Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mazaya Sulaekhah

NIM : 1042111122
Kelas : B
Matkul : Filsafat Ilmu (Ringkasan BAB IV)
BAB IV
EPISTIMOLOGI:CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
Jarum sejarah pengetahuan
Pohon pengetahuan mukai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang
diketahui,bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pangetahuan itu digunakan. Menghadapi
kenyataan ini terdapat kembali orang yang ingin memutar kembali jarum sejarah dengan
mengaburkan batas-batas otonomi disiplin waktu. Pendekatan interdisipliner memang merupakan
keharusan, namun tidak dengan mengaburkan otonomi masing-masing disiplin waktu yang telah
berkembang berdasarkan route-nya masing- masing, namun dengan menciptakan paradigma baru.
Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu,
termasuk kedalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui
manusia disamping berbagai pengetahuan yang lain seperti seni dan agama. Kalau ilmu mencoba
mengembangkan model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan
realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional,
maka seni mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi bermakna bagi
pencipta dan mereka yang meresapi lewat berbagai kemampuan manusia untuk menangkap seperti
pikiran,emosi dan panca indra.
Perkembangan yang berasal dari mitos disebut “seni terapan” yang mempunyai kegunaan langsung
dalam kehidupan sehari-hari di samping “seni halus” yang bertujuan untuk memperkaya spiritual.
Seni terapan ini pada hakikatnya mempunyai dua ciri, pertama, bersifat deskriptif dan
fenomenologi dan kedua, ruang lingkup terbatas . Pada peradapan tertentu seni terapan ini bersifat
kuantitatif artinya perkembang ditandai dengan lebih banyaknya pengetahuan-pengetahuan yang
sejenis. sedangkan pada peradapan lain perkembangan bersifat kualitatif artinya dikembangkan
konsep-konsep baru yang bersifat teotitis dan mendasar. Perkembangan selanjutnya adalah
tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat
mitos. Namun dalam perkembangan rasionalisme memiliki banyaknya kelemahan seperti
banyaknya kesimpulan yang tidak sesuai kenyataan. Kelemahan inilah yang menimbulkan
berkembangnya empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didapat dalam
kenyataan pengalaman.
Metode ilmiah
Metode menurut Senn, merupakan suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai
Langkah - langkah yang sistimatis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dari peraturan-
peraturan dalam metode ilmiah. Metode limiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja
pikiran.dengan metode ini diharapkan mempunyai karakteristik- karakteristik tertentu yang
diminta oleh pengetahuan ilmiah. Dalam hal ini maka metode ilmiah menggabungkan cara berfikir
deduktif dan induktif. Dilihat dari perkembangan kebudayaan manusia dalam menghadapi
masalah dapat dibedakan dalam ciri-ciri tertentu maka Van Peursen membaginya menjadi tahap
mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional. Yang dimaksud tahap mistis adalah sikap manusia yang
merasakan dirinya terkepung kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Yang dimaksud tahap ontologi
adalah sikap manusia yang tidak lagi merasa dirinya terkepung dari kekuatan-kekuatan gaib dan
mengambil jarak dari obyek disekitarnya dan mulai melakukan penelaahan-penelaahan terhadap
obyek tersebut. Sedabgkan tahap fungsional tidak hanya merasa telah bebas dari kekuatan-
kekuatan gaib dan mampunyai pengetahuan berdasarkan penelaahan obyek disekitar kehidupan.
namun mampu memfungsikannya pada kepentingan dirinya.
Stuktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi
syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Metode
ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif yang memungkinkan upaya
keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin diperbuatnya. Pengetahuan ilmiah pada
hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan dan mengontrol. Secara garis
besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif, probabilistik, fungsional atau teleologis,
dan genetik. Tujuan akhir dari tiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori
keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten. Sistem yang terdiri dari pernyataan-pernyataan agar
terpadu secara utuh dan konsisten jelas memerlukan konsep yang mempersatukan dan konsep yang
mempersatukan tersebut adalah teori. Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep maka makin
“teoritis” konsep tersebut. Artinya makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang
dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala fisik yang tampak nyata.
Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-
gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi, umpamanya saja hukum sebab
akibat sebuah gejala. Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut
postulat dalam menyusun teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita
terima tanpa dituntut pembukatiannya. Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya
secara empiris dapat diuji.

Anda mungkin juga menyukai