agar tidakrusaksehinggamasihmempunyaiunsurtanah yang masihasli, Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah
tersebutbergantungpadaperencanaandariperusahaan. tidakmengganggudalampenambanganbatubara.
d. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden) i. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di
tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang
materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan telah tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas
pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk
penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rehabilitasi lahan pasca tambang.
rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan. j. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (Spreading)
e. Penimbunan Tanah Penutup (Overburden Removal) Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan
Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling,
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan agar daerah bekas tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan
material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada lingkungan hidup (reclamation).
f. Penambangan Batubara (Coal Getting) Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang,
Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, dengan tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang
terlebih dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal belum dibuka.
dapat menggunakan pengawet.Misalnya, natrium benzoat dengan dosis Tujuan dari perendama ini adalah untuk membuat kedelai menjadi lunak
1 g/liter air rendaman tahu atau vitamin C dengan dosis 1 g/liter air dan kulitnya mudah dikelupas.Setelah direndam, kemudian dilakukan
rendaman tahu. Bahan pengawet lebih baik dicampurkan ke dalam bakal pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air,
(bubur) tahu yang akan dicetak. Garam yang dicampurkan juga dapat kemudian dikuliti.Setelah direndam dan dikuliti kemudian
berperan sebagai bahan pengawet.Pengawetan tahu juga dapat dicuci.Pencucian sedapat mungkin dilakukan dengan alir yang
dilakukan dengan menyimpannya dalam kantong plastik, ditutup rapat, mengalir.Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran yang
dan kemudian direbus/dikukus selama tiga menit.Demgan demikian, melekat maupun tercampur dalam kedelai.Setelah kedelai direndam dan
tahu dapat tahan disimpan selama 4-7 hari (selama itu, kantong plastik dicuci bersih, selanjutnya dilakukan penggilingan. Proses penggilingan
tidak dibuka). Apabila disimpan dalam lemari es, tahu akan mampu dilakukan dengan mesin, karena penggunaan mesin akan memperhalus
bertahan selama delapan hari. hasil gilingan kedelai. Pada saat penggilingan diberi air mengalir agar
bubur kedelai terdorong keluar. Hasil dari proses penggilingan berupa
B. Proses Produksi Tahu
Pada umumnya tahu dibuat oleh para pengrajin atau industri bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian
rumah tangga dengan peralatan dan teknologi yang sederhana. Urutan ditampung dalam ember. Pada proses pencucian dan perendaman
proses atau cara pembuatan tahu pada semua industri kecil tahu pada kedelai ini menggunakan banyak sekali air sehingga limbah cair yang
umumnya hampir sama dan kalaupun ada perbedaan hanya pada dihasilkan akan banyak pula. Tetapi sifat limbah ini belum mempunyai
urutan kerja atau jenis zat penggumpal protein yang digunakan. kadar pencemaran yang tinggi.
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling Proses selanjutnya adalah perebusan bubur kedelai dengan
awal dalam pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang tujuan untuk menginaktifkan zat antinutrisi kedelai yaitu tripsin inhibitor
dan sekaligus meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau didiamkan selama satu malam.Disamping memanfaatkan limbah, secara
penggilingan dan penggumpalan protein serta menambah keawatan ekonomi juga dapat menghemat karena tidak perlu membeli.Tahap
produk. Bubur kedelai yang telah terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya yaitu pencetakan dan pengepresan. Proses ini dilakukan
selanjutnya dididihkan dalam tungku pemasakan. Setelah mendidih dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian dan
sampai 5 (lima) menit kemudian dilakukan penyaringan. Dalam sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan
keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah dituangkan ke dalam cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan
direbus) kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar kain dan diisi sampai penuh.Cetakan yang digunakan biasanya berupa
sambil dibilas dengan air hangat, sehingga susu kedelai dapat terekstrak cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil
keluar semua. Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut supaya air dapat keluar.
dengan ampas tahu. Ampas padat ini mempunyai sifat yang cepat basi Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan
dan busuk bila tidak cepat diolah sehingga perlu ditempatkan secara dipres.Semakin berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin
terpisah atau agak jauh dari proses pembuatan tahu agar tahu tidak keras tahu yang dihasilkan. Alat pemberat/pres biasanya mempunyai
terkontaminasi dengan barang yang kotor. berat 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya 1 menit, sampai
Filtrat cair hasil penyaringan yang diperoleh kemudian airnya keluar. Setelah dirasa cukup dingin, kemudian tahu dipotong-
ditampung dalam bak.Kemudian filtrat yang masih dalam keadaan potong sesuai dengan keinginan konsumen dipasar.Tahu yang sudah
hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (catu).Pemberian dipotong-potong tersebut kemudian dipasarkan.
asam ini dihentikan apabila sudah terlihat penggumpalan.Selanjutnya Dalam pembuatan tahu biasanya pengrajin menambahkan
dilakukan penyaringan kembali. Proses penggumpalan juga bahan tambahan atau bahan pembantu antara lain yaitu batu tahu (batu
menghasilkan limbah cair yang banyak dan sifat limbahnya sudah gips yang sudah dibakar dan ditumbuk halus menjadi tepung), asam
mempunyai kadar pencemaran yang tinggi karena sudah mengandung cuka 90%, biang/kecutan, yaitu sisa cairan setelah tahap pengendapan
asam. protein atau sisa cairan dari pemisahan gumpalan tahu yang telah
Untuk menggumpalkan tahu bisa digunakan bahan-bahan dibiarkan selama satu malam, kunyit yang digunakan untuk memberikan
seperti batu tahu (sioko) atau CaSO4 yaitu batu gips yang sudah dibakar warna kuning pada tahu, garam yang digunakan untuk memberikan rasa
dan ditumbuk halus menjadi tepung, asam cuka 90%, biang atau sedikit asin ke dalam tahu.
kecutan dan sari jeruk. Biang atau kecutan yaitu sisa cairan setelah C. Limbah Industri Tahu
tahap pengendapan protein atau sisa cairan dari pemisahan gumpalan Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32
tahu yang telah dibiarkan selama satu malam.Tetapi biasanya para Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
pengrajin tahu memakai kecutan dari limbah itu sendiri yang sudah (PPLH), definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang protein dan asam-asam amino dalam bentuk padatan tersuspensi
dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala maupun terlarut.Adanya senyawa-senyawa organik tersebut
rumahtangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung BOD, COD dan TSS
tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat.Di antara berbagai yang tinggi.Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa
jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). mencemari lingkungan.
