ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
Utilization Of Rubber Seed Shell And (Havea brasiliensis) And Kemiri Shell
(Aleurites moluccana) As Biobriket Raw Material
ABSTRACT
Biobriquette a solid fuel that can be used as an alternative energy source that has a certain
shape, Manufacture biobriket from agricultural waste shell rubber seeds and shell hazelnut can be
done by adding adhesive, where the raw materials charred beforehand then crushed, mixed adhesives,
printed by the system hydraulic or manual, and then dried. This research was conducted with two
factor randomized block design (RBD) first factor comparison Biobriquette making material (rubber
seed shells and shells Pecan) and the second factor is the adhesive tapioca konsentration (8%, 10%
and 12%) 15 combination trials with replications per 2 times to obtain 30 units experimental unit. The
best treatment results in this study produced a 30:70 ratio between the shell and the shell pecan rubber
seed with adhesive concentration of 10% which resulted in calorific value of 6609.32 Cal / g, 3.90%
moisture content and ash content of 6.10%.
bentuk tertentu. Pembuatan biobriket dari Sebamban 1 blok D, Kec. Sei Loban,
limbah pertanian dapat dilakukan dengan Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
menambah bahan perekat, dimana bahan baku dan cangkang kemiri dari Desa Pingiran, Kec.
diarangkan terlebih dahulu kemudian Astambul, Martapura, Kabupaten Banjar,
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan Kalimantan Selatan dan sebagai bahan perekat
sistem hidrolik maupun manual dan tepung tapioka (kanji) dan air.
selanjutnya dikeringka Alat yang digunakan dalam penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk ini adalah blender, gelas ukur, pirolisis, gelas
mendapatkan perbandingan cangkang biji karet piala, thermometer air raksa, mistar/meteran,
dan cangkang kemiri yang tepat untuk wajan, kompor, cetakan briket, pengaduk,
menghasilkan biobriket dengan nilai kalor baskom, timbangan analitik, panci, oven,
yang tinggi. cetakan briket, bomb kalori meter, dan ayakan.
Rancangan Percobaan
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan
Tempat Penelitian menyediakan bahan utama limbah cangkang
Penelitian ini dilaksanakan di biji karet dan cangkang kemiri yang akan
Laboratorium Kimia dan Lingkungan, Program dibuat biobriket dengan rancangan acak
Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas kelompok (RAK) faktorial 2 faktor dimana
Pertanian. Proses pembuatan briket faktor pertama perbandingan bahan pembuat
dilaksanakan di Laboratorium Teknologi biobriket (cangkang biji karet dan cangkang
Mineral , Fakultas Teknik, Universitas Kemiri) dan faktor kedua yaitu konsentrasi
Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan perekat tapioka (8%, 10% dan 12%). Dari
Selatan. kedua faktor tersebut diperoleh 15 kombinasi
yang masih-masing mengalami ulangan
Bahan dan Alat
sebanyak 2 kali sehingga diperoleh 30 unit
Bahan yang digunakan pada penelitian
satuan percobaan.
ini adalah limbah cangkang biji karet yang di
peroleh dari kebun karet yang berlokasi di
113
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
Tahapan Penelitian
dengan konsentrasi perekat 8% yang memiliki hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan (α
kadar air tertinggi yaitu sebesar 4,81%. Tabel 5%) pada penelitian ini pada Tabel 1.
Kadar air sangat mempengaruhi standar SNI dimana kadar air biobriket arang
kualitas biobriket yang dihasilkan. Semakin menurut SNI yaitu maksimal 8%.
