Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri

Vol. 02, No.02, Hlm.013-019, 2021


ISSN 2722-0184, e-ISSN 2722-0192
Kajian Awal Pembuatan Biofoam Berbahan Baku Campuran Pati dan Batang
Sorgum

Yuli Darni*, Annisa Aryanti, Herti Utami, Lia Lismeri, Muhammad Haviz

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Jl. S. Brodojonegoro No. 1, Gedong Meneng, Rajabasa,
Bandar Lampung, 35145, Indonesia

Email : yuli.darni@eng.unila.ac.id

Abstrak
Biofoam merupakan produk kemasan yang dapat menggantikan styrofoam untuk mengurangi penggunaan styrofoam yang
terbuat dari bahan baku alami berupa pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya. Di Indonesia berpotensi
besar untuk membuat biodegradable foam karena banyak tanaman penghasil pati yang tumbuh seperti tanaman Sorgum
(Sorgum bicolor L.) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah produk biofoam dengan bahan baku pati dan
batang sorgum dapat menjadi alternatif penggunaan styrofoam. Variasi komposisi pada penelitian ini yaitu komposisi
batang sorgum 0% dan 5% dari berat kering dan komposisi PVOH 0% dan 30% dari berat kering. Pembuatan Biofoam
ini dilakukan dengan metode thermopressing. hasil terbaik dari penelitian ini ialah biofoam 4 dengan variasi komposisi
pati : batang : pvoh yaitu 6,5:0,5: 3 dengan densitas sebesar 0,72 gr/cm3 , daya serap air sebesar 25%, kuat tekan sebesar
0,384 Mpa, biodegradasi 55,5% selama 60 hari dan titik leleh (Tm) 93,25 oC.

Kata kunci: Biofoam, Pati Sorgum, Batang Sorgum, PVOH

1. Pendahuluan Sampah styrofoam tidak bisa terurai di tanah


Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap sehingga hanya bisa menumpuk dan merusak
plastik masih relatif tinggi hingga saat ini. lingkungan. Styrofoam sebenarnya tidak cocok
Karena plastik lebih murah, lebih mudah digunakan untuk kemasan produk makanan dan
dibuat, tidak mudah pecah dan lebih ringan minuman karena styrofoam juga memberi
dibandingkan dengan material lain seperti dampak negatif bagi kesehatan tubuh.
logam dan kaca. Plastik yang sering digunakan Styrofoam mengandung zat yang karsinogenik
masyarakat sampai saat ini merupakan plastik dan saat terkena suhu panas, polystryrene dapat
konvensional yang terbuat dari petroleum atau melepaskan styrene yang dapat mengganggu
minyak bumi yang sulit diurai sehingga sistem syaraf dan otak, serta dapat berdampak
membuat plastik terus menerus mengotori pada genetik, paru-paru, hati dan kekebalan
bumi, dari daratan hingga lautan. Menurut tubuh (Warlina, 2019).
Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat
kedua dunia sebagai penghasil sampah plastik Solusi dari masalah penumpukan sampah
ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton styrofoam ini salah satunya adalah membuat
setelah China yang mencapai 262,9 juta ton. plastik yang mudah diurai atau disebut dengan
Cordova (2019) menyatakan bahwa dari 59% biodegradable foam atau biofoam. Biofoam
sampah plastik yang mengalir di sembilan terbuat dari bahan-bahan yang dapat diurai oleh
muara sungai di sekitar Jakarta, sampah yang pengurai seperti bahan yang berasal dari
mendominasi adalah sampah styrofoam. tumbuhan yaitu pati. Pati merupakan
Styrofoam adalah nama dagang dari polystyrene biopolimer karbohidrat yang dapat terdegradasi
ini berdampak negatif untuk lingkungan. secara mudah di alam dan bersifat dapat
Menurut Dinas Lingkungan Hidup (2019), diperbarui. Di Indonesia berpotensi besar untuk
13
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02