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) D. Pengolahan Limbah Padat Industri Tahu
bentuk limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh
pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, dari hasil pemisahan bubur kedelai.Ampas tahu masih mengandung
kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan protein yang cukup tinggi (Tabel 2) sehingga masih dapat dimanfaatkan
sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah kembali.(KLH, 2006). Ampas tahu masih mengandung protein 27 gr,
padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan karbohidrat 41,3 gr, maka dimungkinkan untuk dimanfaatkan kembali
baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu menjadi kecap, taoco, tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan
banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berbagai makanan (kue kering, cake, lauk pauk, kerupuk, dll). Pada
berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. pembuatan kue dan aneka makanan, pemakaian tepung tahu tersebut
Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari dapat disubstitusikan ke dalam gandum. Pemakaian tepung ampas tahu
produk tahu yang dihasilkan. sebagai bahan substitusi gandum mempunyai manfaat antara lain
dihasilkannya suatu produk yang masih mempunyai nilai gizi dan nilai
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses ekonomi serta lingkungan menjadi bersih (KLH,2006).
perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi Karena sifat penggunaan tepung limbah tahu ini sifatnya
tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. jumlah kebutuhan sebagai bahan pengganti, maka pada proses pembuatan makanan
air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan dilaporkan berturut- maupun pakan ternak, selalu diawali dengan pembuatan tepung limbah
turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang padat tahu terlebih dahulu. Proses pembuatan tepung serat ampas tahu
kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair yaitu sejumlah limbah padat tahu (ampas tahu), diperas airnya
tersebut (khususnya air dadih) dimanfaatkan kembali sebagai bahan selanjutnya dikukus 15 menit. Ampas yang sudah dikukus, diletakkan
penggumpal.Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri diatas nyiru atau papan, selanjutnya dijemur diterik matahari ataupun
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu dikeringkan dengan oven.Apabila dilakukan pengeringan dengan oven,
yang disebut dengan air dadih (whey).Limbah cair industri tahu dipakai temperatur 100oC selama 24 jam. Setelah kering dihaluskan
mengandung bahan-bahan organik kompleks yang tinggi terutama
dengan cara digiling atau diblender dan diayak. Simpan tepung tahu dan padatan tersuspensi dari limbah cair.Padatan tersuspensi yang lolos
ditempat yang kering. Bentuk tepung seperti ini tahan lama, dan siap dari penyaringan selanjutnya disisihkan dalam unit sedimentasi dengan
menjadi bahan baku pengganti tepung terigu atau tepung beras untuk menambahkan koagulan sehinggga terbentuk flok. Proses ini termasuk
berbagai makanan. Penambahan bahan lain disesuaikan dengan proses kimia. Dalam sedimentasi, flokflok padatan dipisahkan dari aliran
kebutuhan yang sesuai dengan produk apa yang akan dibuat. dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Ampas tahu kebanyakan oleh masyarakat digunakan sebagai 2. Cara kimia
bahan pembuat tempe gembus. Hal ini dilakukan karena proses Merupakan metode penghilangan atau konversi senyawa-
pembuatan tempe gembus yang mudah (tidak perlu keterampilan senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan
khusus) dan biayanya cukup murah. Selain tempe gembus, ampas tahu kimia atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat diterapkan
juga diolah untuk dijadikan pakan ternak. Proses pembuatannya yaitu dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya termasuk
campuran ampas tahu dan kulit kedelai yang sudah tidak digunakan koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam proses koagulasi-flokulasi,
dicampur dengan air, bekatul, tepung ikan dan hijauan, lalu diaduk partikel-partikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion
hingga tercampur rata, kemudian siap diberikan ke hewan ternak. bermuatan negatif dalam limbah cair melalui sifat adsorpsi koloid
Beberapa produk makanan dan aneka kue yang dibuat dengan tersebut, sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan negatif. Koloid
penambahan tepung serat ampas tahu adalah lidah kucing, chocolate bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya Van der Waals menarik ionion
cookie, cake (roti bolu), dan kerupuk ampas tahu (KLH, 2006). bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan kokoh (lapisan
stern) mengelilingi partikel inti.Selanjutnya lapisan kokoh (stern) yang
E. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan
Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah
membentuk lapisan kedua (lapisan difus).Kedua lapisan tersebut
dicoba dandikembangkan.Secara umum, metode pengolahan yang
bersama-sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya
dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode
menjadi stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil menurut
pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun biologis.
Davis dan Cornwell (1991) cenderung tidak mau bergabung satu sama
1. Cara fisika
lainnya membentuk flok-flok berukuran lebih besar, sehingga tidak
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban
dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi.
pencemaran khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair.
Dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi
dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan pengendapan partikel koloid bermuatan dengan cara penambahan ion-ion bermuatan
(sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring berlawanan (koagulan) ke dalam koloid, dengan demikian partikel koloid
terutama untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar menjadi netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain membentuk
mikroflok. Selanjutnya mikroflokmikroflok yang telah terbentuk dengan Proses biologi anaerobik merupakan sistem pengolahan air
dibantu pengadukan lambat mengalami penggabungan menghasilkan limbah tahu yang banyak digunakan. Pertimbangan yang dilakukan
makroflok (flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan adalah mudah, murah dan hasilnya bagus. Proses biologi anaerobik
dengan cara pengendapan atau filtrasi. merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob.
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit,
Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam
aluminium, kapur, dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan
transformasi senyawa komplek organik menjadi metana.Selebihnya
limbah secara kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang
terdapat interaksi sinergis antara bermacammacam kelompok bakteri
dihasilkan , sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut. (Rahman.
yang berperan dalam penguraian limbah.
2010)
Kelompok bakteri non metanogen yang bertanggung jawab
3. Cara biologi
untuk proses hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob
Dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan
fakultatif dan obligat. Mikroorganisme yang diisolasi dari digester
memanfaatkan mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara
anaerobik adalah Clostridium spp., Peptococcus anaerobus,
biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi molekul sederhana
Bifidobacterium spp., Desulphovibrio spp., Corynebacterium spp.,
oleh mikroorganisme. Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH,
Lactobacillus, Actonomyces, Staphylococcus, and Eschericia coli (Metcalf
oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat
and Eddy, 2003).
beracun.Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah
adalah bakteri, algae, atau protozoa Sedangkan tumbuhan air yang Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan
mungkin dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds). proses pengolahan limbah secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis,
fermentasi (yang juga dikenal dengan sebutan asidogenesis), dan
Metode biologis lainnya dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu :
metanogenesis (Metcalf and Eddy, 2003). Selama proses hidrolsis,
1) Pengolahan Limbah Cair Anaerobik
bakteri fermentasi merubah materi organik kompleks yang tidak larut,
Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi
seperti selulosa menjadi molekul-molekul yang dapat larut, seperti asam
karena aktivitas mikroba yang dilakukan pada saat tidak terdapat
lemak, asam amino dan gula. Materi polimer komplek dihidrolisa
oksigen bebas. Proses anaerobik dapat digunakan untuk mengolah
menjadi monomer-monomer, contoh : selulosa menjadi gula atau
berbagai jenis limbah yang bersifat biodegradable, termasuk limbah
alkohol. Molekul-molekul monomer ini dapat langsung dimanfaatkan oleh
industri makanan salah satunya adalah limbah tahu.
kelompok bakteri selanjutnya.Hidrolisis molekul kompleks dikatalisasi
oleh enzim ekstra seluler seperti selulase, protease, dan lipase.
