Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN PENYIMPANAN DAN

PENGGUDANGAN

OBJEK 5

BIOFOAM

1. Deskripsi
Biofoam merupakan alternative pengganti Styrofoam dari bahan baku alami
berupa pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya. Dengan demikian
produk ini tidak hanya bersifat biodegradable tetapi juga renewable. Proses pembuatan
biofoam tidak menggunakan bahan kimia berbahaya seperti benzene dan styrene yang
bersifat karsinogenik, tetapi memanfaatkan kemampuan pati untuk mengembang akibat
proses panas dan tekanan. Biofoam dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran
sesuai kebutuhan. Proses pembuatannya menggunakan teknologi thermopressing, dimana
adonan pati, serat dan bahan aditif lain dicampurkan dengan komposisi tertentu dan
selanjutnya dicetak pada suhu 170OC- 180OC selama 2-3 menit. Biofoam memiliki
kekuatan yang lebih baik disbanding Styrofoam (31.80 N/mm2). Untuk saat ini tingkat
hidrofobisitasnya masih rendah dibandingkan dengan Styrofoam, sehingga aplikasinya
khusus untuk mengemas produk dengan kadar air rendah.
2. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan :
a. Mesin penggiling jagung
b. Alat pencetak
c. Timbangan
d. Mixer/ alat pencampur
e. Wadah pengaduk/ baskom
B. Bahan yang digunakan :
a. Pati
b. Tongkol jagung
c. Air
d. Aneka macam serat
3. Prosedur kerja
1. Tongkol jagung digiling dengan mesin penggiling
2. Kemudian campurkan semua bahan dengan menggunakan mixer sampai semua bahan
tercampur
3. Setelah itu timbang adonan
4. Kemudian bahan tersebut dicetak dengan menggunakan mesin cetak selama 2 menit
pada suhu 1800C
5. Setelah itu bahan yang sudah dicetak dikeringkan
6. Setelah biofoam kering, lalu biofoam dapat dilakukan pengujian