membuat biodegradable foam karena banyak dengan aquades dengan perbandingan 1:2 dan
tanaman penghasil pati yang tumbuh seperti disimpan di dalam kulkas bersuhu 4oC selama
tanaman Sorgum (Sorgum bicolor L.) 12 jam. Setelah direndam, rendaman sorgum
merupakan tanaman serelia yang beberapa disaring dan endapan dikeringkan dengan oven
bagiannya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pada suhu 105 oC sampai kadar airnya dibawah
membuat biodegradable foam seperti biji 14%. Pati yang sudah dikeringkan ditumbuk
sorgum dan batangnya. Biji Sorgum memiliki sampai halus. Setelah itu pati biji sorgum
kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 80,42% disimpan di dalam ziplock bag.
(Suarni, 2004).
Batang sorgum dibersihkan lapisan
Pada penelitian kali ini akan dilakukan pembungkus batang dan dipotong dengan
pembuatan biofoam dari pati biji sorgum, ukuran 30 cm. Kemudian batang sorgum dicuci
serbuk batang sorgum dan PVOH sebagai dan disikat hingga bersih lalu dikeringkan di
polimer sintetik. Proses pembuatannya bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar
menggunakan teknologi Thermopressing. airnya sampai batang menyusut. Setelah itu,
Biofoam dianalisis dengan uji kuat tekan, batang sorgum dicacah agar dapat digiling
densitas, daya serap air, DSC (Differential dengan disk mill. Setelah batang sorgum
Scanning Calorimetry), SEM (Scanning menjadi serbuk diayak menggunakan ayakan
Electron Microscope) dan Biodegradasi. 200 mesh. Serbuk dikeringkan kembali
Dengan bahan baku pati sorgum yang memiliki menggunakan oven sampai beratnya konstan.
kandungan pati yang cukup tinggi dan batang Setelah itu, serbuk disimpan di dalam ziplock
sorgum yang memiliki serat tinggi serta PVOH bag.
sebagai polimer sintetik diharapkan
menghasilkan biodegradable foam yang dapat 2.2. Prosedur pembuatan biofoam
menggantikan penggunaan styrofoam. Sebelum membuat biofoam terlebih dahulu
ditentukannya kondisi proses thermopressing.
2. Metodologi Kondisi yang ditentukan meliputi suhu proses,
Bahan baku yang digunakan ialah pati sorgum, lama waktu proses dan volume adonan.
batang sorgum, polivinil alkohol (PVOH), Menurut penelitian Iriani (2013), suhu yang
aquades. Variasi komposisi pada penelitian ini diujikan sekitar 140oC – 180oC, lama waktu
yaitu komposisi batang sorgum 0% dan 5% dari proses thermopressing selama 2-5 menit dan
berat kering dan komposisi PVOH 0% dan 30% jumlah adonan 50-80 gram. Karakterisasi
dari berat kering. Pada penelitian ini biofoam dilakukan dengan mengamati secara
menggunakan metode thermopressing dengan visual (melihat warna dan penampakan)
cetakan berbentuk lingkaran dengan diameter 7 biofoam yang dihasilkan.
cm.
Menurut Iriani (2013), prosedur pembuatan
biofoam yaitu bahan baku pati sorgum, batang
2.1. Preparasi bahan baku pati dan batang
sorgum dan PVOH ditimbang sesuai
sorgum
perbandingan yang ditentukan. Bahan kering
Pati sorgum dihasilkan dari biji sorgum, mula-
dicampurkan menggunakan mixer selama 5
mula biji sorgum direndam dalam air sampai
menit. Buat adonan dengan menambahkan
empuk, lalu ditiriskan. Setelah ditiriskan, biji
aquades (1:1) ke dalam campuran bahan kering
sorgum ditumbuk hingga halus. Setelah itu
dan dimixer selama 5 menit. Kemudian adonan
serbuk dikeringkan dengan dijemur sampai
bahan dicetak dengan menggunakan alat
beratnya konstan. Serbuk sorgum rendam
thermopressing selama kurang lebih 2-5 menit
14
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02

