Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tingkat pencemaran lingkungan di Indonesia akibat seringnya mengguakan
produk yang berkemasan plastik. Tanpa kita sadari hal yang kita lakukan tersebut
adalah menambah jumlah sampah plastik yang susah untuk diatasi.
Oleh karena itu kelompok kami berinisiatif untuk mendisain suatu kemasan
produk yang dapat terurai sehingga tidak menyebabkan limbah sampah yang dapat
mengganggu kestabilan ekosistem lingkungan.
Kemasan produk tersebut berbahan dasar biofoam yang sering kita jumpai
sebagai wadah makanan ataupun minuman. Berbeda dengan kemasan/plastik dengan
basis bahan baku petrokemikal, biofoam dapat terurai secara alamiah (biodegradable)
sehingga tidak berdampak buruk pada lingkungan.
Produk ini menggunakan teknologi yang sederhana sehingga tidak
membutuhkan biaya investasi yang besar. Biofoam juga menggunakan bahan baku
yang dapat diperbaharui dan dapat terurai secara alami yakni bahan baku yang
mengandung pati dan selulosa. Salah satu sumber pati yang produksinya cukup tinggi
di Indonesia adalah tepung tapioka. Harganya juga lebih murah jika dibandingkan
dengan sumber pati lainnya.
Oleh karena itu, kami mengamati beberapa produk yang merupakan
kebutuhan pokok masyarakat, salah satunya adalah produk gula pasir. Sampai saat
ini produsen gula masih memasarkan gula yang mereka produksi dengan
menggunakan kemasan plastik yang tidak bisa terurai sehingga menimbulkan
limbah plastik. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka limbah plastik akan
terus menerus menjadi pokok permasalahan yang belum terpecahkan.sehingga
kelompok kami berinovasi membuat suatu kemasan produk gula pasir yang terbuat
dari biofoam.
1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan
Maksud dan tujuan dari ide ini adalah:
A. Memberikan informasi menegenai produk pengganti kemasan plastik gula pasir
yang terbuat dari biofoam.
B. Menciptakan kemasan kemasan produk yang rama lingkungan dan aman bagi
kesehatan
C. Menciptakan kemasan yang mampu mempertahankan keutuhan produk yang
dikemas
D. Mengurangi penggunaan limbah plastik pada kemasan gula pasir

1.3 Rumusan Masalah


A. Bagaimana proses pembuatan biofoam ?
B. Apa perbedaan kemasan yang terbuat dari biofoam dengan styrofoam ?
C. Apa saja kelemahan dan keungguln dari produk biofoam ?
D. Mengapa biofoam dipilih sebagai bahan dasar pengganti kemasan plastik gula
pasir ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menekan konsumsi masyarakat akan plastik dan styrofoam, Balai Besar Litbang
Pascapanen, Badan Litbang Pertanian telah membuat teknologi biofoam yang
menghasilkan produk bahan kemasan ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Berbeda dengan kemasan/plastik dengan basis bahan baku petrokemikal, biofoam
dapat terurai secara alamiah (biodegradable) sehingga tidak berdampak buruk pada
lingkungan.
Biodegradable foam adalah kemasan alternatif pengganti styrofoam terbuat dari
campuran pati ubi kayu dan hasil samping industri jagung (ampok) serta polimer
sintetik yang bersifat biodegradable, dicetak dengan proses thermopressing, ungkap
Peneliti Utama Professor Riset BB Litbang Pasca Panen, Prof. Widowati ketika
ditemui Sinar Tani Online.
Produk ini menggunakan teknologi yang sederhana sehingga tidak membutuhkan
biaya investasi yang besar. Biofoam juga menggunakan bahan baku yang dapat
diperbaharui dan dapat terurai secara alami yakni bahan baku yang mengandung pati
dan selulosa. Salah satu sumber pati yang produksinya cukup tinggi di Indonesia
adalah tepung tapioka. Harganya juga lebih murah jika dibandingkan dengan sumber
pati lainnya.
Pembuatan biofoam terdiri atas campuran pati, serat dan air kemudian dilanjutkan
proses ekstrusi, untuk menghasilkan pelet. Selain itu, pembuatan biofoam juga dapat
dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan.
Proses pembuatannya menggunakan teknologi thermopressing, di mana teknologi
ini menggunakan prinsip seperti pembuatan wafer, yakni adonan dicetak pada suhu
170-180C selama 2-3 menit.
Biofoam memiliki kekuatan yang lebih baik dibanding styrofoam (31,80 N/mm2).
Untuk saat ini, tingkat hidrofobisitasnya masih rendah dibandingkan dengan
styrofoam, sehingga aplikasinya khusus untuk mengemas produk dengan kadar air
rendah. Sehingga biofoam ini cocuk sebagai produk pengganti kemasan pelastik pada
gula pasir