Walaupun demikian proses penguraian anaerobik sangat lambat dan Suhu yang optimal dari proses anaerobik bervariasi tergantung pada
menjadi terbatas dalam penguraian limbah selulolitik yang mengandung komposisi nutrient di dalam digester, tetapi kebanyakan proses
lignin. anaerobik seharusnya dipelihara secara konstan untuk mendukung
tingkat produksi gas. Digester termopilik lebih efisien dalam hal waktu
Pada proses fermentasi (asidogenesis), bakteri asidogenik
tinggal, tingkat kapasitas, dan jumlah produksi gas, tetapi di lain hal
(pembentuk asam) merubah gula, asam amino, dan asam lemak
membutuhkan input panas yang lebih tinggi dan mempunyai sensitivitas
menjadi asam-asam organik (asam asetat, propionate, butirat, laktat,
yang tinggi yang membuat proses lebih problematik daripada digesti
format) alkohol dan keton (etanol, methanol, gliserol dan aseton), asetat,
mesopilik.
CO2 dan H2. Produk utama dari proses fermentasi ini adalah asetat.
Hasil dari fermentasi ini bervariasi tergantung jenis bakteri dan kondisi Waktu tinggal
kultur seperti pH dan suhu. Waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
proses degradasi materi-materi organik yang sempurna. Waktu tinggal
Proses metanogenesis dilaksanakan oleh suatu kelompok
bervariasi dengan memproses parameter-parameter, seperti memproses
mikroorganisme yang dikenal sebagai bakteri metanogen. Ada dua
suhu dan komposisi limbah.Waktu tinggal untuk limbah yang
kelompok bakteri metanogen yang dilibatkan dalam proses produksi
diperlakukan dalam digester mesopilic dalam kisaran 15-30 hari dan 12-
metan. Kelompok pertama, aceticlastic methanogens, membagi asetat
14 hari untuk digester termopilik.
ke dalam metan dan karbondioksida.Kelompok kedua, hidrogen
memanfaatkan metanogen, yaitu menggunakan hidrogen sebagai donor pH
elektron dan CO2 sebagai aseptor elektron untuk memproduksi metan. Nilai pH yang optimal untuk proses asidogenesis dan
Bakteri di dalam proses anaerobik, yaitu bakteri acetogens, juga mampu metanogenesis berbedabeda. Selama proses asidogenesis dibentuk
menggunakan CO2 untuk mengoksidasi dan bentuk asam asetat. asetat, laktat, dan asam propionat, dengan demikian pH turun. pH yang
Dimana asam asetat dikonversi menjadi metan.Sekitar 72% metan yang rendah dapat menghambat proses asidogenesis dan nilai pH dibawah
diproduksi dalam digester anaerobik adalah formasi dari asetat. 6,4 dapat bersifat racun untuk bakteri pembentuk metan (pH optimal
untuk proses metanogenesis adalah antara 6,6-7. Kisaran pH optimal
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses anaerobik (Monnet,
untuk semua yaitu antara 6,4-7,2.
2003) yaitu :
suhu Rasio Karbon dan Nitrogen (C:N)
Proses anaerobik dapat terjadi dibawah dua kisaran kondisi
Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen yang hadir
suhu, yaitu kondisi mesopilik, yaitu antara 20-45oC, pada umumnya 35oC
dalam materi organik di gambarkan oleh rasio C : N. Rasio optimal C : N
dan kondisi thermopilik, yaitu antara 50-65oC, pada umumnya 55oC.
dalam proses anaerobik antara 20 : 30. Rasio C : N yang tinggi Sistem ini banyak dipakai dengan pertimbangan ada manfaat yang bisa
mengidikasikan adanya konsumsi nitrogen yang cepat oleh bakteri diambil yaitu pemanfaatan biogas yang sangat memungkinkan
metanogen dan menghasilkan produksi gas yang rendah. Selain itu rasio digunakan sebagai bahan sumber energi karena gas metan sama
C : N yang rendah menyebabkan akumulasi ammonia dan nilai pH yang dengan gas elpiji (liquid petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas
melebihi 8,5 dan ini bersifat racun bagi bakteri matanogen. metan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Contoh
pemanfaatan biogas misalnya untuk memasak, lampu penerangan,
Mixing listrik generator, dan dapat menggantikan bahan bakar yang lain, dsb
Mixing di dalam digester, meningkatkan kontak antara (KLH, 2006).
mikroorganisme dengan substrat dan meningkatkan kemampuan
Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester (LIPI, 2006),
populasi bakteri untuk memperoleh nutrisi.Mixing juga membangun
yaitu:
gradien suhu di dalam digester.Mixing yang berlebihan dapat merusak
mikroorganisme dan oleh karena itu mixing yang lambat lebih disukai. Tipe Terapung (Floating Type)
Tipe terapung ini banyak dikembangkan di India yang terdiri
2) Anaerobik Biogas atas sumur pencerna dan diatasnya ditaruh drum terapung dari besi
Secara umum proses anaerobik akan menghasilkan gas terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh
Methana (Biogas). Biogas (gas bio) adalah gas yang dihasilkan dari digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang
pembusukan bahan-bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata,
(tanpa ada oksigen bebas). Biogas tersebut merupakan campuran dari dan semen.Karena banyak dikembangkan di India, maka digester ini
berbagai macam gas antara lain : CH4 (54%-70%), CO2 (27%-45%), O2 disebut juga dengan tipe India.
(1%-4%), N2 (0,5%-3%), CO (1%), dan H2 <<<<< (KLH, 2006). Sifat
Tipe Kubah (Fixed Dome Digester)
penting dari gas metan ini adalah tidak berbau, tidak berwarna, beracun
dan mudah terbakar.Karena sifat gas tersebut, maka gas metan ini Tipe ini merupakan tipe yang paling banyak dipakai di
termasuk membahayakan bagi keselamatan manusia (Sugiharto, 2005). Indonesia.Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan
menggali tanah kemudian dibuat dengan bata, pasir, dan semen yang
Penggunaan biogas ini merupakan salah satu cara untuk berbentuk seperti rongga yang kedap udara dan berstruktur seperti
mengurangi pencemaran lingkungan, karena dengan fermentasi bakteri kubah (bulatan setengah bola).Tipe ini dikembangkan di Cina sehingga
anaerob (bakteri metan) maka tingkat pengurangan pencemaran disebut juga tipe kubah atau tipe Cina.
lingkungan dengan parameter BOD, COD akan berkurang sampai 90%.
