Anda di halaman 1dari 10

ONTOLOGI ILMU

(HAKIKAT APA YANG DIKAJI: OBJEK MATERIAL ILMU)

SUHARSONO
METAFISIKA/ONTOLOGI

METAFISIKA ONTOLOGI
TA META TA FISIKA TO ON HEI ON
(sesudah atau dibelakang realitas (on atau ontos; yang – ada sebagai
fisik yang ada)

 Kajian tentang “struktur kategorial realitas”


 Metafisika Umum (Ontologi); kajian tentang “yang – ada sebagai yang – ada” dan Metafisika Khusus;
kosmologi, psikologi rasional, teologi natural (Christian Wolff)
 Metafisika Kristis; gambaran umum tentang pikiran dan pengetahuan manusia (Kant)
METAFISIKA SEBAGAI ILMU
 Mencari dan menemukan inti atau hakikikat kenyataan; yang ada di dalam manusia,
yang ada di dalam alam (kosmos), dan termasuk apa saja yang ada
 Menemukan struktur yang ada dan bertolak dari “faktisitas”, yaitu kenyataan yang
tersedia dan ditemukan sebagai data, aktual, dan faktual yang ditemukan dalam
manusia atau kosmos
 Objek formal; berefleksi atas manusia dan dunia untuk menggali struktur dasar dan
orientasi yang paling umum dan mutlak di dalamnya
METODE METAFISIKA
 Abstraksi; berangka dari asumsi bahwa ada substansi tunggal yang bersifat tetap dan hakiki. Substansi itu
dikelilingi oleh berbagai aksidensi yang berubah-ubah, dan aksidensi itu harus disingkirkan. Langkah (1)
menghilangkan yang individualitas, (2) menghilangkan aspek kualitas dan tinggal aspek kuantitatif-dimensional,
dan (3) menghilangkan semua aspek inderwai dan tinggal yang ‘mengada”
 Dialektika; berangkat dari asumsi bahwa kenyataan adalah sebuah proses yang terus menerus “menjadi”; tesis,
antitesis, dan sintesis. Sintesis (menjadi tesis baru), antitesis, sintesis, dst; berkembang atau bergerak dinamis
terus menerus
 Transendental Kritis; berangkat dari asumsi bahwa pengetahuan ilmiah (ilmu) selalu berangkat dari fenomena
(gejala) empiris; dijaring dan diuji oleh 12 jenis kategori. Menjelaskan bagaimana realitas dipahami sebagaiman
kerja geometri dan fisika matematis. Kemungkinan munculnya pengetahuan “sintetis – apriori” (lepas dari
pengalaman tetapi untuk segala pengalaman dalam matra kognitif, etis, dan estetis.
 Fenomenologi; menangkap kenyataan sebagaimana kenyataan itu “show up” (menampakkan diri) dan dikenali
oleh kesadaran karena “intensionalitas (keterarahan). Menemukan hakikat realitas (eidos murni atau intisari lepas
dari subjektivitas) atau subjek harus ditempatkan pada posisi pertama (eksistensialisme) dan naran dari fenomen
 Hermeneutika (menafisrkan; to interpret); berangkat dari asumsi bahwa kenyataan adalah “teks”; tenenun objek-
objek yang bermakna atau struktur simbol-simbol berupa tulisan, perilaku, tindakan, norma, mimik, tata nilai,
pikiran, percakapan, benda-benda kebudayaan, objek-objek sejarah, dll. Hubungan timbal balik antara (1)
penghayatan/pengalaman; live experience, (2) pengungkapan, dan (3) penafsiran.
HERMENEUTIKA
1. TEORI EKSEGESIS ALKITAB
2. METODOLOGI FILOLOGI; MENAFSIRKAN ALKITAB DALAM TERANG NALAR
3. ILMU PEMAHAMAN LINGUISTIK (SENI MEMAHAMI) SEBAGAI METODE ILMU-
ILMU MODERN (SCHLEIERMACHER)
4. DASAR METODOLOGIS ILMU-ILMU SOSIAL-HUMANIORA DENGAN METODE
INTERPRETATIF (DILTHEY)
5. FENOMENOLOGI DASEIN DAN PEMAHAMAN EKSISTENSIAL, BUKAN HANYA
PEMAHAMAN TEKS MELAINKAN JUGA DASAR-DASAR EKSISTENSIAL MANUSIA
(HEIDEGGER)
6. SISTEM INTERPRETASI; TEORI TENTANG ATURAN-ATURAN AKSEGESIS,
MENCAKUP DUA MACAM SISTEM, (A) PEMULIHAN MAKNA DIPRAKTEKKAN
DALAM DEMITOLOGISASI BULTMANN, DAN (B) DEMISTIFIKASI DIPRAKTEKKAN
MARX, NIETZSCHE, FREUD.
ALIRAN METAFISIKA
 KUANTITAS: MONISME, DUALISME, PLURALISEM
 Monisme; yang “ada” hanya satu; materialisme; MATERI, dan idealisme; JIWA
 Dualisme; yang “ada” adalah “MATERI – JIWA; JASMANI – ROHANI; MATERI - BENTUK
 Pluralisme; yang “ada” lebih dari dua, seperti air, udara, api, tanah, dll
 KUALITAS
 Supernaturalisme; Spiritualisme; Idealisme; kenyataan = roh; spirit; ide abadi; bermakna; budaya atau materi adalah
roh yang menjelma (diobjektifkan); bukan kesadaran atau fisik
 Naturalisme; Materialisme atau demitologisasi; keunggulan faktor material fisika-kimiawi atas spiritual
 PROSES
 Mekanisme; materi fisik-kimiawi yang sedang bergerak; pikiran sungguh ada dan disebabkan perubahan material
dan tergantung materi
 Vitalisme; kenyataan memiliki “finalitas” atau tujuan akhir. Ada daya penggerak disebut “intelechie; elan vital; jiwa
organisme; evolution creative” bersifat potensial, tidak dapat ditunjukan secara ilmiah empiris. Manusia mengatasi
kejadian biologis, memiliki kibal keluar (transendensi) dan kedalam (imenensi)
ASUMSI ILMU
 HUKUM ALAM (ASAS ALAMIAH)
 Hukum; aturan main atau pola kejadian yang diikuti oleh sebagian besar peserta, gejalanya berulang,
dapat diamati, dan hasilnya sama
 DETERMINISME
 Ilmu bersifat empiris; dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal
 INDETERMINIME (PILIHAN BEBAS)
 Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan; tidak terikat pada hukum alam
 PROBABILITAS
 Menjelaskan dan meramalkan berdasarkan peluang atau kemungkinan
PELUANG: PROBABILITAS
 PENGETAHUAN BERDASARKAN ILMU BERSIFAT TIDAK PASTI:
TIDAK MUTLAK
 PENGETAHUAN DARI ILMU UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN
DIDASARKAN PADA PENAFSIRAN ILMIAH YANG BERSIFAT
RELATIF
 KEPUTUSAN SEPENUHNYA MILIK PRIBADI ATAU INDIVIDU
SYARAT ASUMSI

 RELEVAN DENGAN BIDANG DAN TUJUAN PENGKAJIAN DISIPLIN


KEILMUAN; HARUS OPERASIONAL; DASAR PENGKAJIAN TEORITIS
 DISIMPULKAN DARI “KEADAAN SEBAGAIMANA ADANYA”, BUKAN
“KEADAAN BAGAIMANA SEHARUSNYA”
 HARUS DIKUASI ATAU DIKENAL KARENA BERBEDA ASUMSI AKAN
BERBEDA KONSEP PEMIKIRAN
 HARUS TERSURAT, LUGAS DAN TEGAS DAN TIDAK TERSIRAT
KARENA MENGHINDARI SALAH PENAFSIRAN
BATAS PENJELAJAHAN ILMU
 ILMU MULAI DARI PENGALAMAN MANUSIA DAN BERAKHIR PADA PENGALAMAN
MANUSIA
 FUNGSI ILMU MEMBANTU MANUSIA DALAM MENANGGULANGI BERAGAM
PERSOALAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
 METODE ILMU DAN KEBENARANNYA TERUJI SECARA EMPIRIS
 MUNCUL DISIPLIN ILMU BARU “PENGKAPLINGAN ILMU”; OBJEK KAJIAN SEMAKIN
SEMPIT “SPESIALIS”
 MENGENAL BATAS DISIPLIN ILMU YANG DIPELAJARI
 BUTUH ILMU LAIN “MULTI-DISIPLINER”
 CABANG ILMU BERKEMBANG PESAT (NB; ILMU PSIKOLOGI)

Anda mungkin juga menyukai