BAB III
PEMBAHASAN

Biofoam

merupakan

kemasan

alternatif

pengganti

styrofoam

dengan

menggunakan pati ubi kayu yang ditambah ampok atau limbah penggilingan jagung
dengan komposisi tertentu kemudian dicampur rata dengan menggunakan teknologi
thermopressing, selanjutnya ditambahkan cairan hingga mencapai 50%. Adonan
selanjutnya dicetak pada suhu 170 180 derajat celsius selama 2 - 3 menit. Biofoam
ini memiliki kuat tekan dan tarik yang lebih baik dibandingkan Styrofoam (31,80
N/mm2 dan 52,64 N/mm2). Penambahan ampok bertujuan untuk meningkatkan sifat
mekanis dari biofoam serta memperbaiki ketahanannya terhadap kelembapan tinggi.
Pati ubi kayu dipilih sebagai bahan utama biofoam karena ketersediaan ubi kayu
cukup melimpah dan harganya cukup murah. Selain menambahkan ampok sebagai
serat, juga digunakan polimer sintetis yang dapat terurai yaitu polivinil alkohol
(PVA). Bahan ini umumnya digunakan sebagai lapisan film pada produk pangan dan
dapat larut dalam air sehingga mudah terurai secara alami. Penambahan polimer
sintetis ini tidak saja meningkatkan sifat mekanis, tetapi juga dapat melapisi
permukaan biofoam sehingga tidak mudah basah dan rusak oleh kandungan air dalam
makanan yang dikemas.
A. Fungsi dari produk kemasan biofoam yaitu :
Sebagai alternatif pengganti plastik terutama pada kemasan gula pasir melindungi
pengaruh buruk dari produk didalamnya karena terbuat dari bahan baku alami, yaitu
pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya mengurangi limbah plastik
karena bahan-bahan yang dugunakan dapat terurai secara alamiah dan aman bagi
kesehatan

B. Spesifikasi produk

Gambar 1. Karakterisasi biofoam pada tahap ini dilakukan secara visual dengan melihat
warna dan penampakan biofoam yang dihasilkan
1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tapioka, tepung limbah pertanian (ampas
sagu, kulit singkong dan kulit pisang), air.
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, moulding mangkok berdiameter 16 cm dan
tinggi 3 cm, sendok, timbangan, wadah baskom, dish mill, pemberat 5 kg, mixer, alat
pemotong, dan oven listrik dengan pengatur suhu dan waktu.
2. Tahapan Penelitian
a. Persiapan Bahan
Persiapan yang dilakukan adalah pembuatan tepung limbah pertanian (ampas sagu,
kulit singkong dan kulit pisang). Semuadiambil dari lokal Maluku Utara.
Masingmasing limbah dibersihkan dari kotoran,dipotong-potong menjadi berukuran
kecil-kcil,dikeringkan, digiling dan diayak 80 mesh.
b. Penentuan Kondisi Proses Thermopressing
Penentuan kondisi proses thermopressing terbaik meliputi penentuan suhu proses
(150oC-225oC), lama waktu poses (10-40 menit) dan jumlah adonan (40-60 gram)
yang digunakan.
Tahapan ini secara detil dapat dilihat pada
c. Ukuran Ready Stock:
10 x 16 cm
12 x 20 cm
14 x 24 cm