dengan suhu 140oC – 180oC. Biofoam yang 2.6. Uji Differential Scanning Calorimetry
sudah dicetak didinginkan selama 30 menit. (DSC)
Selanjutnya biofoam dilepaskan dari cetakan Uji Differential Scanning Calorimetry
dan dimasukkan ke dalam zip bag lock agar (DSC) untuk mengetahui titik leleh dan titik
terlindungi sebelum di uji. transisi gelas (Tg) dari biofoam. DSC adalah
teknik analisis termal yang mengukur energi
2.3. Uji Densitas
yang diserap oleh sampel sebagai fungsi waktu
Densitas adalah pengukuran massa benda per
atau suhu. Ketika transisi termal terjadi pada
unit volume. Prosedur penentuan densitas
sampel, DSC memberikan pengukuran
biofoam yaitu dengan ASTM D 792-08 untuk
kalorimetri dari energi transisi dari temperatur
geometri material. Sampel di potong dengan
tertentu.
ukuran tertentu dan ditimbang untuk mengukur
massanya. Setelah itu dapat dihitung densitas
2.7. Uji Kuat tekan
biofoam dengan persamaan:
Pengukuran kuat tekan dilakukan dengan
𝑚 menggunakan Universal Testing Machine
𝜌= (UTM). Biofoam berdiameter 7 cm ditekan
𝑉
Keterangan: pada kecepatan 1 mm/s. pengukuran kuat
ρ = densitas (gr/cm3) tekan adalah besarnya gaya tekan yang
m = massa sampel (gr) diterima sampel per satuan luas dan dinyatakan
V = volume (cm3) dalam MPa.

2.4. Uji Daya Serap Air 2.8. Biodegradasi


Daya serap air diuji berdasarkan prosedur Biodegradable foam harus dapat terdegradasi
ABNT NBR NM ISO 535 (1999). Sampel dalam waktu maksimal 6 bulan sampai 9 bulan.
biofoam dipotong kira-kira 25 x 50 mm2, Sampel biofoam diuji biodegradasi dengan
sampel ditimbang lalu dicelupkan ke dalam air ditanam dalam tanah dan dihitung berapa lama
selama 1 menit. Setelah itu sisa air pada sampai terurai dengan sempurna.
permukaan dikeringkan dengan tisu dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
ditimbang kembali dan dihitung pertambahan
3.1. Komposisi Batang Sorgum
berat sampel dengan persamaan sebagai
Tabel 1. Komposisi Batang Sorgum
berikut:
berat sampel setelah dicelup − berat sampel awal Pati Protein Lemak Abu Serat Kadar
DSA (%) = ( ) 𝑥 100%
berat sampel awal (%) (%) (%) (%) (%) Air
(%)
2.5. Uji SEM (Scanning Electron 24,4 2,18 0,23 6,51 28,79 14,68
Microscope)
Pada penelitian ini batang sorgum sebagai serat
SEM (Scanning Electron Microscopy) adalah
pengisi biofoam lignoselulosa pada batang
sebuah mikroskop elektron yang menggunakan
sorgum yaitu Hemiselulosa 23,475%, Selulosa
berkas elektron untuk mendapatkan gambar
42,033%, dan Lignin 12,619% sebelum
bentuk permukaan sampel. Analisis SEM dapat delignifikasi (Darni, 2019). Akan tetapi, pada.
mengetahui struktur morfologi suatu sampel. Komposisi Tabel 1 menunjukan bahwa batang
Prinsip kerja dari SEM adalah dengan sorgum masih memiliki banyak pati yang akan
menggambarkan permukaan benda atau menambahkan bahan baku utama yaitu pati dari
material dengan berkas elektron yang biji sorgum.
dipantulkan dengan energi tinggi.
3.2. Uji Densitas
15
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02

Uji densitas dilakukan untuk mengukur biofoam yang tidak ditambahkan batang
kerapatan penyusun material yang saling sorgum dan PVOH memiliki daya serap air
berikatan antara satu atom dengan atom lainnya yang besar karena pada biofoam pati saja
dengan pengukuran massa setiap satuan volume memiliki rongga-rongga yang besar dan banyak
material. sehingga air dapat mudah terserap.

