Anda di halaman 1dari 6

LAFAZ DITINJAU DARI SEGI CAKUPANNYA

‘AM DAN KHAS

A. PENDAHULUAN

Alquran dan Sunah yang merupakan sumber pengambilan (istinbath) hukum


utama dalam islam. Nas-nas hukum yang ada dalam Alquran dan Sunah memakai Bahasa
Arab. Dalam ilmu ushul fiqih, Bahasa Arab adalah ilmu penunjang atau pendukung yang
sangat penting,tanpa ilmu Bahasa Arab seorang mujtahid akan kebingungan dalam
memahami teks Alquran maupun Sunah.

Penggunaan ilmu Bahasa Arab diantaranya untuk mengetahui detail-detail lafaz


sehingga dengan memahami makna yang terkandung dalam Ayat ataupun Sunah seorang
mujtahid bisa menetapkan hukum berdasarkan nas tertentu. Terkadang dilalah
lafazyangtertulis secara tekstual berbeda makna dan maksudnya jika dilakukan penelitian.
Oleh karena itu, diperlukan metode khusus untuk memahami nash Alquran dan Sunah. Para
ulama telah menetapkan beberapa kaidahyang bisa digunakan dalam memahami dalil naqli.
Kaidah lughawiyah inilah yang nantinya dijadikan patokan dan pedoman dalam istimbath
hukum islam.

Teks Alquran tidak hanyamenggunakan satu kalimat yang mengandung satu arti,
namun bisa jadi satu kalimat memiliki beberapa cakupan makna diantaranya bentuk ‘am
dan khas yang bisa dipahami bila dilakukan pengkajian.

I. ‘AM
a. Pengertian

Lafadz ‘am (kata umum) adalah lafadz yang digunakan secara umum dalam
menunjukan suatu makna yang layak, sesuai dengan lafadz itu sendiri dan makna yang
terkandung di dalamnya tidak dibatasi dengan jumlah tertentu. Adapun jika dilihat dari segi
Bahasa, lafadz ‘am memiliki pengertian umum atau merata.

‘Am menurut Bahasa adalah :

‫ش ُم ُر ا َ ْم ٍر ِمت ُ َعدِد‬
ُ artinya : mencakup satuan-satuan yang tidak terbatas.

Contoh : ‫انسان‬ - ‫رجل‬

Menunjukan suatu arti yang mencakup semua satuan satuannya. Berbeda dengan makna
‫( رجلين‬dua orang laki-laki) artinya dibatasi dengan jumlah.
Contoh firman Allah QS. Al-Ashr : 2 , َ ‫اال ْن‬
ْ ‫سااانَ فَ ِيا‬
‫اُ ُر ْسا ٍار‬ ِ ‫“ ا َِّن‬sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian”.

b. Lafadz-lafadz ‘Am
1. Kullun, jami’un, kaffatun dan ma’syara.

Contoh Kullun : ِ ْ ‫اَ َِاةِ َ امُ ْاف َم ا‬


ٍ ‫ُك ا ُل نَ ْيا‬ “Tiap-tiap jiwa pasti akan merasakan kematian”
QS. Ali imron: 185.

Contoh Jami’un : ِ َ‫َرلَ ا َ فَ ُم ا َّْ َّماااَُِ اال‬


‫ِ َج ِميْعااا‬ “Dijadikan untuk kamu segala yang ada di
bumi” QS. QS. Al-Baqarah: 29.

Contoh Kaffatun : ِ ‫قَااااُِلُ ْ ا ْاف ُم ِْا‬


‫اار ِكيْنَ َكاََااام َك َماااا ُ َااااُِلُ ْ ا نَ ُمااا َّْ َ َكاََااام‬ “Dan perangilah kaum
musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya”.

Contoh Ma’syara : ِ ‫اال ْنا‬


َ‫اا‬ ِ َ ‫اان‬
ِ ‫اار اف ِ ا‬
َ ‫ِا‬َ ‫َ َم ْع‬ “Wahai golongan jin dan manusia” QS. Al-
An’am: 130.

2. Isim syarat ( Man, Maa, dan Aina ).

Contoh Man : ُ َ‫ِ ْه َر ََ ْلي‬


ُ‫ص ْمه‬ َ ‫ش ِهدَ ِم ْن ُم َّْ اف‬
َ ‫ََ َم ْن‬ “Barangsiapa diantara kamu hadir (di negri tempat
tinggalnya) ) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu” QS. Al-baqarah: 185.

Contoh Maa : َّْ ‫ف اِفَ ْي ُم‬


َّ َ ُّ ‫َ َما ُ ُ ْن ِي ْ ا ِم ْن َري ٍْر‬ “Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan,niscaya kamu akan diberi pahala yang cukup” QS. Al-Baqarah: 272.

Contoh Aina : ُ ْ ‫“ أ ْنَ َما ُ َ ُم ْ نُ ْ ا ُد ِْر ْك ُم َُّ ْاف َم‬Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapat kamu”
QS. An-Nisa: 78.

3. Isim Istifham ( Man, Maa, Aina, dan Mata ).

Contoh Man : ‫س نا‬ ُ ‫ِي ُ ْ ِر‬


َ ‫ض ْ هللاَ قَ ْرِ َح‬ ْ ‫َم ْن َِا افذ‬ “Siapakah yang akan memberi pinjaman kepada
Allah dengan pinjaman yang baik” QS. Al-Baqarah: 254.

Contoh Maa : َ َُِ َّْ ‫سلَ َم ُم‬


‫س َ َر‬ َ ‫“ َما‬Apakah yang memasukan kamu kedalam saqar (Neraka)” QS. Al-
Mudatsir: 42.

ِ ْ ُ‫ِم ْن د‬
Contoh Aina : ِ‫ن هللا‬ ُ ‫“ أ ْنَ َمأ ُك ْنت ُ َّْ ُ َد‬Dimana (berhala-berhala) yang bisa kamu sembah selain
َ‫ع ْ ن‬
Allah” QS. Al-A’raf: 37.
Contoh Mata : ‫ص ُر هللا‬
ْ َ‫َمت َى ن‬ “Kapan akan dating pertolongan Allah”

4. Nakirah sesudah nafi.

Contoh :

َ َ‫عن نَ ْي‬
‫شيْأ‬ ٌ ‫ي نَ ْي‬
َ َ ْ ‫َ ُ َّ ُ ْ ا َ ْ ما الَ ُ َ ْ ِز‬ “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak
dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun”. QS. Al-Baqarah: 123.

5. Isim Maushul ( Kata sambung ).

Contoh : َ ‫َ افَّ ِذ ْنَ َ ْر ُم ْ نَ ْاف ُم ْخ‬


ِ ‫صنَا‬ “Dan orang-orang yang menuduh Wanita-wanita yang baik-baik
berbuat zina” QS. An-Nur: 4.

6. Jama’ yang dima’rifahkan dengan idhafah atau alif lam jinsiyah.

Contoh jama’ yang dima’rifahkan dengan alif lam jinsiyah :

َ ‫ْاف ُم‬
‫طلَّ َا ُ َت ََربَّصْنَ ِبأ ْنيُ ِس ِه َّن ثَالَثَمَ َ قُر ْ ء‬ “Wanita-wanita yang ditalakhendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru” QS. Al-Baqarah: 228.

Contoh jama’ yang dima’rifahkan dengan idhofah :

‫ي ِمثْ ُل َح ِظ االُ ْنثَيَي ِْن‬


ْ ‫ص ْي ُم َُّ هللاُ َِ ُْ أ ْ الَ ِد ُك َّْ ف ِلذَّ َك ِر‬
ِ ُْ “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua anak
perempuan. QS. An-Nisa: 11.

7. Isim Mufrod yang dima’rifahkan dengan alif lam jinsiyah.

Contoh : َ ‫ارقَمُ ََا ْق‬


‫طعُ ْ ا أ ْ ِد َ ُه َما‬ ِ ‫س‬َّ ‫ار ُق َ اف‬
ِ ‫س‬َّ ‫َ اف‬ “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
mencuri,potonglah tangan keduanya”. QS. Al-Maidah: 38.

c. Macam-macam ‘AM

Lafadz ‘Am di bagi tiga macam :

1. ‘Am yang maksudnya benar-benar ‘Am (umum) secara qat’I karena adanya qarinah (petunjuk)
yang menghilangkan kemungkinan kekhususannya.

Contoh : ٍ ُ‫َُءٍ َح‬ ِ ‫َ َجعَ ْلنَا ِمنَ ْاف َم‬


ْ ‫اء ُك َّل ش‬ “Dan daripada air,Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”
QS. Al-Anbiya: 30.

2. Lafaz ‘Am yang dimaksudkan untuk arti khusus karena ada qarinah atau dalil menunjuknya.
Contoh : ِ ‫اس ِح ُّ ْافبَ ْي‬
‫ت‬ ِ َّ‫علَى افن‬
َ ِ‫َ ِلِل‬ "Mengerjakan Haji ke Beitullah adalah kewajiban manusia terhadap
Allah". QS. Ali-Imran: 97.

3. Lafaz ‘Am yang memang dimaksudkan untuk umum selama tidak ada dalil yang menunjukan
arti lain (takhsis).

Contoh : َ ‫ا َ ْف ُم‬
‫طلَّ َا ُ َت ََربَّصْنَ بِأ ْنيُ ِس ِه َّن‬ “Wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru”.

d. Dilalah Lafadz ‘Am.

Pada dasarnya semua lafaz ‘Am tetap pada keumumannya sebelum ada lafaz lain yang mentahksisnya.
Akan tetapi,jumhur ulama berpendapat bahwa jika ada lafaz ‘Am, sebisa mungkin dicari mukhosisnya.
Namun jumhur ulama berbeda pandangan mengenai dalalah lafaz ‘Am itu (dzoni atau qat’i).

Pertama ulama Hanafiyah menyatakan bahwa dalam ‘Am adalah Qat’i , sedangkan ulama Safi’iyah
berpendapat bahwa lafaz ‘Am itu adalah dzani, oleh karena itu setiaf lafaz ‘Am harus dicari
mukhosisnya.

2. KHAS

a. pengertian

Khas secara Bahasa adalah lawan dari ‘Am, sedangkan menurut istilah adalah suatu lafaz yang
menunjukan arti sesuatu yang terbatas dengan orang tertentu atau bilangan tertentu.

b. Karakteristik lafaz Khas

1. Diungkapkan dengan menyebut jumlah.

Contoh : َ ‫ْاف ُم‬


‫طلَ َا ُ َت ََربَّسْنَ بِأ ْنيُ ِس ِه َّن ثَالَثَمَ قُ ُر ْ ا‬ “Wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali kuru” QS. Al-Bakarah 228.

2. Menyebut jenis (golongan,nama sesuatu atau orang)

ِ‫س ُل هللا‬
ُ ‫ُم َح َّمدُ َر‬ QS. Al-Fath: 29.

3. Lafaz “AM yang ada batasanya atau lafaz idafah.

‫َ َم ْن قَت َ َل ُم ِمنارَطا ََت َْخ ِر ُْر ِرقَبَ ٍم‬ “Dan barang siapa yang memnunuh seorang mukmin karena tersalah
maka (hendaklah) ia memerdekakanseorang hamba sahaya yang beriman” QS. An-Nisa: 92.

c. Macam-macam mukhassis.

1. Mukhossis Muttashil
Yakni mukhassis yang tidak berdiri sendiri, melainkan larasnya disebutkan setelah atau bersamaan
dengan dalil ‘Am.

Bentuk mukhassis muttashil :

a. Istisna

Contoh : ِ ‫صاف َحا‬ َ َ ‫سانَ فَ ِي ُْ ُرس ٍْر االَ افَّ ِذ ْنَ ا َمنُ ْ ا‬
َّ ‫ع ِملُ اف‬ َ ‫ا َِّن ا ِال ْن‬ “Sesungguhnya manusia itu benar-
benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh” QS. Al-
Ashr: 1-2.

b. Syarat

Contoh : ْ ِ‫َ بُعُ ْ فَت ُ ُه َّن أ َ َح ُّ بِ َر ِده َِّن ا ِْن أ َ َراد ْ ا ا‬


