Anda di halaman 1dari 8

II.

Pembahasan

II.1Defenisi Bioplastik

Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu jenis plastik

yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui, seperti pati, minyak nabati,

dan mikrobiota. Ketersediaan bahan dasarnya di alam sangat melimpah dengan keragaman struktur

tidak beracun. Bahan yang dapat diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga

sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pembuat bioplastik (Stevens, 2002). Bioplastik dapat dibuat

dengan berbagai teknik dan metode sesuai dengan tujuannya. Menurut Sri Widia (2010), bioplastik

diproduksi pada skala industri dalam bentuk PCL (poli-ε-kaprolakton), PHB (poli-βhidroksi butirat),

PBS (poli butilena suksinat), dan PLA (polilactic acid). Bahannya pun dapat berupa bahan yang dapat

diperbarui seperi pati dalam pembuatan PLA atau minyak bumi seperti pada pembuatan PCL

(Pusporini, 2011). Cara lain yang lebih mudah adalah dengan membuat bioplastik dari nata.

Pembuatan bioplastik dengan cara ini membutuhkan bahan dasar seperti dari air cucian beras (Budi

Haryono, 2011), air kelapa (Lisbeth Tampubolon, 2009), air limbah tahu dan sari buah (Ani S., Erliza

H., dan Prayoga S., 2005). Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan

mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca (kelembapan

dan radiasi sinar matahari). Bioplastik dapat diperoleh dengan cara pencampuran pati dengan

selulosa, gelatin dan jenis biopolimer lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari sifat

plastik berbahan pati (Ben, 2006). Bioplastik adalah salah satu jenis plastik yang terbuat dari

sumber biomassa terbarukan seperti minyak nabati, pati jagung,pati kacang polong dan mikrobiota.

Sifat antara lain ketebalan, pemanjangan (elongation), dan kekuatan peregangan (tensile

strength). Ketebalan menentukan ketahanan film terhadap laju perpindahan uap air, gas, dan

senyawa volatil lainnya. Berdasarkan penelitian (Indriyanto, 2014) tentang pengaruh penambahan

kitosan terhadap karakteristik bioplastik menghasilkan bioplastik dengan ketebalan optimum

0,07-0,12 mm. Ketebalan pada bioplastik didapatkan dari rata-rata hasil perhitungan lima titik

bagian dari bioplastik.


II.2Bioplastik Berbasis Pati dari Kulit Singkong

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak memanfaatkan plastik, mulai dari keperluan

rumah tangga hingga industri, baik sebagai kemasan maupun kebutuhan lainnya. Pada umumnya,

plastik digunakan sebagai kemasan. Salah satu kelemahan plastik yang digunakan sebagai

kemasan adalah tidak tahan panas sehingga produk dapat tercemari oleh partikel plastik dan dapat

mempengaruhi kesehatan konsumen. Faktor lain permasalahan plastik saat ini adalah penggunaan

bahan baku dari minyak bumi yang merupakan bahan tidak terbarukan (Sanjaya, 2011). Hal ini

menjadikan penggunaan plastik semakin dipermasalahkan dari sisi lingkungan masa depan.

Berdasarkan pada berbagai kelemahan yang ada pada plastik, maka perlu dicari

alternatif bahan baku yang berbasis bahan alami dan mudah terurai. Alternatif dari plastik

yang berbahan baku minyak bumi atau plastik sintetis yaitu “biodegradable plastic”.

Biodegradable plastic merupakan plastik yang dapat terurai kembali secara alami oleh aktivitas

mikroba, karena bahan dasarnya terbuat dari senyawa alami yang diambil dari tumbuhan yaitu

berupa pati atau selulosa.Tumbuhan penghasil pati yang banyak juga terdapat pada singkong.

Pembuatan plastik biodegradable dari pati kulit singkong menurut penelitian Anita et al., (2013),

yang memiliki sifat mekanik terbaik didapatkan pada 12 gram pati kulit singkong.

Penentuan proporsi bahan paku yang pas akan menghasilkan plastik dengan sifat mekanik terbaik.

Menurut penelitian Sanjaya (2011), pembuatan plastik biodegradable dari pati kulit singkong

yang memiliki sifat mekanik terbaik didapatkan pada konsentrasi kitosan 2% dan gliserol 3%.

