Anda di halaman 1dari 17

Societal

Marketing
Farmasi

Apt. Wulan Kartika Sari., S. Farm., M.Si


Konsep Societal Marketing Farmasi
berfokus pada :
1. Pemenuhan kepuasan
konsumen
2. Pemenuhan kebutuhan
konsumen
3. Pemenuhan keinginan
konsumen
Konsep pemasaran farmasi yang berfokus
tunggal pada kepuasan indivdu dapat
mencederai konsumen lainnya
Contoh kasus : ketergantungan obat
ORIENTASI PEMASARAN
FARMASI
1.Orientasi Internal
A.Orientasi Produk
B.Orientasi Produksi
C.Orientasi Penjualan

2.Orientasi Eksternal
A.Orientasi Konsumen
B.Orientasi Social Marketing (Holistic
Marketing)
ORIENTASI PRODUK

Proses pemasaran produk obat-obatan mempunyai


karakteristik tertentu. Misalnya, obat-obatan yang dijual secara
bebas dapat dilakukan secara umum kepada public baik melalui
media cetak maupun media elektronik.

Namun obat-obatan yang termasuk dalam daftar G sesuai


dengan kode etik kedokteran tidak boleh diiklankan secara
langsung kepada umum.
ORIENTASI PRODUKSI
Berasumsi bahwa konsumen akan menyukai dan mengutamakan produk
yang telah tersedia dan terjangkau oleh konsumen dan harganya
ekonomis.

Dengan demikian fokus utama orientasi ini adalah distribusi dan harga.
Sebagai contoh, obat generik yang ditargetkan sebagai program
pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat luas khususnya dalam hal daya beli obat.

Oleh karena pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi


(iklan, seminar, perlombaan) maka harga dapat ditekan sehingga produsen
obat (pabrik obat) tetap mendapat keuntungan begitupula konsumennya
mampu membeli dengan harga terjangkau.
ORIENTASI PENJUALAN
Berkeyakinan bahwa konsumen tidak tertarik untuk membeli produk
dalam jumlah banyak, jika mereka tidak diyakinkan dan bahkan bila perlu
dibujuk dengan promosi yang gencar. Praktek pemasaran ini umumnya
dilakukan untuk produk yang kurang dikenal konsumen (penggalangan
dana sosial, dll).

Kebanyakan praktek penjualan ini berorientasi pada penjualan jika


menghadapi over capacity (penawaran jauh melampaui permintaan).

Tujuannya lebih dititikberatkan pada “menjual apa yang bisa dibuat”


dan bukannya “membuat apa yang diinginkan pasar
ORIENTASI KONSUMEN
Untuk mewujudkan keberhasilan pencapaian tujuan pemasaran
terletak pada kemampuan perusahaan farmasi dalam menciptakan,
memberikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan (customer value)
kepada pasar sasarannya (target market) secara lebih efektif dibandingkan
para pesaing.

Orientasi ini bertumpu pada empat pilar utama: pasar sasaran, kebutuhan
pelanggan, pemasaran terintegrasi (intregated marketing) dan
profitabilitas

Karena itu, sebagian besar pemasar berfokus pada tipe pelanggan yang
spesifik yang dijadikan target untuk dilayani.
Orientasi Societal Marketing
(Holistic Marketing)

Dalam industri dan bisnis farmasi, pemasaran


farmasi harus dilandasi ketergantungan
antara empat Dimensi pokok antara lain:
1. Internal marketing
2. Integrate marketing
3. Relationship marketing
4. Performance marketing
Holistic Marketing Dimensions
Communications
Integrated

Markeing
Product & services
Channels

Marketing Departement
Senior Customer
manajemen Internal Holistic Relationship
Marketing marketing Marketing
Channel
Other
departments Partners

Ethics
Socially
Responsible Environment
Marketing
Legal
Community
Orientasi Societal Marketing
(Holistic Marketing)
Tujuan Pemasaran internal (Internal Marketing) yakni
memastikan bahwa setiap pihak (baik individu maupun tim
kerja) dalam perusahaan farmasi atau bisnis farmasi
sungguh-sungguh menghayati dan menerapkan prinsip-
prinsip pemasaran farmasi.

