Anda di halaman 1dari 7

Teknik sampling

Dalam suatu penelitian survei, tidak perlu untuk meneliti semua individu dalam
suatu populasi, sebab di samping memakan biaya yang banyak, juga membutuhkan waktu
yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan hasil yang diperoleh akan
dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan
ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang akan diterapkan dalam suatu
penelitian, seorang peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga, dan
waktu di satu pihak, serta tingkat presisi di pihak lain. Jika jumlah biaya, tenaga, dan
waktu sudah dibatasi sejak semula, seorang peneliti harus berusaha mendapatkan teknik
pengambilan sampel yang menghasilkan presisi tertinggi. Perlu disadari bahwa tingkat
presisi yang tinggi tidak mungkin dapat dicapai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
terbatas
Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sample size) yang harus
diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Ada empat faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dari suatu penelitian, yaitu:
1. Derajad keseragaman (degree of homogenity) dari populasi. Makin seragam
populasi, makin kecil sampel yang bisa diambil. Jika populasi seragam penuh
(completely homogenous), maka satu satuan elemen saja sudah cukup representatif
untuk diteliti. Sebaliknya, apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam
(completely heterogeneous), maka hanya pencatatan lengkap yang dapat memberikan
gambaran secara representatif.
2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang
dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi, sampel yang
besar cenderung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya
(true-value). Pada sensus lengkap, tingkat presisi ini menjadi mutlak, karena nilai
taksiran statistik sama dengan nilai parameter. Dengan perkataan lain, antara
besarnya sampel yang diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan
yang negatif

3. Rencana analisis. Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan


tingkat presisi yang dikehendaki, akan tetapi jika dikaitkan dengan kebutuhan
analisis, jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Sebagai contoh, jika seorang
peneliti ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian alat
kontrasepsi. Jika tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi (a1) belum
sekolah, (a2) belum tamat SD, (a3) tamat SD, (a4) belum tamat SLTP, (a5) tamat
SLTP, (a6) belum tamat SLTA, (a7) tamat SLTA, (a8) pernah kuliah, (a9) tamat D-1,
(a10) tamat D-2, (a11) tamat D-3, (a12) tamat S-1; sedangkan jenis alat kontrasepsi
dibagi ke dalam (b1) spriral, (b2) kondom, (b3) pil, (b4) vasektomi; maka dengan
sampel 150 responden mungkin tidak cukup, sebab akan terdapat sel-sel dalam
matrik yang isinya kurang dari 5 atau bahkan kosong.
4. Tenaga, waktu, dan biaya. Jika diinginkan tingkat presisi yang tinggi, maka jumlah
sampel harus besar. Tetapi jika dana, waktu, dan tenaga yang tersedia sangat
terbatas, tidak mungkin untuk mengambil sampel yang besar; dan ini berarti tingkat
presisinya akan menurun.

Teknik sampling merupakan salah satu bagian krusial dari penelitian sosial. Dalam
riset sosial, kita tidak mungkin meneliti seluruh populasi yang menjadi subjek kajian. Bukan
hanya karena terlalu banyak, tetapi juga karena karakter populasi yang selalu dinamis. Oleh
sebab itu, peneliti menggunakan sampel ketika mengumpulkan data untuk menjawab rumusan
masalah atau pertanyaan penelitian. Teknik sampling berbasis probabilitas dalam Bahasa
Inggris disebut probability sampling technique. Teknik sampling yang tidak berbasis
probabilitas disebut non-probability sampling technique.

Teknik sampling probabilitas (probability sampling technique)

Teknik ini dinamakan probabilitas karena dalam proses pengambilannya ada peluang yang sama
yang dimiliki individu untuk mendapakan kesempatan menjadi sampel penelitian. Terdapat
setidaknya empat macam teknik yang bisa dilakukan peneliti untuk mendapatkan sampel melalui
teknik probabilitas, antara lain:

 Sampling acak (simple random sampling)


 Sampling sistematik (systematic sampling)
 Sampling terstratifikasi (stratified sampling)
 Sampling klaster (cluster sampling)

Simple random sampling

Teknik sampling ini dianggap sebagai teknik dasar dalam statistik. Untuk mengumpulkan
random sample, pertama-tama peneliti memberi nomor urut pada setiap populasi dengan cara
membuat daftar. Masing-masing individu memiliki nomor yang berbeda. Setelah semua nomor
terkumpul. Peneliti mengacak secara random nomor berapa saja yang muncul. Individu dengan
nomor yang muncul itulah yang menjadi sampel penelitian.

Contohnya, misal seorang peneliti memiliki daftar 100 orang populasi dan ingin memilih 10
orang untuk menjadi sampel. Pertama, semua orang dalam populasi ditandai dengan nomor 1-
100. Nomor tersebut lalu diacak. Pengacakan bisa meniru model arisan atau sekarang bisa
menggunakan aplikasi acak nomor. 10 individu yang nomornya keluar menjadi sampel
penelitiannya. Teknik ini biasanya digunakan pada populasi yang homogen. Misal seseorang
ingin meneliti tentang proses belajar di kelas dalam satu kelas. Total muridnya berjumlah 100
orang. Peneliti tersebut bisa mewawancarai secara mendalam 10 orang sebagai sampel.

Systematic sampling

Teknik sampling ini dilakukan secara sistematis dengan proses awal yang random. Pada
mulanya, mirip dengan random sampling, peneliti memberi nomor seluruh populasi. Daftar
nomor populasi tersebut diurutkan, lalu urutan nomor dalam daftar diacak. Setelah diacak, pada
setiap perhitungan tertentu, satu sampel diambil, dihitung lagi, satu sampel diambil lagi untuk
diteliti. Begitu seterusnya sampai jumlah sampel sesuai dengan rencana awal.

Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti pola konsumsi mahasiswa Fakultas Ekonomi di
suatu universitas. Jumlah total populasinya 1000 mahasiswa. Peneliti ingin melakukan survei
pada 100 mahasiswa saja. Teknik sampling yang dilakukan, pertama-tama peneliti
merencanakan, misal sampel yang diambil adalah daftar nomor urut ke 10 dan kelipatannya
(20,30,40, dst sampai 1000), lalu peneliti mengacak daftar 1000 nomor yang semula berurutan.
Setelah diacak, dilihat kembali, mereka yang namanya berada di urutan nomor 10 dan
kelipatannya diambil sebagai sampel.

Stratified sampling

Teknik sampling ini juga mirip random sampling. Bedanya, peneliti membagi populasi ke dalam
beberapa strata atau tingkatan. Setelah populasi terbagi ke dalam beberapa strata, random
sampling dilakukan pada masing-masing strata atau tingkatan. Sampel yang diambil di masing-
masing tingkatan jumlahnya proporsional.

Misalnya, penelitian tentang pentingnya agama dikalangan mahasiswa Universitas Hayam


Wuruk. Peneliti membuat strata, mana mahasiswa baru, mana mahasiwa tahun kedua, mana
tahun ketiga, dan mana mahasiswa tahun akhir. Masing-masing strata atau tingkatan diambil
sampelnya secara proporsional menggunakan random sampling. Misalnya, jumlah sampel
mahasiswa baru 100 orang, jumlah sampel mahasiswa tingkat lainnya sama atau mendekati 100
orang. Apabila hanya 1 mahasiswa tingkat akhir yang dijadikan sampel, misalnya, maka
sampling tidak proporsional.

Cluster sampling

Teknik ini biasanya dipilih ketika keseluruhan daftar populasi tidak tersedia atau tidak mungkin
mengumpulkan daftar populasi yang akan diteliti. Pada umumnya, subpopulasi sudah tersedia,
hanya saja tidak ada daftar lengkap anggotanya yang akan diteliti. Subpopulasi tersebut
merupakan klaster.

Sebagai contoh survei tentang tingkat kepercayaan warga NU dan Muhammadiyah tentang


pernyataan bahwa ”Borobudur peninggalan Raja Sulaiman”. Daftar keseluruhan populasi warga
NU dan Muhammadiyah tidak tersedia. Tidak mungkin pula membuatnya. Maka, peneliti
memilih organisasi NU dan Muhamadiyah cabang mana yang akan dijadikan sampel. Setiap
organisasi diperoleh daftar anggota-anggotanya. Cluster sampling artinya memilih klaster yang
tersedia karena tidak ada data yang menunjukkan semua populasinya.
Teknik sampling non-probabilitas (non-probability sampling technique)

Teknik ini dinamakan non-probabilitas karena proses pengumpulan sampel tidak memberikan
kesempatan yang sama pada masing-masing individu dalam populasi. Terdapat empat macam
teknik sampling non-probabilitas:

 Sampling berbasis ketersediaan subjek (convenience sampling)


 Sampling bertujuan (purposive sampling)
 Sampling snowball (snowball sampling)
 Sampling kuota (quota sampling)

Sampling berbasis ketersediaan subjek (convenience sampling)

Teknik ini dilakukan karena peneliti dihadapkan pada keberadaan subjek penelitian yang sangat
dinamis. Biasanya peneliti tidak mempunyai kontrol atas jumlah populasi yang diteliti. Selain
karena memang tidak ada datanya, sangat mustahil menentukan jumlah populasi karena sangat
dinamis, berubah-ubah dan fleksibel.

Contoh teknik ini adalah menghentikan orang dijalan untuk dimintai pendapatanya atau
dilakukan survei kecil-kecilan. Misal penelitian tentang preferensi fashion pengunjung event
Java Jazz pada akhir taun ini. Survei dilakukan pada pengunjung setempat ketika event
diselenggarakan. Waktu survei juga relatif singkat sehingga tidak mungkin dilakukan kepada
semuanya. Jumlah pengunjung juga tidak bisa diketahui karena tidak ada tiket masuk. Teknik
sampling ini biasanya dilakukan sebagai penelitian awal untuk mematangkan penelitian awal
yang lebih besar, misal hubungan antara penikmat Jazz dan selera terhadap fashion.

Purposive sampling

Teknik sampling ini dilakukan berdasarkan penilaian peneliti akan pengetahuan calon informan
atau responden untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penilaian bahwa informan tersebut
mempunya pengetahuan dilakukan secara subjektif berdasarkan pengamatan peneliti. Pada
umumnya, sampel yang dinilai mampu menjawab pertanyaan penelitian adalah orang yang
berpengalaman atau memiliki pengetahuan terkait fokus penelitian.
Misal, penelitian tentang perilaku korup polisi lalu lintas. Peneliti menentukan sampling dengan
cara mengamati siapa saja orang-orang yang pernah merasa dirugikan oleh oknum polisi lalu
lintas, seperti ditilang tanpa alasan yang jelas, dipersulit dalam pembuatan SIM, dan sebagainya.
Teknik sampling ini disebut purposif karena pemilihan sampel dilakukan dengan bertujuan.

Snowball sampling

Teknik sampling ini cocok dilakukan ketika jumlah populasi sulit ditentukan dan isu yang
dibahas cukup sensitif. Snowball sampling adalah teknik sampling berantai. Pengetahuan
informan tentang informan lain yang potensial untuk diteliti menjadi pijakan. Peneliti biasanya
kesulitan mencari individu yang layak dijadikan subjek penelitian tanpa informasi dari informan
sebelumnya.

Sebagi contoh, penelitian tentang imigran gelap di Malaysia atau pengemis di ibukota. Peneliti
biasanya kesulitan menemukan orang-orangnya, namun imigran atau pengemis mengenal
imigran atau pengemis lain yang berada dalam jaringannya. Informan atau responden juga
memiliki pengetahuan tentang siapa saja orang-orang yang potensial untuk menjadi sampel
penelitian. Teknik ini dinamakan snowball karena jumlahnya sedikit diawal dan semakin besar
diakhir, seperti bola salju yang menggelinding.

Quota sampling

Teknik sampling ini dilakukan dengan cara memberi kuota sampel secara proporsional pada tiap
kategori. Kategori dibuat berdasarkan pengetahuan awal tentang karakteristik populasi.
Karakteristik populasi diasumsikan memang ada sebelumnya.

Contohnya, penelitian tentang persepsi masyarakat Indonesia tentang kesetaraan gender. Sampel
yang dicari berada dalam lingkup nasional, yaitu Indonesia. Quota sampling membuat kategori
berdasarkan karakteristik, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur dan sebagainya.
Peneliti menentukan kuota berdasarkan pengetahuan karakteristik akan berapa jumlah laki-laki,
berapa jumlah perempuan. Sampel dari kategori laki-laki dan perempuan diambil secara
proporsional. Begitu pula kategori pendidikan dan umur.

Anda mungkin juga menyukai