‫صالَحا‬ “suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu,jika mereka para suami menghendaki ishlah” QS. Al-Baqarah: 228.

c. Sifat

Contoh : ‫سا ِء ُك َُّ افَّتِ ُْ دَر َْلت ُ َّْ ِب ِه َّن‬


َ ‫ِم ْن ِن‬ “Dari istri-istri yang telah kamu campuri” QS. An-Nisa: 23.

d. Ghayah (Batasan)

Contoh : ُ ‫َ الَ ُ َ ْ َر‬


‫ب ُه َّن َحتَّى َتء ُه ْر َّن‬ “Dan janganlah kamu mendekati mereka sampai mereka
suci” QS. Al-Baqarah: 222.

2. Mukhassis munfashil

a. Takhsis kitab dengan kitab

Contoh : َ ‫ا َ ْف ُم‬
ٍ‫طلَّ َا ُ َت ََربَّصْنَ ِبأ ْنيُ ِس ِه َّن ثَالثَمَ قُ ُر ْ ء‬ “Wanita-wanita yang ditalaq hendaklah menahan
diri menunggu tiga kali quru” QS. Al-Baqarah: 228.

Di takhsis dengan :

‫ض ْعنَ َح ْملَ ُه َّن‬ ْ ‫َ أ الَ ُ االَحْ َما ِل أ َجلُ ُه َّن‬


َ َ ‫أن‬ “Dan Wanita-wanita yang hamil waktu iddah merekaialah
sampai mereka melahirkan” QS. At-Thalaq: 4.

b. Takhsis kitab dengan sunnah.

Contoh : ُ‫ْاف َم ْيتَم‬ َُّ ‫علَ ْي ُم‬ ْ ‫“ ُح ِر َم‬Diharamkan bagimu bangkai”


َ ‫ت‬

Ditakhsis dengan َّ َ ‫“ ُه‬Laut itu suci airnya dan halal bangkainya”


ُ‫افط ُه ْ ُر َما ُءهُ اف َح ُّل َم ْيتَتُه‬

c. Takhsis Sunnah dengan sunnah.


Contoh : ‫افعِر‬ ‫ َِ ْي َما س ت افسماء‬hadis ini menerangkan bahwa tanaman yang disirami air hujan
jakatnya sepuluh persen, kemudian di takhsis dengan hadits Nabi : ‫صدَقَ ٍم‬
َ ْ ‫س‬ َ ‫فَي‬
َ ‫َْ َِيْما َ دُ ْ نَ أ‬
Maksudnya tanaman yang tidak mencapai nisab maka tidak wajib dizakati.

d Takhsis kitab dengan izma’

Contoh : ‫ج ْلدة‬
َ َ‫ش َهدَاء ََاجْ ِلدُ ْ ُه َّْ ث َ َما ِنيْن‬
ُ ‫أر َب َع ِم‬ َ ْ‫َ افَّذِنَ َ ْر ُم ْ نَ ْاف ُمح‬
ْ ‫صنَا ِ ث ُ ََّّ فَ َّْ َأُ ْ ا ِب‬ ayat ini menerangkan
bahwa orang yang melakukan qadzaf (menuduh orang berbuat zina,) maka hanya delapan puluh kali
dara. Namun ayat ini ditakhsis dengan ijma’ ulama yang menyataka bahwa seorang budak yang
melakukan qadzap hukumannya setengah kali orang merdeka yaitu 40 kali orang dera.

e. Takhsis sunnah dengan kitab

Contoh : َّ ‫الَُ َ ْ َب ُل اف‬


‫صالَة َ أ َحد ُك ْم َحت َى َتض َ ضَّا‬

Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian yang berhadas kecuali berwudlu, hadis ini
memiliki pengertian yang luas termasuk yang sakit, maka di takhsis dengan QS. An-Nisa: 43 :
َ ‫ص ِعيْدا‬
‫طيِبا‬ َ ‫ََتَيَ َّم ُم ا‬
Bagi yang sakit, bepergian dan tidak mendapat air tidak wajib wudlu, tapi bertayamum.

Anda mungkin juga menyukai