Anda di halaman 1dari 6

Farmasains Vol. 5 No.

1, April 2018

ISOLASI DAN UJI SIFAT FISIKOKIMIA PATI DARI BIJI KARET (Hevea brasiliensis)

ISOLATION AND PHYSICOCHEMICAL TEST OF RUBBER SEEDS STARCH (Hevea brasiliensis)


1 2 3
Jelly Permatasari , Uce Lestari , Resti Widyastuti
1,3
Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu Jambi, Jambi
2
Program Studi Farmasi, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Jambi, Jambi

Naskah diterima tanggal 7 Mei 2018

ABSTRACT
The rubber seed starch (Hevea brasiliensis) is one of the starch that has the potential for exipient in the
pharmaceutical industry. The aim of this study was to isolate and to test physicochemical properties of
rubber seeds starch. The rubber seed starch was isolated by smoothing the sample with blender, filtering,
0
precipitation, drying at 50 C for five days and washing with hexane. The result showed randemen of
0.974%, shrinkage dried 4.30%, ash content 0.5%, development power 4,510 g, solubility 83.5%, true
density 1.270 g / cm3, real density 0.347 g / cm3, density incompressible 0.55 g / cm3, Hausner factor 1.5 ,
36.9% compressibility, 51% porosity and a particle size diameter of 27.9 μ . From this study it can be
concluded that starch can be isolated from rubber seeds and for testing of microscopic test, shrinkage
dried, ash content, developmental power and solubility% , true type weights, real type weights,
incompressible weights and particle size distributions were in category of good starch, while the
organoleptic, Hausner factor, compressibility, and porosity were not good.

Keywords: Starch, Rubber Seeds, Isolation

ABSTRAK
Pati biji karet (Hevea Brasiliensis) merupakan salah satu pati yang berpotensi sebagai bahan tambahan
dalam industri farmasi. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan untuk mengetahui sifat fisikokimia pati
dari biji karet. Pati biji karet diisolasi dengan cara melakukan penghalusan sampel dengan blender,
o
penyaringan, pengendapan, pengeringan pada suhu 50 C selama lima hari dan pencucian dengan
heksan. Diperoleh randemen sebesar 0.974%, susut pengeringan 4.30%, kadar abu 0.5%, daya
pengembangan 4.510 g, % kelarutan 83.5%, bobot jenis benar 1.270 g/cm3, bobot jenis nyata 0.347
3 3
g/cm , bbot jenis mampat 0.55 g/cm , faktor Hausner 1.5, % kompresibilitas 36.9%, porositas 51% dan
diameter ukuran partikel sebesar 27.9 . Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa isolasi pati dari biji
karet dapat dilakukan dan diperoleh pati yang baik dan memenuhi persyaratan resmi dari farmakope
Indonesia dan Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi enam untuk hasil uji organoleptis,
mikroskopis, susut pengeringan, kadar abu, daya pengembangan dan % kelarutan, bobot jenis benar,
bobot jenis nyata, bobot jenis mampat dan distribusi ukuran partikel. Sedangkan data organoleptis, faktor
Hausner, kompresibilitas, dan porositas termasuk kategori tidak baik.

Kata Kunci : Pati, Biji Karet, Isolasi

PENDAHULUAN Sumatera dan Kalimantan (Rivai et al, 2015;


Tanaman karet memiliki peranan yang Dirjen Perkebunan, 2015)
besar dalam kehidupan perekonomian Provinsi Jambitermasuk dalam wilayah
Indonesia, banyak penduduk yang hidup dengan Sumatra yang penduduknya mayoritas bekerja
mengandalkan tanaman penghasil getah ini.Di mengelola perkebunan karet, sebanyak 46,88%
Indonesia luas lahan perkebunan karet mencapai dari jumlah tenaga kerja Provinsi Jambi bekerja
3-3,5 juta hektar, dan menurut data statistik pada sektor pertanian, perkebunan dan
perkebunan Indonesia, luas lahan perkebunan perikanan. Luas lahan perkebunan karet di
karet adalah 3,639,695 ha, ini merupakan lahan Provinsi Jambi mencapai 595,473 Ha (Mintaria,
karet yang terluas di dunia. Di Indonesia 2016)
perkebunan karet hampir menyebar di seluruh Tanaman karet menghasilkan latex yang
wilayah Indonesia, wilayah yang memiliki luas merupakan hasil utama yang diambil dari
lahan dan produksi karet tertinggi adalah tanaman karet.Biji karet masih belum
dimanfaatkan dan dibuang sebagai limbah dan
Alamat korespondensi : hanya sekitar 20% biji karet yang digunakan
jelly.permatasari@gmail.com sebagai benih. Jumlah biji karet sangat
9
Isolasi dan Uji Sifat Fitokimia Pati .................... (Jelly Permatasari, dkk)