Gambar 1. Pengaruh variasi Pati: Batang: Gambar 2. Pengaruh variasi Pati: Batang:
PVOH dengan Densitas PVOH dengan Daya Serap Air

Pada Gambar 1 menunjukan bahwa pada Pada Gambar 2 menunjukan bahwa Biofoam
variasi pati : batang : PVOH yaitu 6,5:0,5:3 dengan variasi pati:batang:pvoh 6,5:0,5:3
memiliki nilai densitas yang besar dibanding memiliki daya serap air yang lebih rendah
yang lainnya karena adanya penambahan dibandingkan dengan variasi biofoam lainnya.
batang sorgum dan PVOH. Biofoam akan lebih Penambahan PVOH dapat menurunkan daya
rapat karena rongga-rongga pada biofoam terisi serap air karena PVOH mengisi rongga-rongga
dengan PVOH dan batang sorgum sebagai pada biofoam sehingga air sulit terserap di
filler. Pada penelitian ini densitas yang rongga-rongga biofoam.
dihasilkan masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan styrofoam yaitu 0,014 3.4. Uji SEM (Scanning Electron
g/cm3 (EPS Industry). Akan tetapi pada Microscopy)
Biofoam komersil milik Synbra Technology Untuk mengetahui morfologi pada biofoam
menghasilkan biofoam dengan densitas 0,66 dilakukannya uji Uji SEM (Scanning Electron
gr/cm3. Pada penelitian iriani (2013) biofoam Microscopy). Dengan uji ini dapat mengetahui
yang dihasilkan memiliki densitas berkisar struktur dari biofoam berbahan campuran pati
0,26-0,45 g/cm3 dan pada penelitian Scmidt dan sorgum, batang sorgum dan PVOH.
Laurindo (2010) menghasilkan biofoam dengan
densitas berkisar 0,63-1,3 g/cm3.

3.3. Uji Daya Serap Air


Uji daya serap air yaitu uji yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
daya serap biofoam tersebut terhadap air. Pada
biofoam diharapkan air yang terserap pada
bahan sangat rendah. Pada penelitian ini,
16
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02

PVOH akan meleleh dan lelehannya mengisi


rongga yang terbentuk pada biofoam. Dengan
penambahan PVOH akan meningkatkan
densitas dan juga kuat tekan pada biofoam.

3.5. Uji Differential Scanning Calorimetry


(DSC)
Uji DSC dilakukan untuk mengetahui
sifat termal dari biofoam. Dari uji ini dapat
diketahui titik leleh dari biofoam berbahan pati
dan batang sorgum. Dalam hal ini biofoam
Gambar 3. SEM pada Biofoam 1 dengan diharapkan dapat tahan terhadap panas untuk
komposisi pati:batang:PVOH yaitu aplikasi pada kemasan makanan.
10:0:0

Pada Gambar 3 menunjukan bahwa dengan


komposisi 100% pati sorgum memiliki banyak
rongga-rongga foam yang besar dan tipis.
Struktur biofoam akan mempengaruhi kuat
tekannya. Semakin banyak dan besar ukuran
rongga akan menyebabkan penurunan kekuatan
biofoam terhadap tekanan (Iriani, 2013).
Gambar 5. Uji DSC pada biofoam variasi
6,5:0,5: 3
Pada Gambar 5 menunjukan termogram pada
heatflow pada biofoam 6,5:0,5: 3. Titik leleh
(Tm) pada biofoam sebesar 93,25 oC dengan
heatflow sebesar -15,28 mW. Pada penelitian
ini biofoam yang dihasilkan memiliki titik leleh
(Tm) yang cukup rendah sehingga masih belum
bisa dijadikan kemasan yang anti panas.

