Yuli Darni*, Annisa Aryanti, Herti Utami, Lia Lismeri, Muhammad Haviz
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Jl. S. Brodojonegoro No. 1, Gedong Meneng, Rajabasa,
Bandar Lampung, 35145, Indonesia
Email : yuli.darni@eng.unila.ac.id
Abstrak
Biofoam merupakan produk kemasan yang dapat menggantikan styrofoam untuk mengurangi penggunaan styrofoam yang
terbuat dari bahan baku alami berupa pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya. Di Indonesia berpotensi
besar untuk membuat biodegradable foam karena banyak tanaman penghasil pati yang tumbuh seperti tanaman Sorgum
(Sorgum bicolor L.) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah produk biofoam dengan bahan baku pati dan
batang sorgum dapat menjadi alternatif penggunaan styrofoam. Variasi komposisi pada penelitian ini yaitu komposisi
batang sorgum 0% dan 5% dari berat kering dan komposisi PVOH 0% dan 30% dari berat kering. Pembuatan Biofoam
ini dilakukan dengan metode thermopressing. hasil terbaik dari penelitian ini ialah biofoam 4 dengan variasi komposisi
pati : batang : pvoh yaitu 6,5:0,5: 3 dengan densitas sebesar 0,72 gr/cm3 , daya serap air sebesar 25%, kuat tekan sebesar
0,384 Mpa, biodegradasi 55,5% selama 60 hari dan titik leleh (Tm) 93,25 oC.
membuat biodegradable foam karena banyak dengan aquades dengan perbandingan 1:2 dan
tanaman penghasil pati yang tumbuh seperti disimpan di dalam kulkas bersuhu 4oC selama
tanaman Sorgum (Sorgum bicolor L.) 12 jam. Setelah direndam, rendaman sorgum
merupakan tanaman serelia yang beberapa disaring dan endapan dikeringkan dengan oven
bagiannya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pada suhu 105 oC sampai kadar airnya dibawah
membuat biodegradable foam seperti biji 14%. Pati yang sudah dikeringkan ditumbuk
sorgum dan batangnya. Biji Sorgum memiliki sampai halus. Setelah itu pati biji sorgum
kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 80,42% disimpan di dalam ziplock bag.
(Suarni, 2004).
Batang sorgum dibersihkan lapisan
Pada penelitian kali ini akan dilakukan pembungkus batang dan dipotong dengan
pembuatan biofoam dari pati biji sorgum, ukuran 30 cm. Kemudian batang sorgum dicuci
serbuk batang sorgum dan PVOH sebagai dan disikat hingga bersih lalu dikeringkan di
polimer sintetik. Proses pembuatannya bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar
menggunakan teknologi Thermopressing. airnya sampai batang menyusut. Setelah itu,
Biofoam dianalisis dengan uji kuat tekan, batang sorgum dicacah agar dapat digiling
densitas, daya serap air, DSC (Differential dengan disk mill. Setelah batang sorgum
Scanning Calorimetry), SEM (Scanning menjadi serbuk diayak menggunakan ayakan
Electron Microscope) dan Biodegradasi. 200 mesh. Serbuk dikeringkan kembali
Dengan bahan baku pati sorgum yang memiliki menggunakan oven sampai beratnya konstan.
kandungan pati yang cukup tinggi dan batang Setelah itu, serbuk disimpan di dalam ziplock
sorgum yang memiliki serat tinggi serta PVOH bag.
sebagai polimer sintetik diharapkan
menghasilkan biodegradable foam yang dapat 2.2. Prosedur pembuatan biofoam
menggantikan penggunaan styrofoam. Sebelum membuat biofoam terlebih dahulu
ditentukannya kondisi proses thermopressing.
2. Metodologi Kondisi yang ditentukan meliputi suhu proses,
Bahan baku yang digunakan ialah pati sorgum, lama waktu proses dan volume adonan.
batang sorgum, polivinil alkohol (PVOH), Menurut penelitian Iriani (2013), suhu yang
aquades. Variasi komposisi pada penelitian ini diujikan sekitar 140oC – 180oC, lama waktu
yaitu komposisi batang sorgum 0% dan 5% dari proses thermopressing selama 2-5 menit dan
berat kering dan komposisi PVOH 0% dan 30% jumlah adonan 50-80 gram. Karakterisasi
dari berat kering. Pada penelitian ini biofoam dilakukan dengan mengamati secara
menggunakan metode thermopressing dengan visual (melihat warna dan penampakan)
cetakan berbentuk lingkaran dengan diameter 7 biofoam yang dihasilkan.
cm.
Menurut Iriani (2013), prosedur pembuatan
biofoam yaitu bahan baku pati sorgum, batang
2.1. Preparasi bahan baku pati dan batang
sorgum dan PVOH ditimbang sesuai
sorgum
perbandingan yang ditentukan. Bahan kering
Pati sorgum dihasilkan dari biji sorgum, mula-
dicampurkan menggunakan mixer selama 5
mula biji sorgum direndam dalam air sampai
menit. Buat adonan dengan menambahkan
empuk, lalu ditiriskan. Setelah ditiriskan, biji
aquades (1:1) ke dalam campuran bahan kering
sorgum ditumbuk hingga halus. Setelah itu
dan dimixer selama 5 menit. Kemudian adonan
serbuk dikeringkan dengan dijemur sampai
bahan dicetak dengan menggunakan alat
beratnya konstan. Serbuk sorgum rendam
thermopressing selama kurang lebih 2-5 menit
14
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02
dengan suhu 140oC – 180oC. Biofoam yang 2.6. Uji Differential Scanning Calorimetry
sudah dicetak didinginkan selama 30 menit. (DSC)
Selanjutnya biofoam dilepaskan dari cetakan Uji Differential Scanning Calorimetry
dan dimasukkan ke dalam zip bag lock agar (DSC) untuk mengetahui titik leleh dan titik
terlindungi sebelum di uji. transisi gelas (Tg) dari biofoam. DSC adalah
teknik analisis termal yang mengukur energi
2.3. Uji Densitas
yang diserap oleh sampel sebagai fungsi waktu
Densitas adalah pengukuran massa benda per
atau suhu. Ketika transisi termal terjadi pada
unit volume. Prosedur penentuan densitas
sampel, DSC memberikan pengukuran
biofoam yaitu dengan ASTM D 792-08 untuk
kalorimetri dari energi transisi dari temperatur
geometri material. Sampel di potong dengan
tertentu.
ukuran tertentu dan ditimbang untuk mengukur
massanya. Setelah itu dapat dihitung densitas
2.7. Uji Kuat tekan
biofoam dengan persamaan:
Pengukuran kuat tekan dilakukan dengan
𝑚 menggunakan Universal Testing Machine
𝜌= (UTM). Biofoam berdiameter 7 cm ditekan
𝑉
Keterangan: pada kecepatan 1 mm/s. pengukuran kuat
ρ = densitas (gr/cm3) tekan adalah besarnya gaya tekan yang
m = massa sampel (gr) diterima sampel per satuan luas dan dinyatakan
V = volume (cm3) dalam MPa.
Uji densitas dilakukan untuk mengukur biofoam yang tidak ditambahkan batang
kerapatan penyusun material yang saling sorgum dan PVOH memiliki daya serap air
berikatan antara satu atom dengan atom lainnya yang besar karena pada biofoam pati saja
dengan pengukuran massa setiap satuan volume memiliki rongga-rongga yang besar dan banyak
material. sehingga air dapat mudah terserap.
Gambar 1. Pengaruh variasi Pati: Batang: Gambar 2. Pengaruh variasi Pati: Batang:
PVOH dengan Densitas PVOH dengan Daya Serap Air
Pada Gambar 1 menunjukan bahwa pada Pada Gambar 2 menunjukan bahwa Biofoam
variasi pati : batang : PVOH yaitu 6,5:0,5:3 dengan variasi pati:batang:pvoh 6,5:0,5:3
memiliki nilai densitas yang besar dibanding memiliki daya serap air yang lebih rendah
yang lainnya karena adanya penambahan dibandingkan dengan variasi biofoam lainnya.
batang sorgum dan PVOH. Biofoam akan lebih Penambahan PVOH dapat menurunkan daya
rapat karena rongga-rongga pada biofoam terisi serap air karena PVOH mengisi rongga-rongga
dengan PVOH dan batang sorgum sebagai pada biofoam sehingga air sulit terserap di
filler. Pada penelitian ini densitas yang rongga-rongga biofoam.
dihasilkan masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan styrofoam yaitu 0,014 3.4. Uji SEM (Scanning Electron
g/cm3 (EPS Industry). Akan tetapi pada Microscopy)
Biofoam komersil milik Synbra Technology Untuk mengetahui morfologi pada biofoam
menghasilkan biofoam dengan densitas 0,66 dilakukannya uji Uji SEM (Scanning Electron
gr/cm3. Pada penelitian iriani (2013) biofoam Microscopy). Dengan uji ini dapat mengetahui
yang dihasilkan memiliki densitas berkisar struktur dari biofoam berbahan campuran pati
0,26-0,45 g/cm3 dan pada penelitian Scmidt dan sorgum, batang sorgum dan PVOH.
Laurindo (2010) menghasilkan biofoam dengan
densitas berkisar 0,63-1,3 g/cm3.
Pada Gambar 6 menunjukan bahwa biofoam 4 karena adanya batang sorgum dan
penambahan batang sorgum dapat menurunkan PVOH. PVOH merupakan polimer sintetik
kuat tekan pada biofoam. Batang sorgum masih sehingga cukup lama terurainya. Berdasarkan
belum mampu untuk memperkuat struktur Standard European Union (EN 13432),
biofoam. Oleh karena itu dilakukannya Biodegradable foam harus dapat terdegradasi
penambahan PVOH sebagai polimer sintetik dalam waktu maksimal 6 bulan sampai 9 bulan.
untuk memperkuat struktur biofoam. Biofoam
yang ditambahkan PVOH memiliki kuat tekan Tabel 2. Perbandingan antara biofoam
yang lebih besar dibandingkan dengan biofoam berbahan baku pati dan batang sorgum
yang tidak ditambahkan PVOH. Hal ini dengan styrofoam dan biofoam
dikarenakan saat proses thermopressing PVOH komersil
akan meleleh dan lelehannya akan masuk ke
rongga-rongga foam yang terbentuk. Pati dan Parameter Styrofoam Biofoam Biofoam
(EPS komersial Sorgum
PVOH memiliki gugus hidroksil yang akan industry, (Synbra
saling membentuk ikatan hidrogen yang kuat ASTM C578 technology)
(Iriani, 2013). Sehingga biofoam dengan Type 1)
Densitas 0,014gr/cm3 0,66gr/cm3 0,72
penambahan PVOH akan lebih kuat terhadap
gr/cm3
tekanan. Daya serap air <4% <2% 25%
Kuat tekan 0,068 MPa 0,2 MPa 0,384
3.7. Biodegradasi MPa
Uji biodegradasi untuk mengetahui seberapa
lama kemampuan terurainya biofoam. Uji ini Pada Tabel 2 menunjukan bahwa biofoam hasil
dilakukan berdasarkan EN13432 dengan dari penelitian ini memiliki aspek yang cukup
metode soil burial test yaitu dengan cara dari standar yang ada. dan biofoam 4 dengan
menguburkan biofoam di dalam tanah selama perbandingan komposisi pati, batang dan
waktu tertentu. Pada penelitian ini dilakukan PVOH yaitu 6,5:0,5:3 dapat menjadi kemasan
selama 60 hari. alternatif dalam penggunaan styrofoam
berlebih.
4. KESIMPULAN
Biofoam dari campuran pati dan batang sorgum
dapat menjadi alternatif kemasan pengganti
styrofoam. Dari hasil penelitian ini variasi
komposisi pati : batang : pvoh yang optimum
ialah 6,5:0,5: 3 dengan densitas sebesar 0,72
gr/cm3 , daya serap air sebesar 25%, kuat tekan
sebesar 0,384 Mpa, biodegradasi 55,5% selama
Gambar 7. Pengaruh variasi 60 hari dan titik leleh (Tm) 93,25oC.
pati:batang:PVOH terhadap biodegradasi Penambahan batang sorgum menurunkan kuat
tekan pada biofoam. Jika ditambahkan PVOH
Pada Gambar 7 menunjukan bahwa biofoam 1 akan menambahkan kuat tekan pada biofoam.
terurai sempurna selama 60 hari. Hal ini Pengaruh Penambahan PVOH yaitu dapat
dikarenakan pati sorgum bersifat hidrofilik meningkatkan densitas dan kuat tekan serta
sehingga dapat mengikat molekul air dan mengurangi daya serap air pada biofoam.
mudah terurai. Persentase paling kecil pada
18
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02
[ASTM] American Society for Testing and Iriani, E. S. 2013. Pengembangan Produk
Materials . Standard Test Methods for Biodegredable Foam Berbahan Baku
Flexural Properties of Unreinforced and Campuran Tapioka dan Ampok. Bogor:
Reinforced Plastics and Electrical Insulating Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Material. Philadelpia, USA, ASTM (Annual Bogor.
Book of ASTM Standards) Jambeck. 2015. Plastic waste inputs from land
Cinelli, P., Chiellini, E., Lawton, J. W. & Iman, into the ocean. SCIENCE, 768.
S. H. 2006. Foamed articles based on Schmidt VC, Laurindo JB. 2010.
potato starch, corn fibers and poly(vinyl Characterization of foam obtained from
alcohol). Polymer Degradation and cassava starch, cellulose fibres and
Stability, Science Direct, ELSEVIER dolomitic limestone by a thermopressing
Cordova, M. R. & Nurhati, I. S. 2019. Major process. Braz Arch
Sources and monthly variations in the BiolTechnol.53(1):185-192.
release of land-derived marine debris from Suarni. 2004. Evaluasi Sifat Fisik dan
the Greater Jakarta area, Indonesia. Kandungan Kimia Biji Sorgum Setelah
SCIENTIFIC REPORTS. 9:18730 Penyosohan, Jurnal Stigma xii(1), 88 – 91.
Darni, Yuli & Darmansyah. 2016. Komposisi Warlina, L. 2019. Pengelolaan Sampah Plastik
Bioplastik yang dapat Terbiodegradasi Untuk Mitigasi Bencana Lingkungan.
dengan Pengisi Serat Batang Sorgum dan
Proses Pembuatannya. Bandar Lampung :
LPPM Universitas Lampung.
IDP000066973
19