melimpah, satu hektar tanaman karet (populasi μm, butir besar bergaris tengah 20 μm sampai
sekitar 500 pohon), umur tanaman karet lebih dari 35 μm. Hilus di tengah berupa titik, garis lurus
10 tahun dapat menghasilkan lebih dari 5 ton biji atau bercabang tiga. Lamella tidak jelas,
(Soemargono & Mulyadi, 2011). konsentris. Butir majemuk sedikit, terdiri dari 2
Biji karet mengandung 6,99 g karbohidrat, atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya
17,41 g protein, 68,53 g lemak, 3,08 g abu, 450 μg (Farmakope Indonesia edisi 4).
thiamin, 2,5 μg asam nikotianat, 250 μg karoten 2. Susut pengeringan
dan tokoferol, dan 330 μg sianida, dalam 100 g Susut pengeringan adalah kadar bagian
biji karet. Berdasarkan kandungan tersebut, biji zat yang menguap, kecuali dinyatakan lain. Susut
karet kemungkinan mengandung pati,Karena pengeringan tidak lebih dari 15,0% dilakukan
o o
didalam biji karet terkandung karbohidrat.Pati pengeringan pada suhu 100 sampai 105 ,
merupakan campuran dari dua polisakarida yaitu menggunakan 1 g bahan(Farmakope Indonesia
amilosa dan amilopektin.Pati dapat di isolasi dari edisi 3).
beberapa tanaman diantaranya beras, jagung, 3. Kadar abu
gandum, ubi jalar, kentang, dan singkong. Pati Prinsip penentuan kadar abu yaitu
juga merupakan bahan tambahan yang penting sejumlah bahan dipanaskan pada temperatur
dalam formulasi sediaan tablet yang berfungsi dimana senyawa organik dan turunannya
sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, dan terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur
bahan penghancurtablet (Rivai et al, 2015; Eka et mineralnya dan anorganik yang tersisa,
al, 2010). penyebab tingginya kadar abu adalah
Pemanfaatan biji karet dilihat dari terdapatnya cemaran logam atau cemaran tanah.
penelitian terdahulu biji karet digunakan sebagai Kadar abu tidak lebih dari 0,6% lakukan
biodiesel,pakan ikan, bahan pembuatan sabun penetapan menggunakan 1 g bahan (Farmakope
cuci tangan dan bahan pangan alternative yang Indonesia edisi 3)
penggunaanya masih terbatas. Berdasarkan hal 4. Daya pengembangan dan % kelarutan
tersebut maka peneliti memilih untuk mengisolasi di lakukan dengan mensuspensikan pati
pati dari biji karet yang akan digunakan sebagai (2%) dipanaskan dengan magnetic stirer pada
o
tahap awal sumber bahan baku dan suhu 85 C selama 30 menit, kemudian
bahantambahan untuk sediaan tablet, karena biji disentrifugasi (3000 rpm, 15 menit). Endapan
o
karet bahan yang ramah lingkungan dan mudah yang diperoleh dikeringkan pada suhu 110 C
didapat (Rivai et al, 2015;Syamsunarnoet al, sampai berat konstan.
2014; Fatimahet al, 2014). 5. Bobot jenis benar
Dilakukan menggunakan piknometer dan
METODE pelarut yang tidak melarutkan serbuk tersebut.
Alat yang digunakan adalah desikator, Piknometer kosong yang telah diketahui
furnace Carbolite ®,blender Philip®, Sentrifus volumenya (a) ditimbang beratnya (b) kemudian
Eba®, Oven Memert®, Mikroskop Olympus®. diisi air dan ditimbang (c) Bobot jenis air dihitung
Bahan yang digunakan adalah biji karet, dengan persamaan:
air, heksan. c-b
Tahap Penelitian a
Biji karet dibersihkan dari kulitnya atau
tempurungnya, setelah itu dicuci bersih lalu Serbuk sebanyak 2 g yang telah dikeringkan
direndam selama 1 malam, kemudian sampel hingga berat konstan dimasukkan ke dalam
dipotong-potong lalu dihaluskan dengan piknometer, kemudian ditimbang (d), lalu
penambahan air setelah itu saring dengan kain ditambahkan air ke dalam piknometer sampai
kasa, diperas sampai airnya habis. Kemudian penuh, dan ditimbang kembali beratnya (e),
filtratnya didiamkan selama 24 jam.Setelah Bobot jenis dihitung dengan persamaan :
mengendap sempurna (terpisahkan bagian atas BJ benar : (d - b)
dengan endapanya), ambil bagian endapan lalu (d - b) + (c - e)
dikeringkan endapan didalam oven pengering
pada suhu 50oC selama kurang lebih 5 hari. Pati 6. Bobot jenis nyata
kering yang terbentuk berupa gumpalan lalu zat uji dikeringkan hingga beratnya
dicuci dengan heksan dan dikeringkan kembali konstan, ditimbang sebanyak 25 g serbuk (W),
(Suheryet al, 2015; Ratnaningtyas et al, 2014). dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml,
Uji Sifat Fisikokimia permukaan zat uji diratakan, dicatat volume
Uji sifat fisikokimia pati yang dilakukan serbuk (V). Bobot jenis nyata dihitung dengan
meliputi : pesamaan :
1. Mikroskopis
Butir tunggal, agak bulat atau bersegi BJ nyata = w/v
banyak. Butir kecil diameter 5 μm sampai 10