Dengan sistem anaerobik-biogas, gas yang dihasilkan diusulkan sebagai bagian dari program internasional Mekanisme
tergantung pada kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM) (Inforce,
terkandung dalam limbah, lamanya waktu pembusukan minimal 30 hari 2006).
karena semakin lama pembusukan semakin sempurna prosesnya, suhu
Untuk biogas ini sistem yang diterapkan harus dirawat dan
di dalam digester yaitu 15oC-35oC, kapasitas kedelai minimal untuk
dibersihkan secara periodik untuk menghilangkan lumpur (residu
dapat menghasilkan biogas adalah 400 kg, untuk produksi tahu
padatan) hasil pembangkitan biogas dan tindakan pencegahan serta
dengan kapasitas kedelai 700 kg/hari dihasilkan tidak kurang dari 10.500
keselamatan untuk sistem pendistribusian gas harus terus diamati.
liter gas bio per hari, kebutuhan satu rumah tangga dengan 4-5 orang
anggota 1.200 2.000 liter gas bio per hari (KLH, 2006).
3) Pengolahan Limbah Cair Sistem Aerobik
Adapun sistem pengolahan biogas meliputi inlet (masuknya air
Pada pengolahan air limbah tahu proses biologi aerobik
limbah), bak equalisasi, bak pengendapan, bak Anaerobik Filter, bak
merupakan proses lanjutan untuk mendegradasi kandungan senyawa
peluapan, bak pengurasan, dan outlet (keluarnya air limbah yang telah
organik air limbah yang masih tersisa setelah proses anaerobik. Sistem
diolah) (KLH, 2006).
penanganan aerobik digunakan sebagai pencegah timbulnya masalah
Keuntungan atau keunggulan dari sistem anaerobik-biogas
bau selama penaganan limbah, agar memenuhi persyaratan effluent
adalah mengurangi potensi kerusakan hutan yaitu mengurangi
dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke badan penerima (Jenie
penebangan pohon yang digunakan untuk kayu bakar, mencegah erosi
dan Rahayu, 1993).
tanah, dan menghemat pemakaian bahan bakar minyak.
Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana
Biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan
terdapat oksigen terlarut. Oksidasi bahan-bahan organik menggunakan
merupakan cara yang aman untuk menempatkan bahan organik jika
molekul oksigen sebagai aseptor elektron akhir adalah proses utama
dikelola dengan baik, sehingga meningkatkan sanitasi dan kesehatan
yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme dalam proses ini.
lokal. Sisa padatan dari produksi biogas (lumpur hasil pembangkitan
Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron akhir
biogas) dapat digunakan untuk pembuatan pupuk kompos.Ini dapat
adalah mikroorganisme aerobik (Jenie dan Rahayu, 1993). Pengolahan
mengurangi polusi air tanah dan meningkatkan kualitas udara.Gas
limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai antara lain dengan
metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan
sistem lumpur aktif, piring biologi berputar (Rotating Biological
gas karbon dioksida CO2 memberikan efek rumah kaca yang
Contractor = RBC) dan selokan oksidasi (Oxidation Ditch).
menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas
4) Pengolahan Limbah Sistem Kombinasi Anaerobik-Aerobik
metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian
permasalahan global (efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat
Secara umum proses pengolahan kombinasi ini dibagi menjadi dari bawah ke atas (up flow).Di dalam bak anaerobik tersebut diisi
dua tahap yakni pertama proses penguraian anaerobik dan yang kedua dengan media dari bahan plastik atau kerikil dan batu pecah. Jumlah bak
proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerobik-aerobik. anaerobik ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan
Penguraian anaerobik jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian zat-zat organik yang ada
Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dalam limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik. Setelah beberapa hari,
dikumpulkan melalui saluran limbah, kemudian dialirkan ke bak kontrol pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.
untuk memisahkan buangan padat. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
pengurai anaerobik. Di dalam bak pengurai anaerobik tersebut sempat terurai pada bak pengendap awal. Air limpasan dari bak
pencemar organik yang ada dalam limbah akan diuraikan oleh anaerobik dialirkan ke bak aerobik. Di dalam bak aerobik ini dapat diisi
mikroorganisme secara anaerobik, menghasilkan gas hidrogen sulfida dengan media dari bahan kerikil atau plastik atau batu apung atau
dan metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Pada proses bahan serat sesuai dengan kebutuhan atau dana yang tersedia, sambil
tahap pertama efisiensi penurunan nilai COD dalam limbah dapat diaerasi atau dihembus dengan udara, sehingga mikroorganisme yang
mencapai 80-90%. Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
proses pengolahan lanjut dengan sistem kombinsi anaerobik-aerobik tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian
dengan menggunakan biofilter (Herlambang, 2002). limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang, tersuspensi dalam air
Proses pengolahan lanjut maupun yang menempel pada permukaan media (Herlambang, 2002).
Proses pengolahan limbah dengan proses biofilter anaerobik-
aerobik terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal, biofilter Dari proses tersebut efisiensi penguraian zat organik dan
anaerobik, biofilter aerobik, bak pengendap akhir, dan jika perlu deterjen dapat ditingkatkan serta mempercepat proses nitrifikasi,
dilengkapi dengan bak klorinasi. Limbah yang berasal dari proses sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar. Proses ini
penguraian anaerobik (pengolahan tahap pertama) dialirkan ke bak sering dinamakan aerasi kontak (contact aeration). Dari bak aerasi,
pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan limbah dialirkan ke bak pengendap akhir.Di dalam bak ini kembali ke
kotoran lainnva. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi bagian awal bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur.Sedangkan air
sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang limpasan dialirkan ke bak klorinasi (Herlambang, 2002).
berbentuk padatan, pengurai lumpur dan penampung lumpur
(Herlambang, 2002). Di dalam bak klorinasi ini limbah direaksikan dengan klor untuk
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke membunuh mikroorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar
bak anaerobik dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow) dan setelah proses klorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran
umum. Dengan kombinasi proses anaerobik-aerobik tersebut selain umumnya menggugurkan daunnya pada musim kemarau seperti Albazia falcatera,
Euclyptus sp, dan Antochehalus candabia.Sedangkan kayu berdaun jarum (soft wood),
dapat menurunkan zat organik (BOD, COD) juga menurunkan amonia,
sering disebut kayu jarum adalah jenis daun yang bersal dari pohon berdaun jarum.Jenis
deterjen, muatan padat tersuspensi (MPT) fosfat dan lainnva. Dengan pohon ini selalu hijau sepanjang tahun dan tidak menggugurkan daunnya pada musim
adanya proses pengolahan lanjut tersebut, nilai COD dalam air olahan kemarau, seperti Pinlis sp (tusam) dan Aganthis sp (dammar).
Analisis sifat pengolahan kayu digunakan untuk mengetahui jenis kayu yang cocok
yang nilai COD dalam air olahan yang dihasilkan akan relatif rendah sebagai bahan baku pulp. Analisis ini meliputi rendemen pulp, konsumsi alkali, bilangan
(Herlambang, 2002). permanganate, panjang putus dan faktor retak.
Bukan Kayu (non wood)
Beberapa jenis tumbuhan bukan kayu merupakan sumber serat untuk bahan baku
pulp, baik itu yang berasal dari kulit batang, daun, tangkai, buah/biji dan bulu biji.
Berdasarkan sumber serat, tumbuhan bukan kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Serat kulit batang : Fax, Jule, Hemo, Rami Kenaf, Haramay
Serat daun : Manila, Abaca, Sisal, Palm, Nenas
Serat bulu biji : Kapas, Kapuk
Serat rerumpunan : Merang, Jerami, Baggase, Bambu, Gelaga
Kualitas pulp sangat ditentukan oleh jenis kayu yang digunakan. Diharapkan jenis kayu osa
Lignin 28 +/- 3 % 28 +/- 3 % (12 16) %
yang digunakan untuk menghasilkan kualitas pulp yang bagus adalah yang mempunyai Zat 5 +/- 3 % 3 +/- 3 % -
kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang rendah, tidak rapuh, tidak banyak getahdan ekstraktif
tidak berkulit tebal.
Dalam proses pembuatan pulp digunakan dua jenis bahan baku, yaitu: b. Bahan Baku Sekunder
Guna penghematan atau efisiansi serat dari bahan baku primer, maka dewasa ini
a. Bahan baku primer telah diusahakan pemanfaatan kertas bekas (waste paper) dari berbagai jenis kertas dan
Untuk memperoleh serat ini diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dengan jenis
karton sebagai bahan baku pulp. Serat yang dihasilkan dari kertas, karton bahkandario baju
kayu (wood) atau bukan kayu (non wood).
bekas yanh dikenal sebagia sebutan serat primer.
Kayu (wood) Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan
Kayu dapat dibedakan berdasarkan ukuran daun yang dimiliki yaitu kayu berdaun mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.
lebar (hard wood), dan kayu berdaun jarum (soft wood).Kayu berdaun lebar (hard wood), Komposisi kimia kayu terdiri dari:
Selulosa
Bagian utama dinding sel kayu yang berupa polimer karbohidrat glukosa dan Ekstraktif
Ekstraktif dapat dikatakan sebagai substransi kecil yang terdapat pada kayu.
mermiliki komposisi yang sama dengan pati. Beberapa molekul glukosa membentuk suatu
Ekstraksi meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini
rantai selulosa.Selulosa juga termasuk polisakarida yang mengidentifikasikan bahwa sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen
didalamnya terdapat berbagai senyawa gula. industri kertas.Dalam pembuatan pulp pada prinsipnya adalah mengambil sebanyak-
Selulosa berantai panjang dan tidak bercabang. Seklama pembuatan pulp dalam banyaknya serat selulosa (fiber yang ada dalam kayu dan menghilangkan lignin dan
eksraktif.
digester, derajat polimerisasi akan turun pada suatu derajat tertentu. Penurunan derajat
polimerisasi tidak boleh terlalu banyak, sebab akan memendekkan rantai selulosa dan B. PROSES PRODUKSI PULP
membuat pulp menjadi tidak kuart. Selulosa dalam kayu memilikib derajat polimerisasi Proses pembuatan pulp di dilakukan secara kimia dengan menggunakan metode
sekitar 3500, sedangkan selylos dalam pulp mempunyai derajat polimerisasi sekitar 600- kraft. Metode ini menggunakan cairan pemasak White liquor (lindi putih) yan
1500. Rantai selulosa yang lebih pendek akan menghasilkan pulp yang encer. menggunakan NaOH dan Na2S. Adapun pembuatan pulp ini dimulai dari pembuatan bahan
Hemiselulosa baku untuk mengubah kayu gelondongan menjadi Chip, pemasakan Chip di gester menjadi
Hemiselulosa juga adalah polimer yang dibentuk dari gula sebagai komponen pulp, pencucian dan pemutihan pulp, pengeringan dan pembentukan lembaran pulp, serta
utamanya. Hemiselulosa adalah polimer dari senyawa gula yang berbeda seperti:
penyimpanan.
Hexoses : Glukosa, Manosa dan Galaktosa
Pentose : Xylose dan Arabinase Untuk proses pembuatan pulp diperlukan bahan-bahan kimia yang diproduksi oleh
Hemiselulosa memilki derajat polimerisasi lebih kecil dari 300.Hemiselulosa di Chemical plant. Chemical plant terdiri dari lima unit yaitu Chlorine diokside plant, sulfur
adalah polimer bercabang atau tidak linier.Selama pembuatan pulp hemoiselulosa bereaksi
lebih cepat dibandingkan dengan selulosa.Rantai hemiselulosa lebih pendek dari rantai diokside plant yang di produksi Chlorine Diokside dari NaCl, Oksigen plant yang
selulosa. memproduksi oksigen dari udara, Brine Treatment plant dan Chlor Alkali plant yang
Hemiselulosa bersifat hidrofilik (mudah menyerap air) yang menyebabkan struktur
memproduksi Chlorine dan Caustie dari NaCl.
selulosa menjadi kurang teratur sehingga air bisa masuk kejaringan selulosa. Hemisolulosa
akan memberikan fibrillasi yang lebih baik dari pada selulosa dan meningkatkan kualitas a. Proses pembuatan pulp
kertas. Proses pembuatan pulp dimulai dari pemisahan bahan baku di unit wood prepation
Lignin
(W/P) dimana bahan baku dari kayu yang di potong-potong menjadi kayu gelondongan
Merupakan jaringan polimer fenolik tiga dimensei yang berfungsi merekatkan
yang ditampung di suatu lapangan luas, selanjutnya dilakukan pengelupasan kulit kayu
serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan (bleaching)
(debarking) oleh alat yang dinamakan Drum Barker yaitu suatu bejana selider berukuran
akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara signifikan. Lignin
panjang 28,5 m. Dan berdiameter 5,5 m yang berputar dengan kecepatan rata-rata 5,8 rpm.
berfungsi sebagai penyusun sel kayu.
