Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Uap air merupakan gas yang timbul akibat perubahan fase air menjadi uap
dengan cara pendidihan (boiling). Untuk melakukan proses pendidihan diperlukan
energi panas yang diperoleh dari sumber panas, misalnya dari pembakaran bahan
bakar (padat, cair, gas), tenaga listrik dan gas panas sebagai sisa proses kimia serta
tenaga nuklir.
Boiler menghasilkan uap dan uap yang dihasilkan ini dapat dugunakan
untuk membangkitkan listrik, menggerakkan turbin dan sebagainya. Pada dasarnya
boiler adalah suatu wadah yang berfungsi sebagai pemanas air dalam suatu industri
proses. Panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam.
Steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke
suatu proses. Jika air didihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat
sekitar 1600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah
meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dengan baik.
Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan boiler bisa berupa gas, minyak
dan batu bara. Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai
tekanan, temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang
akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan
tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi (high
pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari sistem
boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanasakan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau membangkitkan
energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi mekanik kemudian
memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Boiler merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan
steam (uap) dalam berbagai keperluan. Air di dalam boiler dipanaskan oleh panas
dari hasil pembakaran bahan bakar (sumber panas lainnya), sehingga terjadi
perpindahan panas dari sumber panas tersebut ke air yang mengakibatkan air
tersebut menjadi panas atau berubah wujud menjadi uap. Air yang lebih panas
memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding dengan air yang lebih dingin,
sehingga terjadi perubahan berat jenis air di dalam boiler. Air yang memiliki berat
jenis yang lebih kecil akan naik, dan sebaliknya air yang memiliki berat jenis yang
lebih tinggi akan turun ke dasar.

2.2 Prinsip Kerja Boiler


Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan
memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari
hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam
ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap yang
dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi.
Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran,
dan panas pembakaran yang diberikan.

Siklus Air di Boiler

Siklus air merupakan suatu mata rantai rangkaian siklus fluida kerja. Boiler
mendapat pasokan fluida kerja air dan menghasilkan uap untuk dialirkan ke turbin.
Air sebagai fluida kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi dengan
melalui economiser dan ditampung didalam steam drum.

Economiser adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelum


masuk ke drum. Di dalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar
dari superheater sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong.
Peralatan yang dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down comer,
header bawah (bottom header), dan riser. Siklus air di steam drum adalah, air dari
drum turun melalui pipa-pipa down comer ke header bawah (bottom header). Dari
header bawah air didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun
membentuk dinding ruang bakar boiler. Di dalam riser air mengalami pemanasan
dan naik ke drum kembali akibat perbedaan temperatur.

Perpindahan panas dari api (flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boiler terjadi
secara radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik
hingga mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni dari drum turun
melalui (down comer) ke header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-
pipa riser. Adanya sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap
pipa-pipa pemanas dan mempercepat proses perpindahan panas. Kecepatan
sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap dan kenaikan tekanan serta
temperaturnya.

Selain sirkulasi alami, juga dikenal sirkulasi paksa(forced circulation).


Untuk sirkulasi jenis ini digunakan sebuah pompa sirkulasi (circulation pump).
Umumnya pompa sirkulasi mempunyai laju sirkulasi sekitar 1,7 artinya jumlah air
yang disirkulasikan 1,7 kali kapasitas penguapan. Beberapa keuntungan dari sistem
sirkulasi paksa antara lain :

1. Waktu start (pemanasan) lebih cepat.


2. Mempunyai respon yang lebih baik dalam mempertahankan aliran air
3. ke pipa-pipa pemanas pada saat start maupun beban penuh.
4. Mencegah kemungkinan terjadinya stagnasi pada sisi penguapan
2.3 Sistem Boiler
Sistem boiler terdiri dari:
2.3.1 Sistem Air Umpan
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis
sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk
keperluan perawatan dan perbaikan.

2.3.2 Sistem Steam


Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam
dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna.
Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan
dipantau dengan alat pemantau tekanan. Air yang disuplai ke boiler untuk
diubah menjadi steam disebut air umpan. Ada dua sumber air umpan:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang mengembun ke
proses.
2. Air make up (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler ke plant proses.

2.3.3 Sistem Bahan Bakar


Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis
bahan bakar yang digunakan pada sistem.

BAB III
SPESIFIKASI BOILER

3.1 Komponen – komponen Boiler

Berikut ini merupakan komponen-komponen boiler antara lain:


A. Furnace
Komponen ini merupakan tempat pembakaran bahan bakar yang
terdapat fire gate di bagian bawah sebagai alas bahan bakar
dan yang sekelilingnya adalah pipa-pipa air ketel yang menempel pada
dinding tembok ruang pembakaran yang menerima panas dari bahan
bakar secara radiasi, konduksi, dan konveksi. Beberapa bagian dari
furnace diantaranya : refractory, ruang perapian, burner, exhaust for
flue gas, charge and discharge door.
B. Steam Drum
Komponen ini merupakan tempat penampungan air panas dan
pembangkitan steam. Steam masih bersifat jenuh (saturated steam).
Fungsi utamanya adalah untuk memisahkan uap dari campuran air dan
uap yang masuk ke steam drum. Selain itu juga berfungsi untuk
mendistribusikan feed water, membuang kontaminan dari air boiler ,
menambahkan bahan kimia, dan mengeringkan uap setelah dipisahkan
dari air.
C. Superheater
Komponen ini merupakan tempat pengeringan steam atau bagian-
bagian ketel yang berfungsi sebagai pemanas uap, dari saturated
steam (±250°C) menjadi super heated steam (±360°C) dan siap dikirim
melalui main steam pipe dan siap untuk menggerakkan turbin uap atau
menjalankan proses industri.

D. Air Heater
Komponen ini merupakan ruangan pemanas yang digunakan untuk
memanaskan udara luar yang diserap untuk meminimalisasi udara yang
lembab yang akan masuk ke dalam tungku pembakaran.
E. Economizer
Komponen ini merupakan ruangan pemanas yang digunakan untuk
memanaskan air dari air yang terkondensasi dari sistem
sebelumnya maupun air umpan baru.
F. Safety valve
Komponen ini merupakan saluran buang steam jika terjadi keadaan
dimana tekanan steam melebihi kemampuan boiler menahan tekanan
steam.
G. Blowdown valve
Komponen ini merupakan saluran yang berfungsi membuang endapan
yang berada di dalam pipa steam. Untuk mengontrol kualitas air serta
mengurangi kandungan zat padat (Silika) dalam air sehingga tidak
terbentuk kerak hangus pada furnace. Alat ini akan bekerja secara
otomatis saat sensor menunjukkan kandungan silika dalam air melebihi
standar. Ia akan membuang sebagian kecil air dari drum ( 1 % sampai 2
% dari tingkat penguapannya).

Sedangkan untuk komponen bantu dalam sistem ketel uap antara lain:

A. Deaerator
Merupakan pemanas air sebelum dipompa ke dalam ketel sebagai air
pengisian. Media pemanas adalah exhaust steam pada tekanan ± 1
kg/cm2 dengan suhu ± 150°C, sehingga didapatkan air pengisian ketel
yang bersuhu antara 100°C -105°C. Fungsi utamanya adalah
menghilangkan oksigen (O 2) dan untuk menghindari terjadinya
karat pada dinding ketel.

B. Air pengisi ketel (boiler feed water)


Air pengisi ketel didapatkan dari 2 sumber yaitu: air condensate,
didapatkan dari hasil pengembunan uap bekas yang telah digunakan
sebagai pemanas pada evaporator, juice heaterdan vacuum pan. Air
condensate ini ditampung dan kemudian dialirkan ke station boiler
sebagai air umpan pengisi ketel dengan persyaratan berikut:
 pH 8,5
 Iron (ppm) : 0,002
 Oxygen (ppm) : 0,02
C. High pressure feed water pump
Berfungsi untuk melayani kebutuhan air pengisi ketel yang dijadikan
uap, sampai dengan kapasitas ketel yang maksimum, sehingga ketel
uap akan dapat bekerja dengan aman. Kapasitas pompa harus lebih
tinggi dari kapasitas ketel, minimum 1,25 kali, tekanan pompa juga
harus lebih tinggi dari tekanan kerja ketel, agar dapat mensuplai air ke
dalam ketel.
D. Secondary Fan
Merupakan alat bantu ketel yang berfungsi sebagai alat penghembus
pembakaran bahan bakar yang kedua sebagai pembantu F.D.F.
untuk mendapatkan pembakaran yang lebih sempurna lagi.
E. Induced Draft Fan (IDF)
Alat bantu ketel yang berfungsi sebagai penghisap gas asap sisa
pembakaran bahan bakar yang keluar dari ketel.
F. Force Draft Fan (FDF)
Merupakan alat bantu ketel yang berfungsi sebagai penghembus bahan
bakar

G. Cerobong asap (Chimney)


Berfungsi untuk membuang udara sisa pembakaran. Diameter cerobong
berkisar berukuran 3 m dan tinggi cerobong 40 m, ini berbeda setiap
industri.
H. Ash Conveyor
Merupakan alat pembawa atau pengangkut abu dari sisa-sisa
pembakaran bahan bakar, baik yang dari rangka bakar (fire grate)
ataupun juga dari alat-alat pengumpul abu (dust collector), untuk
dibuang dan diteruskan ke kolam penampungan dan ini biasanya
digunakan sebagai kompos diperkebunan tebu.

3.2 Klasifikasi Boiler

3.2.1 Berdasarkan Tipe Pipa


a) Fire Tube (Ketel-ketel Uap Lorong Api atau ketel pipa api)
Tipe boiler pipa api memiliki karakteristik : menghasilkan kapasitas
dan tekanan steam yang rendah.
Gambar. 1

Ketel uap lorong api atau ketel pipa api yaitu ketel-ketel api
dan gas asap yang digunakan untuk memanasi air dan uap akan
melalui silinder apinya. Lorong-lorong api ataupun tabung-tabung
api (fire cylinder, fire duct, fire pipes and fire tubes), yang dibagian
luarnya terdapat air atau api. Tipe ketel-ketel uap yang tergolong
dalam ketel lorong api atau ketel pipa api adalah ketel-ketel uap kecil
serta sederhana, yang hanya mampu memproduksi uap maksimum
sebanyak 10 ton/jam, dengan tekanan rendah.
Ketel-ketel ini merupakan awal dari ketel-ketel selanjutnya.
Ketel-ketel ini umumnya mempunyai isi air yang cukup besar,
sehingga merupakan tangki, oleh karena itu sering-sering pula
disebut ketel-ketel tangki. Ketel pipa api dapat menggunakan bahan
bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar padat dalam operasinya.