10
Farmasains Vol. 5 No. 1, April 2018

7. Bobot jenis mampat HASIL DAN PEMBAHASAN


zat uji dikeringkan hingga berat konstan 1. Hasil Isolasi dan Randemen
sebanyak 25g serbuk (W) dimasukkan ke dalam Dari 15 kg biji karet diperoleh pati biji karet
gelas ukur 100 ml, permukaan zat uji diratakan sebanyak 146,24 gram. Sehingga randemen
kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak yang diperoleh 0,974%.
1250 kali. Catat volumenya (Vt) kemudian ulangi 2. Organoleptis
lagi hentakkan sebanyak 1250 kali, catat volume Oganoleptis meliputi bentuk, warna, bau, dan
(Vtl). Jika selisih Vtl dan Vt lebih dari 2 ml maka rasa.
dipakai Vt. Bobot jenis mampat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut: Tabel 1. Hasil pemeriksaan organoleptis

BJ mampat = w/v.t Bentuk Serbuk halus


Warna Kecoklatan
8. Factor Hausner Bau Bau khas biji karet
faktor hausner merupakan perbandingan Rasa Tidak berasa
bobot jenis mampat dengan bobot jenis nyata
3. Mikoskopis
FH = BJ mampat/BJ nyata

9. Kompresibilitas dan porositas


Rumus kompresibilitas dan porositas
adalah sebagai berikut:

Kompresibilitas = BJ mampat - BJ nyata


x 100%
BJ mampat

Porositas (E) = BJ nyata


1- x 100%
BJ benar

10. Distribusi ukuran partikel Gambar 1. HasilPemeriksaan Mikroskopis


Ditentukan dengan metade mikroskp Perbesaran 10x10
yang dilengkapi dengan micrometer okuler,
caranya dengan sejumlah serbuk didispersikan 4. Daya pengembangan dan % kelarutan
dalam air, diteteskan pada gelas objek, ditutup
dengan kaca penutup. Amati dibawah mikroskop Tabel 2. Daya pengembangan dan % kelarutan
sebanyak 1000 partikel. Partikel dikelompokkan
pada ukuran-ukuran tertentu kemudian masing- Pemeriksaan Hasil
masing kelompok ditentukan jumlahnya Daya pengembangan 4,510 gram
Diameter rata-rata (d) partikel ditentukan dengan % kelarutan 83,5%
persamaan sebagai berikut:

5. Susut pengeringan dari pati biji karet yang


diperoleh sebesar 4,30%.
6. Kadar abu dari pati biji karet yang didapatkan
sebanyak 0,5%.
Keterangan: 7. Distribusi ukuran partikel, Bobot jenis benar,
nd= jumlah partikel bobot jenis nyata, bobot jenis mampat,
d= diameter partikel %kompresibilitas dan porositas dapat dilihat
pada tabel 3.
Luas permukaan spesifik partikel dapat Hasil pemeriksaan uji sifat fisikokimia pati
ditentukan dengan persamaan: biji karet yang telah dilakukan telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam farmakope
Indonesia dan Handbook of Pharmaceutical
Excipients edisi 6.

11
Isolasi dan Uji Sifat Fitokimia Pati .................... (Jelly Permatasari, dkk)

tengah berupa titik, Lamella tidak jelas, terdiri dari


Tabel 3. Distribusi ukuran partikel, Bobot jenis 2 atau 3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya.
benar, bobot jenis nyata, bobot jenis Dalam farmakope bentuk mikroskopis pati adalah
mampat, %kompresibilitas dan butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak,
porositas butir kecil diameter 5 µm sampai 10µm, butir
Pemeriksaan Hasil besar bergaris tengah 20 µm sampai 35 µm, hilus
ditengah berupa titik, garis lurus atau bercabang
Distribusi ukuran partikel 27.9 ÄÄ
?? tiga, lamella tidak jelas, konsentris, butir majemuk
sedikit, terdiri dari 2 atau 3 butir tunggal yang tidak
Bobot jenis benar 1.270 gram/mL sama bentuknya Dari hasil tersebut dapat
Bobot jenis nyata 0.347 gram/mL dikatakan bahwa pati biji karet memenuhi syarat
yang tertera pada farmakope Indonesia edisi IV
Bobot jenis mampat 0.55 gram/mL bahwa pati berbentuk butir tunggal agak bulat
dan bersegi banyak, hilus ditengah berupa titik,
Faktor hausner 1.5 gram/mL lamella tidak jelas.
%kompresibilitas 36.9 % Pemeriksaan Daya Pengembangan dan
Porositas 51 % Kelarutan
Pemeriksaan daya pengembangan dan
kelarutan pati biji karet diperoleh daya
Isolasi Pati pengembangan pati biji karet sebesar 4,510 gram
Sampel yang digunakan pada penelitian dan % kelarutan sebesar 83,5%. Menurut Suhery
ini adalah biji karet (Hevea brasiliensis) yang (2015) bahwa daya pengembangan pati tales
diambil dari daerah Desa Perintis, Kab.Tebo. Biji termodifikasi dengan bakteri asam laktat sebesar
karet diisolasi dengan cara dilakukan 3,643. Daya pengembangan terjadi karena
perendaman dan pencucian berulang untuk kemampuan molekul pati mengikat air melalui
menghilangkan kandungan sianida yang ada pembentukan ikatan hydrogen, setelah dilakukan
pada biji karet, proses penghancuran dilakukan pemanasan ikatan hydrogen dengan molekul pati
menggunakan blender, pati yang didapat terputus yang akan digantikan oleh ikatan
o
dikeringkan didalam oven pada suhu 50 C hydrogen dengan air, sehingga granula-granula
selama kurang lebih lima hari untuk mengurangi pati mengembang. Meningkatnya daya
kadar air. Pati yang telah kering lalu dicuci pengembangan ini disebabkan banyaknya air
dengan heksan, pencucian heksan dilakukan yang diserap oleh granula pati (Suheryet al,
untuk menarik lemak karena heksan dan lemak 2015).
merupakan senyawa yang bersifat nonpolar.
Susut Pengeringan
Randemen Susut pengeringan dilakukan untuk
Isolasi pati biji karet yang telah dilakukan mengetahui bagian zat yang menguap termasuk
dapat ditentukan nilai randemen dari pati biji karet air. Pati biji karet memiliki susut pengeringan
dengan berat sampel sebanyak 15 kg biji karet yang sangat rendah yaitu sebanyak 4,30% dan
basah didapatkan 146,24 gram pati biji karet dalam farmakope Indonesia dijelaskan bahwa
kering, sehingga diperoleh randemen sekitar susut pengeringan pada pati tidak lebih dari
0,974%, kecilnyarendemen pati biji karet ini 15,0%. Hal ini dikarenakan pada saat pembuatan
dikarenakan banyaknya kandungan lemak yang pati biji karet dilakukan pengeringan terlebih
o
menyulitkan proses penyaringan, pengendapan dahulu menggunakan oven pada suhu 50 C
pati dan persentase kadungan karbohidrat pada selama kurang lebih 5 hari sampai pati benar-
biji karet sangat kecil yaitu 6,99 gram dari 100 benar kering atau konstan.
gram biji karet. Pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Rohmah (2012) memaparkan
Organoleptis bahwa kadar air dalam pati pisang kapas adalah
Pada pemeriksaan organoleptis 8,55% hal itu dikarenakan pada saat proses
diperoleh pati dengan bentuk serbuk halus, pengolahan pati dilakukan perendaman tepung
berwarna kecoklatan, tidak berasa dan baunya pisang yang mengakibatkan meningkatnya kadar
khas biji karet.Warna kecoklatan pada pati biji air padapati. Susut pengeringan merupakan
karet karena karakteristik biji karet berwarna salah satu karakteristik yang sangat penting pada
putih kecoklatan. bahan pangan yang dapat mempengaruhi bentuk
dan daya awet, semakin rendah kandungan air
Mikroskopis yang dimiliki, maka semakin bagus dalam
Mikroskopis pati biji karet berbentuk butir penyimpanan karena kandungan air yang lebih
tunggal, agak bulat atau bersegi banyak. Hilus di sedikit akan menyebabkan kestabilan bahan

12
Farmasains Vol. 5 No. 1, April 2018

tersebut. Susut pengeringan pati biji karet yang ukuran diameter rata-rata yang lebih kecil dapat
diperoleh yaitu sebanyak 4,30% telah memenuhi membentuk massa dengan kerapatan yang lebih
persyaratan dalam farmakope Indonesia dan besar akibat dari pengurangan rongga-rongga
baik dalam penyimpanan dengan waktu yang antar partikel (Fidyaningsih et al, 2015; Jufri et al,
lama (Sumargono, 2011) 2006).

Kadar Abu Bobot jenis nyata, bobot jenis benar, bobot


Abu adalah zat anorganik sisa hasil jenis mampat, %kompresibilitas dan
pembakaran suatu bahan organik. Penentuan porositas
kadar abu adalah dengan mengoksidasikan Bobot jenis benar diperoleh hasil 1,270
3
semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu g/cm , hasil evaluasi bobot jenis nyata diperoleh
o 3
sekitar 500-600 C dan kemudian dilakukan hasil 0,347 g/cm , dan bobot jenis mampat
3
penimbangan zat yang tertinggal setelah proses sebesar 0,55 g/cm . Dalam Handbook of
pembakaran tersebut. Kadar abu pada pati biji Pharmaceutical Excipients bobot jenis nyata
karet diperoleh sebesar 0,5%, kadar abu pati biji jagung 0,69–0,7g/cm3, kentang 0.80–0.90g/cm3,
karet tersebut memenuhi persyaratan dalam gandum 0.76g/cm3. Bobot jenis benar jagung
Farmakope Indonesia edisi 4, dalam farmakope 1,478g/cm 3 dan bobot jenis mampat jagung
Indonesia dijelaskan bahwa kadar abu pati tidak 0.45–0.58g/cm 3 , kentang 0.56–0.82g/cm 3 ,
lebih dari 0,6%. Kadar abu menunjukkan gandum 0.50g/cm3. Dari literatur tersebut dapat
kandungan mineral yang terdapat dalam pati, dikatakan hasil evaluasi yang telah dilakukan
kadar abu yang rendah dipengaruhi oleh proses telah memenuhi persyaratan, namun pada
pengolahan. Pati diperoleh dari ekstraksi dan penentuan bobot jenis nyata diperoleh hasil yang
pencucian yang berulang-ulang dengan air, hal sangat rendah jika dibandingkan dengan bobot
tersebut menyebabkan mineral tersebut akan jenis nyata jagung, kentang dan gandum.
terlarut oleh air dan ikut terbuang bersama ampas Evaluasi yang meliputi penentuan bobot
(Rohmah, 2012). jenis nyata, penentuan bobot jenis mampat dan
Pada penelitian sebelumnya yang penentuan bobot jenis benar dari hasil evaluasi
dilakukan oleh (Gilang, Affandi & Ishartani, 2013) tersebut maka dapat ditentukan faktor hausner,
memaparkan bahwa hasil pengujian kadar abu kompresibilitas dan porositas.Berdasarkan
pada tepung koro padang dengan perlakuan literatur apabila faktor hausner mendekati 1 atau