Kayu yang telah dikelupas kemudian di cacah menjadi Chip dengan ukuran standar
Reaksi-reaksi lain seperti sulfonasi oksidasi, halogenasi sangat penting terutama
(Chip Standard) menggunakan Chipper. Selanjutnya Chip tersebut memasuki vibrating
dalam proses pulping dan bleaching seperti dalam proses soda menghasilkjan lignin
screen yang bertujuan untuk memisahkan Chip-chip yang berukuran standar dengan yang
terlarut, dimana terjadi pelepasan gugus metoksil pada saat lignin berdifusi dengan larutan
alkali.
tidak memenuhi ukuran standar berdasarkan klafisikasi chip tersebut. Klafisikasi yang Screening dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
dimaksud adalah sebagai berikut: a. Primary screening
b. Secondary screening
Chip Standard (accept chip)
c. Teriary screening
- Panjang : 10-25mm
- Lebar : 10-25mm Pada primary screening sebagian besar shive adalah reject,tetapi dalam pemisahan
- Tebal : 5-8mm masih banyak serat yang terikut. Agar tidak banyak fiberatau serat yang terbuang, maka reject
Lebih besar dari standard (over size)
Lebih kecil dari standard (fine size) dari tahap pertama (primary sereening) disaring lagi pada tahap kedua (secondary sereening).
Debu (dust) Reject dari tahap kedua ini akan disaring lagi pada tahap ketiga (tertiary screening)
sebelum dikeluarkan dari sistem melalui reject press ini adalah untuk mengurangi bahan kimia
b. Pengolahan bahan baku
(chemical loss) dan mempermudah penanganan reject. Accept dari tahap kedua dan tahap
Pemasakan (Cooking)
Pemasakan dilakukan pada digester jenis Cooking Compact TM.Digester ini terdiri ketiga ini akan di kembalikan lagi ke inlet dari tahap sbelumnya (cascade). Bersama-sama
dari top separator dan screen section yang berkerja dengan metoda cocurrent (searah) dan shive pasir juga terbawa oleh aliran reject screen dan dibawa ke reject press, karena dalam
terdapat juga zona washing yang dilakukan secara counter current, metoda pemasakkanya pengoprasian sebagian besar pasir terbawa aliran accept bersama filtrate. Untuk mencegah
cendrung pada suhu yang lebih rendah tetapi dengan pamasakan yang cendrung lebih lama. penumpukan pasir didalam system yang menyebabkan kerusakan pada alat, maka pasir
Chips yang berasal dari chip yard diumpankan kedalam chip buffer yang terdapat dipisahkan dari filtrate pada sand separator.
pada ujung belt conveyor. Kemudian chip masuk melalui bagian atas IMPBIN dan diukur 3. Brown stock washing
Plup yang dihembus (blown) dari digester, masih bercampur dengan
laju alir chipnya menggunakan chipmeter. IMPBIN merupakan vessel yang memiliki
sebagian cairan pemasak yang mengandung sisa bahan kimia pemasak dan juga lignin yang
tekanan sama dengan tekanan atmosfer serta mamiliki fungsi presteaming sekaligus fungsi
terlarut dalam kayu.Kotoran-kotoran yang terlarut dalam pulp tersebut dicuci di brown
impregnasi.
Campuran white liquor dan black yang diekstrak dari tranfer circulation dan atau stock yang dilakukan secara berlawanan arah (counter current), dimana air panas hanya
dari bagian screen digester dimasukan kebagian atas IMPBIN melalui centralpipe. Sebelum digunakan sebagai pncuci pada tahap akhir dri rantai pencucin.
Selepas dari blowtank dan screening room, pencucian brown stock telah mengalami
chip bercampur dengan liquor, temperature chip terlebih dahulu dinaikan smpai mencpai
dua tahapan, tahapan pertama di hi-heat washing zone dan digester continous dan
suhu 100oC dan dengan penambahan liquor yang akan meningkatan proses deaerasi chip.
kemudian didalam presure diffuser. Tahap ketiga atau tahap terakhir dari pencucian brown
Pencucian dan penyaringan (washing and screening) stock adalah dewatering press sebelum O2 reaktor.
1. Deknoting Pada dewatering press, pulp di press untuk mencapai konsentrasi sekitar 10%
Setelah tahap pemasakan, sebagian besar pulp masih mengandung knot (mata kayu) setelah itu pulp diencerkan dengan filtrat dari first oxigen press pada screw dilution
yang tidak masak. Kandungan tersebut harus dipisahkan, dari pulp pada tahap awal dari
sehingga konsentrasinya menjadi 12%. Alkali yang digunakan untuk delignifikasi
proses.
Pemishan knot tilakukan dalam tiga tahap untuk pemisahan yang efisien. Dengan ditambahkan bersama dengan cairan pengencer.
tujuan untuk mengurangi kandungan serat sekecil mungkin terbawa pada pemishan tahap Filtrat yang meninggalkan dewatering press masih mengandung sebagian besar
ketiga (reject dari coarse screen) fiber yang harus dipisahkan. Pemisahan tersebut dilakukan dalam liquor screen, dari sana
2. Screening
filtrat yang bersih di salurkan ke pressure diffuser, danserat. Yang lebih dipisahkan akan 2. Tahap ekstraksi (EOP), yaitu menggunakan NaOH, O2, H2O2 yang berfungsi untuk
dikembalikan ke accumulator tank bersama-sama dengan filtrat lainya. mengikat zat-zat orgnik dan kandungan lignin dalam pulp serta mempertahankan
ikatan sellulosa.
O2 Delignification
3. Tahap pemutihan kembali (D1 dan D2), yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi untuk
Proses oksigen dilignifikasi merupakan proses pre-blcaching yang berguna untuk
mengikat kandungan lignin dalam pulp.
mengurangi kandungan lignin dari pulp coklat (yang belum mengalami proses pemutihan).
Sedangkan pada line 2 memiliki tahapan sebagai berikut:
Setelah mengalami proses oksigen dilignifikasi maka bilangan kappa berkurang 14. Adapun 1. Tahap pemutihan D0, yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi untuk mengikat
fungsi oksigen delignifikasi adalah untuk menghemat bahan-bahan kimia yang mahal di tahap kandungan lignin dan pulp.
2. Tahap extraksi (EOP), yaitu menggunakan NaOH, O2, HO2 yang berfungsi untuk
pemutihan dan dlam waktu yang bersmaan dapat menurunkan dampak terhadap lingkungan.
Proses oksigen dilignifikasi berlangsung pada medium konsentrasi dengan mengikat zat-zat organik dan kandungan lignin dalam pulp serta mempertahankan
tempertur dan tekanan tinggi, sedangkan bahan kimia yang dipakai adalah oksigen dan Alkali, ikatan sellulosa.