Gambar 4. SEM pada Biofoam 2 dengan 3.6. Uji Kuat tekan


komposisi pati:batang:PVOH yaitu 6,5:0,5:3

Pada Gambar 4 menujukan bahwa


biofoam dengan variasi pati:batang:pvoh
6,5:0,5:3 memiliki bentuk sandwich.bentuk
sandwich yang dimaksud ialah pada bagian luar
atau permukaan terdiri dari sel yang kecil dan
rapat sedangkan bagian tengah terdiri sel yang
besar. Hal ini sejalan dengan penelitian Iriani
(2013) dan Cinelli et al (2006). Pada gambar 4
juga terlihat adanya rongga yang terisikan oleh
Gambar 6. Pengaruh variasi pati: batang:
PVOH. Pada saat proses Thermopressing,
PVOH terhadap kuat tekan
17
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02

Pada Gambar 6 menunjukan bahwa biofoam 4 karena adanya batang sorgum dan
penambahan batang sorgum dapat menurunkan PVOH. PVOH merupakan polimer sintetik
kuat tekan pada biofoam. Batang sorgum masih sehingga cukup lama terurainya. Berdasarkan
belum mampu untuk memperkuat struktur Standard European Union (EN 13432),
biofoam. Oleh karena itu dilakukannya Biodegradable foam harus dapat terdegradasi
penambahan PVOH sebagai polimer sintetik dalam waktu maksimal 6 bulan sampai 9 bulan.
untuk memperkuat struktur biofoam. Biofoam
yang ditambahkan PVOH memiliki kuat tekan Tabel 2. Perbandingan antara biofoam
yang lebih besar dibandingkan dengan biofoam berbahan baku pati dan batang sorgum
yang tidak ditambahkan PVOH. Hal ini dengan styrofoam dan biofoam
dikarenakan saat proses thermopressing PVOH komersil
akan meleleh dan lelehannya akan masuk ke
rongga-rongga foam yang terbentuk. Pati dan Parameter Styrofoam Biofoam Biofoam
(EPS komersial Sorgum
PVOH memiliki gugus hidroksil yang akan industry, (Synbra
saling membentuk ikatan hidrogen yang kuat ASTM C578 technology)
(Iriani, 2013). Sehingga biofoam dengan Type 1)
Densitas 0,014gr/cm3 0,66gr/cm3 0,72
penambahan PVOH akan lebih kuat terhadap
gr/cm3
tekanan. Daya serap air <4% <2% 25%
Kuat tekan 0,068 MPa 0,2 MPa 0,384
3.7. Biodegradasi MPa
Uji biodegradasi untuk mengetahui seberapa
lama kemampuan terurainya biofoam. Uji ini Pada Tabel 2 menunjukan bahwa biofoam hasil
dilakukan berdasarkan EN13432 dengan dari penelitian ini memiliki aspek yang cukup
metode soil burial test yaitu dengan cara dari standar yang ada. dan biofoam 4 dengan
menguburkan biofoam di dalam tanah selama perbandingan komposisi pati, batang dan
waktu tertentu. Pada penelitian ini dilakukan PVOH yaitu 6,5:0,5:3 dapat menjadi kemasan
selama 60 hari. alternatif dalam penggunaan styrofoam
berlebih.

4. KESIMPULAN
Biofoam dari campuran pati dan batang sorgum
dapat menjadi alternatif kemasan pengganti
styrofoam. Dari hasil penelitian ini variasi
komposisi pati : batang : pvoh yang optimum
ialah 6,5:0,5: 3 dengan densitas sebesar 0,72
gr/cm3 , daya serap air sebesar 25%, kuat tekan
sebesar 0,384 Mpa, biodegradasi 55,5% selama
Gambar 7. Pengaruh variasi 60 hari dan titik leleh (Tm) 93,25oC.
pati:batang:PVOH terhadap biodegradasi Penambahan batang sorgum menurunkan kuat
tekan pada biofoam. Jika ditambahkan PVOH
Pada Gambar 7 menunjukan bahwa biofoam 1 akan menambahkan kuat tekan pada biofoam.
terurai sempurna selama 60 hari. Hal ini Pengaruh Penambahan PVOH yaitu dapat
dikarenakan pati sorgum bersifat hidrofilik meningkatkan densitas dan kuat tekan serta
sehingga dapat mengikat molekul air dan mengurangi daya serap air pada biofoam.
mudah terurai. Persentase paling kecil pada
18
Darni / Jurnal Teknologi dan Inovasi Industri Vol. 02, No. 02

Dinas Lingkungan Hidup. 2019.


UCAPAN TERIMAKASIH STYROFOAM ATAU STEREFOAM.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Staff Artikel dari Website Resmi Pemerintah
Laboratorium Kimia Terapan Jurusan Teknik Kabupaten Buleleng
Kimia, Universitas Lampung. Staff .https://www.bulelengkab.go.id/detail/arti
Laboratorium UPT LTSIT Univesitas kel/styrofoamatausterefoam64#:~:text=Di
Lampung. Staff Laboratorium Terpadu Hasil %20samping%20berbahaya%20bagi%20t
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Staff Badan ubuh,justru%20tidak%20pernah%20dapat
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Staff %20terurai. [diakses pada 16 Juli 2020]
Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan.
EPS Industry Alliance. Properties, Performance
and Design Fundamentals of Expanded
DAFTAR PUSTAKA Polystyrene Packaging.
ABNT NBR NM ISO 535. 1999. Errata 1: 2002 www.epsindustry.org

[ASTM] American Society for Testing and Iriani, E. S. 2013. Pengembangan Produk
Materials . Standard Test Methods for Biodegredable Foam Berbahan Baku
Flexural Properties of Unreinforced and Campuran Tapioka dan Ampok. Bogor:
Reinforced Plastics and Electrical Insulating Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Material. Philadelpia, USA, ASTM (Annual Bogor.
Book of ASTM Standards) Jambeck. 2015. Plastic waste inputs from land
Cinelli, P., Chiellini, E., Lawton, J. W. & Iman, into the ocean. SCIENCE, 768.
S. H. 2006. Foamed articles based on Schmidt VC, Laurindo JB. 2010.
potato starch, corn fibers and poly(vinyl Characterization of foam obtained from
alcohol). Polymer Degradation and cassava starch, cellulose fibres and
Stability, Science Direct, ELSEVIER dolomitic limestone by a thermopressing
Cordova, M. R. & Nurhati, I. S. 2019. Major process. Braz Arch
Sources and monthly variations in the BiolTechnol.53(1):185-192.
release of land-derived marine debris from Suarni. 2004. Evaluasi Sifat Fisik dan
the Greater Jakarta area, Indonesia. Kandungan Kimia Biji Sorgum Setelah
SCIENTIFIC REPORTS. 9:18730 Penyosohan, Jurnal Stigma xii(1), 88 – 91.
Darni, Yuli & Darmansyah. 2016. Komposisi Warlina, L. 2019. Pengelolaan Sampah Plastik
Bioplastik yang dapat Terbiodegradasi Untuk Mitigasi Bencana Lingkungan.
dengan Pengisi Serat Batang Sorgum dan
Proses Pembuatannya. Bandar Lampung :
LPPM Universitas Lampung.
IDP000066973

Darni, Yuli, Lismeri, Lia., Hanif, Muhammad,


Sarkowi. & Evaniya, Dita S. 2019.
Peningkatan Kuat Tarik Bioplastik dengan
Filler Microfibrillated Cellulose. Jurnal
Teknik Kimia Indonesia. Vol. 18, No. 2,
37-41. ISSN 1693-9433

19

Anda mungkin juga menyukai