perendaman tanpa kulit kadar abu menurun dari lebih dari 1 maka dapat disimpulkan bahwa
yang semula 4,24% menjadi 2,39%.Adanya serbuk mempunyai sifat yang baik untuk
reduksi kadar abu selama perendaman diduga dijadikan tablet. Pada pemeriksaan faktor
dapat disebabkan karena larutnya molekul- hausner diperoleh hasil 1,5 gram/mL. Maka dari
molekul mineral kedalam media perendaman data pemeriksaan tersebut pati biji karet yang
sehingga kadar abumenurun. Dalam hal ini dibuat mempunyai sifat yang baik untuk dijadikan
proses pengolahan dalam pembuatan pati bahan tambahan tablet.
sangat berpengaruh pada hasil dari kadar abu Menurut (Syofyan, 2015), bahwa Untuk %
(Gilang et al, 2013). kompresibilitas yang baik antara 5%-15% dan
porositas yang baik adalah kecil dari 50%,
Distribusi Ukuran Partikel semakin besar nilai porositas akan
Pemeriksaan distribusi ukuran partikel mengakibatkan menurunya jumlah obat,
dilakukan dengan metode mikroskopis, uji sehingga akan mengurangi efektifitas dari kerja
distribusi partikel ini bertujuan untuk melihat obat. Pada pemeriksaan % kompresibilitas yang
keseragaman ukuran partikel.Hasil dari telah dilakukan didapatkan hasil sebesar 36,9 %
pemeriksaan distribusi ukuran partikel ini dari hasil tersebut dapat dikatakan pada
diperoleh diameter rata – rata partikel sebesar pemeriksaan % kompresibilitas pati biji karet
27.9 μm. Ukuran partikel tersebut telah kurang baik. Pada pemeriksaan porositas
memenuhi persyaratan ukuran partikel yang diperoleh hasil sebesar 51% sehingga dapat
disebutkan dalam Handbook of Pharmaceutical dikatakan kategori kurang baik karena porositas
Excipients bahwa diameter rata –rata partikel pati baik bila kurang dari 50% (Syofyan et al, 2015).
jagung 13 μm, pati kentang 46 μm, pati beras
5 μm, pati tapioka 13 μm. Semakin kecilnya KESIMPULAN
ukuran partikel serbuk akan meningkatkan luas Pati dapat diisolasi dari biji karet dengan
permukaan spesifiknya, maka density serbuk rendemen 0,974% dan diperoleh pati yang baik
juga akan menurun. Luas permukaan spesifik yang memenuhi persyaratan resmi dari
yang di peroleh adalah 1684.811507 cm2 dan farmakope Indonesia dan handbook of
densitas pati biji karet adalah 1,270 g/cm3. Maka pharmaceutical excipients edisi enam untuk
dapat dikatakan pati biji karet memiliki ukuran hasil uji mikroskopis, susut pengeringan, kadar
partikel yang relative kecil. Partikel dengan abu, daya pengembangan dan % kelarutan,

13
Isolasi dan Uji Sifat Fitokimia Pati .................... (Jelly Permatasari, dkk)

bobot jenis benar, bobot jenis nyata, bobot jenis Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2), 343-
mampat dan distribusi ukuran partikel. Serta 346.
kurang baik untuk hasil pemeriksaan Rohmah, M. 2012. Karakterisasi Fisikokimia
organoleptis, faktor Hausner, kompresibilitas, Tepung Dan Pati Pisang Kapas (Musa
dan porositas. comiculata). Jurnal Teknologi Pertanian,
8(1), 20-24.
DAFTAR PUSTAKA Soemargono.,& Mulyadi, E. (2011). Proses
Eka, H. D., Tajul Aris, Y., & Wan Nadiah, W. A. Produksi Biodiesel Berbasis Biji Karet.
(2010). Potential use of Malaysian rubber Jurnal Rekayasa Proses, 5(2), 40-44.
(Hevea brasiliensis) seed as food, feed and Suhery, W. N., Anggraini, D., & Endri, N. (2015).
biofuel. International Food Research Pembuatan Dan Evaluasi PatiTales
Journal, 17(3), 527–534. (Colocasia Esculenta Schoot)
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Termodifikasi Dengan Bakteri A s a m
Empat, Jakarta: Departmen Kesehatan Laktat (Lactobacillus sp). Sains Farmasi &
Republik Indonesia. 107-108. Klinis, 1(2), 207-214.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Syamsunarno, M. B., & Sunarno, M. T. D. (2014).
Ketiga, Jakarta: Departemen Kesehatan Kajian Biji Karet (Hevea Brasiliensis)
Republik Indonesia. 93-94. Sebagai Kandidat Bahan Baku Pakan Ikan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. (2015). Statistik Jurnal Ilmu Pertanian Dan Perikanan, 3(2),
Perkebunan Indonesia 2014-2016. 10-11 136-142
Fatimah, Susanti, S., Rahmah, A & Ariyani. Syofyan., Yanuarto, T., & Octavia, M. D. (2015).
(2014). Potensi Biji Karet (Havea Pengaruh Kombinasi Magnesium Stearat
Brasiliensis) Sebagai Bahan Pembuatan dan Talkum Sebagai Lubrikan Terhadap
Sabun Cuci Tangan Penghilang Bau Karet. Profil Disolusi Tablet Ibuprofen. Jurnal
Jurnal Teknologi & Industri, 3(1), 43-46. Sains Farmasi & Klinis, 1(2), 195-205.
Fidyaningsih, R., Pravitasari, R. D., Aprilia, L., &
Purwati, H. (2015). Pembuatan Serbuk
Tembaga Berukuran Di Bawah 1 Mikron
Dengan Metode Elektolisis. SNF2015-VII-
127SNF2015-VII-128, IV, 127–132.
Gilang, R., Affandi, D. R., & Ishartani, D. (2013).
Karakteristik Fisik danKimia Tepung Koro
Padang (Canavalia Ensiformis) Dengan
Variasi Perlakuan Pendahuluan Jurusan
Te k n o l o g i H a s i l P e r t a n i a n
UniversitasSebelas Maret, 2(3), 34-42.
Haley, S., 2009, Methylparaben, In : Rowe, R.
C., Sheckey, P. J., & Quinn, M. E.(eds.),
Handbook of
Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, 441-
444, London, Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association.
Jufri, M., Dewi, R., Ridwan, A., & Firli. (2006).
Studi Kemampuan Pati Biji Durian Tablet
Ketoprofen Secara Granulasi Basah.
Majalah Ilmu Kefarmasian, III(2), 78–86.
Mintaria, S. 11 Mei 2016. Dinas Perkebunan
Pemerintah Provinsi Jambi, Diakses 16
november2016darihttp://disbun.jambiprov.
go.id/berita-237-sekilas-jambi.html.
Ratnaningtyas, D. A., & Putri, W. D. R. (2014).
Karakterisasi Sifat Fisikokimia Pati Ubi
Jalar Oranye Hasil Modifikasi Perlakuan
STPP ( Lama Perendaman dan
Konsentrasi ). Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 2(4), 68-77.
Rivai, R. R., Damayanti, F., & Handayani, M.
(2015). Pengembangan Potensi Biji Karet
(Hevea brasiliensis) Sebagai Bahan
Pangan Alternatif Di Bengkulu Utara. Pros

14

Anda mungkin juga menyukai