Anda di halaman 1dari 9

JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN NANAS (Ananas comosus)


SEBAGAI BAHAN DASAR ARANG AKTIF UNTUK ADSORPSI Fe(II)

Ab. Ari Setiawan1*, Anis Shofiyani1, Intan Syahbanu1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak
*
email: ABARISETIAWAN@gmail.com

ABSTRAK
Daun nanas (Ananas comosus) merupakan bagian tanaman nanas yang kurang dimanfaatkan
masyarakat sehingga menjadi limbah. Daun nanas mengandung serat selulosa sebesar 69,5-
71,5% yang berpotensi dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang daun nanas dibuat dengan
cara dikarbonisasi selama 1 jam pada suhu 300 dan diaktivasi menggunakan H2SO4 1 M atau
H3PO4 1 M selama 24 jam. Arang aktif yang dihasilkan digunakan untuk adsorpsi logam Fe(II)
dengan mengkaji model kinetika, kapasitas dan isoterm adsorpsi. Arang daun nanas tanpa
aktivasi, teraktivasi H2SO4 dan H3PO4 memiliki kadar air masing-masing sebesar 4,3248%,
1,248% dan 1,258%; kadar abu sebesar 4,1549%, 0,950% dan 1,729%; daya serap iodin
sebesar 274,3582 mg/g, 382,1576 mg/g dan 371,2104 mg/g; luas permukaan sebesar
520,5939 m2/g, 725,1430 m2/g dan 704,3707 m2/g; daya serap metilen biru sebesar 58,4140
mg/g, 58,6822 mg/g dan 58,4548 mg/g dengan luas permukaan sebesar 216,5807 m2/g,
217,5751 m2/g dan 216,7320 m2/g. Gugus fungsional pada arang daun nanas dan arang aktif
ditunjukkan melalui vibrasi OH regangan di 3058,99 dan 3194,13; vibrasi C=O regangan di
1899,86 dan 1999,56; vibrasi C=C aromatik di 1574,10 dan 1595,56; vibrasi CO di 1224,93 dan
1376,71; vibrasi CH aromatik di 755,03 dan 767,17. Kinetika adsorpsi Fe(II) pada arang daun
nanas teraktivasi H2SO4 dan H3PO4 mengikuti model pseudo orde 2 dengan nilai R2 sebesar
0,968 dan 0,994. Kapasitas adsorpsi Fe(II) pada arang teraktivasi H2SO4 dan H3PO4 sebesar
2,15 mg/g dan 1,025 mg/g, mengikuti model adsorpsi isoterm Langmuir dengan nilai R2 sebesar
0,908 dan 0,996.

Kata kunci : adsorpsi, arang aktif, asam fosfat, arang tanpa aktivasi, asam sulfat, besi, daun
nanas, kapasitas adsorpsi

PENDAHULUAN banyak dimanfaatkan. Pada saat panen,


tanaman ini harus diganti dengan tanaman
Tanaman nanas (Ananas comosus)
nanas yang baru sedangkan daunnya
merupakan tanaman yang batangnya
hanya dibuang sebagai limbah dari petani
pendek. Nanas merupakan tanaman
nanas. Tanaman nanas akan dibongkar
monokotil dan bersifat merumpun (bertunas
setelah dua atau tiga kali panen untuk
anakan). Daunnya panjang sekali, pada
diganti tanaman baru, yang mengakibatkan
tepinya tumbuh duri yang menghadap ke
limbah daun nanas terus bertambah.
atas (ke arah ujung daun) dan daun muncul
Adanya senyawa-senyawa karbon seperti
serta terkumpul pada pangkal batang.
selulosa dan lignin yang terdapat didalam
Daunnya mempunyai serat panjang
daun nanas, sehingga berpotensi untuk
(Sunarjono, 2008).
dijadikan sebagai bahan dasar adsorben.
Komposisi atau kandungan kimia dari
Berbagai jenis adsorben telah
serat daun nanas adalah sellulosa, lignin,
dikembangkan antara lain menggunakan
pektin, lemak dan wax, abu dan zat-zat lain
arang aktif. Arang aktif merupakan arang
(protein dan asam organic lainnya). Menurut
yang memiliki ruang pori sangat banyak
Hidayat (2008), terdapat 69,5-71,5%
dengan ukuran tertentu yang dapat
selulosa dalam serat daun nanas.
menangkap partikel-partikel yang akan
Pemanfaatan tanaman nanas selama ini
diserap (Irmanto dan Suyata, 2010). Arang
hanya sebatas pada buahnya saja
aktif juga mudah dipreparasi dari berbagai
sedangkan daun nanas relatif belum

66
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

jenis limbah yang dapat dimanfaatkan untuk (natrium tiosulfat), metilen biru, KI (kalium
pengolahan limbah di perairan. iodide), KIO2 (kalium iodat) dan Na2CO3
Air banyak digunakan untuk aktivitas (natrium karbonat).
sehari-hari. Aktivitas yang dilakukan dapat
menimbulkan dampak negatif pada Prosedur Kerja
lingkungan. Dampak tersebut seperti bahan Preparasi sampel daun nanas
pencemar yang dapat merusak ekosistem Dipilih daun nanas yang baik, bagus
lingkungan bagi makhluk hidup yang dan bebas dari hama untuk dijadikan
bergantung dengan memanfaatkan air sampel penelitian. Sampel daun nanas
tersebut. Air yang mengalami pencemaran yang sudah dipilih, dicuci bersih
mengandung bahan anorganik, bahan menggunakan air mengalir dan dipotong
toksik serta logam berat. Salah satu jenis kecil-kecil. Selanjutnya dikeringkan di
logam berat yang sering terdapat dalam bawah sinar matahari.
perairan adalah Fe (II).
Pada kadar 1-2 ppm, besi dapat Pembuatan arang aktif
menyebabkan air berwarna kuning, terasa Pembuatan arang aktif dilakukan
pahit dan akan meninggalkan noda pada mengacu pada penelitian Ogata (2011) dan
pakaian. Tingginya kadar besi pada air, Kyzas (2012). Sampel daun nanas yang
membuat air tidak dapat dikonsumsi karena sudah kering serta sudah berubah warna
dapat menyebabkan permeabilitas dinding menjadi kuning kecoklatan dikarbonisasi
pembuluh kapiler darah meningkat dalam tanur pada suhu 300˚C selama 1
sehingga plasma darah akan merembes jam. Arang daun nanas yang sudah
keluar (Darmono, 2001). dihasilkan didinginkan dan dihitung
Pada penelitian ini dilakukan rendemennya dengan cara
pembuatan arang aktif dari bahan dasar membandingkan berat sampel sebelum dan
limbah daun nanas. Proses aktivasi setelah dikarbonisasi. Arang yang sudah
dilakukan menggunakan asam H2SO4 dan terbentuk ini dihaluskan dan diayak dengan
H3PO4 untuk melihat pengaruh jenis asam ukuran 100 mesh.
yang berbeda terhadap kualitas arang aktif Aktivasi arang dilakukan menggunakan
yang dihasilkan. Arang aktif hasil penelitian larutan asam berupa H3PO4 dan H2SO4
digunakan untuk menyerap ion logam Fe(II). mengacu pada penelitian Irmanto dan
Suyata (2010) dan Alfiany, dkk., (2013).
METODOLOGI PENELITIAN Arang daun nanas ditimbang sebanyak 50
gram, direndam sambil diaduk dalam 250
Alat dan Bahan
mL larutan H3PO4 dan H2SO4 masing-
Alat yang digunakan pada penelitian ini
masing dengan konsentrasi 1 M sebanyak
antara lain adalah tanur, oven, desikator,
250 mL selama 24 jam, kemudian disaring.
ayakan ukuran 100 mesh, neraca analitik,
Padatan dicuci menggunakan akuades dan
shaker, pH-meter dan seperangkat alat
dikeringkan dalam oven dengan waktu dan
gelas antara lain botol kaca, botol semprot,
suhu secara bertingkat pada suhu awal
cawar porselin, desikator, labu ukur, labu
50˚C selama 30 menit dilanjutkan pada
erlenmeyer, gelas beaker, batang pengaduk
suhu sebesar 80˚C selama 45 menit
dan spatula. Sedangkan instrumentasi yang
kemudian digerus terlebih dahulu dan
akan dipergunakan pada penelitian adalah
berikutnya pada suhu sebesar 110˚C
spektrofotometer serapan atom (AAS),
selama 45 menit, selanjutnya dimasukkan
Spektrofotometri FTIR dan spektrofotometer
dalam desikator 30 menit.
UV-Vis.
Bahan utama yang digunakan pada
Karakterisasi arang aktif
penelitian ini adalah daun nanas yang
a. Kadar air
berasal dari kebun nanas di Jalan 28
Penentuan kadar air dilakukan mengacu
Oktober, Siantan Hulu, Pontianak Utara,
pada Mu’jizah (2010). Krus porselin
Kota Pontianak, Kalimantan Barat,
dipanaskan pada suhu 110˚C selama 3 jam
sedangkan bahan kimia yang digunakan
kemudian didinginkan dalam desikator
antara lain adalah akuades, H3PO4 (Asam
selama 30 menit. Selanjutnya ditimbang,
fosfat), H2SO4 (Asam sulfat), FeCl2.4H2O,
prosedur dilakukan beberapa kali dengan
indikator amilum, I2 (Iod), Na2S2O3.5H2O
selang waktu yang sama hingga tercapai

67
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

berat konstan. Satu gram arang aktif d. Daya serap metilen biru
dimasukkan dalam krus porselin yang telah Penentuan daya serap metilen biru
diketahui beratnya, dipanaskan dalam oven dilakukan dengan mengukur panjang
pada suhu 110˚C selama 1 jam dan gelombang maksimum larutan metilen biru
didinginkan dalam desikator selama 30 3 dan 5 mg/L pada kisaran 500-700 nm.
menit, kemudian ditimbang. Prosedur Selanjutnya dibuat kurva standar dengan
tersebut dilakukan berulang hingga tercapai variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5 mg/L
berat konstan. Kadar air dihitung sebagai pada panjang gelombang maksimum
berikut: metilen biru. Sebanyak 0,1 gram adsorben
Kadar air = x 100% dicampur dengan 30 mL larutan metilen biru
50 mg/L dan dilakukan pengadukan
menggunakan shaker dengan kecepatan
b. Kadar abu
120 rpm selama 50 menit. Campuran
Penentuan kadar abu dilakukan
disaring dan diukur absorbansinya dengan
mengacu pada Mu’jizah (2010). Satu gram
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
arang aktif yang telah ditentukan kadar
pada panjang gelombang maksimum
airnya, dibakar dalam tanur pada suhu
metilen biru. Konsentrasi metilen biru yang
600˚C selama 3 jam dan dimasukkan dalam
teradsorpsi pada waktu kontak maksimum
desikator selama 30 menit, kemudian
digunakan untuk menghitung luas
ditimbang hingga diperoleh berat konstan.
permukaan arang aktif (Nafie dkk., 2013).
Penentuan kadar dihitung menggunakan
Xm metilen biru =
persamaan berikut:
Kadar abu = x 100%

c. Daya serap iodin Luas Permukaan =


Arang aktif ditimbang sebanyak 0,5
gram, dipindahkan kedalam botol kaca, dengan Xm adalah kapasitas adsorpsi
dimasukkan larutan iodium 0,1 N sebanyak metilen biru (mg/g), N adalah bilangan
50 mL dan diaduk menggunakan shaker
Avogadro (6,02 molekul/mol), A adalah
selama 15 menit dan didiamkan selama 15
luas penampang metilen biru (197
menit. Selanjutnya disaring dan filtrat di
m2/molekul) dan Mr adalah masa
ambil sebanyak 10 mL ke dalam erlemeyer.
relatif metilen biru (gr/mol).
Kemudian dititrasi dengan Natrium Tiosulfat
0,1 N. Titrasi dilakukan hingga warna
Penentuan waktu kontak optimum Fe(II)
kuning hampir hilang, kemudian
pada arang aktif daun nanas teraktivasi
ditambahkan indikator amilum 1 % dan
H3PO4 dan H2SO4
dititrasi kembali hingga titik akhir titrasi
Arang aktif daun nanas ditimbang
terjadi yang ditandai dengan warna biru
sebanyak 0,5 gram, dimasukkan ke dalam
tepat hilang. Perlakuan dilakukan secara
larutan sampel FeCl2.4H2O sebanyak 50 mL
duplo (Alfiany dkk., 2013).
dengan konsentrasi 250 mg/L. Kemudian
Iod yang teradsorpsi (mg/g) = diaduk menggunakan shaker dengan
( ) kecepatan 120 rpm. Pengocokan dilakukan
pada waktu yang divariasi 10, 30, 60, 120
Luas permukaan = =( dan 180 menit. Selanjutnya larutan
didiamkan selama 15 menit dan disaring.
Kandungan ion besi dalam filtrat diukur
dengan Qm adalah kapasitas adsorpsi daya menggunakan spektrofotometer serapan
serap iod (mg/g) , BE adalah berat atom (AAS). Perlakuan diulangi sebanyak 2
ekuivalen iodin (126,904 gr/mol) , N adalah kali.
bilangan Avogadro (6,02 x 1023
molekul/mol) dan A adalah luas permukaan Penentuan kapasitas adsorpsi Fe(II)
1 mol iodin (0,40 x 10-18 m2/molekul). pada arang aktif teraktivasi H3PO4 dan
H2SO4
Larutan FeCl2.4H2O dipipet masing-
masing 50 mL dengan variasi konsentrasi

68
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

10, 25, 50, 100, 500 mg/L kedalam botol daun nanas yang dihasilkan sesuai dengan
adsorpsi kemudian ditambahkan 0,5 gram Standar Nasional Indonesia yakni tidak
arang daun nanas teraktivasi H3PO4 dan melewati batas maksimal yaitu 15%.
H2SO4. Campuran diaduk dengan shaker
dengan kecepatan 120 rpm selama selang b. Kadar abu
waktu optimum yaitu 120 menit. Disaring Penentuan kadar abu bertujuan untuk
campuran dan filtrat dianalisa kadar Fe(II) mengetahui kandungan mineral yang
dengan spektrofotometer serapan atom tersisa dalam arang aktif karena bahan
(AAS). Perlakuan diulangi sebanyak 2 kali. dasar pembuatan arang aktif tidak hanya
mengandung senyawa karbon saja
HASIL DAN PEMBAHASAN melainkan terdapat beberapa mineral.
Arang Aktif Hasil Preparasi Dari Daun Mineral umumnya akan hilang pada saat
Nanas proses karbonisasi serta aktivasi tetapi
Tahap berikutnya dilakukan aktivasi. masih dimungkinkan terdapat kandungan
Aktivasi arang daun nanas bertujuan untuk yang tertinggal didalam pori-pori arang aktif.
menghilangkan pengotor yang terdapat Kandungan abu akan mengakibatkan
pada pori-pori atau untuk membuka pori- kualitas dari arang aktif turun menyebabkan
pori arang yang tertutup oleh sisa penyumbatan dari pori arang aktif sehingga
karbonisasi. Kemampuan untuk menyerap akan mempengaruhi daya serap pada
pengotor akan menjadi lebih tinggi jika adsorpsi (Herlandien, 2013). Luas
arang diaktivasi. Pada penelitian ini permukaan pada arang aktif akan
digunakan larutan aktivator asam H3PO4 1 berkurang akibat dari penyumbatan pori
M dan H2SO4 1 M dengan cara tersebut.
merendamkan arang daun nanas selama Berdasarkan hasil yang diperoleh, hasil
24 jam. Rendemen yang diperoleh pada kadar abu pada arang tanpa aktivasi
arang aktif daun nanas teraktivasi H2SO4 sebesar 4,1549%, hasil kadar abu pada
dan H3PO4 masing-masing adalah sebesar arang atkif H2SO4 sebesar 0,9503% dan
77,2676% dan 79,7098%. hasil kadar abu arang aktif H3PO4 sebesar
1,7295%. Hasil dari penentuan kadar abu
Karakteristik arang aktif daun nanas yang diperoleh menyatakan bahwa sisa-
a. Kadar air sisa kandungan mineral dalam arang aktif
Penentuan kadar air bertujuan untuk yang diperoleh mengalami pembuangan
mengetahui kandungan air yang berada pada saat proses aktivasi sehingga tidak
dalam rongga atau menutupi pori-pori pada mengalami penutupan pori pada arang aktif.
arang aktif daun nanas. Kandungan air Berdasarkan Standar Nasional Indonesia,
yang terdapat pada arang aktif daun nanas kadar abu arang aktif daun nanas masih
dihilangkan dengan menguapkan terlebih masuk dalam rentang yang diperolehkan,
dahulu dengan menggunakan oven pada yaitu maksimum 10%.
suhu 1100 C selama 60 menit. Tinggi
rendahnya kadar air menunjukkan banyak c. Daya Serap Iodin
atau sedikitnya air yang menutupi pori-pori Penentuan daya serap iodium bertujuan
arang aktif. Kadar air yang rendah untuk mengetahui kemampuan dari arang
menunjukkan banyak rongga atau celah aktif untuk mengadsorpsi adsorbat. Hasil
dalam pori yang dapat ditempati oleh karakterisasi daya serap iodium yang
adsorbat sehingga adsorpsi berlangsung dihasilkan menunjukkan bahwa arang aktif
secara optimal (Mu’jizah, 2010). yang diaktivasi dengan larutan H2SO4,
Kadar air yang terkandung dalam arang H3PO4 maupun arang tanpa aktivasi tidak
aktif daun nanas teraktivasi H2SO4 memenuhi Standar Nasional Indonesia
diperoleh sebesar 1,2479%, pada arang karena hasil daya serap iodium kurang dari
aktif daun nanas teraktivasi H3PO4 sebesar 750 mg/g. Hasil daya serap iodin arang
1,2584% serta pada arang tanpa aktivasi tanpa aktivasi sebesar 274,3582%, pada
sebesar 4,1549%. Aktivator yang dapat aktif daun nanas teraktivasi H2SO4 sebesar
mengikat air dengan baik dalam arang aktif 382,1576 mg/g dan pada arang aktif daun
cenderung menghasilkan kadar air yang nanas teraktivasi H3PO4 memiliki daya
relatif rendah (Budiono dkk., 2006). Hasil ini serap yaitu sebesar 371,2104 mg/g. Tinggi
menunjukkan bahwa kadar air arang aktif rendahnya suatu daya serap arang aktif

69
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

terhadap iodium menunjukkan jumlah kurang dari 120 mg/g. Perbandingan Hasil
mikropori yang terbentuk dalam arang aktif Pengujian Arang Aktif Daun Nanas
yang dihasilkan. Hal ini akan terjadi jika disajikan pada Tabel 1.
angka iodin yang dihasilkan semakin besar Luas permukaan dari arang teraktivasi
maka suatu daya adsorpsi oleh adsorben H2SO4 dan H3PO4 daun nanas dengan
terhadap adsorbat akan semakin menggunakan aktivasi asam mengalami
meningkat, sehingga iodium yang terserap peningkatan dibandingkan arang aktif tanpa
akan lebih banyak. Sebaliknya jika nilai aktivasi. Luas permukaan yang dihasilkan
iodin yang dihasilkan semakin kecil maka berdasarkan daya serap iodin dapat dilihat
daya adsorpsi terhadap adsorben akan pada tabel menunjukkan nilai iodin relatif
semakin rendah terhadap adsorbat tinggi oleh arang aktif daun nanas sesudah
(Prawirakusumo dan Utomo, 1970). aktivasi. Luas arang aktif kedua aktivator
besarnya hampir sama. Sedangkan pada
d. Daya serap metilen biru arang daun nanas tanpa aktivasi nilai luas
Pengukuran daya serap metilen biru permukaan relatif lebih rendah
bertujuan dalam mengetahui kemampuan dibandingkan dengan arang yang sudah
arang aktif untuk menyerap larutan diaktivasi.
berwarna dengan ukuran molekul dari 15- Luas permukaan daya serap iodin nilai
25 Angstrom atau 150-250 nm. Daya serap yang dihasilkan lebih tinggi bila
metilen biru dilakukan dengan mengukur dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan
panjang gelombang larutan metilen biru oleh daya serap metilen biru. Menurut
dengan rentang 500-700 nm dengan Achmad (2011) hal tersebut disebabkan
menggunakan analisa Spektrofotometri UV- ukuran molekul iodin (<10 Angstrom) yang
Vis. Persamaan yang diperoleh dari kurva lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
standar yaitu y = 0,20581x + 0,05135 molekul dari metilen biru (15-25 Angstrom)
dengan nilai regrasi sebesar 0,99997. sehingga lebih banyak molekul iodin yang
Daya serap metilen biru pada penelitian teradsorpsi. Hal ini memiliki kaitan dengan
untuk arang tanpa aktivasi sebesar 58,4140 tujuan penggunaan arang aktif daun nanas
mg/g, pada arang aktif teraktivasi H2SO4 yang sudah dihasilkan. Berdasarkan daya
sebesar 58,6822 mg/g dan pada arang aktif serap antara iodin dan metilen biru serta
teraktivasi H3PO4 sebesar 58,4548 mg/g. luas permukaan yang dimiliki oleh arang
hal ini menunjukkan bahwa arang aktif hasil aktif daun nanas lebih efektif digunakan
penelitian tidak sesuai untuk menyerap untuk mengadsorpsi molekul yang
pengotor-pengotor yang merupakan berukuran kecil seperti ion logam
molekul dengan ukuran relatif besar seperti dibandingkan untuk menyerap molekul
zat warna atau molekul organic yang lain. berukuran besar seperti molekul yang
Hasil dari arang tanpa aktivasi dan arang berwarna (Imawati, 2015). Perbadingan
aktif teraktivasi H2SO4 maupun H3PO4 ini luas permukaan (m2/g) yang menyatakan
tidak memenuhi Standar Nasional kemampuan adsorben dalam menyerap
Indonesia karena daya serap tersebut adsorbat ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Perbandingan Hasil Pengujian Arang Aktif Daun Nanas dengan SNI (06-3730-1995)
Data Uji Arang Daun Nanas SNI
Tanpa Aktivasi H2SO4 H3PO4
Kadar Air 4,3248% 1,2479% 1,2584% Max. 15%
Kadar Abu 4,1549% 0,9503% 1,7295% Max. 10%
Daya Serap Iodin 274,3582 mg/g 382,1576 mg/g 371,2104 mg/g Min. 750 mg/g
Daya Serap Metilen Biru 58,4140 mg/g 58,6822 mg/g 58,4548 mg/g Min. 120 mg/g

Tabel 2. Luas Permukaan Arang Daun Nanas dan Sesudah Aktivasi.


Arang Daun Nanas Luas Permukaan m2/g
Daya serap iodin Daya serap metilen biru
Arang Aktif H2SO4 725,1430 217,5751
Arang Aktif H3PO4 704,3707 216,7320
Arang Tanpa Aktivasi 520,5939 216,5807

70
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

Karakteristik gugus fungsional arang cm-1; 1991,17 cm-1 merupakan vibrasi C=O
aktif daun nanas serta diperkuat pada pita serapan spektrum
Analisis FTIR dilakukan terhadap arang pada bilangan gelombang 1224,93 cm-1;
tanpa aktivasi, arang aktif H2SO4 dan arang 1226,64 cm-1; 1376,71 cm-1 merupakan
aktif aktif H3PO4 bertujuan untuk vibrasi C-O (Wibowo, dkk., 2011). Pita
mengetahui perubahan yang terjadi selama serapan spektrum pada bilangan
proses aktivasi kimia. Hasil FTIR disajikan gelombang 1595,22 cm-1; 1595,56 cm-1;
pada Gambar 1. 1574,10 cm-1 merupakan vibrasi C=C
Secara umum, pola hasil spektrum FTIR aromatik dan pita serapan spektrum pada
arang teraktivasi H2SO4 dan H3PO4 tidak bilangan gelombang 755,03 cm-1; 755,86
jauh berbeda dengan arang yang tanpa cm-1; 7767,17 cm-1 merupakan vibrasi C-H
aktivasi. Pada spektum FTIR arang aromatik. Arang dan arang aktif yang
teraktivasi H2SO4 dan H3PO4 maupun arang dihasilkan memiliki pola serapan dengan
tanpa aktivasi, pita serapan spektrum jenis ikatan –OH, C-H, C-O, C=C dan C=O.
ditunjukkan pada bilangan gelombang ada pun ikatan jenis O-H dan C-O
3058,89 cm-1; 3063,49 cm-1; 3194,13 cm-1 menunjukkan bahwa arang maupun arang
merupakan vibrasi -OH regangan. Pita aktif yang dihasilkan cenderung bersifat
serapan spektrum ditunjukkan pada lebih polar.
bilangan gelombang 1899,86 cm-1; 1999,56

Tabel 3. Bilangan gelombang serapan IR arang tanpa aktivasi, arang aktif H2SO4 dan arang
aktif aktif H3PO4.
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gugus Fungsi
Arang Tanpa Aktivasi Arang Aktif H2SO4 Arang Aktif H3PO4
OH regangan 3194,13 3058,99 3063,49
C=O regangan 1991,17 1899,86 1999,56
C=C aromatik 1574,10 1595,22 1595,56
CO 1376,71 1224,93 1226,64
CH aromatik 767,17 755,03 755,86

Gambar 1. Spektra FTIR (a) arang tanpa aktivasi (a), (b) arang teraktivasi H3PO4 dan (c) arang
teraktivasi H2SO4

71
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

Waktu Kontak Optimum Adsorpsi Fe(II) Kinetika Adsorpsi Ion logam Fe (II) Pada
Waktu kontak merupakan parameter Arang Aktif Daun Nanas Teraktivasi
penting dalam adsorpsi ion logam. H3PO4 dan H2SO4
Penentuan waktu kontak bertujuan untuk Kinetika adsorpsi menggambarkan laju
mengetahui seberapa lama waktu yang pengambilan adsorbat oleh adsorben arang
akan diperlukan oleh arang aktif untuk daun nanas teraktivasi H3PO4 dan H2SO4.
mengadsorpsi ion logam dengan maksimal. Model kinetika adsorpsi yang dipilh pada
Pengaruh waktu kontak terhadap hasil penelitian ini adalah orde 1, orde 2, pseudo-
persentase adsorpsi ditunjukkan pada orde 1 dan pseudo-orde 2. Penentuan
Gambar 2. kinetika dilakukan untuk menentukan model
Adsorpsi meningkat dengan yang sesuai digunakan untuk penelitian ini.
bertambahnya waktu kontak dan mengalami Penentuan model kinetika dikaji
penurunan setelah 120 menit. Pada awal berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2).
waktu kontak, masih banyak situs aktif Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukkan
arang aktif yang masih kosong yang dapat kesetimbangan model kinetika dengan
digunakan untuk adsorpsi Fe (II). Setelah proses atau mekanisme adsorpsi yang
120 menit, terjadi kesetimbangan. berlangsung. Hasil penentuan kinetika
Penurunan yang terjadi kemungkinan adsorpsi dengan ion logam Fe (II) dengan
disebabkan oleh desorpsi akibat arang aktif teraktivasi H2SO4 dan H3PO4
pengocokan. Waktu kontak yang pada berbagai model kinetika adsorpsi
dibutuhkan oleh arang aktif H2SO4 untuk seperti orde 1, orde 2, pseudop-orde 1 dan
menyerap larutan Fe (II) secara maksimal pseudo-orde 2 disajikan pada Tabel 4.
selama 60 menit dengan adsorpsi sebesar Adsorpsi logam Fe (II) pada arang aktif
22,63374%, sedangkan pada arang aktif daun nanas teraktivasi H2SO4 maupun
teraktivasi H3PO4, waktu kontak untuk H3PO4 mengikuti model kinetika pseudo
menyerap larutan Fe (II) selama 60 menit orde 2 dengan nilai R2 masing-masing
dengan jumlah ion teradsorpsi sebesar sebesar 0,9678 dan 0,9938. Kesesuaian
18,93004%. model kinetika pseudo orde 2 menunjukkan
bahwa proses adsorpsi Fe(II) pada arang
25 aktif daun nanas teraktivasi H2SO4 dan
H3PO4 diperkirakan dipengaruhi oleh dua
teradsorpsi ( mg/g)

20 spesies reaktan yaitu konsentrasi ion logam


15 Fe(II) dan konsentrasi situs aktif pada arang
Asam Fosfat aktif.
10 Persamaan regresi linear yang diperoleh
Asam Sulfat
5 untuk logam Fe (II) terhadap arang aktif
daun teraktivasi H2SO4 dan H3PO4, pada
0 logam Fe (II) terhadap arang aktif daun
0 50 100 150 200 nanas teraktivasi H2SO4 dengan
persamaan regresi linear y = 0,2512x –
Waktu (menit)
0,6957 dan pada logam Fe (II) terhadap
Gambar 2. Pengaruh waktu kontak arang aktif daun nanas teraktivasi H3PO4
terhadap jumlah Fe (II) dengan persamaan regresi linear y =
teradsorpsi 0,2537x – 0,9091 pada logam Fe (II)
terhadap arang aktif daun nanas teraktivasi
H3PO4.

Tabel 4. Kinetika Adsorpsi ion logam Fe (II) oleh arang aktif teraktivasi H2SO4 dan H3PO4
Model Koefisien Korelasi (R2) Koefisien Kinetika (L/mg.min)
Kinetika H2SO4 H3PO4 H2SO4 H3PO4
Orde 1 0,0454 0,0062 1x104 2x10-6
8
Orde 2 0,0404 0,0054 7x10 1x108
4
Pseudo Orde 1 0,0378 0,2988 2x10 2x106
Pseudo Orde 2 0,9678 0,9938 9,07x10-2 7,08x10-2

72
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

Kapasitas Adsorpsi Fe(II) Pada Arang 50


Aktif Teraktivasi H3PO4 dan H2SO4
45
Penentuan kapasitas adsorpsi bertujuan
40
untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan arang aktif dalam 35

Ca (mg/L)
mengadsorpsi larutan Ion Fe (II). 30
Konsentrasi larutan memiliki pengaruh 25
terhadap kemampuan arang aktif untuk 20
menjerap ion logam Fe(II) pada variasi 15
kosentrasi. Hasil penelitian dapat dilihat Asam Fosfat
10
pada Gambar 3.
5 Asam Sulfat
Hasil penelitian menunjukkan jumlah ion
Fe (II) yang teradsorpsi berbanding lurus 0
0 100 200 300 400
dengan semakin tingginya konsentrasi.
Pada konsentrasi 500 mg/L, arang aktif Co (mg/L)
teraktivasi H2SO4 mampu menjerap 43 mg/L
ion Fe(II) dengan kapasitas adsorpsi Gambar 3. Pengaruh konsentrasi awal
sebesar 2,15 mg/g. Sedangkan pada arang terhadap jumlah Fe(II)
aktif teraktivasi H3PO4 mampu menjerap teradsorpsi pada arang aktif
21,5 mg/L ion Fe(II) dengan kapasitas
adsorpsi sebesar 1,075 mg/g pada Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat
konsentrasi 500 mg/L. dilihat bahwa adsorpsi Fe (II) oleh arang
Penentuan kapasitas adsorpsi Fe (II) aktif daun nanas teraktivasi H2SO4 dan
pada arang aktif hasil penelitian dilakukan H3PO4 cenderung mengikuti model isoterm
menggunakan model isoterm adsorpsi. Langmuir dengan nilai R2 sebesar 0,9079
Isoterm adsorpsi menunjukkan jumlah suatu pada arang teraktivasi H2SO4, 0,9963 pada
zat yang teradsorpsi oleh arang aktif arang teraktivasi H3PO4. Model isoterm
dengan konsentrasi suatu zat terlarut Langmuir, ini menunjukkan bahwa proses
tertentu. Pada penelitian ini digunakan 2 adsropsi terjadi pada permukaan adsorben
macam isotherm adsorpsi yaitu isoterm yang terdapat sejumlah situs aktif. Menurut
Langmuir dan isoterm Freundlich. Tujuan (Handayani dan Eko, 2009), model ini
dari penentuan isotherm adsorpsi dalam mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi
penelitian ini untuk mengetahui hubungan maksimum terjadi adanya lapisan tunggal
antara banyaknya adsorbat yang (monolayer) adsorbat dipermukaan
teradsorpsi persatuan berat arang aktif. adsorben.

Tabel 5 Parameter adsorpsi Fe (II) pada Arang Aktif Daun Nanas.

Isoterm Adsorpsi
Jenis Arang Aktif Langmuir Freundlich
Ka qm R2 Kf n R2
(L/mg) (mg/g)
Arang Teraktivasi H2SO4 0,0244 2,3713 0,9079 0,3683 4,3327 0,4358
Arang Teraktivasi H3PO4 0,1108 1,0997 0,9963 0,4191 6,7114 0,3312

dengan R2 = Koefisien Korelasi, qm = Jumlah adsorbat yang memenuhi lapisan monolayer


(mg/g), Ka = Kontanta isoterm Langmuir (L/mg), n = Intensitas adsorpsi, Kf = Kontanta isoterm
Freundlich.

73
JKK, Tahun 2017, Vol 6(3), halaman 66-74 ISSN 2303-107

SIMPULAN ampas kopi teraktivasi HCl dan


H3PO4. FMIPA: Untan. Pontianak,
Berdasarkan penelitian, dapat diambil
(Skripsi).
simpulan bahwa laju adsorpsi Fe(II) pada
Irmanto dan Suyata., 2010, Optimasi
arang teraktivasi H2SO4 dan H3PO4
Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS
koefisien kinetika masing-masing sebesar
Limbah Cair Industri Tapioka
9,07x10-2 dan 7,08x10-2 L/mg.min,
Menggunakan Arang Aktif dari
mengikuti model kinetika pseudo orde 2
Ampas Kopi, Molekul, 5:22-32.
dengan nilai koefisien korelasi sebesar
Kyzas, G.Z., 2012, Commercial Coffe
0,9678 dan 0,9938. Kapasitas adsorpsi
Waste as Materials for Adsorption of
arang aktif daun nanas yang diaktivasi
Heavy Metals from Aqueous
H2SO4 sebesar 2,15 mg/g, sedangkan
Solutions, Materials, 5: 1826-1840.
H3PO4 sebesar 1,075 mg/g, mengikuti
Mu’jizah, S., 2010, Pembuatan dan
model adsorpsi isoterm Langmuir yang
Karakterisasi karbon Aktif dari Biji
ditunjukkan oleh nilai R2 yaitu masing-
Kelor (Moringa oleifera. Lamk)
masing 0,9079 dan 0,9963.
dengan NaCl sebagai Bahan
Pengaktif, Universitas Islam Negeri
DAFTAR PUSTAKA
Maulana Malik Ibrahim Malang,
Achmad, A., 2011, Pembuatan, Pencirian Fakultas Sains dan Teknologi,
dan Uji Daya Adsorpsi Arang Aktif Malang, (Skripsi).
dari Kayu Meranti Merah (Shorea Nafie, Y. S, Wogo. H, E dan Tawa, B. D.,
sp.), Institut Pertanian Bogor, 2013, Pemanfaatan Arang Aktif
Fakultas Matematika dan Ilmu Tempurung Lotar sebagao adsorben
Pengetahuan Alam, Bogor (Skripsi). Ca (II) dan Mg (II) dalam Air Sadah
Alfiany, H., Bahri, S. dan Nurakhirawati, dikota Kupang. Jurnal Kimia Terapan.
2013, Kajian Penggunaan Arang Aktif NTT.
Tongkol Jagung sebagai Adsorben Ogata, F.; Tominaga, H.; Yabutani, H. and
Logam Pb dengan Beberapa Kawasaki, N, 2011, Removal of
Aktivator Asam, Jurnal Natural Floride Ions from Water by
Science, 2 (3) : 75-86. Adsorption onto Carbonaceous
Budiono, A., Suhartana, Gunawan, 2006. Materials Produced from Coffee
Pengaruh Aktivasi Arang Tempurung Grounds, Journal of Oleo Science,
Kelapa dengan Asam Sulfat dan 60:619-125.
Asam Fosfat untuk Adsorpsi Fenol, Prawirakusumo, S. dan Utomo, T., 1970,
Laboratorium Kimia Anorganik, Pembuatan Karbon Aktif Hasil
Laboratorium Kimia Analitik. Jurusan Penelitian Lembaga Kimia Nasional,
Kimia, Universitas Diponegoro. Lembaga Kimia Nasional, Bandung.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan SNI., 1995, Arang Aktif Teknis, Standar
Pencemaran. Jakarta. UI-Press. Nasional Indonesia. SNI 06-3730-
Herlandien, Y. L., 2013, Pemanfaatan 1995. Badan Standarisasi Nasional.
Arang Aktif sebagai Adsorban Logam Jakarta.
Berat dalam Air Lindi di TPA Pakusari Sunarjono, H., 2008, Berkebun 21 Jenis
Jember, Universitas Jember, Tanaman Buah. Cetakan Keenam.
Fakultas Matematika dan Ilmu Penebar Swadaya. Jakarta.
Pengetahuan Alam, Jember, Sunarya, Y., 2007, Mudah dan Aktif Belajar
(Skripsi). Kimia, PT. Setia Purna Invers.
Hidayat, P., 2008, Teknologi Pemanfaatan Wibowo, S. Syafi, W dan Pari, G., 2011,
Serat Daun Nanas sebagai Alternatif Karakterisasi Permukaan Arang Aktif
Bahan Baku Tekstil. Teknokin. Tempurung Biji Nyamplung. Makara,
Yogyakarta. Vol 13. No. 2. Teknologi. Parapat, Sumatera Utara.
Imawati, A., 2015, Kapasitas adsorpsi
maksimum ion Pb(II) oleh arang aktif

74

Anda mungkin juga menyukai