3. Tahap pemutihan kembali (D1), yaitu menggunakan ClO2 yang berfungsi untuk
dipakai salah satu NaOH atau while liquar oksidasi. Sebelum masuk ke reactor, pulp
mengikat kandungan lignin dalam pulp.
dipanaskan terlebih dahulu dengan menambahkan steam sampai 100 oC.
Delignifikasi berlangsung didalam aliran ke atas reactor, dimana waktu yang
c. Pembentukan lembaran pulp
dibutuhkan (retention time) menurut waktu yang dirancang adalah satu jam. Untuk mencegah
Pulp yang telah diputihkan selanjutnya dikirim ke unit pulp machine (M/C) yang
waktu singkat didalam reactor yang disebabkan chanelling, yang menyebabkan pendeknya mengenai masalah penyediaan pulp sheet (lembaran) dengan proses kerja sebagai berikut:
1. Screening ,merupakan tahap penyaringan dan membentuk serat yang lebih
retention time, maka aliran yang merata dan stabil di dalam reactor sangat diperlukan, yang
homogen tanpa ada pengontor yang halus maupun kasar.
dapat dicapai dengan menjaga konsentrasi pulp sekitar 10%
2. Dewatering, merupakan tahap pengurangan kadar air yang terdiri dari dua tahap
Bleaching
yaitu DWP dan HDP.
Proses pemutihan di PT Lontar papyrus terdiri dari 2 line, dimana line 1 yang 3. Drying, merupakan tahap pengeringan lembaran pulp dengan menggunakan steam
terdiri dari tahap CD-EOP-DI-D2 masih menggunakan proses konvensional atau proses atau uap panas.
4. Pulp cutting dan Bale Handling merupakan tahap akhir proses pulp machine disini
non EFC (Elementary chlorine free) yaitu proses pemutihan dengan menggunakan
dilakukan pemotongan dan pengemasan.
senyawachlor (Cl2), sedangkan untuk line 2 tahapan yang digunakan adalah D0-EOP-DI
Tahap penyaringan (Sereening)
yang merupakan proses EFC yang menggunakan khlorin dalam bentuk senyawa lain yaitu
Screeing plant merupakan proses bleaching dan Dwatering machine yang berfungsi
khlordioksida sehingga dapat menurunkan tingkat pencemaran.
sebagai penyaring kotoran-kotoran yang ada pada bubur serat (fiber). Stock yang dihasilkan
Proses pemutihan pada line 1 memiliki urutan-urutan yang terdiri dari tahapan
di screening plant disuplay ke Dwatering machine untuk di proses menjadi lembaran pulp
berikut:
yang merupakan produk utama dari PT. LPPPI.
1. Tahap pemutihan (C+D), yaitu menggunakan Cl2 dan ClO2 yang berfungsi untuk Bahan yang melalui proses pemutihan di bleaching di pompakan ke HDT dengan
mengikat kandungan lingnin dan pulp. konsistensi 10%. Selanjutnya bahan tersebut diencerkan dengan air pengencer dari filtrate
chest pada bagian dasar HDT menjadi 5%. Stock yang ada di HDT dipompakan ke stock
chest, setelah diencerkan menjadi 4% kemudian dilakukan penyaringan yang terdiri dari 2. Balling press, yaitu alat untuk mengpres pulp dalam 1bale dari tinggi semula80
protection screen atau combitrap. Pressure screen atau fine screen, penyaringan pada cm menjadi 45-50 cm
3. Wrapper, yaitu alat untuk memberikan pembungkus
centry cleaner, penyaringan pada satomi dan proses screening ini diakhiri dengan
4. Tying, yaitu pengikat setelah bale pulp dibungkus. Tali pengikatnya adalah kawat
pengentakan pulp yang bertujuan untuk meningkatkan konsistensi.
diameter 2 mm
Tahap pengurangan kadar Air (Dewatering)
5. Stenciller, yaitu alat untuk membuat merk
Dewatering plant adalah proses pengurangan kadar air dari bubur serat serta proses
6. Folder, yaitu alat untuk membungkus pulp
pembuatan lembaran pulp .pulp cair diencerkan hingga konsentrasinya mencapai 1,2-1,8% 7. Stacker, yaitu alat untuk menumpuk bale pulp menjadi 4 bale
8. Unityer, yaitu alat untuk mengikat 8 bale pulp dengan kawat diameter 3 mm
kemudian disemprotkan menggunakan headbox. Dari headbox disalurkan dengan tekanan
Penyimpanan (Warehouse) dan Distribusi
ke foarming board DWP untuk pembentukan foemesi lembaran pulp. Pada DWP
Setelah pulp dijadikan dalam satu unit (8 bale), kemudian diangkat dengan
(Double Wire Press) terjadi proses pengurangan kadar air dengan menggunakan dua
menggunakan forkilift untuk disimpan di gedung produksi (warehouse), untuk siap
lembaran kawat mesh (bottom dan top wire) dengan lebar 7,4 meter yang saling menekan
dipanaskan.
dan berputar berlawanan arah.
Kadar air yang berkurang pada proses pengeringan ini mencapai 30-35%. Proses Untuk menangani penyimpanan produk baik untuk pulp, tissue maupun produk
selanjutnya berlangsung di Heavy Duty Press (HDP 1dan 2), dimana pengurangan air Chemical memiliki beberapa gudang baik gudang terbuka maupun gudang tertutup yang
dilakukan dengan cara penekanan dengan Main Press Roll dan artinya diserap oleh felt dikelola dengan rapi dan penanganan yang cepat.
pada bagian atas dan bawah HDP 1 sehingga akan terjadi lagi pengurangan kadar air Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:
sampai dengan 20% pada akhir proses HDP 2, dan formasi lembaran pun semakin 1. Proses mekanis
2. Proses semi-kimia
sempurna.
3. Proses kimia
Tahap pengeringan akhir (Drying)
Pada proses mekanis tidak digunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku digiling
Proses pengeringan pulp dengan menggunakan udara panas yang di hembuskan ke
dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat-zat lain.
permukaan bagian atas dan bawah pulp, dimana Drying cabinet disini terdiri dari menara
Pada proses semi-kimia dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu dengan
kipas (fan section) dan tiap bagian mempunyai kipas sirkulasi (circulation fan), pipa yang
bahan kimia untuk lebih melunakkan, sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan
berisi uap pemanas (steam heated coil) dan blowbox, sehingga akan terjadi lagi
tidak rusak.
pengurangan kadar air sampai dengan 35-40%.
Pada proses kimia bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk
Tahap pemotongan (pulp cutting dan bale Handling)
Pulp yang keluar dari dryer kemudian masuk ke bagian cutter lay boy untuk mengllilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat
dipotong sesuai dengan ukuan standar yaitu 616 mm x 840 mm, kemudian ditampung diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak.
didalam lay boy untuk disusun menjadi Bale (pengepakan) di unit bale handling. a. Metoda proses basa Termasuk di sini adalah:
Ada babrapa urutan proses bale handling antara lain: proses soda
proses sulfat
1. Scale, yaitu alat untuk menimbang pulp dalam 1 bale (250 AD Kg)
b. Metoda proses asam Yang termasuk proses asam adalah proses sulfit
Ada 2 metoda pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu: Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, debu dan
Proses Basa sejenisnya.
Bahan baku yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin, alkohol,
dalam sebuah bejana yang disebut digester. terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pulp dapat dibedakan menjadi tiga,
Proses Asam
yaitu cair, padat, dan emisi udara. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah
Secara garis besar, proses sulfit dilakukan melalui tahap-tahap yang sama dengan
dengan menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem pengelolaan limbah
proses basa. tetapi larutan yang digunakan adalah:
cair berdasarkan unit operasinya dibedakan menjadi tiga, yaitu :
SO2, Ca(HSO3)2 dan Mg(HS03)2
Fisik
C. LIMBAH YANG DIHASILKAN DARI PRODUKSI PULP
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pulp adalah sebagai berikut :
a. Efluen limbah cair, berupa : Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening
(penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening dilakukan pada sisa-sisa potongan kayu Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
yang masih berukuran besar sehabis diolah pada proses chipper. Setelah dilakukan partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-logam berat, dan zat
penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran besar akan dikembalikan lagi ke proses organik beracun. Dinamakan secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan kimia
chipper, untuk diolah lagi dan mendapatkan ukuran kayu yang dikehendaki. yang akan mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari sangat terlarut menjadi tidak terlarut
atau dari ukuran sangat halus menjadi gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan dipisahkan dengan filtrasi.
proses pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan atau bak
penjernih. Bak pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini
keluwesan operasional. Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Parameter ialah :
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan
waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan Cairan sisa dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan kimia chlorine
baik dapat menghilangkan 80% zat padat yang tersuspensi dan 50-995 BOD. Beberapa dioksida, ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses pemutihan, setiap akhir
contoh Limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah : satu langkah dilakukan pencucian untuk meningkatkan efektivitas proses pemutihan.
Sebelum bubur kertas yang diputihkan dialirkan ke unit pengering, sisa klorin dioksida
Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung akan dinetralkan dengan injeksi larutan sulfur dioksida.
sisa cairan pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang
tidak dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp seharusnya
menggunakan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai screen. memberikan bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo untuk membunuh
bakteri dan jamur sebelum mengalami proses pengendapan di dalam settling basin dan
Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black penyaringan sehingga dihasilkan air proses yang bersih dan bebas jamur.
liquor yang disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium hidroksida)
Kimia dan NaS (sodium sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat selulosa dari bahan
organik. Cairan yang dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan menghasilkan bahan
kimia, dengan daur ulang. Pada proses daur ulang terjadi limbah cair.
Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang
masih tertinggal berubah menjadi limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa
organoklorin yang umumnya beracun.
Biologi telah ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 1995 untuk
pabrik pulp, yakni toleransi PH dikisaran 6,0-9,0, BOD5: 150 mg/l, COD: 350 mg/l, dan
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah TSS 150 mg/l.
Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang b.Pengelolaan Limbah Padat
biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pengolahan secara biologis
mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan (bau, warna, potensi Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari kapur
yang menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang memadai, laguna fakultatif dan dan mengandung soda. Ini harus dibuang di lingkungan aman dan nyaman. Limbah padat
laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan mengurangi 80% BOD buangan pabrik itu harus dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure land fill (aman). Jika tidak,
dengan waktu tinggal 10 hari. peristiwa fatal seperti di Love Canal, Niagara Falls (AS), bisa terulang. Daerah bekas land
fill dekat Love Canal dijadikan tempat pembuangan limbah sebuah pabrik (1940-1950).
Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi bahkan Setelah pabrik itu pindah lokasi, land fill itu dijadikan permukiman bagi 500 keluarga.
dengan waktu tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang dilengkapi dengan kolam Beberapa waktu kemudian zat-zat beracun keluar dari tanah land fill dan mengancam
aerasi pemolesan dan penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD dan TSS sampai di nyawa warga di sekitarnya. Untuk menghindari jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan.
bawah 30mg/1. Pemerintah menghukum perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti rugi bagi warga
yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di Love Canal itu mendorong
Prinsip dasar pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses Kongres AS menerbitkan undang-undang super fund (1970- an) untuk melindungi
pertumbuhan mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan energi penduduk dari limbah industri.
berupa unsure karbon (C) dimana unsure karbon (C) tersebut dengan mudah diperoleh dari
senyawa organic dalam air limbah, sehingga senyawa organic tersebut terurai menjadi CO2 Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark Boiler dan Lime
dan H2O. Salah satu limbah yang menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan Klin. Bark Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime Klin
sludge yang berasal dari primary clarifier yang berupa larutan. Larutan ini didinginkan di 6 digunakan untuk pengolahan lumpur kapur.
unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep tank air activated sludge untuk
mengurangi kandungan organik secara biologi dengan memanfaatkan bakteri dan gas c. Pengelolaan Limbah Emisi Udara
oksigen dari udara yang diinjeksikan dan bantuan dari pupuk fosfor dan nitrogen.
Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp,
Setelah penjelasan mengenai tiga unit operasi Instalasi Pengelolaan Air Limbah biasanya pabrik pulp menggunakan alat-alat berupa blow gas treatment di unit pulping,
diatas, maka satu hal yang penting untuk diketahui ialah standar baku mutu limbah cair Electro Static Dust Precipitator pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di Recausticizing
yang telah ditetapkan pemerintah untuk pabrik pulp. Standar baku mutu limbah cair yang
Unit. Beberapa limbah atau proses yang menghasilkan emisi udara ini, beserta untuk menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang
penanganannya ialah : keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.
Kondensat tercemar yang berasal dari proses digester dikumpulkan dan dialirkan ke Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik dari multi fuel
unit penanganan kondensat di evaporator plant. boiler, recovery boiler, maupun lime kiln. Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus memiliki alat
electrostatic precipitator. Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank recovery boiler
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin (tanur dilengkapi dengan scrubber yang dialiri weak wash dari recaust plant.
kapur).
Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan
untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk
pemanasan dalam proses di seluruh unit operasi produksi.
Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian. Uap diisap blower dan
diarahkan ke sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini
digunakan larutan sodium hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor)