Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN BIOPELET DARI CAMPURAN CANGKANG DAN

DAGING BIJI KARET MENGGUNAKAN SCREW OILPRESS


MACHINE
Fatria Ahmadan1,*, Lety Trisnaliani1, Tahdid1, Depera Agustin1, Arananda Dwi
Putri1
1
Jurusan Teknik Kimia Program Studi Sarjana Terapan Teknik Energi,
Politeknik Negeri Sriwijaya, Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang
*
E-mail: fatriaahmadan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Biopellet adalah salah satu sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan bahan
bakar fosil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suhu optimal dan rasio ideal biopellet
yang terbuat dari cangkang dan inti biji karet dalam produksi biopellet menggunakan mesin
pengepres minyak ulir sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI 8021-2014) yang meliputi nilai
pemanasan, kadar abu, kadar air, bahan mudah menguap, dan kepadatan biopellet. Jumlah sampel
biopellet dalam penelitian ini adalah 10 sampel dengan berbagai variasi suhu bahan dasar.
Perbandingan cangkang dan inti biji karet dalam penelitian ini meliputi: 80:20, 70:30, 60:40,
50:50, dan 40:60 dengan variasi suhu 200ᵒC dan 150ᵒC. Hasil penelitian diketahui bahwa
komposisi biopelet terbaik adalah sampel pada suhu 200ᵒC, dan rasio cangkang dan kernel biji
karet 80:20 dengan nilai kalor 5,083,4919 kal/g, kadar air 4,00%, kepadatan 1,6322 g/cm3, kadar
abu 1,9802%, bahan mudah menguap 77,1888%, dan karbon tetap 16,8317%. Nilai kalor dan
analisis terdekat telah memenuhi SNI 8021: 2014.

Kata kunci: Biopellet, cangkang dan inti biji karet, mesin press minyak berulir

ABSTRACT

The purpose of this research is to get the optimum condition of temperature and ideal ratio
biopellet made from shell and kernel of rubber seed by using screw oil press machine according
to Indonesian National Standards (SNI 8021-2014) which include heating value, ash content,
moisture content, volatile matter, and density of biopellet. Comparison of the basic ingredients
shell and kernel of rubber seed in this research include 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, and 40:60 with
varying temperature 200ᵒC and 150ᵒC. The results of the research it is known that the best
composition of biopellet is a sample at temperature 200ᵒC, and ratio of shell and kernel of rubber
seed 80:20 with calorific value of 5,083.4919 cal/g, moisture content of 4,00%, density 1.6322 gr
/ cm3, ash content 1.9802%, volatile matter 77.1881%, and fixed carbon 16.8317%. The calorific
value and the proximate analysis have fulfilled the SNI 8021:2014.

Keywords: Biopellet, shell and kernel of rubber seed, screw oil press machine

PENDAHULUAN dapat menekan biaya produksi dan


Energi alternatif terus mengurangi efek negatif dari
dikembangkan di Indonesia guna penumpukan limbah terhadap lingkungan
menjamin ketersediaan energi akibat (Anindhita, 2018). Salah satu produk
kebutuhan energi yang terus meningkat. biomassa adalah biopelet. Bahan
Biomassa merupakan energi alternatif penyusun organik dari biopelet adalah
yang jumlahnya melimpah dan belum selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
termanfaatkan secara optimal. dapat ditemukan dalam bagian-bagian
Pemanfaatan biomassa sebagai bahan tumbuhan.
baku untuk proses produksi diharapkan

35
36 Jurnal Fluida Volume 12, No. 1, Mei 2019, Hlm. 35 - 42

Di Indonesia khususnya Sumatera buah biji karet menjadi lebih


Selatan, banyak sekali tanaman karet termanfaatkan.
(Hevea brasiliensis) yang dijadikan Belum banyak penelitian yang
sebagai bahan utama penghasil lateks. menggunakan kernel biji karet sebagai
Luas area perkebunan karet di Sumatera bahan bakar padat seperti biopelet. Hal
Selatan sebesar 722,054 ha (Statistik ini dikarenakan komposisi minyak yang
Perkebunan Indonesia, 2017). Sebanyak tinggi pada kernel biji karet
400 pohon karet dapat ditanam pada menyebabkan kernel biji karet banyak
lahan seluas 1 hektar. Sehingga dimanfaatkan sebagai bahan baku
diperkirakan dapat menghasilkan 5.050 pembuatan biodiesel.
kg biji karet per tahunnya (Siahaan dkk.,
Tabel 1. Komposisi Kimia yang Terkandung
2011). Hal ini menyebabkan limbah
dalam Cangkang Buah Biji Karet
perkebunan karet berupa biji karet Komposisi
berlimpah. Biji karet terdiri dari 40-50% Parameter Satuan Cangkang
kulit yang keras berwarna coklat, 50-60% Biji Karet
kernel yang berwarna putih kekuningan. Lignin % 18,74
Biji karet mudah mengalami kerusakan, Selulosa % 38,11
Hemiselulosa % 26,09
tidak tahan terhadap kekeringan dan tidak Kadar air % 7,39
mempunyai masa dormansi. Selain itu, Kadar abu % 0,58
bila kadar air dibawah 12% biji karet akan Kadar zat % 79,64
mati (Astawan, 2018). Hal ini Terbang
menyebabkan daya simpan biji sangat Kalori kal/gr 4283,76
Karbon terikat % 12,39
singkat dengan suhu penyimpanan
(Prabawa dan Miyono, 2018)
optimum adalah 7-10°C, karena pada
suhu ini belum mengalami pembekuan Tabel 2. Komposisi Kimia yang Terkandung
sel (Nilasari, 2012). dalam Kernel Buah Biji Karet
Apabila limbah biji karet tidak Komposisi Kimia
Parameter Satuan
dimanfaatkan dan diolah dengan baik Kernel Biji Karet
Minyak % 50,91
maka akan menyebabkan pencemaran Abu % 2,71
lingkungan. Biji karet tidak hanya Air % 3,71
melimpah di Sumatera Selatan, tetapi Protein % 22,17
komposisi kandungan cangkang biji karet Karbohidrat % 24,21
akan sangat mampu dijadikan sebagai (Balai Riset dan Standardisasi Industri
Palembang, 2014)
bahan bakar dimana kandungan utama
berupa karbon dan hidrogen sangat tinggi Proses yang digunakan adalah
yang terkandung dalam senyawa 38,11% pengempaan pada suhu dan tekanan
selulosa, 18,74% lignin, 26,09% tinggi, sehingga membentuk produk yang
hemiselulosa (Prabawa dan Miyono, seragam dengan kapasitas produksi tinggi
2018). (Patria dkk., 2015). Metode screw
Hasil analisis menunjukkan bahwa pressing memanfaatkan putaran dari
cangkang biji karet mengandung senyawa double screw press dan screw press cage
aktif berupa lignin. Kandungan lignin (Deli dkk., 2011). Tabel 3 menunjukkan
yang cukup banyak dan pemanfaatan standar kualitas biopelet.
yang kurang optimal menyebabkan
cangkang biji cukup potensial untuk
diolah menjadi produk biopelet yang
memiliki manfaar dan nilai jual yang
tinggi. Hal ini akan membuat cangkang
Fatria Ahmadan, Pembuatan Biopelet dari Campuran Cangkang 37
dan Daging Biji Karet Menggunakan Screw Oilpress Machine

Tabel 3. Standar Kualitas Biopelet biopelet yang dihasilkan pada screw oil
Berdasarkan SNI 8021:2014 press machine.
Parameter Satuan Standar SNI
Uji 8021:2014 Hubungan Temperatur dan Komposisi
Kadar Air % Maks. 12 Biji Karet terhadap Kadar Air
Kadar Abu % Maks. 1,5 Kadar air yang tinggi pada
Kadar Zat % Maks. 80 biopelet mengakibatkan nilai kalor
Terbang
Kalori kal/gr Min. 4000 biopelet yang rendah dan pembakaran
Karbon % Min. 14 yang kurang efisien (Lat ief dan
Terikat Sus ila, 2015). Berdasarkan hasil
(Prabawa dan Miyono, 2018) penelitian, kadar air yang diperoleh
Penelitian membuat biopelet berkisar 4 – 8%.
campuran cangkang dan daging biji karet
menggunakan alat screw oil press
machine. Dalam hal ini diharapkan biji
karet dapat dimanfaatkan dengan cara

Kadar Air (%)


diolah menjadi biopelet dengan Suhu 200ᵒC

memvariasikan komposisi bahan, putaran Suhu 150ᵒC

motor dan suhu pemanasan sehingga


didapatkan kualitas biopelet yang baik
untuk nantinya dapat digunakan sebagai
Perbandingan Cangkang dan Daging Biji Karet
bahan bakar alternatif. (w/w)

METODE Gambar 1. Grafik Pengaruh Temperatur dan


Biji karet yang telah diperkecil Komposisi Biji Karet Terhadap Kadar Air
ukurannya dimasukkan kedalam funnel Kadar air terendah terdapat
pada screw oil press machine. terdapat di biopelet pada temperatur
Selanjutnya, mengatur kondisi operasi 200°C dengan rasio campuran cangkang
yang akan digunakan berupa kecepatan dan daging biji karet 80:20 sebesar 4%
putar ulir dan temperatur pengepresan. dan tertinggi di biopelet pada temperatur
Biopelet yang telah terbentuk ditampung 100°C dengan rasio campuran cangkang
di wadah penampung dan dianalisa dan daging biji karet 40:60 sebesar 8%.
kualitasnya. Kualitas biopelet ditentukan Kadar air yang dihasilkan telah
oleh kadar air, kadar zat terbang, kadar memenuhi standar kualitas pelet
abu, kadar karbon tertambat, dan nilai berdasarkan SNI 8021-2014 yakni
kalor. Analisa kualitas minyak kelapa maksimal 12%.
dilakukan berdasarkan SNI 8021-2014. Semakin tinggi temperatur dari
rentan 150–200°C menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN penurunan pada kadar air. Hal tersebut
Data yang didapat pada penelitian dapat dilihat dari gambar 1 yang
ini diambil secara langsung oleh peneliti menunjukan terjadinya penurunan kadar
dengan melakukan percobaan terhadap air dengan semakin besarnya temperatur
screw oil press machine sebagai alat pemanasan pada proses pembuatan
pengepresan mekanik tipe ulir. Pada biopelet. Dari grafik dapat dilihat bahwa
penelitian ini menggunakan bahan baku kadar air terendah pada variasi
biji karet yang diambil biopeletnya parameter 200°C dengan rasio
sebagai produk. campuran cangkang dan daging biji
Beberapa pengukuran telah karet 80:20. Menurut Latief dan Susila
dilakukan untuk mengetahui kualitas (2015) hal ini disebabkan karena
38 Jurnal Fluida Volume 12, No. 1, Mei 2019, Hlm. 35 - 42

banyaknya lignin yang mampu dengan rasio campuran cangkang dan


dilelehkan akibat temperatur pemanasan daging biji karet 40:60 memiliki kadar
yang tinggi sehingga mampu abu yang paling tinggi yaitu 4,9505%.
merekatkan struktur biji karet yang
Sedangkan kadar abu terendah terdapat
menyebabkan pori-pori pada biopelet
menjadi kecil sehingga sulit masuknya pada temperatur 200 °C dengan rasio
kandungan air, selain itu juga, transfer campuran cangkang dan daging biji karet
panas pada biopelet semakin besar 80:20 sebesar 1,9802%.Nilai kadar abu
seiring besarnya temperatur pemanasan yang dihasilkan pada penelitian ini tidak
pada proses pencetakan biopelet pada memenuhi standar yang telah ditetapkan
alat screw oil press machine. berdasarkan SNI 8021:2014 yaitu ≤
1,5%.
Hubungan Temperatur dan
Komposisi Biji Karet terhadap Kadar Kadar abu dipengaruhi oleh jenis
Abu dan kualitas bahan baku yang digunakan
Abu yang dihasilkan dari sisa di mana jumlah mineral setiap jenis bahan
pembakaran tidak bisa terbakar lagi dan baku berbeda. Cangkang biji karet
membutuhkan penanganan khusus merupakan bahan baku yang banyak
untuk memanfaatkan abu tersebut. mengandung zat ekstraktif, sehingga
Semakin rendah kadar abu maka
kandungan mineral-mineral dalam abu
biopelet yang dihasilkan semakin baik.
Hasil kadar abu pada biopelet cukup tinggi seperti kalsium dan lainnya,
dapat dilihat pada Gambar 2. sehingga pada proses pembakaran
biopelet tersebut banyak meninggalkan
abu sebagai sisa pembakaran. Kadar abu
yang tinggi dapat menurunkan nilai kalori
Kadar Abu (%)

suatu biopelet. Hal ini akan berpengaruh


Suhu 200ᵒC
pada panas pembakaran yang dihasilkan
Suhu 150ᵒC
semakin rendah karena adanya
penumpukan abu yang tidak terbakar
(Nilasari, 2012).
Perbandingan Cangkang dan Daging Biji Karet
(w/w)
Hubungan Temperatur dan Komposisi
Gambar 2. Grafik Pengaruh Temperatur Biji Karet terhadap Zat Terbang
dan Komposisi Biji Karet Terhadap Kadar Kadar zat terbang akan
Abu mempengaruhi kecepatan pembakaran,
waktu pembakaran dan asap yang
Berdasarkan Gambar 2, kadar abu ditimbulkan selama pembakaran. Kadar
yang diperoleh berkisar antara 1,9802 - zat terbang yang tinggi pada bahan bakar
4,9505%. Hasil pengujian kadar abu akan mengakibatkan efisiensi pada
dengan variasi temperatur 150°C dan pembakaran bahan bakar akan menurun
200°C dengan rasio campuran cangkang dan menimbulkan asap yang selama
dan daging biji karet masing-masing pembakaran. Semakin rendah kadar zat
terbang pada bahan bakar maka efisiensi
yaitu 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, dan
pada pembakaran bahan bakar akan
40:60 pada biopelet menunjukkan bahwa meningkat dan semakin sedikit pula asap
untuk biopelet dengan temperatur 200°C yang ditimbulkan selama pembakaran.
Fatria Ahmadan, Pembuatan Biopelet dari Campuran Cangkang 39
dan Daging Biji Karet Menggunakan Screw Oilpress Machine

Selain itu, tidak adanya proses Hubungan Temperatur dan Komposisi


karbonisasi. Hal ini dikarenakan tidak Biji Karet terhadap Kadar Karbon
terdapat oksigen dalam proses karbonisasi Tetap (Fixed Carbon)
yang dapat menyebabkan hilangnya Kadar karbon (fixed carbon)
komponen zat terbang dari bahan dan mempunyai peranan penting untuk
karbon tetap tertinggal dalam bahan menentukan kualitas bahan bakar karena
(Latief dan Susila, 2015). akan mempengaruhi besarnya nilai kalor.
Semakin tinggi kandungan kadar karbon
terikat dalam bahan bakar, semakin
Kadar Zat Terbang (%)

tinggi pula nilai kalor yang dihasilkan


sedangkan kadar karbon terikat yang
rendah akan menunjukkan kualitas
Suhu 200ᵒC bahan bakar yang kurang baik atau
Suhu 150ᵒC memiliki nilai kalor yang rendah (Latief
dan Susila, 2015).
Perbandingan Cangkang dan Daging Biji Karet
(w/w)
Kadar Karbon (%)
Gambar 3. Grafik Pengaruh Temperatur
Dan Komposisi Biji Karet terhadap Kadar
Zat Terbang Suhu 200ᵒC

Berdasarkan hasil penelitian, kadar Suhu 150ᵒC

zat terbang yang diperoleh berkisar


antara 77,1881 - 85,0594%. Kadar zat
terbang paling tinggi terdapat pada Perbandingan Cangkang dan Daging Biji Karet
(w/w)
biopelet dengan variasi temperatur 100°C
Gambar 4. Grafik Pengaruh Temperatur
dengan rasio campuran cangkang dan dan Komposisi Biji Karet terhadap Kadar
daging biji karet 50:50 sebesar 85,0594% Karbon Tetap
dan terendah terdapat pada biopelet Berdasarkan Gambar 4, dapat
dengan variasi temperatur 200°C dengan dilihat bahwa kadar karbon tetap
rasio campuran cangkang dan daging biji tertinggi terdapat pada biopelet dengan
karet 80:20 sebesar 77,1881%. Dikutip temperatur 200°C dengan rasio
dari jurnalnya, Patria dkk (2015) cangkang dan daging biji karet sebesar
menuliskan bahwa semakin besar 16,8317%. Berdasarkan tulisan Patria
temperatur pemanasan biopelet semakin dkk (2015), semakin tinggi suhu
kecil kandungan zat terbangnya, hal ini pemanasan maka kadar karbon tetap
disebabkan karena proses pemanasan akan semakin besar. Hal ini dapat
pada temperatur yang tinggi disebabkan karena ketika bahan baku
menyebabkan berkurangnya kandungan diproses pada suhu yang tinggi (200°C)
zat terbangnya, dikarenakan zat terbang maka volatile matter dan kadar air akan
hanya mampu dihilangkan pada berkurang, sehingga dengan semakin
temperatur tinggi. Kadar zat terbang pada tingginya suhu pemanasan maka
seluruh sampel biopelet telah memenuhi kandungan volatile matter dan kadar air
standar SNI 8021:2014, yang dalam biopelet juga akan semakin
mensyaratkan nilai kadar zat terbang banyak berkurang, dan menyebabkan
maksimal 80%. kadar karbon padat yang terdapat di
dalam biopelet akan semakin banyak.
40 Jurnal Fluida Volume 12, No. 1, Mei 2019, Hlm. 35 - 42

Hubungan Temperatur dan Komposisi Kadar air yang tinggi menurunkan nilai
Biji Karet terhadap Kerapatan kalor sehingga akan mengurangi efisiensi
(Densitas) konversi dan kinerja karena sejumlah
Nilai bakar dari bahan bakar padat energi akan digunakan untuk
itu ditentukan oleh kerapatan yang ada menguapkan air tersebut. Hal ini akan
didalam bahan bakar padat. Kerapatan menyebabkan terjadinya kehilangan
merupakan suatu besaran turunan yang kalor atau panas untuk mendorong reaksi
digunakan untuk melambangkan pembakaran, sehingga suhu pembakaran
perbandingan antara massa benda dengan menjadi lebih rendah (Prabawa, 2018).
volume dari suatu benda (Latief dan
Susila, 2015). Gambar 5 menunjukkan
pengaruh temperatur dan komposisi biji

Kadar Kalor (Cal/gr)


karet terhadap kerapatan (densitas).
Suhu
200ᵒC
Kerapatan (gr/cm3)

Suhu
150ᵒC

Suhu 200ᵒC

Suhu 150ᵒC Perbandingan Cangkang dan Daging Biji


Karet (w/w)
Perbandingan Cangkang dan Daging Biji Gambar 6. Grafik Pengaruh Temperatur
Karet (w/w)
dan Komposisi Biji Karet terhadap Nilai
Kalor
Gambar 5. Grafik Pengaruh Temperatur
dan Komposisi Biji Karet Terhadap
Kerapatan
Berdasarkan hasil penelitian, nilai
kalor biopelet yang diperoleh berkisar
Berdasarkan hasil penelitian, antara 4.218,9294 sampai 5.083,4919
kerapatan biopelet yang diperoleh kal/gr. Nilai kalor yang dihasilkan telah
berkisar antara 1,1704 - 1,7038gr/cm3. memenuhi standar kualitas pelet
Kerapatan yang dihasilkan pada berdasarkan SNI 8021-2014.
penelitian ini telah memenuhi standar Nilai kalor berpengaruh terhadap
kerapatan biopelet berdasarkan SNI temperatur pemanasan. Semakin
8021-2014 sebesar ≥0,8%. Kerapatan besarnya temperatur menyebabkan
sangat mempengaruhi dalam proses terjadi kenaikan nilai kalor karena kadar
pendistribusian biopelet, dimana semakin air, abu dan zat terbangnya menurun.
rapat biopelet yang dihasilkan maka Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai
semakin mudah dalam pendistribusian kalor menunjukkan bahwa parameter
biopelet dikarenakan kerapatan yang temperatur dan komposisi biji karet
tinggi menghasilkan struktur biopelet berpengaruh secara nyata terhadap nilai
yang kokoh dan juga kompak (Selpiana, kalor pada biopelet (Haryanti dkk, 2018).
2014) Variasi temperatur 200°C dengan rasio
campuran cangkang dan daging biji karet
Hubungan Temperatur dan Komposisi 80:20 merupakan kondisi yang paling
Biji Karet terhadap Nilai Kalor optimum karena dapat menghasilkan
Nilai kalor merupakan parameter nilai kalor yang paling tinggi yaitu
penting dalam menentukan kualitas sebesar 5.083,4919 kal/gr sedangkan
bahan bakar yang dipengaruhi oleh kadar biopelet dengan variasi parameter
air, kadar abu dan kadar karbon terikat. temperatur 150°C dengan rasio campuran
Fatria Ahmadan, Pembuatan Biopelet dari Campuran Cangkang 41
dan Daging Biji Karet Menggunakan Screw Oilpress Machine

cangkang dan daging biji karet 40:60 baik sehingga mampu menghasilkan
menghasilkan nilai kalor terendah sebesar biopelet berkualitas baik sesuai standar
4.218,9294 kal/gr, namun secara teori SNI 8021-2014. Perlunya dilakukan
nilai kalor dari biopelet yang dihasilkan, perawatan pada alat agar dapat bekerja
semuanya memiliki nilai kalor sesuai lebih baik lagi.
dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)
yakni sebesar ≥ 4.000 kal/gr, sehingga DAFTAR RUJUKAN
dapat disimpulkan bahwa biopelet yang Anindhita. 2018. Outlook Energi
dihasilkan layak untuk digunakan sebagai Indonesia. Tangerang Selatan:
bahan bakar alternatif. Pusat Pengkajian Industri Proses
dan Energi (PPIPE).
SIMPULAN Astawan, I. K.; Agustina, L.; & Susi.
Berdasarkan hasil penelitian dan 2018. Pemanfaatan Cangkang Biji
pengamatan serta telah dilakukan Karet (Hevea rasiliensis) dan
pengambilan data, maka dapat Cangkang Kemiri (Aleurites
disimpulkan: moluccana) sebagai Bahan Baku
1. Dari hasil penelitian dapat dilihat Biobriket. ISSN ELEKTRONIK
bahwa kondisi optimum untuk 2355-3545, 111-122.
mendapatkan kualitas biopelet Badan Standarisasi Nasional. 2014. Pelet
terbaik yaitu pada temperatur 200°C Kayu. SNI 8021: 2014. Jakarta
dengan rasio campuran cangkang Buana, A. L.; & Susila, I. W. 2015.
dan daging biji karet 80:20. Pemanfaatan Bungkil dan Kulit Biji
2. Biopelet pada kondisi optimum telah Karet sebagai Bahan Bakar
memenuhi standar SNI 8021-2014 Alternatif Biobriket dengan Perekat
pada beberapa analisa berupa kadar Tetes Tebu. 7-15.
air sebesar 4,00%, kadar zat terbang Deli, Masturah, F.; Aris, T.; & Nadiah,
77,1881%, kadar karbon tetap W. 2011. The Effect of Physical
16,8317%, kerapatan 1,6322 gr/cm3, Parameters of the Screw Press Oil
dan nilai kalor 5.083,4919 kal/gr. Expeller on Oil Yield from Nigella
Akan tetapi, kadar abu yang sativa L Seeds. International Food
dihasilkan tidak sesuai standar Research Journal, 1367-1373.
(melebihi batas maksimum) yakni Haygreen J.G dan Bowyer. 1996. Hasil
sebesar 1,9802%. Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta
: Gajah Mada University Press.
Untuk meningkatkan kinerja alat Haryanti, N. H.; Noor, R.; dan Aprilia, D.
dan memperbaiki kelemahan yang ada, 2018. Karakteristik dan Uji Emisi
perlu dilakukan peninjauan kembali Briket Campuran Cangkang Biji
terhadap alat tersebut saat melakukan Karet dan Abu Dasar Batubara.
pencetakan biopelet. Untuk ISBN 978-602-6483-63-8.
memaksimalkan penelitian biopelet
Hendaryati, D. D.; & Arianto, Y. 2017.
dengan metode pengeprsan berulir Statistik Perkebunan Indonesia.
(screw pressing) maka diperlukan Jakarta: Sekretariat Direktorat
penelitian lanjutan yang mampu Jenderal Perkebunan.
menjadi alternatif bagi permasalahan Kong, G.T. 2010. Peran Biomassa bagi
ditengah masyarakat. Disarankan untuk Energi Terbarukan Jakarta: PT
membuat perbandingan bahan biopelet
Alex Media Komputindo
dengan persentase campuran daging biji Latief, Ahmad; & Susila, I Wayan. 2015.
karet lebih rendah untuk mengetahui Pemanfaatan Bungkil dan Kulit Biji
apakah hasil yang didapatkan bisa lebih
42 Jurnal Fluida Volume 12, No. 1, Mei 2019, Hlm. 35 - 42

Karet Sebagai Bahan Bakar PFI (Pellet Fuel Institute). 2007. Pellets :
Alternatif Biobriket dengan Perekat Industry Specifics.
Tetes Tebu. Jurnal Teknik Mesin Prabawa, I. D.; & Miyono. 2018. Mutu
Universitas Negeri Surabaya Biopelet dari Campuran Cangkang
03(03): 7-15. Buah Karet dan Bambu Ater
Luftinor. 2014. Penggunaan Lilin dari (Gigantochioa atter). Jurnal Riset
Minyak Biji Karet untuk Industri Hasil Hutan, 99-110.
Pembuatan Kain Batik. Jurnal Selpiana, Sugianto, A.; & Ferdian, F.
Dinamika Penelitian, 125-132. 2014. Pengaruh Temperatur &
Nilasari, U. R. 2012. Pra Rancang Komposisi pada Pembuatan
Bangun Briket Cangkang Biji Karet Biobriket dari Cangkang Biji Karet
dengan Kapasitas 8.900 dan Plastik Polietilen. Seminar
Ton/Tahun. Nasional Added Value of Energy
Pari, Gustan. 2002. Teknologi Alternatif Resources (AVoER)
Pemanfaatan Limbah Industri Siahaan, Sarma.; & Setyaningsih, Dwi;
Pengolahan Kayu. Bogor : Fakultas Haryadi. 2011. Potensi
Sains Institut Pertanian Bogor. Pemanfaatan Biji Karet Sebagai
Patria, D. R.; Putra, R. P.; & Melwita, E. Sumber Energi Alternatif
2015. Pembuatan Biobriket dari Biokerosin. Jurnal Program Studi
Campuran Tempurung dan Pengelolaan dan Sumber Daya
Cangkang Biji Karet dengan
Batubara Peringkat Rendah. Jurnal
Teknik Kimia.

Anda mungkin juga menyukai