Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kimia dan Kemasan, 43(2), 75-81, 2021

©Author(s); http://dx.doi.org/10.24817/jkk.v43i2.6718

PEMBUATAN BIOFOAM BERBAHAN DASAR AMPAS TEBU DAN


WHEY
Linda Hevira1, Dinda Ariza1, Azimatur Rahmi1*
1)
Program Studi Farmasi Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi
Jl.Tan Malaka Bukik Cangang Kayu Ramang Bukittinggi Sumatera Barat 25136

*E-mail: azimatur.rahmi046@gmail.com

Received : 29 Desember 2020; revised : 17 April 2021; accepted : 3 Oktober 2021

ABSTRAK

PEMBUATAN BIOFOAM BERBAHAN DASAR AMPAS TEBU DAN WHEY. Biofoam merupakan kemasan
alternatif pengganti styrofoam berbahan dasar pati dengan tambahan serat untuk memperkuat struktur fisis
mekanis. Biofoam dirancang sebagai alternatif kemasan makanan yang dapat didegradasi karena bahan baku
pembuatannya bersumber dari bahan nabati yang mudah diuraikan oleh mikroba di dalam tanah, sehingga
menjadikannya kemasan yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengetahui
properti biofoam yang dihasilkan dari limbah pengolahan keju yaitu whey sebagai protein dan ampas tebu
sebagai reinforce struktur. Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari pembuatan Bioform menggunakan metoda
baking process, kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi bioform yang dihasilkan. Pembuatan
biofoam terdiri dari 5 formula dimana berat whey untuk setiap formula divariasikan dan formula terbaik yang
dihasilkan dilanjutkan dengan menambahkan variasi PVA (polivinil alcohol) untuk menghasilkan sifat elastis pada
bioform. Biofoam yang dihasilkan memiliki permukaan sedikit kasar, warna beragam seperti putih kecoklatan,
putih dan putih pucat serta aroma susu. Uji daya serap air dengan hasil 0,045%-0,11%, uji biodegrability dengan
formula II + PVA 2% dan 3% yang terurai sempurna dalam waktu 3 minggu dan formula II yang hampir terurai
sempurna, uji foto optik yang memperlihatkan permukaan rata dan ketebalan 0,2 - 0,3 mm.

Kata Kunci : Whey, serat ampas tebu, biofoam, baking process, biodegrability

ABSTRACT

PRODUCTION BIOFOAM BASED ON SUGARCANE BASS AND WHEY. Biofoam is an alternative packaging
for Styrofoam substitute made from starch and fiber. Biofoam was eco friendly degradable food packaging as
made from easily decomposed materials. This study was aimed to make and determine the properties of biofoam
produced from whey as protein and bagasse as reinforce structure . The prosedure of this research was biofoam
production using tbaking process method and characterization of the biofoam product. The biofoam consisted of 5
formulas where the whey added for each formula are varied. The best formula was continued by adding a
variation of PVA (polyvinyl alcohol) to produce elastic properties in biofoam. Observations of the biofoam resulted
in a slightly rough surface, the varies color of vbrownish white, white and pale white as well as milk aroma. Water
absorption tests gave 0.045% - 0.11% of result, biodegrability test with formula II + PVA 2% and 3% which
decomposed completely within 3 weeks while the formula II which was almost completely decomposed, optical
photo test showed a flat surface and thickness of 0.2 - 0.3 mm.

Keywords: Whey, bagasse fiber, biofoam, baking process, biodegrability

PENDAHULUAN
Styrofoam merupakan kemasan makanan dibakarpun styrofoam yang mengandung zat
yang sering digunakan baik untuk makanan aktif stirena yaitu turunan benzen bersifat
cepat saji atau makanan olahan lainnya. beracun, kemudian apabila bersentuhan
Penggunaan styrofoam menjadi populer dengan makanan yang panas, stirena tersebut
karena kelebihannya yang tidak mudah bocor, dapat lepas dari wadah dan ikut tercampur
ringan, praktis, mampu menahan panas atau dengan makanan dan dapat menyerang saraf
dingin serta lebih ekonomis (Al Mukminah, memicu kerusakan saraf pada otak
2019). Namun, styrofoam merupakan (Nurfitasari, 2018)
kemasan makanan sekali pakai yang setelah Berdasarkan dampak penggunaan
penggunaanya menimbulkan penumpukan styrofoam tersebut, maka perlu dicari alternatif
sampah yang bersifat tidak mudah terurai di lain untuk menghasilkan kemasan makanan
dalam tanah sehingga menyebabkan dapat yang dapat didegradasi oleh mikroba serta
mencemari lingkungan, dan apabila aman untuk tubuh. Styrofoam dari bahan alam
Pembuatan Biofoam Bebahan Dasar... ... Linda Hevira et al. 75
ini disebut biofoam (biodegradable foam) untuk itu peneltian ini dirancang untuk
dengan menggunakan bahan alami terutama mengetahui pengaruh whey sebagai bahan
nabati seperti pati yang memiliki sifat dapat pembuatan bioform.
didegradasi atau diurai oleh mikroba di dalam
tanah. BAHAN DAN METODE
Bahan-bahan pembuatan biofoam
biasanya terdiri dari pati, serat, dan bahan Bahan
tambahan yang berfungsi sebagai menunjang Bahan yang digunakan dalam penelitian
pembuatan biofoam. Beberapa penelitian telah ini adalah tapioka, whey, serat ampas tebu,
melaporkan hasil pembuatan bioform dengan PVA, gliserol, karagenan, magnesium stearat
menggunakan bahan-bahan alami Pati yang dan aquades.
merupakan bahan utama pembuat biofoam Adapun peralatan yang digunakan dalam
yang berfungsi sebagai pengikat campuran, penelitian ini antara lain oven (Memmert),
biasanya sumber pati berasal dari bahan- mikroskop stereo (XT-3C), nampan, loyang,
bahan yang mengandung kadar glukosa tinggi. beker glass (IWAKI), erlenmeyer (IWAKI), sikat
Pemilihan pati sebagai bahan dasar kawat, pisau, sendok, polybag tanaman
pembuatan bioform dikarenakan sumbernya (15x15 cm).
yang mudah didapatkan serta murah, serta
memiliki sifat biodegrabilitas tinggi, tidak toksik Metode
dan banyak terdapat di alam. Dari penelitian
Pembuatan Serat Ampas tebu
yang telah dilakukan, dilaporkan sumber pati
Serat ampas tebu dari sisa limbah
yang sering digunakan dalam pembuatan
direndam 1 hari lalu dicuci bersih untuk
biofoam adalah pati ubi, pati singkong, serta
menghilangkan rasa manis dari serat,
pati yang dimodifikasi dengan bahan lainnya
kemudian disisir dengan sikat kawat untuk
seperti bonggol pisang (Irawana, C., & Aliaha,
menghilangkan gabus yang masih menempel
2018). kemudian sudah dilaporkan juga hasil
dan bahan pendukung lainnya. Setelah itu
penelitian menggunakan pati dari limbah
dikeringkan-anginkan selama 7 hari. Serat
pertanian seperti ampas sagu, kulit singkong
ampas tebu yang telah kering dilakukan
dan kulit pisang yang telah dilakukan oleh
penyisiran lagi untuk menghilangkan gabus
Hendrawati, et al, (2019) . Perbaikan
yang masih melekat pada serat. Serat dalam
karakteristik fisikokimia biofoam sering
pelepah tebu diambil satu persatu secara
dilakukan dengan menambahkan senyawa
manual dengan menggunakan tangan untuk
polivinil alkohol (PVA) yang berfungsi untuk
mendapatkan benang-benang serat
mengurangi menyerap air dan serat yang
tebu.(Rambe, Fauzi & Khanifa, 2016)
berfungsi untuk memadatkan struktur dari
biofoam sehingga akan terlihat kokoh dan
Pembuatan Biofoam
padat.
Pembuatan biofoam merujuk pada
Sumber serat yang pernah digunakan
Hendrawati, et.al (2019) menggunakan
pada pembuatan biofoam adalah serat nanas
metode baking process, dimana proses
dan ampas tebu. Sementara ada juga bahan
pembuatan bioform diawali dengan
tambahan lain yang digunakan untuk
mencampurkan pati tapioka, serbuk whey,
penunjang kualitas dari biofoam seperti
serat ampas tebu, karagenan, giserol,
plasticizer seperti gliserol, filler dan protein.
magnesuim stearat dan aquades. Setiap
Protein berpengaruh dalam penyerapan air
formula membutuhkan 36 gram tapioka, 1
pada biofoam. Protein yang pernah digunakan
gram ampas tebu, 0,75 gram karagenan dan 6
dalam pembuatan biofoam yaitu protein
gram gliserol, serta PVA (untuk formula yang
kacang kedelai, kacang tanah, dan putih telur
menggunakan PVA) dicampurkan sesuai
yang dilakukan oleh Sofiana, A. R., Widyantini,
dengan kadar yang telah ditentukan kemudian
(2015)
adonan diaduk sampai rata. Selanjutnya
Pemanfaatan whey produk sampingan
adonan dicetak menggunakan loyang dan
penggumpalan susu keju perlu dikaji. Whey
dimasukkan kedalam oven dengan suhu
jarang dimanfaatkan dan dibuang sebagai o
100 C selama 60 menit untuk menghilangkan
limbah. Hal ini tentu bisa mencemari
kadar air. Kemudian biofoam dikeluarkan dari
lingkungan. Whey memiliki kandungan nutrisi
oven dan didinginkan pada suhu
di antaranya protein, laktosa (gula susu) dan
ruang.Selanjutnya dipilih formula terbaik dari
mineral. Kandungan protein whey akan
segi organoleptis serta kekerasannya dan
meningkatakn sifat degradasi biofoam karena
dilakukan pembuatan biofoam dengan
asam amino dari protein yang bersifat
penambahan PVA sebanyak 2%, 3%, 4%, 5%
hidrofobik. Selain itu,whey yang berbentuk cair
dan 6%. Formula dapat dilihat pada Tabel 1.
dan berwarna putih, memberikan warna yang
bersih pada biofoam. (Nursiwi et al., 2015)
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bisa
digunakan sebagai bahan pembuatan bioform,
J. Kimia Kemasan, Vol.43 No.2 Oktober 2021 : 75 - 81 76
Tabel I. Formula Pembuatan Biofoam
Kode Pati Whey (g) Serat Karagenan Gliserol (g) Magnesium
Sampel Singkong Ampas (g) Stearat
(g) Tebu (g) (%)
F1 36 35 1 0,75 6 4
F2 36 30 1 0,75 6 4
F3 36 25 1 0,75 6 4
F4 36 20 1 0,75 6 4
F5 36 15 1 0,75 6 4

Uji Organoleptis menanamkan biofoam dengan ukuran yang


Uji organoleptis yang dilakukan meliputi sama ke dalam tanah dan dilakukan
bentuk permukaan, warna, dan bau dari pengamatan struktur dan bentuk bioform
biofoam. Pengujian ini bertujuan untuk melihat sampai mengalami degradasi sempurna atau
bagaimana penampakan hasil bioform yang biofoam tidak terlihat lagi karena telah
telah dibuat. menyatu dengan tanah (Hidayati, et al, 2019)

Uji Daya Serap Air Uji Foto Optik


Uji daya serap dilakukan untuk melihat Uji ini menggunakan mikroskop stereo (XT-
bagaimana sifat penyerapan dari bioform yang 3C) untuk melihat bentuk permukaan dari
hasilkan. Biofoam yang telah jadi dipotong biofoam, rusak atau utuh dari permukaan
dengan ukuran 2,5cm x 5cm, dilakukan biofoam saat sudah menjadi produk
penimbangan dan dicatat sebagai berat foam (Rachman, N., Ogi, 2016)
awal. Kemudian foam direndam didalam air
selama 60 detik, kemudian dikeringkan Uji Kebocoran
menggunakan tisu untuk menghilangkan sisa Uji ini dilakukan dengan cara meletakan
air yang menempel pada foam. Penimbangan beberapa ml air ke dalam biofoam (Furqon &
dilakukan lagi dan dicatat berat akhir foam. Aulia, 2019) yang telah dilapisi kertas lalu
Perbedaan berat foam awal dan akhir dicatat didiamkan selama 30 menit. Kemudian waktu
sebagai banyaknya air yang terserap oleh yang dibutuhkan bioform mengalami
biofoam (Hendrawati, et al., 2019) kebocoran dicatat.

Uji Biodegrability HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji biodegradabilitas atau kemampuan
Biofoam yang dihasilkan memiliki
biodegradasi pada biofoam dilakukan untuk
permukaan sedikit kasar, dengan warna
mengetahui laju degradasi bahan akibat
beragam seperti putih kecoklatan, putih dan
adanya aktifitas mikroorganisme terhadap
putih pucat serta beraroma khas susu dari
biofoam dalam jangka waktu pengamatan 7,
whey-nya. Semakin tinggi whey yang
14, dan 21 hari, sehingga akan diperoleh
ditambahkan maka menghasilkan biofoam
persentase kerusakan. Tanah yang digunakan
semakin halus permukaannya.
adalah tanah ultisol, vertisol, kompos dan
tanah sisa pembakaran sampah. Uji ini
menggunakan metode soil burial test yaitu

F1 F2 F3

F4 F5
Gambar 1. Hasil pembuatan bioform

Pembuatan Biofoam Bebahan Dasar... ... Linda Hevira et al. 77


F2 + PVA 2% F2 + PVA 3% F2 + PVA 4%

F2 + PVA 5% F2 + PVA 6%
Gambar 2. Hasil pembuatan bioform dengan penambahan PVA

Dari lima formula tadi didapatkan hasil Warna dari tiap sampel beragam. Untuk
terbaik pada formula F2 dari pengamatan F1, F2 + PVA 2% hingga F2 + PVA 6%
organoleptik serta kekerasannya. Pengamatan memiliki warna yang hampir sama, yaitu putih
dilanjutkan untuk formula F2 ini dengan kecoklatan. Hal ini dikarenakan ketika proses
menambahkan PVA dengan variasi 2%, 3%, pemanasan yang menyebabkan kadar air
4%, 5%, dan 6%, penambahan PVA ini fomulasi biofoam rendah. Oleh karena itu,
bertujuan untuk meningkatkan sifat elastisitas biofoam menjadi cepat kering di oven. Namun
bioform. PVA adalah bahan yang memiliki demikian sampel. Penggunaan air pada saat
beberapa keunggulan sebagai bahan pembuatan adonan bioform juga berpengaruh
tambahan dalam pembuatan bioform terhadap warna produk yang dihasilkan
diantaranya tidak beracun, biocompatible, setelah pengovenan, hal ini terlihat semakin
biodegradable , serta memiliki elastisitas yang sedikit air yang ditambahkan ke dalam
tinggi dan lentur. Dengan penambahan PVA adonan, maka produk bioform setelah
yang merupakan serat sintetis bertujuan untuk pengovenan akan semakin bewarna putih,
melapisi bioform dari kebocoran serta dikarenakan proses pengeringannya cepat,
meningkatkan sifat elastisitasnya. apabila kandungan air dalam adonan banyak
maka proses pengeringan lama sehingga
A. Pengamatan Organoleptis produk bisa berwarna kecoklatan
pengamatan permukaan diperoleh hasil
wa setiap sampel memiliki permukaan yang Dari uji organoleptik, biofoam berbau susu, hal
kasar dan tidak rata. Hal ini juga berkaitan tersebut berkaitan dengan bahan whey yang di
dengan proses percetakan yang hanya peroleh dari hasil samping produksi keju yang
menggunakan tangan sehingga tidak bisa notabene berasal dari susu.
menghasilkan produk dengan permukaan rata
seperti foam komersial. B. Uji Daya Serap Air
Gambar 2. Hasil pembuatan bioform dengan Daya serap air adalah uji yang dilakukan
penambahan PVA untuk mengetahui kemampuan suatu material
dalam menahan maupun menyerap air dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Daya Serap Air Biofoam
Formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Banyak Air yang Terserap (%)
FI 0.8117 0.8487 0.045
F II 0.7108 0.7605 0.069
F III 0.7883 0.8506 0.079
F IV 1.0083 1.1064 0.097
FV 0.6887 0.7347 0.066
F II + PVA 2% 0.6170 0.6524 0.057
F II + PVA 3% 0.6020 0.6685 0.11
F II + PVA 4% 0.8873 0.9806 0.105
F II + PVA 5% 1.1933 1.2947 0.084
F II + PVA 6% 0.8509 0.9415 0.106

