ ‫ا َ َْل ْم ُر ِبال‬
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya”.
Perintah mendirikan shalat berarti juga perintah untuk berwudlu, sebagai wasilah
(jalan kepada) sahnya shalat.

6) Amr yang menunjukkan kepada larangan


ِ ‫ش ْئ نَ ْه ٌي ع َْن‬
ِِ ‫ض ِده‬ َّ ‫ا َ َْل ْمر ِبال‬
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti larangan terhadap kebalikannya”.
Maksudnya, jika seseorang disuruh mengerjakan suatu perbuatan, mestinya dia
meninggalkan segala kebalikannya. Misalnya, disuruh beriman, berarti dilarang kufur.

7) Amr menurut masanya


َ ‫ج اْل َمأ ْ ُم ْو ُر ع َْن‬
‫ع ْه َد ِة اَْلَ ْم ِر‬ َ ‫ا ِِذَا فُ ِع َل اْل َمأ ْ ُم ْو ُر ِب ِه‬
ُ ‫علَى َوجْ ِه ِه َي ْخ ُر‬
“Apabila dikerjakan yang diperintahkan itu menurut caranya, terlepas dia
dari masa perintah itu”.
Misal: Seseorang yang telah melaksanakan suatu perintah dengan sempurna
pada masanya, maka terlepas dia dari tuntutan pada masa itu. seperti keadaan
musafir yang tidak memperoleh air untuk berwudhu, hendaklah dia bertayamum
sebagai pengganti wudhu.
8) Qadha dengan perintah yang baru
‫ضا ُء ِبأ َ ْمر َج ِد ْيدًا‬
َ َ‫ا َ ْلق‬
“Qadha itu dengan perintah yang baru”.
Maksudnya, suatu perbuatan yang tidak dapat dilaksanakan pada waktunya
harus dikerjakan pada waktu yang lain (qadla’). Pelaksanaan perintah bukan pada
waktunya ini berdasarkan pada perintah baru, bukan perintah yang lama. Misalnya:
qadla’ puasa bagi yang mengalami udzur syar’i pada bulan ramadhan, tidak
dikerjakan berdasarkan ayat : ... ‫ كتب عليكم الصيام‬tetapi berdasarkan pada perintah
baru, yaitu firman Allah SWT : ‫ فعـدة من ايام اخر‬...
9) Martabat amr
‫َلى ا َ َّو ِل ِه‬
َ ‫ار ع‬
ُ ‫ص‬َ ِ‫ض اْ َِل ْقت‬
ِ َ ‫س ِم يَ ْقت‬
ْ ‫علَى اْ َِل‬ ُ َّ‫ا َ َْلَ ْم ُر اْل ُمتَعَل‬
َ ‫ق‬
“Jika berhubungan dengan nama (isim) adalah menghendaki akan
tersimpannya pada permulaan.”
Sependek-pendek masa amr, apabila dihubungkan dengan hukum menurut
pengertian keseluruhannya dalam bentuk yang berlainan tentang tinggi dan rendah,
dipendekkan hukum itu menurut sekurang-kurangnya martabatnya untuk
melaksanakan perintah itu.
Misalnya: “Perintah melakukan tuma’ninah dalam shalat, dan perintah
memerdekakan seorang budak, tidak memandang harga tapi memandang
martabatnya”.
10) Amr sesudah larangan
َ‫ا َ َْلَ ْم ُر بَ ْع َد اْلنَ ْهي ِ يُ ِف ْي ُد اْ ِإلبَا َحة‬
“Perintah sesudah larangan menunjukkan kebolehan.”
Misalnya :
) ‫كنت نهيتكم عن زيارة القبور اَل فزوروها (رواه مسلم‬
“Dahulu aku melarang kamu menziarahi kubur, sekarang berziarahlah.”
(HR.Muslim)
) ۲: ‫اذا حللتم فاصطا دوا (المئدة‬
“Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, berburulah.” (QS.al-
Maidah : 2)
Berdasarkan dua uraian tersebur, dapat dijelaskan bahwa perintah setelah
larangan itu hukumnya mubah tidak wajib, seperti berziarah kubur dan berburu setelah
haji.
Perbuatan yang lebih mudah dimengerti ialah perbuatan yang diperbolehkan,
seperti pada awalnya Nabi melarang menziarahi kubur, maka sekarang diperbolehkan.
Kalimat amr ini tidak menunjukkan kewajiban tetapi menunjukkan hukum boleh
(ibahah), sabda Nabi SAW :

َ ‫سلَّ َم نَ َه ْيت ُ ُك ْم‬


‫ع ْن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َّللاِ ْب ِن بُ َر ْي َدةَ ع َْن أَبِي ِه قَا َل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬ َ ‫ع َْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
‫ورو َها‬ ُ ‫ور فَ ُز‬ ِ ُ‫ار ِة ا ْلقُب‬
َ َ‫ِزي‬
Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang
berziarahlah.(HR. Muslim).

2. Al-Nahyu (Larangan)
a. Pengertian Al-Nahyu (Larangan),
Menurut bahasa An-Nahyu berarti larangan. Sedangkan menurut istilah ialah:
َ ‫لى اْألَد‬
‫ْنى‬ َ ‫ب الت َّ ْر ِك ِم َن األَع‬
َ ِ‫ْلى إ‬ ُ َ‫ َطل‬: ‫ْي‬
ُ ‫اَلنَّه‬
“An-Nahyu (larangan) ialah tuntutan meninggalkan perbuatan dari yang lebih
tinggi kepada yang lebih rendah (kedudukannya)”.
Kedudukan yang lebih tinggi disini adalah Syaari’ (Allah atau Rasul Nya) dan
kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf.
Jadi nahi adalah larangan yang datang dari Allah atau Rasul Nya kepada
mukallaf.

b. Bentuk kata Nahi


1) Fi’il Mudhari yang didahului dengan “la nahiyah” / lam nahi = janganlah
َ ‫َوَلَ تَأ ْ ُكلُ ْـوا أ َ ْم‬
ِ َ‫ـوالَ ُك ْم بَ ْينَكُـ ْم ِبا ْلب‬
‫اط ِل‬
“Dan jangan engkau memakan harta saudaramu dengan cara batil.” (QS Al
Baqarah (2) : 188)
ِ ‫فى اْأل َ ْر‬
‫ض‬ ِ ‫َوَلَ ت ُ ْفسِــد ُْوا‬
“Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS Al-Baqarah (2) :
11)

2) Lafadh-lafadh yang dengan tegas bermakna larangan (mengharamkan).


َ ،‫نَ َهى‬
Misalnya : ،‫ح َّر َم‬
Firman Allah SWT:
‫ُح ِر َمتْ عَـلَ ْي ُك ْم أ ُ َّمهت ُ ُك ْم َوبَنَا ت ُ ُك ْم‬
“Diharamkan bagi kamu ibu-ibumu dan anak-anak perempuanmu.” (Qs An Nisa’
(4): 23)
  

Dan dilarang dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS An Nahl (16) :90)
c. Kaidah an-Nahyu
1) Nahi menunjukkan haram
ِ َّ ‫ص ُل فِى النَّهْي ِ ِللت‬
‫حْر ْي ِم‬ ْ َ‫ا َ َْل‬
“Pada asalnya nahi itu menunjukkan haram”.
Menurut jumhur ulama, berdasarkan kaidah ini, apabila tidak ada dalil yang
memalingkan nahi, maka tetaplah ia menunjukkan hukum haram.
Misalnya: Jangan shalat ketika mabuk, Jangan mendekati perbuatan zina.
   
  
    
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, “ (QS. An Nisa’
(4): 43)
Kadang-kadang nahi (larangan) digunakan untuk beberapa arti (maksud) sesuai
dengan perkataan itu, antara lain :

a) Karahah ( ‫) الكراهه‬

Misalnya :

) ‫وَل تصلوا فى اعطا ن اَلبل (رواه احمد والترميذ‬

“Janganlah mengerjakan shalat di tempat peristirahatan unta.”(HR. Ahmad dan at-


Thirmidzi)
Larangan dalam hadits ini tidak menunjukkan haram, tetapi hanya makruh saja,
karena tempatnya kurang bersih dan dapat menyebabkan shalatnya kurang khusyu’
sebab terganggu oleh unta.
b) Do’a (‫) الدعاء‬

Misalnya :

) ۸: ‫ربنا َل تزغ قلوبنا بعد اذ هد يتنا (ال عمران‬

“Ya Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami cenderung kepada


kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran : 8)
Perkataan janganlah itu tidak menunjukkan larangan, melainkan permintaan hamba
kepada Tuhanya.
c) Irsyad ( ‫ )االرشاد‬artinya bimbingan atau petunjuk

Misalnya :

) ۱۰: ‫يا ايها الذين امنوا َل تسئلوا عن اشياء ان تبد لكم تسؤكم (المئدة‬

Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika
diterangkan kepadamu akan memberatkan kamu.” (QS. Al-Maidah : 101)
Larangan ini hanya merupakan pelajaran, agar jangan menanyakan sesuatu
yang akan memberatkan diri kita sendiri.

d) Tahqir (‫ ) التحقير‬artinya meremehkan atau menghina

Misalnya :
) ۸۸: ‫َلتمد ن عينك الى ما متعنا به ازوا جا منهم (الحجر‬
“Dan janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka
(orang-orang kafir).” (QS.al-Hijr : 88)
e) Tay’is (‫ ) التئيس‬artinya putus asa

Misalnya :
) ۷: ‫َلتعتذ ر وااليوم (التحريم‬
“Dan janganlah engaku membela diri pada hari ini (hari kiamat).” (QS.at-Tahrim : 7)
f) Tahdid ( ‫ )التهديد‬artinya mengancam

Misalnya :
‫“التطع امرى‬Tak usah
engkau turuti perintah kami.”
g) I’tinas ( ‫ ) االئتناس‬artinya menghibur

Misalnya :
) ٤۰: ‫التحزن ان هللا معنا (التوبة‬
“Jangan engkau bersedih, karena sesungguhnya Allah beserta kita .”

2) Larangan sesuatu, suruhan bagi lawannya


َّ ‫اَلنَّ ْه ُي ع َِن ال‬
‫ش ْي ِئ ا َ ْم ٌر ِب ِض ِد ِه‬
“Larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan kebalikannya”.
Contoh: Firman Allah SWT
)13 :‫ َلَ تُش ِْر ْك بِاهللِ (لقمـان‬...
“Janganlah kamu mempersekutukan Allah … (QS. Luqman, 13)
Ayat ini mengandung perintah mentauhidkan Allah, sebagai kebalikan larangan
mensekutukan-Nya.

3) Larangan yang mutlak


ُ َ‫اَلنَّ ْه ُي اْل ُم ْطل‬
‫ق يَ ْقت َ ِضى الد ََّو ِام فِى َج ِم ْيحِ اَْلَ ِز ِمنَ ِة‬
“Larangan yang mutlak menghendaki berkekalan dalam sepanjang masa”
Dalam suatu larangan yang berbentuk mutlak, baik membawa kebinasaan
maupun menjauhinya, baru mencapai hasil yang sempurna, apabila dijauhi yang
membinasakan itu selama-lamanya. Misalnya: Perkataan orang tua pada anaknya,
“Jangan dekati singa itu” untuk melepaskan diri dari kebinasaan.

4) Larangan dalam urusan ibadah


‫ت‬ َ َ‫علَى ف‬
ِ ‫س ِد اْل ُمتْ ِه ٌّي َع ْنهُ ِفى ِع َبادَا‬ َ ‫النَّ ْه ُي َي ُّد ُل‬
“Larangan menunjukkan kebinasaan yang dilarang dalam beribadah”.
Untuk mengetahui mana yang syah dan mana yang batil dalam urusan ibadah,
harusnya setiap orang itu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

5) Larangan dalam Urusan Mu’amalah

ِ ُ‫ع ْنه‬
‫فى اْلعُقُ ْود‬ َ َ‫علَى ف‬
َ ‫س ِد اْل ُمتْ ِه ٌّي‬ َ ‫اَلنَّ ْه ُي َي ُّد ُل‬
“Larangan yang menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang dalam
ber’aqad”
Misalnya menjual anak hewan yang masih dalam kandungan ibunya, berarti
akad jual belinya tidak sah. Karena yang diperjualbelikan tidak jelas dan belum
memenuhi rukun jual beli.

Anda mungkin juga menyukai