rendah kadar air maka nilai kalor dan daya
Kadar Abu
pembakaran akan semakin tinggi dan Menurut Fengel dan Wegener (1995)
sebaliknya semakin tinggi kadar air maka nilai
abu adalah jumlah sisa setelah bahan organik
kalor dan daya pembakaran akan semakin dibakar, yang komponen utamanya berupa zat
rendah. Kadar air biobriket dipengaruhi oleh mineral, kalsium, kalium, magnesium dan
jenis bahan baku, jenis perekat dan metode silika. Penetapan kadar abu bertujuan untuk
pengujian yang digunakan. Pada umumnya mengetahui bagian yang tidak terbakar dan
kadar air yang tinggi akan menurunkan nilai tidak memiliki unsur karbon lagi setelah
kalor dan laju pembakaran karena panas yang biobriket dibakar. Kadar abu yang dihasilkan
diberikan digunakan terlebih dahulu untuk dari penelitian ini berkisar antara 3,44%-
menguapkan air yang terdapat di dalam briket. 6,42%. Hasil analisis sidik ragam
Briket yang mengandung kadar air yang tinggi menunjukkan bahwa interaksi perbandingan
akan mudah hancur serta mudah ditumbuhi bahan dan konsentrasi perekat maupun faktor
jamur. tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap
Kadar air yang diperoleh dari penelitian kadar abu biobriket. Data kadar abu biobriket
ini berkisar antara 3,39-4,81%. Keseluruhan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
biobriket yang dihasilkan telah sesuai dengan
Unsur utama abu adalah mineral silika dan karbonisasi menyebabkan cangkang yang
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor sudah menjadi arang perlahan berubah menjadi
yang dihasilkan, sehingga semakin tinggi kadar abu. Hasil kadar abu biobriket yang diperoleh
abu yang dihasilkan maka kualitas briket akan setiap perlakuan sesuai dengan SNI yaitu kadar
semakin rendah. Kadar abu sebanding dengan abu briket maksimal 8%.
kandungan bahan anorganik yang terdapat di
Kadar zat Terbang (Volatile matter)
dalam biobriket. Abu akan menurunkan mutu Komponen kadar zat terbang pada
bahan bakar padat karena dapat menurunkan biobriket terdiri dari gas-gas yang mudah
nilai kalor. terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida
Kadar abu biobriket yang dihasilkan (CO), dan metana (CH4), tetapi kadang-kadang
dipengaruhi oleh kadar abu dari bahan baku terdapat juga gas-gas yang tidak terbakar
cangkang biji karet dan cangkang kemiri dan seperti CO2 dan H2O. Komponen senyawa
perekat tapioka. Menurut Vinsiah (2007) volatil dalam arang adalah gas yang tidak
menyatakan bahwa nilai kadar abu bahan baku terkondensasi, antara lain gas CO, CO2, CH4
arang cangkang biji karet berkisar 1,25% dan H2. Penetapan kadar zat mudah menguap
sedangkan menurut Lempang (2009)
bertujuan untuk mengetahui kandungan
menyatakan bahwa nilai kadar abu bahan baku senyawa yang dapat menguap pada suhu
arang cangkang kemiri berkisar 2,07 %. 950°C. Nilai hasil kadar zat terbang yang
Kadar abu berhubungan dengan proses
dihasilkan dari biobriket berkisar antara
karbonisasi yang dilakukan pada saat 78,73%-85,75%. Hasil analisis sidik ragam
penentuan suhu karbonisasi, seiring tingginya menunjukan bahwa interaksi perbandingan
suhu karbonsisasi maka kecendrungan kadar bahan dan konsentrasi perekat serta faktor
abu biobriket akan semakin meningkat. hal ini tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap
terjadi karena semakin tinggi suhu karbonisasi kadar zat terbang. Kadar zat terbang setiap
akan mengakibatkan banyaknya cangkang biji perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
karet dan cangkang kemiri yang terbakar
menjadi abu sehingga semakin tinggi suhu
Pada penelitian ini didapatkan nilai itu sendiri, sehingga nilai kadar zat terbang
volatile mater berkisar antara 78,73%-85,75 %. yang dihasilkan cenderung besar terutama
Nilai ini belum memenuhi standar SNI dari untuk biomasa nilai kadar zat terbang yang
volatile matter yang berkisar 15% hal ini dihasilakan rata-rata berkisar antara 30-90%.
disebabkan karena ketidaksempurnaan pada Saktiawan (2000) yang menyatakan
proses karbonisasi dan kandungan dari bahan bahwa tinggi rendahnya kadar zat menguap
117
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
Menurut Hendra dan Winarni (2003) besar atau Hasil densitas biobriket yang diperoleh
kecilnya kerapatan tersebut dipengaruhi oleh setiap perlakuan berkisar antara 0,6267 g/cm3 –
ukuran dan kehomogenan bahan penyusun 0,6399 g/cm3. Keseluruhan biobriket yang
biobriket itu sendiri. Kerapatan juga dapat dihasilkan telah sesuai dengan standar SNI
mempengaruhi keteguhan tekan, lama dimana densitas biobriket arang menurut SNI
pembakaran, dan mudah tidaknya pada saat yaitu 0,447 – 0,849 g/cm3.
biobriket akan dinyalakan. Kerapatan yang
Kemudahan Terbakar
terlalu tinggi dapat mengakibatkan biobriket Kemudahan terbakar pada biobriket
sulit terbakar, sedangkan biobriket yang
merupakan proses dimana durasi biobriket
memiliki kerapatan yang tidak terlalu tinggi mulai terbakar sehingga menghasilkan energi.
maka akan memudahkan pembakaran karena Penetapan kemudahan terbakar bertujuan
semakin besar rongga udara atau celah yang untuk mengetahui lama durasi biobriket mulai
dapat dilalui oleh oksigen dalam proses terbakar dalam hitungan menit. Kemudahan
pembakaran. Bioriket dengan kerapatan yang terbakar biobriket yang dihasilkan dari
terlalu rendah dapat mengakibatkan biobriket penelitian ini berkisar antara 20,11 g/menit –
cepat habis dalam pembakaran karena bobot 23,81 g/menit. Hasil analisis sidik ragam
briketnya lebih rendah.
menunjukkan interaksi perbandingan bahan
dan konsentrasi perekat sangat berpengaruh
118
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
nyata terhadap kemudahan terbakar biobriket. nyata terhadap perlakuan perbandingan bahan
Hasil uji lanjut Duncan (α 5%) menunjukan 40:60 antara cangkang biji karet dan cangkang
bahwa perlakuan perbandingan bahan 30:70 kemiri dengan konsentrasi perekat 12% yang
antara cangkang biji karet dan cangkang kemiri mempunyai nilai tertinggi yaitu 23,81 g/menit.
dengan konsentrasi perekat 10% menghasilkan Tabel hasil analisis ragam dan uji lanjut
kemudahan terbakar biobriket paling rendah Duncan (α 5%) parameter kemudahan terbakar
yaitu 20,11 g/menit perlakuan ini berbeda disajikan pada Tabel 5.
dengan konsentrasi perekat 10% memiliki nilai memiliki nilai tertinggi yaitu 0,76 g/menit.
terendah 0,65 g/menit, perlakuan ini berbeda Tabel hasil analisis ragam dan uji lanjut
nyata terhadap perlakuan perbandingan bahan Duncan (α 5%) lama bakar biobriket disajikan
50:50 antara cangkang biji karet dan cangkang pada Tabel 6.
kemiri dengan konsentrasi perekat 12% yang
Lama bakar adalah proses dimana biobriket yang dihasilkan. Pada penelitian ini
biobriket memasuki tahap akhir yaitu dalam perbandingan bahan 30:70 antara cangkang biji
hal ini biobriket dibakar agar dapat karet dan cangkang kemiri nilai terbaik
mengeluarkan energi, sehingga dapat terhadap lama bakar biobriket, dikarenakan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. cangkang kemiri mempunyai nilai kalor bahan
Semakin lama biobriket tersebut terbakar maka baku yang lebih besar yaitu berkisar 7810,39
akan semakin baik kualitas biobriket dan Cal/g dibandingkan cangkang biji karet yang
energi yang di keluarkan dalam proses hanya mempunyai nilai kalor berkisar
pembakaranya akan semakin baik. Hal ini 5650,661 Cal/g.
ditunjukan dengan adanya persamaan
Nilai Kalor
perlakuan terbaik lama bakar dengan perlakuan Nilai kalor merupakan salah satu
terbaik nilai kalor dan densitas, dimana parameter utama dalam menentukan kualitas
perlakuan tersebut merupakan perbandingan biobriket. Semakin tinggi nilai kalor yang
30:70 antara cangkang biji karet dan cangkang
dihasilkan biobriket maka semakin baik mutu
kemiri dengan konsentrasi perekat 10%. dari biobriket tersebut. Karena, semakin tinggi
Lama bakar biobriket dipengaruhi oleh nilai kalor, maka panas yang dihasilkan oleh
densitas pada biobriket, dimana biobriket yang bahan semakin tinggi pula. Pengujian nilai
memiliki densitas yang rendah memiliki kalor diambil dari 5 perlakuan terbaik
rongga udara yang lebih besar, sehingga berdasarkan kadar air, kadar abu dan kadar zat
jumlah bahan yang terbakar lebih banyak di
terbang (F3P2, F5P2, F3P1, F1P3 dan F1P2).
banding dengan biobriket yang memiliki Nilai kalor biobriket dapat dilihat pada Tabel 7.
kerapatan yang tinggi. Perbandingan bahan
juga memberi pengaruh terhadap lama bakar
120
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
Perbedaan jumlah nilai kalor masing- biobriket cangkang kemiri dengan konsentrasi
masing perlakuan disebabkan oleh perbedaan perekat 10% berkisar 7810,39 Cal/g.
akumulasi jumlah nilai kalor yang terkandung Nilai kalor yang diperoleh dari
pada setiap biobriket, yang dipengaruhi oleh penelitian ini berkisar antara 5391,51 Cal/g -
perbedaan komposisi bahan penyusun 6609,32 Cal/g. Keseluruhan biobriket yang
biobriket dan konsentrasi perekat. Pada dihasilkan telah sesuai dengan standar SNI
perlakuan perbandingan bahan biobriket 30:70 dimana nilai kalor biobriket arang menurut SNI
antara cangkang biji karet dan cangkang kemiri yaitu maksimal >5000 Cal/g.
dengan konsentrasi perekat 10% memiliki nilai
Perlakuan Terbaik
kalor tertinggi yaitu 6609,32 Cal/g, sedangkan Penelitian ini bertujuan untuk
nilai kalor terendah terdapat pada perlakuan mendapatkan perbandingan cangkang biji karet
perbandingan bahan 70:30 antara cangkang biji dan cangkang kemiri yang tepat untuk
karet dan cangkang kemiri dengan konsentrasi menghasilkan biobriket dengan nilai kalor
perekat 8% yaitu dengan nilai 5391,51 Cal/g. yang tinggi. Pada penentuan perlakuan terbaik
Hal ini sesuai dengan Hatoyo (1993), yang dapat dilihat dari uji parameter seperti kadar
menyatakan bahwa kualitas nilai kalor air, kadar abu, kadar zat menguap, nilai kalor,
biobriket yang dihasilkan dipengaruhi oleh kemudahan terbakar dan lama bakar. Pada uji
nilai kalor atau energi yang dimiliki bahan kadar air menunjukan perlakuan perbandingan
penyusunya. bahan 70:30 antara cangkang biji karet dengan
Hasil penelitian nilai kalor biobriket
cangkang kemiri dengan konsentrasi perekat
perbandingan cangkang biji karet dan 10% mempunyai kadar air paling baik
cangkang kemiri tidak berbeda jauh dengan (terendah) yaitu 3,39%. Semakin rendah kadar
nilai kalor biobriket cangkang biji karet Susila air maka semakin baik mutu biobriket yang
(2015) menyatakan bahwa nilai kalor yang dihasilkan. Karena kadar air yang tinggi akan
dihasilkan biobriket cangkang biji karet dengan mengurangi nilai kalor yang dihasilkan.
konsentrasi perekat 10% berkisar 5650,661 Uji kadar abu menunjukan perlakuan
Cal/g dan Tambunan (2007), menyatakan perbandingan bahan 50:50 antara cangkang biji
bahwa nilai kalor yang dihasilkan oleh karet dan cangkang kemiri dengan konsentrasi
perekat 12% mempunyai kadar abu paling baik
121
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
(terendah) yaitu 3,44%. Semakin rendah kadar karet dan cangkang kemiri dengan konsentrasi
abu maka semakin baik mutu biobriket perekat 10% mempunyai nilai kalor paling baik
tersebut. Karena, keberadaan abu yang yaitu (tertinggi) yaitu 6609,32 Cal/g. Semakin
berlebihan dapat menyebabkan ketidak tinggi nilai kalor yang dihasikan maka semakin
sempurnaan pembakaran yang terjadi pada baik mutu biobriket. Karena, nilai kalor
biobriket. merupakan energi yang dihasikan biobriket
Uji kadar zat terbang menunjukan pada saat proses pembakaran.
perlakuan perbandingan bahan 50:50 antara Berdasarkan hasil analisis diatas dapat
cangkang biji karet dan cangkang kemiri diketahui bahwa perlakuan terbaik didominasi
dengan konsentrasi perekat 10% mempunyai diperoleh pada formulasi cangkang biji karet
nilai kadar zat terbang paling baik (terendah) dan cangkang kemiri perbandingan 30:70 dan
yaitu 78,73%. Semakin rendah kadar zat konsentrasi perekat 10%, yang ditunjukkan
terbang maka semakin baik mutu biobriket pada parameter densitas, kemudahan terbakar,
tersebut. Karena, kadar zat mudah menguap lama bakar dan nilai kalor.
yang tinggi akan menghasilkan kadar karbon
terikat yang rendah sehingga mempengaruhi KESIMPULAN DAN SARAN
kualitas biobriket
Kesimpulan
Uji densitas menunjukan perlakuan 1. Interaksi perbandingan campuran antara
perbandingan bahan 30:70 antara cangkang biji cangkang biji karet dan cangkang kemiri
karet dan cangkang kemiri dengan konsentrasi
dengan konsentrasi perekat pada
perekat 10% mempunyai nilai yang paling baik pembuatan biobriket memberi pengaruh
(tertinggi) yaitu 0,6399 g/cm3. Densitas yang nyata terhadap parameter uji kadar air dan
baik pada biobriket mempunyai tingkat kemudahan terbakar, sedangkan perlakuan
kerapatan yang tinggi. tunggal formulasi perbandingan cangkang
Uji kemudahan terbakar menunjukan biji karet dan cangkang kemiri hanya
perlakuan perbandingan bahan 30:70 antara beerpengaruh nyata terhadap lama bakar
cangkang biji karet dan cangkang kemiri akan tetapi tidak berpengaruh nyata
dengan konsentrasi perekat 10 % mempunyai
terhadap parameter kadar abu, kadar zat
nilai kemudahan terbakar paling baik terbang (volatile matter) dan densitas.
(terendah) yaitu 20,36 g/menit. Semakin cepat 2. Perlakuan terbaik dihasilkan 30:70
biobriket terbakar pada proses pembakaran
perbandingan antara cangkang biji karet
pertama maka semakin baik mutu dari dan cangkang kemiri dengan konsentrasi
biobriket tersebut. Karena, biobriket yang
perekat 10% yang menghasilkan nilai kalor
mudah terbakar efesien pada penggunaanya 6609,32 Cal/g, kadar air 3,90% dan kadar
Uji lama bakar menunjukan perlakuan abu 6,10%.
perbandingan bahan 30:70 antara cangkang biji Kandungan kadar air, kadar abu, densitas dan
karet dan cangkang kemiri dengan konsentrasi nilai kalor yang terdapat dalam masing-masing
perekat 10% mempunyai nilai lama bakar biobriket yang dihasilkan sesuai dengan
paling baik (terendah) yaitu 0,63 g/menit. standart mutu biobriket komersial SNI
Semakin sedikit biobriket terbakar maka akan
semakin baik mutu dari biobriket. Karena, Saran
biobriket yang lama terbakar akan lebih efisien Pada proses karbonisasi perlu
pada saat penggunaanya. menggunakan alat yang mempunyai standart
Uji nilai kalor menunjukan perlakuan SNI, baik dari segi bahan maupun rancang
perbandingan bahan 30:70 antara cangkang biji bangun alat tersebut, sehingga pada saat proses
122
ZIRAA’AH, Volume 43 Nomor 2, Juni 2018 Halaman 111-122 ISSN ELEKTRONIK 2355-3545
karbonisasi tidak terjadi kebocoran dan potensi Kurniawan, O. dan Marsono, 2008.
kehilangan bobot (loss) bisa diperkecil. Superkarbon Bahan Bakar Alternatif
Pengganti Minyak Tanah dan Gas.
DAFTAR PUSTAKA Cetakan1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Disbun Kalsel, 2011. Statistik Perkebunan
Susila, I. W., 2015. Pemanfaatan Bungkil Dan
Kalimantan Selatan Tahun 2011.
Kulit Biji Karet Sebagai Bahan Bakar
Dinas Perkebunan Propinsi
Alternatif Biobriket Dengan Perekat
Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Tetes Tebu. Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Fengel, D dan Wegener, G., 1995, Kayu Kimia
Surabaya.
Ultrasruktur Reaksi Kimia, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Tambunan, B. H., 2007. Karaktersitik
Kardianto, P., 2009. Pengaruh Variasi Jumlah pembakaran briket cangkang kemiri:
Campuran Perekat terhadap Pengaruh persentase arang. Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik
Karakteristik Arang Briket Batang
Universitas Negeri Medan
Jagung. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Vinsiah. R., Suharman. A, dan Desi, 2007.
Pembuatan Karbon Aktif Dari
Lempang. M., Syafii. W., Pari. G. 2009. Sifat
Cangkang Kulit Buah Karet (Hevea
Dan Mutu Arang Aktif Tempurung
Brasilliensis). Program Studi
Kemiri. Balai Penelitian Kehutanan
Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Makssar.
Sriwijaya