16 x 27 cm
Ketebalan : 90 micron
d. keterangan
Produk biofoam dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan
Bentuk kemasan yang d sesuaikan dengan ukurannya sehingga terlihat eksklusif
dan juga dapat meningkatkan ketahanan produk . Dengan fitur zipper, kemasan
dapat dibuka tutup sehingga cocok untuk kemasan gula pasir yang praktis
Sebagai kemasan ramah lingkungan alternatif pengganti Styrofoam yang aman
bagi kesehatan tubuh
Menggunakan bahan baku alami yang bisa diperbaharui dan bisa terurai secara
alami
Menggunakan teknologi yang sederhana sehingga tidak membutuhkan biaya besar
untuk investasi.
C. Potensi
1. Produk ini merupakan produk yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
limbah dan dapat terurai secara alamiah (biodegradable) sehingga tidak
berdampak buruk pada lingkungan. serta jauh berbeda dengan kemasan plastik
yang dapat menghasilkan limbah dan sulit terurai maupun didaur ulang dan butuh
waktu 100 tahun lebih untuk dapat hancur
2. Inovasi kemasan biofoam mampu menjadi alternatif pengganti styrofoam yang
terbuat dari bahan baku alami yaitu pati dengan tambahan serat untuk memperkuat
strukturnya, dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan bentuk sesuai kebutuhan.
Proses pembuatannya juga tidak menggunakan bahan kimia berbahaya seperti
benzene dan styrene yang bersifat karsinogenik, sehingga ramah lingkungan
karena bersifat biodegradable atau mudah terurai oleh alam dan aman untuk
kesehatan tubuh. Pengembangan industri biofoam ini sangat besar potensinya,
selain mudah dan tidak rumit karena menggunakan teknologi sederhana, dapat
dikatakan industri ini cukup murah mengingat didukung oleh kekuatan sumber
bahan baku potensi lokal yaitu pati dan serat dari limbah pertanian.

3. Bahan baku produk ini sangat mudah ditemukan dan begitu simple, seperti terbuat
dari bahan alamiah seperti Ubi Kayu dan Jagung dan bahan baku ini sangat mudah
untuk terurai
4. Biofoam dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai kebutuhan. Proses
pembuatannya menggunakan teknologi thermopressing, dimana adonan pati, serat,
dan bahan aditif lain dicampurkan dengan komposisi tertentu dan selanjutnya
dicetak pada suhu 170-180C selama 2-3 menit.
5. Biofoam memiliki kekuatan yang lebih baik dibanding styrofoam (31,80 N/mm2).
Untuk saat ini, tingkat hidrofobisitasnya masih rendah dibandingkan dengan
styrofoam, sehingga aplikasinya khusus untuk mengemas produk dengan kadar air
rendah.
D. Biaya
Biaya dalam pembelian satu bungkus kemasan plastik pembungkus gula pasir dan
tepung terigu yang kiloan diwarung-warung adalah Rp.8000 dengan 100pcs.
Sedangkan dengan memakai kemasan biofoam biayanya jauh lebih murah karena
bahan yang digunakan dari sari pati
E. Target
Produk kemasan ini diperuntukkan kepada masyarakat khsususnya diwarung-warung
ataupun toko-toko yang menjual gula pasir dan terigu yang masih menggunakan
kemasan plastik
1.6. Gambar

BAB IV
KESIMPULAN

Biofoam merupakan kemasan alternatif pengganti styrofoam yang berasal dari bahan
baku alami berupa pati dengan tambahan serta untuk memperkuat strukturnya. Bahan
baku pembuatan biofoam ini pun bisa menggunakan tanaman pangan apa saja yang
mengandung pati dan serat sehingga memiliki ketersediaan bahan baku yang berlimpah.
Berbeda dengan kemasan plastik dan styrofoam yang menggunakan basis bahan
petrokemikal, biofoam dapat terurai secara alami (biodegradable) dan juga dapat
diperbarui (renewable). Proses pembuatan biofoam tidak menggunakan bahan kimia
berbahaya seperti benzena dan styrene yang bersifat karsinogenik, tetapi memanfaatkan
kemampuan pati untuk mengembang akibat proses panas dan tekanan.

Anda mungkin juga menyukai