Fokus utamanya adalah merekrut, menyeleksi,


memperkerjakan, melatih, dan memotivasi karyawan yang
bersedia dan sanggup melayani dengan pelanggan dengan
baik
PEMASARAN PRODUK
FARMASI (6B)

1. The Right Product (Memasarkan produk yang Benar)


2. The Right Quantity (Kuantitas Benar)
3. The Right Place (Dipasarkan pada tempat yang
Benar)
4. The Right Price (Dipasarkan dengan harga
yang
sesuai/Benar)
5. The Right Time (Dipasarkan pada waktu yang
sesuai)
6. The Right Documentation (Didokumentasikan
dgn
1. The Right Product
(Memasarkan produk yang benar)

Industri farmasi sangat memperhatikan banyak faktor regulasi


(highly regulated) terutama dalam hal keamanan, efikasi, dan
kualitas.

Kesalahan dalam hitungan milligram pada produk obat dapat


menyebabkan tidak hanya penurunan jumlah yang drastic, tetapi akibat
fatal bagi keselamatan jiwa konsumen.

Sehingga untuk mengembangkan inovasi baru dibutuhkan riset dan uji


klinis untuk memastikan keamanan dan khasiat produk obat.

Hanya produk yang dapat dibuktikan aman, berkhasiat nyata dan


bermutu
baik yang dapat diizinkan untuk dapat diproduksi dan dipasarkan
2. The Right Quantity
(Memasarkan produk yang benar)

Setiap obat mempunyai suatu dosis yang dapat dipatuhi oleh


konsumen/pasien, dokter, farmasis dan semua pihak lainnya.

Jika dosis itu berlebih dari dosis lazimnya maka obat sudah memiliki
indikasi yang sudah berbeda menjadi hal yang lebih toksik sehingga dapat
mengancam keselamatan jiwa pasien.

Produk obat akan memiliki khasiat yang baik jika obat digunakan secara
rasional yaitu tepat dosis, tepat pasien, tepat indikasi, tepat pemberian
dan cara penggunaan
3. The Right Place
(Dipasarkan pada tempat yang benar)

Berbeda dengan produk makanan/minuman dan lainnya, produk farmasi


misalnya obat ethical, obat narkotik dan psikotropik, hanya boleh dijual
disarana tertentu oleh profesi tertentu dengan cara tertentu yang diatur
sebagaimana undang-undang kefarmasian.

Misalnya obat golongan keras harus melalui resep dokter karena obat
tersebut memiliki risiko berbahaya apabila dari kerasionalitasan obatnya
dapat diabaikan sehingga mempengaruhi fungsi organ tubuh lainnya
menjadi rusak, demikian pula dengan obat narkotik yang memiliki sifat
ketergantungan obat semakin tinggi dan psikotropik memiliki efek
halusinasi yang tinggi terhadap golongan psikotropik tersebut.
4. The Right Price (Dipasarkan dengan harga yang
sesuai)

Obat dengan biaya biaya riset dan pengembangan (R&D) yang besar tapi
ukuran atau skala pasar kecil seperti obat untuk leukemia haraganya tentu
akan mahal.

Demikian pula obat-obat yang tidak ada kompetitornya di pasar, harganya


akan cenderung mahal karena tidak ada alternative lain yang menyaingi
seperti obat kanker, produk biologis DNA lainnya.

Obat inovasi yang masih dilindungi hak patennya berarti masih memiliki
hak ekskulusif, harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan obat yang
telah off patentnya. Meskipun demikian, dalam menetapkan harga obat,
perusahaan farmasi perlu mempertimbangkan customer value yang
diterima oleh pasien
5. The Right Time (Dipasarkan pada waktu yang
sesuai)

Obat harus memiliki ketersediaan yang tepat pada saat dibutuhkan.


Keterlambatan dalam penggunaan obat dapat berakibat serius yang
merugikan konsumen/pasien.

Misalnya sebagai contoh injeksi epinefrin harus selalu tersedia pada saat
setiap saaat di emergency room (UGD) rumah sakit, karena terjadinya
keterlambatan dalam memberikan akan menyebabkan kejadian fatal bagi
pasien.

Pada Dimensi pemasaran, ketepatan waktu juga mempunyai arti yang


penting terutama dalam peluncuran produk obat baru
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai