Anda di halaman 1dari 4

TK-010 ISSN : 2407 - 1846

PENENTUAN KODISI PROSES TERBAIK PEMBUATAN BIOFOAM DARI


LIMBAH PERTANIAN LOKAL MALUKU UTARA

Erna Rusliana Muhamad Saleh Muhammad Assagaf Indah Rodianawati


ernaunkhair@yahoo.com Bptp_malut@yahoo.com rodiana79@gmail.com
Universitas Khairun,Ternate BPTP-MALUT, Ternate Universitas Khairun,Ternate

Endang Warsiki Nur Wulandari


endang.warsiki@gmail.com wulandari_safardan@yahoo.com
IPB,Bogor IPB, Bogor

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi proses terbaik dalam pembuatan biofoam. Teknik
pembuatan biofoam dilakukan dengan metode thermopressing. Selang suhu yang diujikan berkisar
150-225 oC, sedangkan lama waktu proses diujikan 10-40 menit. Jumlah adonan yang dimasukkan
ke dalam cetakan dilakukan dengan variasi 40-60 gram. Karakterisasi biofoam pada penelitian ini
dilakukan secara visual dengan melihat warna dan penampakan biofoam yang dihasilkan. Kondisi
proses terbaik adalah adonan yang diproses sebanyak 50 gram pada suhu 200 oC dengan lama
proses 30 menit.

Kata Kunci: biofoam, ampas sagu, kulit singkong, kulit pisang, thermopressing

I. Pendahuluan berbenturan dengan kepentingan pangan


Banyak penelitian yang telah dilakukan sehingga harus dicari alternatif bahan berpati
dengan memanfaatkan berbagai sumber yang tidak atau belum dijadikan konsumsi
biologis seperti tanaman, hewan atau pangan agar program pemerintah untuk
mikroba. Adapun bahan yang potensial untuk ketahanan pangan tetap terwujud. Karena itu
dimanfaatkan sebagai bahan baku biopolimer penggunaan limbah pertanian tampaknya
adalah produk atau limbah pertanian seperti menjadi pilihan yang menarik.
pati dan selulosa dengan alasan sifatnya yang Tanaman sagu, singkong dan pisang di
dapat diperbaharui, tersedia melimpah dan Maluku Utara sangat melimpah demikian juga
harganya murah [1].. limbahnya, seperti ampas sagu, kulit singkong
Salah satu sumber pati yang produksinya dan kulit pisang. Limbah ini belum
cukup tinggi adalah tapioka mengingat termanfaatkan, padahal berpotensial untuk
harganya yang lebih murah bila dibandingkan dimanfaatkan diantaranya menjadi kemasan
dengan sumber pati lainnya. Tapioka foam biodegradable (biofoam) karena
memilliki kadar pati yang tinggi [2]. Kondisi kandungan pati dan seratnya.
tersebut akan berpengaruh terhadap proses Pemanfaatan limbah pertanian yang tidak
gelatinisasi maupun proses ekspansinya. saja berfungsi sebagai sumber serat tetapi
Tapioka juga memiliki suhu gelatinisasi yang sekaligus sebagai sumber pati, lemak dan
lebih tinggi dibandingkan dengan sumber pati protein pada pembuatan biofoam merupakan
lainnya. Selain itu, tapioka juga menghasilkan suatu hal baru karena beberapa penelitian
pasta yang jernih bila dipanaskan pada jumlah sebelumnya umumnya menggunakan pati dan
air berlebih. Semua kelebihan tersebut ditambahkan serat. Penggunaan bahan
mendorong peneliti untuk menggunakan tersebut biasanya dilakukan pada industri
tapioka sebagai bahan baku pembuatan kertas atau tekstil.
kemasan biodegradable foam ([3]; [4]; [5]). Proses pembuatan biofoam dilakukan
Namun demikian, mengingat produk dengan menggunakan thermopressing dimana
yang dihasilkan dari pati tersebut umumnya adonan dicetak dan dipanaskan pada suhu dan
bersifat rapuh, kaku dan hidrofilik maka harus tekanan tertentu selama beberapa waktu.
dilakukan penambahan beberapa aditif untuk Penelitian ini akan menentukan kondisi proses
menghasilkan produk kemasan sesuai dengan baik suhu dan waktu proses thermopressing dan
karakteristik yang diinginkan. Selain itu, jumlah adonan terbaik untuk menghasilkan
penggunaan pati adakalanya harus biofoam dengan tampilan visual terbaik. Hal
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 1
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-010 ISSN : 2407 - 1846

ini karena suhu, waktu proses thermopressing pangan sekali pakai. Hal ini disebabkan
dan volume adonan akan berpengaruh terhadap karena pada penggunaan teknologi
kemampuan ekspansi dari bahan baku yang thermopressing, bentuk dan ukuran biofoam
pada akhirnya akan mempengaruhi dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Selain
karakteristik biofoam yang dihasilkan. itu, proses termoplastisasi yang biasa
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah digunakan pada pembuatan bioplastik
menentukan kondisi proses terbaik dalam ternyata tidak dapat diterapkan pada
pembuatan biofoam. Diharapkan pembuatan pembuatan biofoam karena proses foaming
biofoam dapat sebagai solusi problem kemasan
akan terhambat. Oleh karena itu, pada
pangan yang umumnya menggunakan kemasan
penelitian ini teknologi yang digunakan
sintetik minyak bumi yang semakin terbatas dan
adalah thermopressing.
sulit untuk didegradasi oleh alam. Selain itu,
diharapkan dapat sebagai solusi keamanan pangan
bagi kesehatan.

II. Metode Penelitian


a. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tapioka, tepung limbah pertanian (ampas
sagu, kulit singkong dan kulit pisang), air.
Alat yang digunakan adalah gelas ukur,
moulding mangkok berdiameter 16 cm dan
tinggi 3 cm, sendok, timbangan, wadah
baskom, dish mill, pemberat 5 kg, mixer, alat
pemotong, dan oven listrik dengan pengatur
suhu dan waktu.

b. Tahapan Penelitian
1. Persiapan Bahan
Persiapan yang dilakukan adalah
pembuatan tepung limbah pertanian (ampas
sagu, kulit singkong dan kulit pisang). Semua
diambil dari lokal Maluku Utara. Masing-
masing limbah dibersihkan dari kotoran,
dipotong-potong menjadi berukuran kecil-kcil,
dikeringkan, digiling dan diayak 80 mesh.

2. Penentuan Kondisi Proses Thermopressing


Penentuan kondisi proses thermopressing Gambar 1. Diagram alir penentuan kondisi
terbaik meliputi penentuan suhu proses (150 oC- proses
225oC), lama waktu poses (10-40 menit) dan Adapun peralatan thermopressing yang
jumlah adonan (40-60 gram) yang digunakan. digunakan adalah pencetakan pada suhu panas
Tahapan ini secara detil dapat dilihat pada dengan pemberian tekanan dalam oven listrik.
Gambar 1. Karakterisasi biofoam pada tahap ini Tekanan yang diberikan setara dengan bobot
dilakukan secara visual dengan melihat warna mencapai 5 kg. Oven ini memiliki kontrol suhu
dan penampakan biofoam yang dihasilkan. dan waktu proses.
Penentuan kondisi proses pencetakan
III. Hasil dan Pembahasan
Pembuatan biofoam dapat dilakukan dengan dilakukan dengan berdasarkan sifat termal
berbagai proses diantaranya dengan metode bahan baku yang diperoleh pada tahap
ekstrusi, thermopressing, microwave karakterisasi bahan baku di penelitian
sebelumnya. Pengamatan pada tahapan ini
assisted moulding dan melalui proses
dilakukan secara visual dengan melihat kondisi
termoplastisasi. Bentuk biofoam yang serta warna dari biofoam yang dihasilkan.
dihasilkan dari berbagai proses tersebut Hasil pengamatan tersebut seperti tersaji
mennunjukkan teknologi thermopressing pada Tabel 1, 2 dan 3.
yang paling potensial digunakan sebagai Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada suhu
kemasan alternatif untuk wadah produk proses yang lebih rendah, biofoam yang

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-010 ISSN : 2407 - 1846
dihasilkan berwarna coklat, namun memiliki
cetakan
kadar air yang cukup tinggi. Selain itu, suhu 30 Keras, terlepas dari cetakan
rendah menyebabkan waktu yang dibutuhkan 40 Keras, terlepas dari cetakan tetapi
untuk proses pencetakan dan pengeringan juga warna agak hitam di bagian bawah
menjadi lebih lama serta belum semua bahan Apabila adonan terlalu sedikit maka
lumer sehingga proses pencampuran tidak biofoam tidak akan terbentuk dengan. Namun
berjalan sempurna dan akan menghambat bila adonan terlalu banyak, maka akan
proses foaming. Tabel 2 menunjukkan tampilan menyebabkan tekanan di dalam cetakan terlalu
biofoam terbaik dan dapat terlepas dari cetakan besar sehingga biofoam akan mengalami
dengan waktu proses 30 menit. Selain itu, ekspansi secara maksimal dan akhirnya retak
terlihat juga bahwa semakin tinggi suhu proses atau pecah sehingga produk biofoam tidak
maka warna biofoam yang dihasilkan semakin terbentuk. Hal tersebut sejalan dengan
gelap. Hal ini disebabkan karena terjadinya penelitian [7]. Berdasarkan hasil penelitian
proses denaturasi protein ataupun karamelisasi (Tabel 3), dibutuhkan volume adonan sekitar 50
gula karena panas yang terlalu tinggi [6], g untuk mengisi cetakan mangkok berdiameter
khususnya pada bahan dengan kadar protein 16 cm dengan tinggi 3 cm. Tampilan biofoam
tinggi. Kondisi suhu terbaik untuk pembuatan yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.
biofoam adalah sekitar 2000C dengan lama Semakin banyak limbah pertanian yang
proses 30 bergantung pada komposisi adonan. ditambahkan maka volume yang ditambahkan
Tabel 1. Penampakan visual biofoam dengan juga meningkat karena kemampuan ekspansi
adonan berkurang dengan adanya serat [3].
suhu proses berbeda-beda biofoam dengan
Suhu Penampakan visual biofoam Tabel 3. Penampakan visual
Proses Ampas sagu Kulit Kulit pisang jumlah adonan berbeda-beda
(oC) singkong Jumlah
150 Warna coklat Warna coklat, Warna coklat adonan Penampakan visual biofoam
muda, tekstur tekstur lunak tua, tekstur (gram)
lunak lunak
175 Warna coklat Warna coklat, Warna coklat 40 Terdapat banyak lubang, tektur
muda, tekstur tekstur agak tua, tekstur agak keras
agak lunak lunak lunak 50 Agak rata (sedikit lubang di
200 Warna coklat Warna coklat, Warna coklat pinggir), tekstur keras
muda, tekstur tekstur keras tua, tekstur 60 Merata (tidak berlubang), tetapi
keras keras tektur lunak
225 Warna coklat Warna coklat Warna coklat
muda kehitaman, tua kehitaman,
kehitaman, tekstur keras tekstur keras
tekstur keras

Kadar air campuran dan suhu proses


merupakan faktor yang menentuan waktu
proses. Semakin tinggi kadar air adonan maka
waktu yang diperlukan juga semakin lama.
Selain itu, penambahan rasio limbah pertanian
juga berpengaruh terhadap lamanya waktu
proses. Semakin tinggi suhu proses yang
digunakan maka waktu yang dibutuhkan untuk
pengeringan juga semakin cepat. Namun Gambar 2. Tampilan biofoam yang dihasilkan
demikian suhu yang terlalu tinggi akan
berpengaruh terhadap terjadinya burned effect. Kadar air adonan menjadi kondisi proses
lainnya yang juga harus. Adonan untuk
Tabel 2. Penampakan visual biofoam dengan waktu
pembuatan biofoam harus memiliki
proses berbeda-beda
karakteristik aliran tertentu yang dapat
Waktu
mencegah terjadinya pengempesan dini
Proses Penampakan visual biofoam
gelembung uap air pada saat proses foaming.
(menit)
Kadar air yang terlalu rendah akan
10 Lunak, lengket dengan cetakan menghasilkan produk biofoam dengan densitas
20 Agak lunak, lengket dengan yang tinggi karena proses ekspansi terhambat

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-010 ISSN : 2407 - 1846

karena uap air yang dibutuhkan untuk mechanical properties of baked cornstarch
pembentukan foam juga terbatas. Sebaliknya, foams. Ind Crop Prod. 19, 41–48.
kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan [8] Shogren RL, Lawton JW, Doane WM,
tekanan yang terlalu tinggi sehingga foam tidak Tiefenbacher KF. 1998. Structure and
terbentuk. Kadar air yang tinggi juga morphology of baked starch foams. Polym.
menyebabkan sifat aliran adonan menjadi 39(25):6649-6655.
terlalu encer sehingga tidak sesuai untuk proses
pembentukan foam ([3]; [8]).
Dari penelitian ini diperoleh suhu proses
2000C dengan lama waktu proses 30 menit
untuk kondisi proses ideal pembuatan biofoam.
Sedangkan volume adonan terbaik yang
digunakan sekitar 50 g disesuaikan dengan
komposisi bahan.

IV. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Kondisi proses terbaik adalah adonan yang
diproses sebanyak 50 gram pada suhu 200 oC
dengan lama proses 30 menit.
b. Saran
Kondisi proses dapat diset pada alat yang
tidak manual, sehingga hasil biofoam lebih
stabil.

V. Referensi
[1] Davis G, Song JH. 2006. Biodegradable
packaging based on raw material from
crops andtheir impact on waste
management. IndCrops Prod. 23:147-161.
[2] Breuninger WF, Piyachomkwan K,Sriroth
K. 2009. Tapioca/Cassava Starch :
Productionand Use. Di dalam Starch :
Chemistry and Technology. Elsevier, hlm
541-566.
[3] Cinelli P, Chiellini E, Lawton JW, Imam
SH. 2005. Foamed articles based on potato
starch,corn fibers and poly (vinylalcohol).
PolymDegradStabil.91:1147-1155.
[4] Chiellini E, Cinelli P, Ilieva VI Imam SH,
Lawton JW. 2009. Enviromentally
compatiblefoamed articles based on potato
starch, corn fiber and poly(vinyl) alcohol.
JCellPlast.45:17-32.
[5] Sin LT, Rahman WAWA, Rahmat AR,
Samad AA. 2010. Computational
modelling andexperimental infrared
spectroscopy of hydrogen bonding
interactions in polyvinylalcohol-starch
blends. Polym. 51:1206-1211.
[6] Poovarodom N. 2006. Non-synthetic
biodegradable starch-based composition
for production of shaped bodies.US
Patents7067651, 2006.
[7] Lawton JW, Shogren RL, Tiefenbacher KF.
2004. Aspen fiber addition improves the

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014

Anda mungkin juga menyukai