J. Kimia Kemasan, Vol.43 No.2 Oktober 2021 : 75 - 81 78


Uji daya serap air ini dilakukan untuk Tanah sisa pembakaran sampah yang
mengetahui selisih berat sampel sebelum dan memiliki sifat hampir mirip dengan tanah
sesudah direndam ke dalam air. Untuk daya kompos juga menyebabkan sampel yang
serap sampel yang paling baik adalah FI ditanam di dalamnya terurai dengan cepat.
dengan banyaknya air yang diserap senilai Sedangkan sampel yang lama teruraivbahkan
0.045%. Sedangkan yang paling banyak tidak terurai adalah sampel yang ditanam pada
menyerap air adalah FII + PVA 3% yaitu tanah Ultisol dan Vertisol karena tanah jenis ini
0.11%. menurut Standar Nasional Indonesia tidak dapat menyimpan air dengan baik
(SNI), daya serap air biofoam yaitu 26,12%. sehingga kadar air dalam tanah Ultisol dan
Hal ini menunjukan bahwa biofoam yang Vertisol cenderung rendah. Sampel yang
dihasilkan dari penelitian ini dapat memenuhi ditambahkan PVA juga dapat diuraikan oleh
standar SNI yang berlaku. Jika dibandingkan mikroba tanah. Walaupun PVA dapat
dengan (Ritonga, 2019) yang menghasilkan menurunkan daya serap air karena bersifat
biofoam berbasis komposit serbuk daun keladi kristalin, namun dengan adanya serat,
dengan daya serap air 1.765% - 14.286% dan menyebabkan air mampu terikat oleh sampel.
biofoan dari pati biji nangka dengan daya Hal inilah yang menyebabkan sampel yang
serap 8.02% - 24.08% ditambahkan PVA tetap mudah terdegradasi
Biofoam berbasis pati masih rentan (Paramita, et al, 2019)
terhadap penyerapan air yang masih tinggi. Selain itu, kadar air biofoam berbasis pati
Hal ini dikarenakan sifatnya yang hidrofilik umumnya dapat menyerap kelembaban dari
sehingga diperlukan modifikasi dengan lingkungan yang menyebabkan nilai kadar air
penambahan bahan lain seperti serat,, serat dari biofoam lebih tinggi jika dibandingkan
dapat mempengaruhi daya serap dengan nilai kadar air styrofoam komersial
bioform.(Etikaningrum et al., 2018) (Paramita, et al, 2019). Biofoam berbahan pati
mudah berinteraksi dengan air dan
B. Uji Biodegrability mikroorganisme serta peka terhadap pengaruh
Dari pengamatan uji biodegrability fisikokimia (Hidayati, et al , 2019). Kualitas
setelah dilakukan penguburan, sampel terurai sampel semakin bagus karena ditambahkan
hingga habis terjadi pada minggu ketiga (21 whey yang memiliki kadar protein yang
hari). Namun, hal ini hanya terjadi pada berpengaruh dalam degradasi sampel
beberapa sampel dan di tanah tertentu. Jika (Hendrawati, et al, 2019). Dengan adanya
dibandingkan dengan penelitian (Ardiansyah, perpaduan pati dan whey tersebut membuat
2018), biofoam yang ditanam terurai dalam biofoam mudah terdegradasi sesuai dengan
waktu 2 bulan. Menurut Standard European sifat biofoam yang seharusnya karena
Union (EN 13432) tentang biodegradasi semakin cepat terdegradasi menandakan
plastik, biodegradable plastik mampu cepatnya terurai dan hal tersebut adalah
terdekomposisi menjadi karbondioksida, air, tujuan dari pembuatan biofoam.
dan substansi humus dalam waktu 6 sampai 9
bulan (Ardiansyah, 2018). Sedangkan menurut B. Uji Foto Optik
Standar Nasional Indonesia (SNI), biofoam Uji foto optik dilakukan untuk mengetahui
terdegradasi sebanyak 100% selama 60 hari. bentuk permukaan sampel dengan jelas. Uji ini
Sampel yang paling baik dalam mengurai dilakukan dengan menggunakan mikroskop
adalah sampel F2 + PVA 2% dan F2 + PVA stereo dengan perbesaran lensa 2x. Pada
3% yang ditanam dalam tanah kompos. Hal ini pengujian ini didapatkan hasil bahwa setiap
disebabkan karena tanah kompos lebih sampel memiliki permukaan yang tidak rata
lembab dibanding tanah lainnya sehingga, air dan masih terdapat serat ampas tebu yang
dalam tanah yang membantu pelapukan dari tidak halus serta adonan yang timbul karena
sampel. pencetakan biofoam dilakukan secara manual
menggunakan tangan.

F1 F2 F3

F4 F5
Gambar 3. Penambakan foto optik bioform
Pembuatan Biofoam Bebahan Dasar... ... Linda Hevira et al. 79
B. Uji Kebocoran DAFTAR PUSTAKA
Uji kebocoran dilakukan untuk
mengetahui kemampuan sampel dalam Ardiansyah, A. (2018) ‘Biodegradable Foam
menahan air dengan memasukkan air ke dari Bonggol Pisang dan Ubi Nagara
dalam sampel selama 30 menit dan sampel sebagai Kemasan Makanan yang Ramah
dialas dengan kertas. Dari pengujian ini Lingkungan (Biodegradable Foam Derived
didapatkan hasil bahwa sampel F3 dan F4 from Musa acuminate and Ipomoea
mengalami kebocoran di menit ke tigabelas batatas L. as an Environmentally Friendly
dan menit ke limabelas. Hal ini dikarenakan Food Packaging)’, Jurnal Riset Industri
adanya keretakan sampel karena sampel yang Hasil Hutan, 10(1), pp. 33–42.
terlalu kering dan sedikit rapuh. Sedangkan Etikaningrum, N. et al. (2018) ‘Pengaruh
sampel yang lain tidak mengalami kebocoran. Penambahan Berbagai Modifikasi Serat
Kemampuan biofoam menahan air ini Tandan Kosong Sawit Pada Sifat
berkaitan dengan bahan tambahan biofoam Fungsional Biodegradable Foam’, Jurnal
yaitu magnesium stearat yang membentuk Penelitian Pascapanen Pertanian, 13(3), p.
lapisan film hidrofobik di sekitar foam, 146. doi:
kemudian ketebalan foam yang dihasilkan juga 10.21082/jpasca.v13n3.2016.146-155.
mempengaruhi kemampuannya dalam Furqon, Z. and Aulia, H. N. (2019)
menahan air, dimana secara umum biofoam ‘Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi
yang dibuat ini memiliki ketebalan sekitar 2mm Fraksi Naphtha Sebagai Bahan Baku
- 3mm. Alternatif Petrokimia’, Seminar Nasional
Teknik Kimia Kejuangan, (April), pp. 1–7.
KESIMPULAN Available at:
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/kejuang
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari
an/article/view/2853.
pembuatan biofoam, formula terbaik tanpa
Hendrawati, N., Dewi, E. N. and Santosa, S.
tambahan PVA adalah formula F2 dengan
(2019) ‘Karakterisasi Biodegradable Foam
struktur permukaan sedikit kasar dengan
dari Pati Sagu Termodifikasi dengan
warna putih kecoklatan. Sedangkan formula
Kitosan Sebagai Aditif’, Jurnal Teknik
terbaik dengan tambahan PVA adalah F2 +
Kimia dan Lingkungan, 3(1), p. 47. doi:
PVA 2% dan F2 + PVA 3% karena dalam
10.33795/jtkl.v3i1.100.
waktu 3 minggu dapat terdegradasi 100% oleh
Hidayati, S., Zulferiyenni and Satyajaya, W.
mikroba tanah. Selanjutnya, berdasarkan
(2019) ‘Optimasi Pembuatan
karakteristik biofoam, ketiga formula tersebut
Biodegradable Film Dari Selulosa Limbah
memiliki i kekerasan, warna dan aroma serta
Padat Rumput Laut Eucheuma cottonii
kemampuanmenyerap air sedang jika
Dengan Penambahan Gliserol ,
dibandingkan dengan biofoam komersial.
Optimization of Biodegradable Film from
Berdasarkan penelitian ini, biofoam dapat
Cellulosa of Seaweed Solid Waste
diaplikasikan sebagai wadah terutama untuk
Eucheuma cottonii with Addition of
makanan kering dan ringan. Sedangkan untuk
Glycerol , Chitosan , C’, Jphpi, 22(2), pp.
makanan yang berkadar air tinggi,
340–354.
kemampuan biofoam masih terbatas.
Irawana, C., & Aliaha, A. (2018)
‘Biodegradable Foam dari Bonggol Pisang
SARAN
dan Ubi Nagara sebagai Kemasan
Makanan yang Ramah Lingkungan’, Jurnal
Penelitian ini sangat diperlukan
Riset Industri Hasil Hutan, 10(1), p. 33.
pengerjaan lanjutan baik dalam hal metode
Al Mukminah, I. (2019) ‘Bahaya Wadah
pembuatannya dengan menggunakan
Styrofoam dan Alternatif Penggantinya’,
teknologi seperti thermopressing atau
Farmasetika.com (Online), 4(2), pp. 32–
ekstruksi agar dihasilkan produk bioform yang
34. doi: 10.24198/farmasetika.v4i2.22589.
lebih baik, kemudian perlu pengembangan
Nurfitasari, I. (2018) ‘Pengaruh Penambahan
formula serta uji karakteristik lebih lanjut untuk
Kitosan dan Gelatin terhadap Kualitas
memenuhi standar SNI sebagai produk
Biodegradable Foam Berbahan Baku Pati
kemasan sehingga produk bioform ini bisa
Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus).’,
langsung diaplikasikan sebagai salah satu
Doctoral dissertation, Universitas Islam
pilihan produk kemasan yang ramah
Negeri Alauddin Makassar.
lingkungan.
Nursiwi, A. et al. (2015) ‘Fermentasi Whey
Limbah Keju Untuk Produksi Kefiran Oleh
Kefir Grains’, Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian, 8(1), pp. 37–45. doi:
10.20961/jthp.v0i0.12794.

J. Kimia Kemasan, Vol.43 No.2 Oktober 2021 : 75 - 81 80


Paramita, M. P., Eni Budiyati, S. T., & Eng, M. Kimia UNIMAL, 2(November), pp. 61–74.
(2019) ‘Pengaruh Variasi Waktu dan Suhu Ritonga, A. (2019) ‘Pembuatan dan
Proses Thermopressing Pada Karakterisasi Biofoam Berbasis Komposit
Pengembangan Biodegradable Foam Serbuk Daun Keladi yang Diperkuat oleh
Berbasis Tapioka dan α-Selulosa Kulit Polivinil Asetat (PVAc)’, [Universitas
Singkong’, (Doctoral dissertation, Sumatera Utara].
Universitas Muhammadiyah Surakarta). http://repositori.usu.ac.id/handle/12345678
Rachman, N., Ogi, P. (2016) ‘Analisa Laju 9/20186.
Korosi pada Pump Impeller di Industri Sofiana, A. R., Widyantini, I. N. (2015)
Pertambangan Batu Bara.’, Jurnal Teknik ‘Pengaruh Penambahan Magnesium
Mesin Mercu Buana, 5(1), pp. 7–13. Stearat Dan Jenis Protein Pada
Rambe, M. A. A., Fauzi, F. and Khanifa, S. Pembuatan Biodegradable Foam Dengan
(2016) ‘Jurnal Teknologi Kimia Unimal Metode Baking Process’, Jurnal Bahan
Pemanfaatan Limbah Serat Ampas Tebu ( Alam Terbarukan, 4(2), pp. 34–39.
Saccharum officinarum ) Sebagai Bahn
Baku Genteng Elastis’, Jurnal teknologi

Pembuatan Biofoam Bebahan Dasar... ... Linda Hevira et al. 81

Anda mungkin juga menyukai