 Keuntungan dan Kerugian Ketel Pipa Api


Keuntungan dari ketel pipa api:
1. Menghasilkan uap dengan tekanan lebih tinggi dari pada ketel pipa
api.
2. Untuk daya yang sama menempati ruang yang lebih kecil dari pada
ketel pipa api.
3. Laju aliran uap lebih rendah.
4. Komponen – komponen yang berbeda bias diurai sehingga mudah
untuk dipindahkan.
5. Permukaan pemanasan lebih efektif karena gas panas mengalir ke
atas pada arah tegak lurus.
6. Pecah pada pipa tidak menimbulkan kerusakan keseluruh ketel.
Kerugian dari ketel pipa api:
1. Air umpan mensyaratkan mempunyai kemurnian tinggi untuk
mencegah endapan kerak di dalam pipa. Jika terbentuk kerak di
dalam pipa bisa menimbulkan panas yang berlebihan dan pecah.
2. Membutuhkan perhatian yang lebih hati – hati bagi
penguapannya, karena itu akan menimbulkan biaya operasi yang
lebih tinggi.
3. Pembersihan pipa air tidak mudah dilakukan

b) Water Tube (Ketel-ketel pipa air)


Tipe boiler pipa air memiliki karakteristik : menghasilkan kapasitas
dan tekanan steam yang tinggi.
Gambar. 2

Ketel-ketel pipa air yaitu ketel-ketel pipa air atau uap di


dalam pipa-pipa atau tabung-tabung yang dipanasi atau asap di
bagian luarnya. Ketel-ketel pipa air ini umumnya bertekanan kecil
yaitu sampai 45 kg/cm2 dengan produksi uap mencapai 100 ton
setiap jamnya.

Sedangkan yang menengah yaitu antara 45 kg/cm2 sampai


dengan 140 kg/cm2, dengan produksi uap mencapai 500 ton uap
setiap jamnya. Jenis ketel ini mempunyai efisiensi total yang lebih
dari ketel-ketel pipa api. Banyak ketel pipa air yang dikontruksikan
secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas.

 Keuntungan dan Kerugian Ketel Pipa Air

Keuntungan dari ketel pipa air:


1. Konstruksi ketel sederhana.
2. Biaya awal murah.
3. Baik untuk kapasitas uap yang besar.
4. Tidak bermasalah terhadap fluktuasi beban, karena kapasitas uap
cukup besar dan jumlah air di dalam tangki banyak.
5. Tidak memerlukan air pengisi yang begitu bersih.

Kerugian dari ketel pipa air:


1. Membutuhkan waktu start yang cukup lama untuk mendapat
kualitas uap yang diinginkan.
2. Hanya dapat dipakai efisien untuk keperluan dengan kapasitas
dan tekanan uap yang rendah.

3.2.2 Berdasarkan Bahan Bakar yang Digunakan


a) Solid Fuel
Tipe boiler bahan bakar padat memiliki karakteristik : harga bahan
baku pembakaran relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler
yang menggunakan bahan bakar cair dan listrik. Nilai effisiensi dari
tipe ini lebih baik jika dibandingkan dengan boiler tipe listrik.
b) Oil Fuel
Tipe boiler bahan bakar cair memiliki karakteristik : harga bahan
baku pembakaran paling mahal dibandingkan dengan semua tipe.
Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika dbandingkan dengan
boiler bahan bakar padat dan listrik.

c) Gaseous Fuel
Tipe boiler bahan bakar gas memiliki karakteristik : harga bahan
baku pembakaran paling murah dibandingkan dengan semua tipe
boiler. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika dibandingkan
dengan semua tipe boiler berdasarkan bahan bakar.
d) Electric
Tipe boiler listrik memiliki karakteristik : harga bahan baku
pemanasan relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang
menggunakan bahan bakar cair.
Nilai effisiensi dari tipe ini paling rendah jika dbandingkan dengan
semua tipe boiler berdasarkan bahan bakarnya.