Selama ini plastik biodegradable yang dikembangkan terbuat dari bahan dasar pati. Penggunaan

tepung kulit singkong memiliki kendala karena rendahnya kandungan pati, sehingga diperlukan

alternatif lain yaitu penambahan pati singkong.

II.3Proses Pembuatan Bioplastik Pati Dari Kulit Singkong

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, magnektic stirrel, gelas ukur,

thermometer, neraca analitik, ball mill, SEM, alat kuat tarik, alumanium foil dan lain-lain. Bahan
yang digunakan yaitu, pati kayu, nano serat jerami, ZnO, asam asetat, gliserol, akuades dan lain-

lain.

Pembuatan plastik biodegradable dari pati ubi kayu dengan penambahan ZnO dan nano serat

jerami pada penelitian ini hampir sama dengan plastik biodegradable yang dibuat dengan bahan

baku pati lainya, namun demikian yang membedakan secara fisik adalah pada kecerahan warna

terutama pada pelakuan penambahan nano serat jerami lebih bening dan lembut dipermukaan p l a s

t i k b i l a d i b a n d i n g k a n d e n g a n penambahan ZnO yang hasilnya lebih kasar dan

berwarna suram.

B i o p l a s t i k d a r i u b i k a y u d e n g a n penambahan penguat seperti ZnO dan nano

serat jerami diuji sifat biodegradablenya dengan menggunakan tanah. Bakteri-bakteri

bakteri yang ada didalam tanah akan menguraikan plastik yang sudah ditanam sehingga memutus

rantai-rantai polimer menjadi monomer-monomernya melalui enzim yang dihasilkan dari bakteri

tersebut. Proses ini akan menghasilkan senyawa- senyawa organik berupa asam amino, asam laktat,

gula, alkohol, vitamin, protein dan senyawa organik lainya yang aman terhadap lingkungan sekitar,

kemampuan bioplastik degradasi karena pendeknya rantai ikatan yang dimiliki semakin rendah berat

melekul maka polimer semakin mudah terdegradasi (Jannah, 2014).

A n a l i s a b i o d e g r a d a s i b i o p l a s t i k dilakukan melalui pengamatan film secara

visual. Hasil uji biodegradasi dari bioplastik ubi kayu dengan penambahan penguat baik i t u Z n O

m a u p u n n a n o s e r a t j e r a m i ditunjukan pada Gambar 6, 7, dan 8. Proses uji

biodegradable ini diperlukan untuk mempelajari tingkat biodegradability film plastik yang

dihasilkan kaitannya dengan pengaruh mikroba pengurai, kelembaban tanah dan suhu bahkan faktor

kimia/fisika lain. Secara kimiawi, film plastik yang dihasilkan jelas bersifat biodegradable, hal itu

disebabkan oleh bahan baku yang digunakan adalah bahan baku organik dan alami yang mudah

berinteraksi dengan air dan mikroorganisme lain bahkan sensitif terhadap pengaruh fisik/kimia

lingkungan.
Faktor-faktor kelembaban tanah dan suhu yang juga turut mempengaruhi namun tidak diuji

dalam penelitian ini. Sampel tanah yang dijadikan media adalah tanah humus yang berasal dari sisa

pembakaran sampah yang kaya akan bakteri pengurai. Jamur dan arga ini akan mendegradasi

bioplastik yang mengandung pati dengan cara memutus r a n t a i p o l i m e r m e n j a d i m o

n o m e r - monomernya melaui enzim yang dihasilkan dari bakteri tersebut. Proses ini akan

menghasilkan senyawa-senyawa organik berupa asam amino, asam laktat, gula, alkohol, vitamin,

protein dan senyawa organik lainnya yang aman terhadap lingkungan (Jannah, 2014).

P a d a p e r m u k a a n b i o p l a s t i k y a n g dihasilkan terlihat adanya gelembung-

gelembung udara. Pembentukan rongga udara disebabkan oleh pengadukan dan p r o s e s p e n

cetakan bioplastik yangmempengaruhi struktur permukaan

bioplastik yang dihasilkan. Semakin baik proses pencetakannya maka uap air yang terkandung

dalam bahan akan cepat m e n g u a p , s e h i n g g a d a l a m p r o s e s penguapan air

tersebut partikel-partikel b a h a n a k a n b e r g e r a k k e a t a s d a n menyebabkan lapisan

antar sel menyatu (Utomo, 2013). Pada foto SEM tampak pula bahwa masih terdapatnya struktur

granula pati didalamnya meskipun sudah tidak utuh. Besarnya ukuran granula yang masih bisa

diamati memiliki diameter 30 μm. Pati yang berasal dari biji, umbi, akar, dan batang tanaman

memiliki diameter granula yang bervariasi antara 2-100 μm.

