A. PENDAHULUAN
Teks Alquran tidak hanyamenggunakan satu kalimat yang mengandung satu arti,
namun bisa jadi satu kalimat memiliki beberapa cakupan makna diantaranya bentuk ‘am
dan khas yang bisa dipahami bila dilakukan pengkajian.
I. ‘AM
a. Pengertian
Lafadz ‘am (kata umum) adalah lafadz yang digunakan secara umum dalam
menunjukan suatu makna yang layak, sesuai dengan lafadz itu sendiri dan makna yang
terkandung di dalamnya tidak dibatasi dengan jumlah tertentu. Adapun jika dilihat dari segi
Bahasa, lafadz ‘am memiliki pengertian umum atau merata.
ش ُم ُر ا َ ْم ٍر ِمت ُ َعدِد
ُ artinya : mencakup satuan-satuan yang tidak terbatas.
Menunjukan suatu arti yang mencakup semua satuan satuannya. Berbeda dengan makna
( رجلينdua orang laki-laki) artinya dibatasi dengan jumlah.
Contoh firman Allah QS. Al-Ashr : 2 , َ اال ْن
ْ سااانَ فَ ِيا
اُ ُر ْسا ٍار ِ “ ا َِّنsesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian”.
b. Lafadz-lafadz ‘Am
1. Kullun, jami’un, kaffatun dan ma’syara.
Contoh Aina : ُ ْ “ أ ْنَ َما ُ َ ُم ْ نُ ْ ا ُد ِْر ْك ُم َُّ ْاف َمDimana saja kamu berada, kematian akan mendapat kamu”
QS. An-Nisa: 78.
ِ ْ ُِم ْن د
Contoh Aina : ِن هللا ُ “ أ ْنَ َمأ ُك ْنت ُ َّْ ُ َدDimana (berhala-berhala) yang bisa kamu sembah selain
َع ْ ن
Allah” QS. Al-A’raf: 37.
Contoh Mata : ص ُر هللا
ْ ََمت َى ن “Kapan akan dating pertolongan Allah”
Contoh :
َ َعن نَ ْي
شيْأ ٌ ي نَ ْي
َ َ ْ َ ُ َّ ُ ْ ا َ ْ ما الَ ُ َ ْ ِز “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak
dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun”. QS. Al-Baqarah: 123.
َ ْاف ُم
طلَّ َا ُ َت ََربَّصْنَ ِبأ ْنيُ ِس ِه َّن ثَالَثَمَ َ قُر ْ ء “Wanita-wanita yang ditalakhendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru” QS. Al-Baqarah: 228.
c. Macam-macam ‘AM
1. ‘Am yang maksudnya benar-benar ‘Am (umum) secara qat’I karena adanya qarinah (petunjuk)
yang menghilangkan kemungkinan kekhususannya.
2. Lafaz ‘Am yang dimaksudkan untuk arti khusus karena ada qarinah atau dalil menunjuknya.
Contoh : ِ اس ِح ُّ ْافبَ ْي
ت ِ َّعلَى افن
َ َِ ِلِل "Mengerjakan Haji ke Beitullah adalah kewajiban manusia terhadap
Allah". QS. Ali-Imran: 97.
3. Lafaz ‘Am yang memang dimaksudkan untuk umum selama tidak ada dalil yang menunjukan
arti lain (takhsis).
Contoh : َ ا َ ْف ُم
طلَّ َا ُ َت ََربَّصْنَ بِأ ْنيُ ِس ِه َّن “Wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru”.
Pada dasarnya semua lafaz ‘Am tetap pada keumumannya sebelum ada lafaz lain yang mentahksisnya.
Akan tetapi,jumhur ulama berpendapat bahwa jika ada lafaz ‘Am, sebisa mungkin dicari mukhosisnya.
Namun jumhur ulama berbeda pandangan mengenai dalalah lafaz ‘Am itu (dzoni atau qat’i).
Pertama ulama Hanafiyah menyatakan bahwa dalam ‘Am adalah Qat’i , sedangkan ulama Safi’iyah
berpendapat bahwa lafaz ‘Am itu adalah dzani, oleh karena itu setiaf lafaz ‘Am harus dicari
mukhosisnya.
2. KHAS
a. pengertian
Khas secara Bahasa adalah lawan dari ‘Am, sedangkan menurut istilah adalah suatu lafaz yang
menunjukan arti sesuatu yang terbatas dengan orang tertentu atau bilangan tertentu.
ِس ُل هللا
ُ ُم َح َّمدُ َر QS. Al-Fath: 29.
َ َم ْن قَت َ َل ُم ِمنارَطا ََت َْخ ِر ُْر ِرقَبَ ٍم “Dan barang siapa yang memnunuh seorang mukmin karena tersalah
maka (hendaklah) ia memerdekakanseorang hamba sahaya yang beriman” QS. An-Nisa: 92.
c. Macam-macam mukhassis.
1. Mukhossis Muttashil
Yakni mukhassis yang tidak berdiri sendiri, melainkan larasnya disebutkan setelah atau bersamaan
dengan dalil ‘Am.
a. Istisna
Contoh : ِ صاف َحا َ َ سانَ فَ ِي ُْ ُرس ٍْر االَ افَّ ِذ ْنَ ا َمنُ ْ ا
َّ ع ِملُ اف َ ا َِّن ا ِال ْن “Sesungguhnya manusia itu benar-
benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh” QS. Al-
Ashr: 1-2.
b. Syarat
c. Sifat
d. Ghayah (Batasan)
2. Mukhassis munfashil
Contoh : َ ا َ ْف ُم
ٍطلَّ َا ُ َت ََربَّصْنَ ِبأ ْنيُ ِس ِه َّن ثَالثَمَ قُ ُر ْ ء “Wanita-wanita yang ditalaq hendaklah menahan
diri menunggu tiga kali quru” QS. Al-Baqarah: 228.
Di takhsis dengan :
Contoh : ج ْلدة
َ َش َهدَاء ََاجْ ِلدُ ْ ُه َّْ ث َ َما ِنيْن
ُ أر َب َع ِم َ َْ افَّذِنَ َ ْر ُم ْ نَ ْاف ُمح
ْ صنَا ِ ث ُ ََّّ فَ َّْ َأُ ْ ا ِب ayat ini menerangkan
bahwa orang yang melakukan qadzaf (menuduh orang berbuat zina,) maka hanya delapan puluh kali
dara. Namun ayat ini ditakhsis dengan ijma’ ulama yang menyataka bahwa seorang budak yang
melakukan qadzap hukumannya setengah kali orang merdeka yaitu 40 kali orang dera.
Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian yang berhadas kecuali berwudlu, hadis ini
memiliki pengertian yang luas termasuk yang sakit, maka di takhsis dengan QS. An-Nisa: 43 :
َ ص ِعيْدا
طيِبا َ ََتَيَ َّم ُم ا
Bagi yang sakit, bepergian dan tidak mendapat air tidak wajib wudlu, tapi bertayamum.