3.2.3 Berdasarkan Kegunaan Boiler


a) Power Boiler
Tipe power boiler memiliki karakteristik : kegunaan utamanya
sebagai penghasil steam sebagai pembangkit listrik, dan sisa
steamdigunakan untuk menjalankan proses industri.
b) Industrial Boiler
Tipe industrial boiler memiliki karakteristik : kegunaan utamanya
sebagai penghasil steam atau air panas untuk menjalankan proses
industri dan sebagai tambahan pemanas.
c) Commercial Boiler
Tipe commercial boiler memiliki karakteristik : kegunaan utamanya
sebagai penghasil steam atau air panas sebagai pemanas dan sebagai
tambahan untuk menjalankan proses operasi komersial.
d) Residential Boiler
Tipe residential boiler memiliki karakteristik : kegunaan utamanya
sebagai penghasil steam atau air panas tekanan rendah yang
digunakan untuk perumahan.

e) Heat Recovery Boiler


Tipe heat recovery boiler memiliki karakteristik : kegunaan
utamanya sebagai penghasil steam dari uap panas yang tidak
terpakai. Hasil steam ini digunakan untuk menjalankan proses
industri.

3.2.4 Berdasarkan Konstruksi Boiler


a) Package Boiler
Tipe package boiler memiliki karakteristik : perakitan boiler
dilakukan di pabrik pembuat, pengiriman langsung dalam bentuk
boiler.
b) Site Erected Boiler
Tipe site erected boiler memiliki karakteristik : perakitan boiler
dilakukan di tempat akan berdirinya boiler tersebut, pengiriman
dilakukan per komponen.

3.2.5 Berdasarkan Tekanan Kerja Boiler


a) Low Pressure Boilers
Tipe low pressure boiler memiliki karakteristik : tipe ini memiliki
tekanan steam operasi kurang dari 15 psig atau menghasilkan air
panas dengan tekanan dibawah 160 psig atau temperatur dibawah
250 0F .
b) High Pressure Boilers
Tipe high pressure boiler memiliki karakteristik : tipe ini memiliki
tekanan steam operasi diatas 15 psig atau menghasilkan air panas
dengan tekanan diatas 160 psig atau temperatur diatas 250 0F .

3.2.6 Berdasarkan material penyusun boiler


a) Steel
Tipe boiler dari bahan steel memiliki karakteristik : bahan baku
utama boiler terbuat menggunakan steel pada daerah steam.

b) Cast Iron
Tipe boiler dari bahan cast iron memiliki karakteristik : bahan baku
utama boiler terbuat menggunakan besi cor pada daerah steam.

3.2.7 Berdasarkan cara pembakaran bahan bakar :


a) Stoker Combustion
Tipe stoker combustion memiliki karakteristik : tipe ini
memanfaatkan bahan bakar padat untuk melakukan pembakaran,
bahan bakar padat dimasukkan kedalam ruang pembakaran melalui
conveyor ataupun manual.
Tipe ini memiliki sisa pembakaran yang harus diatangani berupa
bottom ash atau fly ash yang dapat mencemari lingkungan.
b) Pulverized Coal
Proses ini menghancurkan batu bara dengan ball mill atau roller mill
sehingga batu bara memiliki ukuran kurang dari 1 mm. kemudian
batu bara berupa bubuk ini disemprotkan ke dalam ruang
pembakaran.
c) Fluidized Coal
Proses ini menghancurkan batu bara dengan crusher, sehingga batu
bara memiliki ukuran kurang dari 2 mm. Pada proses ini pembakaran
dilakukan dalam lapisan pasir, batu bara akan langsung membara
jika mengenai pasir.
d) Firing Combustion
Tipe firing memiliki karakteristik : tipe ini memanfaatkan bahan
bakar cair, padat, dan gas untuk melakukan pembakaran, pemanasan
yang terjadi lebih merata.

3.3 Parameter Dalam Pengoperasian Boiler


Dalam pengoperasian boiler,ada beberapa parameter yang harus
diperhatikan yaitu :

1. Aliran uap (Steam Flow )


Yaitu banyaknya uap yang harus dihasilkan boiler pada tingkat
pengoperasian tertentu. Pengoperasian pada MCR (Maximum Continous
Rating) merupakan pengoperasian boiler pada tingkat aliran uap maksimum
yang bisa dijalankan secara berkelanjutan. Jika melebihi tingkat ini bisa
merusak peralatan ataupun meningkatkan biaya perawatan.
2. Tekanan Boiler
Untuk mendapatkan energi yang sesuai dengan kebutuhan turbin agar
dapat menggerakkan generator, maka tekanan uap panas kering yang
dihasilkan pun harus sesuai dengan kebutuhan beban.Dalam hal ini ,tekanan
uap dapat diatur melalui reheater dan superheater.
3. Temperatur Uap
Dalam proses konversi wujud dari cair menjadi uap,air perlu
dipanaskan dalam furnace.Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
dalam furnace tersebut juga harus diperhatikan agar suhu uap yang dihasilkan
memenuhi standar yang ditentukan.Karena jika suhu uap kurang maka efisiensi
akan turun tapi jika terlalu tinggi akan berpengaruh pada gas buangnya.

3.4 Masalah – Masalah Pada Boiler


Suatu boiler atau pembangkit uap yang dioperasikan tanpa kondisi air
yang baik , cepat atau lambat akan menimbulkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan kinerja dan kualitas dari sistem pembangkit uap. Banyak
masalah-masalah yang ditimbulkan akibat dari kurangnya penanganan dan
perhatian khusus terhadap penggunaan air umpan boiler.
Akibat dari kurangnya penanganan terhadap air umpan boiler akan
menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut :

A. Pembentukan kerak
Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral-
mineral pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan seperti Ca2+ dan
Mg2+ dan akibat pengaruh gas penguapan.
Disamping itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme pemekatan didalam
boiler karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum dalam boiler
adalah kalsium sulfat, senyawa silikat dan karbonat.
Zat-zat dapat membentuk kerak yang keras dan padat sehingga bila
lama penanganannya akan sulit sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan
bersama dengan kalsium dan magnesium sehingga membuat kerak semakin
keras dan semakin sulit untuk dihilangkan. ( Gaffert,Gustaf A. 1974 ).
Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh terhadap
perpindahan panas permukaan dan menunjukkan dua akibat utama yaitu
berkurangnya panas yang dipindahkan dari dapur ke air yang
mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar dapur, dan menurunnya
efisiensi boiler.
Untuk mengurangi terjadinya pembentukan kerak pada boiler dapat
dilakukan pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
1. Mengurangi jumlah mineral dengan unit softener
2. Melakukan blowdown secara teratur jumlahnya
3. Memberikan bahan kimia anti kerak

B. Peristiwa Korosi
Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon dioksida yang
terdapat dalam uap yang terkondensasi.
Korosi merupakan peristiwa logam kembali kebentuk asalnya di
alam misalnya besi menjadi oksida besi, alumunium dan lain-lain. Peristiwa
korosi dapat terjadi disebabkan oleh :
1. Gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, H2S
2. Kerak dan deposit
3. Perbedaan logam ( korosi galvanis )
4. pH yang terlalu rendah dan lain-lain
Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah
general corrosion, pitting ( terbentuknya lubang ) dan embrittlement (
peretakan baja ).
Adanya gas yang terlarut, oksigen dan karbon dioksida pada air umpan
boiler adalah penyebab utama general corrosion dan pitting corrosion ( tipe
oksigen elektro kimia dan diffrensial ).
Kelarutan gas-gas ini di dalam air umpan boiler menurun jika suhu
naik. Kebanyakan oksigen akan memisah pada ruang uap, tetapi sejumlah
kecil residu akan tertinggal dalam larutan atau terperangkap pada kantong-
kantong atau dibawah deposit, hal ini dapat menyebabkan korosi pada
logam-logam boiler. Karena itu penting untuk melakukan proses
deoksigenasi air boiler.
Untuk mengurangi terjadinya peristiwa korosi dapat dilakukan
pencegahan sebagai berikut :
1. Mengurangi gas-gas yang bersifat korosif
2. Mencegah terbentuknya kerak dan deposit dalam boiler
3. Mencegah korosi galvanis
4. Menggunakan zat yang dapat menghambat peristiwa korosif
5. Mengatur pH dan alkalinitas air boiler dan lain-lain

C. Peristiwa Pembentukan Deposit


Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air umpan
boiler yang disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi misalnya oksida
besi, oksida tembaga dan lain-lain.
Peristiwa ini dapat juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk hasil
proses produksi. Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang
terlarut dan zat-zat yang tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan
dan dengan adanya zat tersuspensi dalam air pada boiler menyebabkan
mengendapnya sejumlah muatan yang menurunkan daya kelarutan , jika
temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan mengapa kerak dan sludge
(lumpur) terbentuk. Kerak merupakan bentuk deposit-deposit yang tetap
berada pada permukaan boiler sedangkan sludge merupakan bentuk deposit-
deposit yang tidak menetap atau deposit lunak.
( Milton, J.H. 1990 )

Pencegahan – pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi


terjadinya peristiwa deposit dapat dilakukan diantaranya :
1. Meminimalisasi masuknya mineral-mineral yang dapat
menyebabkan deposit seperti oksida besi, oksida tembaga dan
lain – lain
2. Mencegah korosi pada sistem kondensat dengan proses
netralisasi ( mengatur pH 8,2 – 9,2 ) dapat juga dilakukan dengan
mencegah terjadinya kebocoran udara pada sistem kondensat.
3. Mencegah kontaminasi uap selanjutnya menggunakan bahan
kimia untuk mendispersikan mineral-mineral penyebab deposit.

D. Kontaminasi Uap
Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat tersuspensi
dengan konsentrasi yang tinggi, ada kecendrungan baginya untuk
membentuk busa secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan steam
carryover zat-zat padat dan cairan pengotor kedalam uap.
Steam carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar
bersama dengan uap ke alat-alat seperti superheater, turbin, dan lain-lain.
Kontaminasi-kontaminasi ini dapat diendapkan kembali pada sistem uap
atau zat-zat itu akan mengontaminasi proses atau material-material yang
diperlukan steam. ( Naibaho, P.M. 1996 ).
Steam carryover dapat dihindari dengan menahan zat-zat padat
terlarut pada air boiler dibawah tingkat tertentu melalui suatu analisa
sistematis dan kontrol pada pemberian zat-zat kimia dan blowdown.
Carryover karbon dioksida dapat mengembalikan uap dan asam-asam
terkondensasi.

AIR INDUSTRI

Air yang ada di sekitar kita sangat bermanfaat untuk kehidupan. Di Dunia
industri pun sebagian besar bahan yang dibutuhkan adalah air. Air sangat vital
dibutuhkan karena sifat dan karakteristik dari air yang sangat menunjang untuk
proses kimia.
Berbagai jenis operasi di industri membutuhkan air yang disebut air industri.
Air industri ini meliputi: air proses, air umpan boiler, air pendingin (cooling water),
air sanitasi dan air limbah. Kelima jenis air ini memerlukan tingkat pengolahan
yang berbeda dan secara umum tingkat pengolahan air industri, akan tergantung
pada sumber air darimana air baku diambil dan juga maksud penggunaan terhadap
air hasil olahan tersebut. Pada prinsipnya, pengolahan air bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi zat yang terkandung dalam air yang berada dalam
bentuk terlarut (ion), bentuk tersuspensi ataupun bentuk koloid hingga dicapai
kualitas air yang memenuhi dengan persyaratan sesuai dengan maksud
penggunaannya.

Pengolahan air baku industri merupakan aktivitas utama dari berbagai


macam proses industri, seperti pemanasan (heating), pendinginan (cooling),
pengolahan (processing), pembersihan (cleaning) dan pencucian (rinsing).
Prosedur pengolahan air yang kurang memadai dapat memberikan dampak buruk
yang signifikan pada proses dan kualitas hasil akhirnya. Permukaan pipa dan bejana
dapat mengalami korosi, dan kerak atau karat dapat terbentuk di ketel/mesin uap.
Kedua hal ini tentu akan mengurangi efektivitas serta efisiensi proses industri.

1. Air Proses
Air dari utilitas yang sudah di treatment bebas mineral pengotor dan pH
netral sehingga bisa digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan zat dalam
proses reaksi kimia.
Pada umumnya air untuk proses dari kegiatan industri diperuntukan sebagai
pelarut, pencampur, pengencer, media pembawa pencuci dan lainnya.
Dengan kualitas air proses yang berbeda tergantung fungsinya dan sangat
ditentukan oleh jenis industri lainnya. Parameter - parameter yang dianggap penting
sangat berbeda pada kegiatan industri yang berbeda, demikian pula jumlah air yang
diperlukan untuk setiap produk yang dihasilkan sangat berbeda. Sebagai contoh:
pada industri kertas memerlukan air proses sekitar 70-90% dari total kebutuhan air
untuk kegiatan industrinya. Demikian juga untuk industri tekstil kebutuhan air
untuk industri proses mencapai persentasi yang sama untuk industri kertas.
Sedang pada industri sabun kebutuhan air prosesnya tidak sebesar industri
kertas dan tekstil yaitu sekitar 30-50% dari total kebutuhan airnya dan untuk
industri ban kebutuhan air proses sangat rendah sekitar 5-10% dari kebutuhan air.
Besi dan mangan merupakan parameter penting pada industri tekstil karena
kehadiran industri besi dan mangan akan mengganggu dalam proses pewarnaan dan
memberikan flek atau noda pada lembar kertas/ tekstil. Demikian pula kesadahan
merupakan parameter penting untuk industri tekstil disamping parameter-
parameter lain seperti alkalinitas, silika, padatan terlarut dan lainnya.

2. Air Umpan Boiler (Boiler feed water)


Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler adalah air
yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang
dapat membentuk kerak pada boiler, air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan korosi terhadap boiler dan sistem penunjangnya dan juga tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya pembusaan terhadap air
boiler. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air
baku dari sumber air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang bertujuan
untuk menghilangkan unsur-unsur atau padatan yang terkandung didalam air baik
dalam bentuk tersuspensi, terlarut, ataupun koloid yang dapat menyebabkan
terjadinya kerak, korosi dan pembusaan dalam boiler. Disamping itu senyawa
organik dapat menyebabkan berbagai masalah dalam operasi boiler.
Kualitas air umpan boiler juga dipengaruhi oleh kondisi operasi boiler,
dimana semakin tinggi tekanan dan temperature operasi maka semakin murni
kualitas air umpan yang diperlukan.
Batasan terhadap nilai parameter-parameter penting untuk air umpan boiler, sering
ditentukan oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada criteria dari badan-
badan International seperti ASME dan ABMA.
Boiler adalah tungku dalam berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan
untuk menghasilkan uap dengan cara penguapan air untuk dipakai pada pembangkit
tenaga listrik lewat turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam produksi, dll.
Dalam istilah lain biasa disebut ketel uap yaitu alat untuk menghasilkan uap,
yang terdiri dari dua bagian utama yaitu sisi api sebagai penyedia panas dan sisi air
sebagai bagian untuk proses penguapan air menjadi uap. Uap kemudian keluar dari
boiler untuk digunakan dalam berbagai aplikasi seperti pemanas, turbin ,dll.Boiler
feed water merupakan campuran dari Air Make-up (Air baku yg telah di olah)
dengan Air kondensat yang merupakan hasil kondensasi upa yang telah dipakai. Air
make-up adalah air baku yang telah diolah melalui suatu proses.
Kondensat adalah hasil kondensasi uap (steam) yang telah dipakai dan
kulaitas kondensat relative murni. Boiler feed water yang merupakan sampuran dari
air make-up dan kondensat komposisi ion-ion nya bervariasi tergantung pada ratio
perbandingan air make-up / kondensat yang dipergunakan. Pada proses penguapan
dalam ketel uap, air menjadi uap. Uap yang dihasilkan adalah air murni dalam fasa
uap (H2O) dimana ion-ion yang terkandung dalam air boilernya tidak turut
menguap. Sebagai akibatnya, konsentrasi ion-ion yang berada dalam fasa cairnya
(air boiler) semakin lama akan semakin tinggi dimana apabila hal ini tidak
dikendalikan kenaikan konsentrasi ion-ion tersebut akan menuju bilangan tak
terhingga,sehingga konsekwensinya pengerakan pada pipa pipa boiler tidak akan
bisa dihindarkan.

Pengendalian ion-ion dalam air boiler tersebut pada sistem boiler dilakukan
dengan membuang sebagian dari air boiler secara kontinyu dan disebut sebagai
blow-down; Tujuan blow-down adalah untuk menjaga agar ion-ion yang ada dalam
air boiler tidak melebihi batasan batasan yang telah di tentukan.
Batasan-batasan air boiler (disebut sebagai parameter air boiler) dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Parameter air boiler
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10.5 – 11.5
Conductivity µmhos/cm 5000, max
TDS ppm 3500, max
P – Alkalinity ppm -
M – Alkalinity ppm 800, max
O – Alkalinity ppm 2.5 x SiO2, min
T. Hardness ppm -
Silica ppm 150, max
Besi ppm 2, max
Phosphat residual ppm 20 – 50
Sulfite residual ppm 20 – 50
pH condensate Unit 8.0 – 9.0

Ketidaksesuaian kriteria air umpan boiler menurut baku mutu diatas akan
mempengaruhi berbagai hal, misalnya :
1. Korosi
Korosi adalah peristiwa elektrokimia, dimana logam berubah
menjadi bentuk asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya
oksigen dengan logam, atau kerugian logam disebabkan oleh akibat
beberapa kimia.
Beberapa penyebab korosi pada Boiller antara lain:

a) Adanya kadar Oksigen Terlarut yang melebihi batas pada Boiler feed water
( korosi pada pipa economizer)
b) pH/Alkalinity yang melebihi batasan ( Korosi pH tinggi pada Boiler tekanan
tinggi )
c) Karbon dioksida ( korosi asam karbonat pada jalur kondensat )
d) Korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah kerak )
e) Akibat dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan
boiler sehingga dapat menyebabkan pipa pecah atau bocor.

2. Kerak ( Scale)
Pengerakan pada sistem boiler disebabkan antara lain oleh:
a. Pengendapan hardness dan mineral-mineral lainnya apabila batasan
konsentrasinya terlampaui.
b. Kerak lazim terdapat pada boiler antara lain : CaCO3, Ca3(PO4)2,
Mg(OH)2, MgSiO3, SiO2, Fe2(CO3)3, FePO4 . Kerak adalah senyawa
berstruktur kristal dan tidak tembus air, sehingga keberadaanya akan
berfungsi seperti isolator dan menurunkan effisiensi perpindahan panas
sehingga effisiensi boiler akan menjadi rendah dan akan lebih banyak
mengkonsumsi bahan baker; Konsekwensi lain dari adanya kerak adalah
terjadinya “hot spot” yaitu panas yang berlebih pada tempat kerak berada
dan hal ini bisa mengakibatkan pipa boiler menggelembung dan pecah.

3. Endapan (Foculant)
Endapan (foculant) adalah hasil pengendapan dari partikel
tersuspensi (suspended solid); Endapan berstruktur “porous” dan tembus
air, sehingga akibat yang ditimbulkan dari adanya endapan berbeda dengan
akibat dari adanya Kerak; Endapan menyebabkan terjadinya korosi yang
sangat destruktif di bawah endapan tersebut dan akan menyebabkan
kebocoran pipa dalam waktu relative singkat.
Beberapa contoh endapan yang umum terdapat pada boiler adalah:
a. Besi Hydroxide (Fe(OH)3 dimana ion Fe nya berasal dari hasil korosi.
b. Partikel padat tersuspensi dari feedwater (Lumpur & kotoran lain) yang
terbawa dalam feedwater.
c. Dari peristiwa- peristiwa ini mengakibatkan terbentuknya endapan pada
pipa boiler, menyebabkan terjadinya korosi dibawah endapan dan
kebocoran pada pipa.

3. Air Pendingin (Cooling Water)


Sistem pendinginan adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya over
heating (panas yang berlebihan) pada mesin agar mesin bisa bekerja secara stabil.
Air pendingin adalah air limbah yang berasal dari aliran air yang digunakan untuk
penghilangan panas dan tidak berkontak langsung dengan bahan baku, produk
antara dan produk akhir (KEP-49/MENLH/11/2010).Sistem air pendingin
merupakan bagian yang terintegrasi dari proses operasi pada industri. Untuk
produktifitas pabrik yang kontinu, sistem tersebut memerlukan pengolahan kimia
yang tepat, tindakan pencegahan, dan perawatan yang baik. Kebanyakan proses
produksi pada industri memerlukan air pendingin untuk efisiensi dan operasi yang
baik. Air pendingin sistem mengontrol suhu dan tekanan dengan cara memindahkan
panas dari fluida proses ke air pendingin yang kemudian akan membawa panasnya.
Total nilai dari proses produksi akan menjadi berarti jika sistem pendingin ini dapat
menjaga suhu dan tekanan proses dengan baik. Memonitor & mengatur korosi,
deposisi, pertumbuhan mikroba, dan sistem operasi sangat penting untuk mencapai
Total Cost of Operation (TCO) yang optimal.
Air pendingin mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efisiensi
total engine serta umur engine. Apabila temperatur air pendingin masuk engine
terlalu tinggi, maka efisiensi mekanis engineakan menurun dan dikhawatirkan
dapat terjadi over - heatingi pada engine. Sedang bila temperatur air terlalu rendah,
maka efisiensi termal akan menurun (Handoyo, 1999).
Proses pendinginan melibatkan pemindahan panas dari satu substansi ke
substansi yang lain. Substansi yang kehilangan panas disebut cooled, dan yang
menerima panas disebut coolant. Beberapa faktor yang membuat air menjadi
coolant yang baik adalah :
1. Sangar berlimpah dan tidak mahal.
2. Dapat ditangani dengan mudah dan aman digunakan.
3. Dapat membawa panas per unit volume dalam jumlah yang besar.
4. Tidak mengembang ataupun menyusut (volumenya) pada perubahan suhu
dalam range normal.
5. Tidak terdekomposisi.
Beberapa parameter penting dalam sistem air pendingin :
1. Konduktivitas mengindikasikan jumlah dissolved mineral dalam air.
2. pH, menunjukkan indikasi dari tingkat keasaman atau kebasaan dari air.
3. Alkalinitas, berupa ion carbonate (CO3-2) dan ion bicarbonate (HCO3-).
4. Hardness / kesadahan, menunjukkan jumlah ion calcium dan magnesium
yang ada dalam air.
Pada umumnya air digunakan sebagai media pendingin karena faktor-faktor
sebagai berikut:
1.Air merupakan malcri yang dapat diperoleh dalam jumlah besar.
2.Mudah dalam pcngaturan dan pengolahan.
3.Menyerap panas yang relatif tinggi persatuan volume.
4.Tidak mudah menyusut secara berarti dalam batasan dengan adanya
perubahan temperatur pendingin.
5.Tidak terdekomposisi.
Adapun syarat-syarat air yang digunakan sebagai media pendingin:
1.Jernih, maksudnya air harus bersih, tidak terdapat partikel-parlikel kasar yaitu
batu, krikil atau partikel-partikel halus seperti pasir, tanah dan lumut yang
dapat menyebabkan air kotor.
2.Tidak menyebabkan korosi.
3.Tidak menyebabkan fouling, fouling disebabkan oleh kotoran yang terikut
saat air masuk unit pengolahan airseperti pasir, mikroba dan zat-zat organik.

4. Air Sanitasi
Air bersih (Sanitasi) adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang
bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan
sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan
disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis.

Pengertian Air Bersih:

1. Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.

2. Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

3. Secara Kimia:

a. PH netral (bukan asam/basa)

b. Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat


air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh
manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri
dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama
logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini, dibunuh dengan memasak air
hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan
dengan cara ini.
5. Air Limbah

Air limbah industri tahu adalah salah satu jenis industri yang membuang
hasil pengolahan limbah cair dan padat nya baik secara langsung maupun tidak
langsung ke badan air, dimana didalam proses produksi tahu banyak sekali
membutuhkan air untuk proses produksinya.

Sehingga diperlukan pengolahan air limbah, salah satunya yaitu dengan


menggunakan teknologi plasma. Plasma dibuat dengan pemanfaatan tegangan
listrik, yaitu dengan menghadapkan dua elektroda. Dengan memberikan tegangan
listrik searah yang cukup tinggi, yaitu < 10 kV. Teknologi plasma dalam limbah
cair merupakan loncatan-loncatan ion, loncatan ini membentuk spesies aktif (OH,
O, H, H2O2) yang memiliki sifat radikal dimana mudah bereaksi dengan senyawa
organik tanpa terkecuali.

Pengolahan limbah cair industri tahu dengan menggunakan proses


teknologi plasma dilakukan dengan beberapa variasi waktu kontak antara 10 sampai
160 menit dan luas penampang antara 18 cm2 sampai 90 cm2. Hasil terbaik yang
diperoleh dari penelitian ini, yaitu pada waktu kontak 160 menit dan luas
penampang 90 cm2 yang menghasilkan penyisihan COD 75.29 % dan TSS sebesar
77.27 %. Dengan konstanta yang paling tinggi yaitu 0.000003 untuk penyisihan
COD dan dengan konstanta yang paling tinggi yaitu 0.000009 untuk penyisihan
TSS.

Anda mungkin juga menyukai