Pembuatan  plastik di atas dengan bahan baku pati dengan gelatin dan gliserol didapatkan

hasil plastik berwarna transparan, terdapat pori (rongga) dan elastis. Struktur bioplastik yang

menggunakan gelatin memiliki banyak pori (rongga) dibandingkan dengan struktur bioplastik yang

tidak menggunakan gelatin. Rongga pada bioplastik ini mudah terisi air sehingga menyebabkan

bioplastik dengan formula ini paling banyak menyerap air dibandingkan dengan bioplastik dengan

formula lainnya. Sedangkan struktur bioplastik yang tidak menggunakan gelatin terlihat lebih rapat

(dense), hal ini yang menyebabkan bioplastik dengan formulasi ini memiliki persen perpanjangan

yang bagus, namun kurang dalam penyerapan air.

            Penyerapan air inilah yang menyebabkan plastik dapat dengan mudahnya terurai jika

dicelupkan ke dalam air. Sehingga jumlah air yang diserap oleh bioplastik akan semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah gelatin yang digunakan. Selain itu, banyaknya kandungan

amilosa juga mempengaruhi daya serap air bioplastik, karena amilosa banyak mengandung gugus

hidroksil sehingga menyebabkan sifat sangat hidrofilik. Formulasi terbaik bioplastik dengan daya

tahan maksimum terhadap air yaitu pada formulasi dengan kandungan gelatin 10%. 

            Oleh karena gelatin berbahan keras dan kaku diperlukan penambahan plasticizer gliserol.

Dengan penambahan gliserol, dapat membuat struktur plastik lebih fleksibel, licin, dan elastis.

Sehingga didapatkanlah plastik yang bersifat transparan, elastis, hidrofilik (sifat suka air), dan mudah

terurai yang dinamakan sifat mekanik plastik. Sifat mekanik plastik dipengaruhi oleh besarnya

jumlah kandungan komponen-komponen penyusun film plastik (lembaran tipis plastik) yang dalam

hal ini ialah pati, gelatin serta gliserol.

            

2.4 Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Plastik Biodegradable

Dalam menghasilkan plastik biodegradable lebih banyak menggunakan pati tanaman

sebagai bahan baku. Pati merupakan polimer alami, dihasilkan dari pemanfaatan karbon dioksida

dan air melalui proses fotosintesis, dapat terdegradasi sempurna dan harganya relatif murah. Secara

ekonomi, pati lebih kompetitif dibandingkan dengan minyak bumi karena berasal dari bahan

nabati yang dapat diperbaharui. Proses produksi plastik biodegradable dari pati lebih sederhana

dibandingkan dengan bahan baku lain. Pati dapat diproses menggunakan beberapa metode menjadi

plastik biodegradable. Jenis pati yang banyak digunakan adalah pati jagung dan pati ubi kayu

(Sriroth et al. 2000; Lu et al. 2009). Plastik biodegradable berbahan dasar pati merupakan jenis

bioplastik yang paling banyak diproduksi (Swamy and Sigh 2010).

Di Indonesia, pati menjadi pilihan sebagai bahan baku plastik biodegradable karena

ketersediaannya cukup melimpah. Jenis pati yang dapat digunakan sebagai bahan baku plastik

biodegradable di antaranya pati ubi kayu, pati sagu, dan pati jagung. Pati dari sumber karbohidrat

lain maupun limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku plastik biodegradable

di antaranya pati umbi porang, pati biji durian, dan pati dari kulit ubi kayu (Pradipta dan Mawarni

2012; Akbar et al. 2013; Anita et al. 2013; Lazuardi dan Cahyaningrum 2013; Wicaksono 2013;
Yuniarti et al. 2014; Conitawati et al. 2014; Radhiyatullah et al. 2015). Sagu dan ubi kayu

merupakan sumber pati yang ketersediaannya yang cukup melimpah di Indonesia.

Ubi kayu mengandung karbohidrat cukup tinggi, berkisar antara 34,737,9%. Sebagai bahan

industri ubi kayu umumnya diproses menjadi tapioka. Tapioka merupakan pati yang diambil

dari ubikayu. Tapioka dapat dimanfaatkan untuk bahan pangan maupun industri non pangan. Sebagi

bahan pangan, tapioka setelah melalui p r o ses mo d ifik asi d ap a t d igun akan seb agai fo o

d ingredient (Herawati 2008; Herawati et al. 2010, Herawati

2012). Tapioka juga dapat digunakan sebagai bahan baku plastik biodegradable. Selain tapioka,

limbah kulit ubi kayu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku plastik biodegradable.

Rendemen tapioka ubi kayu berkisar antara 1525%.

Komponen utama penyusun tapioka adalah pati dengan kandungan amilopektin sedikit lebih

tinggi daripada amilosa. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kandungan amilosa dan

amilopektin mempengaruhi kristalinitas dan kekuatan mekanis bioplastik yang dihasilkan. Pati

dengan kandungan amilopektin tinggi dengan penambahan plasticizer dapat meningkatkan

kekuatan mekanisnya. memerlukan modifikasi kimia untuk meningkatkan sifat mekanis. Oleh

karena itu, dalam pembuatan bioplastik d e ngan b ah an d asar p at i memer luka n ta mb ah

an plasticizer (bahan pemlastis) untuk meningkatkan sifat mekanis. Bahan tambahan lain yang

banyak digunakan adalah kitosan, gelatin, dan selulosa yang berfungsi memperkuat sifat mekanis.

Modifikasi pati juga dapat dilakukan untuk mengubah sifat mekanis dari pati alami. Jenis bahan

yang berbeda akan menghasilkan plastik biodegrad able d engan kar akteristik yang berbeda

(Coniwanti et al. 2014; Yuliasih dan Sunarti et al. 2014; Radhiyatullah et al. 2015).
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Bioplastik

Plastik biodegradable merupakan plastik yang dapat duraikan kembali

oleh mikroorganisme tanah secara alami menjadi senyawa yang ramah

lingkungan. Biodegradable plastic bag hanya membutuhkan 12 – 24 bulan

untuk bisa terurai dengan sempurna. Plastik biodegradable terbuat dari

material yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang

terdapat dalam tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau

lipid yang terdapat dalam hewan maupun tumbuhan (dalam


https://altindo.co.id/kelebihan-dan-kelemahan-plastik-biodegradable/, diakses 24 November 2019)

Kelebihan dan kekurangan bioplastik dapat diuraikan sebagai

berikut.

1. Kelebihan Plastik Biodegredable dibanding Plastik Biasa:


a. Mudah terurai oleh Mikroorganisme di tanah

Plastik Biodegredable ini yang dapat terurai dalam waktu lebih singkat

dari plastik pada umumnya bisa membantu kita mengatasi permasalahan

sampah plastic yang kian menumpuk.

b. Tidak mengandung zat berbahaya pencemar lingkungan.

Plastik konvensional biasanya terbuat dari pengolahan bahan bakar

fosil yang mengandung berbagai zat berbahaya pencemar lingkungan.


Dan Plastik Biodegredablek di sini terbuat dari bahan – bahan organik

yang tidak mengandung zat pencemar lingkungan.

c. Mengurangi volume sampah kota.

Plastik Biodegredable yang mampu terurai dalam waktu yang lebih

singkat daripada Plastik Konvensional mampu

mengurangi problem sampah plastik yang menggunung.

2. Kelemahan Plastik Biodegredable:


a. Tidak membusuk kecuali dibuang dengan perlakuan khusus

Dalam proses degredasinya masih memerlukan perlakuan khusus

dengan menguburnya dalam tanah agar mikroorganisme dalm tanah

dapat menuraikannya.

b. Hanya terurai pada suhu 122 derajat Fahrenheit atau sekitar 35.

Suhu sekian hanya terjadi di daratan, sehingga bila berada di laut sulit

untuk terurai. Jika ada di laut akan tenggelam, dan tidak akan terkena UV

untuk terurai.

Anda mungkin juga menyukai