4. Analisa
a. Uji penyerapan air
Uji penyerapan air ( water absorbtion) dilakukan dengan melihat perubahan
bentuk dan tekstur biofoam ketika diberi air.
b. Daya urai biofoam
Uji daya urai biofoam ( biodegradability test) dilakukan dengan mengubur
biofoam dalam tanah, bertujuan untuk mengetahui seberapa cepa sampel dapat
terdegradasi didalam tanah.
5. Pembahasan
Bioderadable foam merupakan bahan kemasan nabati yang ditunjukkan sebagai
pengganti Styrofoam. Pati digunakan sebagi bahan baku pembuatan biofoam karena
biayanya yang murah, kepadatan rendah, toksisitas rendah, dan mudah terurai secara
alami. Namun biofoam yang dihasilkan dari pati murni masih bersifat mudah menyerap
air dan rapuh. Produk biodegradable foam yang dihasilkan masih memilki sifat mekanis
dan ketahanan panas terhadap air yang rendah.
Perbaikan karakteristik sifat mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan pati
dengan rasio amilopektin tinggi dibandingkan amilosanya dan juga adonan biofoam perlu
ditambahkan bahan lain diantaranya plasticizer, pati modifikasi, polimer sintesis, dan
serat. Proses pembuatan biofoam dilakukan dengan menggunakan thermopressing
dimana adonan dicetak dan dipanaskan pada suhu dan tekanan tertentu selama beberapa
waktu. Kitosan digunakan sebagai filler untuk memperkuat struktur biodegradable foam
yang dihasilkan.
Pembuatan biofoam dengan menggunakan bahan dasar pati ditambahkan dengan
aneka serat seperti serat seperti nanas, jerami padi, ataupun tongkol jagung dapat
memperkuat tekstur dari biofoam tersebut. Serat yang digunakan dalam pembuatan
biofoam ini uang menggunakan tongkol jagung yang sebelumnya sudah digiling terlebih
dahulu agar nantinya tekstur dari biofoam manjadi lebih halus dan bagus. Setelah itu
dilakukan proses mixing yaitu mencampurkan adonan pati tongkol jagung dan bahan
lainnya sampai adonan tercampur rata. Setelah itu timbang adonan agar memiliki ukuran
yang sama, lalu adonan dicetak selama ±2menit. Biofoam bisa digunakan sebagai wadah
makanan yang lebih aman digunakan dari pada Styrofoam.
Biofoam berbahan pati dan serat tongkol jagung memiliki daya serat air yang
cukup tinggi sehingga biofoam mudah rusak yang ditandai dengan biofoam yang
berlubang setelah diberi air. Kemampuan biofoam menyerap air lebih tinggi dari pada
Styrofoam dikarenakan biofoam terbuat dari bahan yang alami yaitu pati dan serat
sehingga tidak menimbulkan bahaya dalam penggunaannya. Daya serap air biofoam
dapat dibuktikan dengan perlakuan yang diberi air sehingga berlubang dan air dapat
merembes keluar dari biofoam sedangkan pada Styrofoam air susah keluar atau tertahan
dalam Styrofoam.
Pengujian selanjutnya pada biofoam yaitu daya urai biofoam. Daya urai atau
kemampuan mengurai biofoam lebih cepat dibandingkan dengan Styrofoam. Dimana
biofoam dapat terurai selama ±15 hari dialam sedangkan pada Styrofoam memerlukan
waktu yang sangat lama untuk terurai secara alami dialam yaitu ±1000 tahun. Biofoam
lebih mudah terurai dikarenakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan
Styrofoam adalah pati dan beraneka ragam serat yang merupakan bahan alami jadi lebih
mudah terurai dialam, dibandingkan dengan Styrofoam yang terbuat dari bahan kimia
yang akan sulit terurai secara alami sehingga memerlukan waktu yang lama.
Salah satu bahan yang dapat meningkatkan sifat mekanis biodegradable foam
adalah kitosan. Penambahan konsentrasi kitosan dalam campuran biodegradable foam
akan menurunkan daya serap air dan meningkatkan nilai kuat tarik ditawarkan oleh
kemasan Styrofoam tidak lepas dari berbagai kekurangan. Masalah yang ditimbulkan dari
penggunaa kemasan Styrofoam adalah terjadinya migrasi bahan kimia yang terkandung
dalam Styrofoam terhadap makanan. Selain itu pada biodegradable foam kitosan sangat
mempengaruhi daya serap air pada biodegradable foam, karena semakin tinggi kitosan
yang ditambahkan dalam adonan, maka akan semakin baik daya serap air pada biofoam
dan juga dapat membantu penguraian pada biofoam berjalan lebih lambat dari
sebelumnya.

6. Keunggulan/ kelemahan
Pengolahan pati dan tongkol jagung sebagai biofoam memiliki keunggulan dan
kelemahan :
 Keunggulan dari biofoam yaitu dapat memanfaatkan limbah sebagai barang yang
bernilai guna sehingga dapat mengurangi produksi sampah dilingkungan, biofoam
juga mudah terurai dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam penguraian yaitu
hanya ±15 hari untuk terurai sehingga akan terjadi penimbunan sampah yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan, ramah lingkungan dan tidak menimbulkan
bahaya bagi kesehatan manusia jika digunakan sebagai wadah makanan karena
terbuat dari bahan alami.
 Kelemahan dari biofoam adalah karena terbuat dari bahan dasar pati, biofoam
memiliki daya serap air yang tinggi dan nilai kuat tariknya rendah sehingga biofoam
lebih cepat rusak sehingga hanya bisa digunakan untuk tempat makanan yang
memiliki kandungan air yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

N. Hendrawati, Y. I. Lestari, and P. A. Wulansari, Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap


Sifat Biodegradable Foam Berbahan Baku Pati The Effect of Addition of Chitosan on the
Property of Biodegradable Foam Prepared from Starch, J. Rekayasa Kim. Dan
Lingkung.,vol. 12, no. 1, hal. 1–7, 2017.

Iriani, E.S., Sunarti, T.C., Richana, N. (2011) Pengembangan biodegradable foam berbahan baku
pati, Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian, 7(1), 30 – 40.

Muharram, Fikri Ilyas. 2020. Penambahan Kitosan Pada Biofoam Berbahan Dasar Pati.
Edufortech 5 (2) 2020. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung

Anda mungkin juga menyukai