Anda di halaman 1dari 4

Kesesuaian Penggunaan Cocopeat sebagai media sapih…

(Arif Irawan dan Hanif Nurul Hidayah)

KESESUAIAN PENGGUNAAN COCOPEAT SEBAGAI MEDIA SAPIH PADA POLITUBE


DALAM PEMBIBITAN CEMPAKA (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng)

SUITABILITY OF COCOPEAT AS A TRANSPLANTING MEDIA IN THE POLYTUBE OF


Magnolia elegans (Blume.) H. Keng SEEDLINGS

Arif Irawan dan Hanif Nurul Hidayah


Balai Penelitian Kehutanan Manado
Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
Telp : (0431) 3666683 Email : arif_net23@yahoo.com

Diterima: 04 September 2014; direvisi: 06 Nopember 2014; disetujui: 18 Nopember 2014

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan cocopeat sebagai media sapih pertumbuhan bibit
cempaka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji coba yang selanjutnya dibandingkan dengan
pertumbuhan bibit cempaka pada wadah polybags dengan menggunakan topsoil sebagai media sapihnya. Parameter
yang diamati meliputi persen hidup (%), tinggi (cm), dan diameter (cm). Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa
parameter diameter, tinggi, dan persen hidup bibit cempaka pada politube menggunakan media sapih cocopeat
memiliki nilai berbeda nyata dengan pertumbuhan cempaka menggunakan media sapih topsoil dengan persentase
perbedaan masing-masing 23,53 %, 35,51 %, dan 416,70 %. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan cempaka pada
polibag dengan menggunaan media sapih topsoil persentase perbedaannya adalah 70,59 %; 197,73 %; dan 383,36 %.
Kata kunci: cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng), cocopeat, politube

ABSTRACT
This study aims to determine the suitability of using cocopeat as planting media at transplanting containers in the
polytube of the cempaka seedlings growth. The method used in this research was implementing a trial use of cocopeat
as transplanting media in the polytube and being compared to the growth of cempaka seedlings in polytubes and
polybags containing topsoil. The parameters observed included percent survival (%), height (cm), and diameter (cm)
of the plants. Through the t-test it was shown that the parameters of diameter, height, and percent survival of the
cempaka seedlings using cocopeat as a transplanting media were significantly different than those using top soil as a
transplanting media.
Keywords: Magnolia elegans (Blume.) H.Keng), cocopeat, polytube

PENDAHULUAN memiliki bobot yang ringan, dengan berat jenis 0,045


Media sapih merupakan salah satu faktor (Hendromono, 1998) dan berat kering 90 gram/liter
eksternal yang memberikan pengaruh strategis bagi cocopeat (Sukmadijaya, 2010). Di samping itu
pertumbuhan tanaman. Media sapih yang baik adalah media ini memiliki kemampuan untuk mengikat akar.
media yang mampu menyediakan air dan unsur hara Penggunaan tempat sapih dengan kapasitas
yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Marlina volume media yang berbeda akan mempengaruhi
dan Rusnandi (2007), media sapih merupakan salah efesiensi penggunaan media dan pengangkutan bibit
satu faktor lingkungan yang berfungsi sebagai media ke lapangan. Tempat bibit yang lebih praktis dengan
tumbuh bagi akar tanaman, penopang tanaman agar kapasitas media minimum akan memberikan tingkat
tumbuh dengan baik, dan penyedia unsur hara serta efesiensi yang lebih baik. Penggunaan wadah sapih
air bagi pertumbuhan tanaman. Tiap jenis media politube telah banyak digunakan, utamanya dalam
sapih mempunyai bobot dan porositas yang berbeda- pembibitan dengan produksi secara massal. Rostiwati
beda. Cocopeat merupakan salah satu media sapih et al (2007) menyatakan bahwa keunggulan dari
yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut penggunaan politube adalah bibit yang dihasilkan
kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan memiliki sistem perakaran yang menyebar dengan
serat atau fiber, serta serbuk halus atau cocopeat. alur root-trainer, selain itu politube juga dapat
Serbuk tersebut dapat digunakan sebagai media sapih digantung untuk menghindarkan akar menembus
karena kemampuannya menyerap air dan lantai persemaian dan kokoh untuk menjaga
menggemburkan tanah (Anonim, 2013). Cocopeat kekompakan media.

73
Jurnal WASIAN Vol.1 No.2 Tahun 2014:73-76

Bibit cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H. Pada waktu bibit berumur 4 (empat) bulan
Keng) adalah salah satu jenis bibit yang sangat dilakukan pengamatan parameter pertumbuhan bibit
diminati di Sulawesi Utara. Berdasarkan laporan yang meliputi persen hidup (%), tinggi (cm), dan
distribusi bibit oleh Persemaian Permamen Balai diameter (cm). Jumlah bibit pada setiap perlakuan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) adalah 96 bibit, dan jumlah total bibit yang diamati
Tondano pada tahun 2012 diketahui bahwa jumlah adalah 276 bibit.
permohonan bibit cempaka adalah lebih dari 400.000 Untuk membandingkan perbedaan besaran
bibit (BPDAS Tondano, 2013). Jenis kayu cempaka parameter pertumbuhan bibit cempaka pada media
memiliki klasifikasi kayu dengan kelas awet II dan sapih cocopeat pada politube dan top soil pada
kelas kuat III, berat jenis 0,41-0,61, kerapatan kayu politube dan polibag maka digunakan uji t dua
400-500 kg/m3 (Langi, 2007). Pada umumnya kayu sampel bebas.
cempaka banyak digunakan sebagai bahan baku
utama dalam pembuatan konstruksi rumah panggung HASIL DAN PEMBAHASAN
Minahasa (rumah woloan). Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Uji t digunakan untuk membandingkan
kesesuaian penggunaan cocopeat sebagai media pertumbuhan bibit cempaka menggunakan media
sapih bibit cempaka pada wadah sapih politube. Data sapih cocopeat dan topsoil pada wadah politube
dan informasi yang dihasilkan diharapkan dapat (Tabel 1). Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui
menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan bahwa parameter diameter, tinggi, dan persen hidup
pembibitan dan penanaman jenis tanaman cempaka. bibit cempaka menggunakan media sapih cocopeat
memiliki nilai yang lebih tinggi dengan perbedaan
METODE PENELITIAN nyata.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-
November 2012 di Persemaian Permanen BPDAS Tabel 1. Besaran parameter pertumbuhan bibit
Tondano yang terletak Kecamatan Mapanget Kota cempaka umur 4 bulan dalam politube
Manado. Area persemaian berada pada ketinggian 70 Parameter Media
Media top soil
m dpl, dengan suhu rata-rata 34 oC, dan tingkat Pertumbuhan cocopeat
kelembaban 40 % dengan rata-rata curah hujan Diameter (cm) 0,17 ± 0,002 * 0,21 ± 0,002
Tinggi (cm) 3,52 ± 0,13 * 4,77 ± 0,072
bulanan yaitu 270 mm (Badan Meteorologi dan Persen hidup (%) 18,75 ± 3,61 * 96,88 ± 1,80
Geofisika, 2011). Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf uji 5 %;
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ns = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
antara lain benih cempaka yang berasal dari
Tabel 2. Perbedaan besaran pertumbuhan antara
Kabupaten Minahasa Selatan, media tabur (pasir),
bibit cempaka pada media sapih cocopeat
media sapih (cocopeat, dan top soil), wadah sapih
dan top soil
politube dengan volume 60 cm3. Peralatan yang
digunakan adalah kaliper, penggaris, dan alat tulis. Parameter Besar Persentase
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Pertumbuhan Perbedaan Perbedaan
Diameter (cm) 0,02 23,53%
adalah uji coba penggunaan cocopeat sebagai media Tinggi (cm) 1,25 35,51 %
sapih pada politube yang selanjutnya akan Persen hidup (%) 78,13 416,70 %
dibandingkan dengan pertumbuhan bibit cempaka Keterangan : Besar Perbedaan = pertumbuhan bibit
menggunakan media top soil - pertumbuhan
pada media sapih topsoil pada wadah politube dan bibit menggunakan media cocopeat
polibag. Pada umumnya pembibitan cempaka di
Perhitungan perbedaan besaran parameter
Sulawesi Utara menggunakan media sapih berupa
pertumbuhan bibit pada media sapih cocopeat dan
topsoil dan wadah sapih polibag.
topsoil menunjukkan bahwa perbedaan pertumbuhan
Perkecambahan benih dilakukan pada bak
persen hidup memiliki nilai yang paling tinggi
plastik menggunakan media pasir. Perkecambahan
dibandingkan dengan perbedaan pertumbuhan
benih berlangsung pada 10 (sepuluh) hari setelah
diameter dan tinggi bibit (Tabel 2). Rochiman dan
penaburan dan bibit siap disapih 1 (satu) minggu
Harjadi (1973) menyatakan bahwa salah satu faktor
setelahnya. Bibit disapih pada tempat politube
yang mempengaruhi keberhasilan hidup suatu
dengan media sapih yang berbeda yaitu cocopeat dan
tanaman adalah media sapih yang digunakan.
topsoil.
Rendahnya parameter persen hidup pada media sapih

74
Kesesuaian Penggunaan Cocopeat sebagai media sapih…
(Arif Irawan dan Hanif Nurul Hidayah)

cocopeat dalam percobaan ini serta tingginya nilai merendam cocopeat di dalam air bersih (Anonim,
persentase perbedaan yang dihasilkan menunjukkan 2013). Proses perendaman yang kurang sempurna
bahwa bibit cempaka tidak dapat berkembang baik dapat menyebabkan zat tanin belum hilang
pada media ini. seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi
Karakteristik cocopeat sebagai media sapih pertumbuhan bibit cempaka pada percobaan ini.
adalah mampu mengikat dan menyimpan air dengan Pengaruh kondisi jenuh air pada media sapih
kuat. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan cocopeat juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
media yang memiliki kapasitas menahan air cukup tanaman. Keadaan jenuh air lebih banyak
tinggi yaitu mencapai 14,71 kali bobot keringnya menyebabkan terjadinya penimbunan unsur hara di
(Sutater et al., 1998). Selanjutnya Hasriani dkk dalam akar dibandingkan difusi hara ke akar
(2012) juga menyatakan bahwa media sapih cocopeat (Valentino, 2012). Semakin banyak jumlah akar yang
memiliki kadar air dan daya simpan air masing- ada dengan keadaan kondisi tak jenuh air
masing sebesar 119 % dan 695,4 %. Media sapih menyebabkan penyerapan hara menjadi optimal
cocopeat memiliki pori mikro yang mampu sehingga proses fisiologis akan berlangsung lebih
menghambat gerakan air lebih besar sehingga baik dan dapat mengimbangi pertumbuhan dan
menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi perkembangan tunas (Nurhayati, 2000). Lebih lanjut
(Valentino, 2012). Pada saat tertentu, kondisi pada Yuhasnita (2007) menyatakan bahwa media yang
media ini menyebabkan pertukaran gas pada media mempunyai aerasi dan drainase yang baik memiliki
mengalami hambatan karena media mulai jenuh oleh daya pegang air dan mampu memfasilitasi pertukaran
air karena ruang pori makro yang seharusnya terisi gas yang keluar masuk melalui media. Kurangnya
oleh udara ikut terisi oleh air sehingga akar oksigen di zona perakaran dapat mengurangi
mengalami hambatan dalam pernapasan. Soepardi kemampuan akar untuk menyerap air dan mineral
(1983) menyatakan bahwa air ditahan dalam pori- dengan jumlah yang cukup untuk pertumbuhan
pori media sapih dengan daya ikat yang berbeda-beda tanaman.
tergantung dari jumlah air yang ada dalam pori-pori Selanjutnya hasil uji t untuk membandingkan
tersebut. Pori-pori dalam media sapih terdiri atas pori pertumbuhan bibit cempaka menggunakan media
makro dan pori mikro. Pori makro akan diisi oleh sapih cocopeat pada wadah sapih politube dan
udara, sedangkan pori mikro akan diisi oleh air. pertumbuhan bibit cempaka dengan menggunakan
Namun apabila keadaan air terlalu berlimpah maka standar pembibitan yang biasa dilakukan yaitu
pori-pori makro pun akan diisi oleh air. Oleh karena menggunakan media sapih topsoil pada wadah sapih
itu udara dalam media sapih akan semakin berkurang polibag (Tabel 3).
dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik Tabel 3. Besaran parameter pertumbuhan bibit
karena respirasi akan menjadi terhambat. cempaka umur 4 (empat) bulan
Selain itu, kondisi jenuh air juga akan Media top soil
Parameter Presentase
menyebabkan kelembaban tinggi pada media sapih. wadah sapih
Pertumbuhan perbedaan
Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya polibag
Diameter (cm) 0,29 ± 0,003 * 70,59 %
kebusukan. Kebusukan yang terjadi dapat dilihat dari
Tinggi (cm) 10,48 ± 0,20 * 197,73 %
gejala yang muncul pada pangkal batang bibit Persen hidup (%) 90,63 ± 1,80 * 383,36 %
cempaka yang berwarna kehitaman. Kebusukan ini *
Keterangan : = berbeda nyata pada taraf uji 5 %
menyebabkan jaringan meristem pada tunas-tunas ns = tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %.
dorman yang memicu lambatnya pertumbuhan Besar presentase perbedaan = pertumbuhan bibit
menggunakan media top soil wadah sapih
sehingga lambat laun akan menyebabkan kematian polibag - pertumbuhan bibit menggunakan media
tanaman. cocopeat wadah sapih politube
Pertumbuhan diameter dan tinggi bibit cempaka Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui presentase
pada media cocopeat memiliki nilai yang lebih perbedaan antara kedua perlakuan yang diujikan
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bibit memiliki nilai yang cukup tinggi. Perbedaan ini
cempaka pada media sapih topsoil. Salah satu menunjukkan bahwa penggunaan media sapih
kekurangan media sapih cocopeat adalah banyak cocopeat pada wadah sapih politube kurang cocok
mengandung zat tanin. Zat tanin diketahui diterapkan dalam pembibitan cempaka.
merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh kuantitas dan
tanaman. Untuk menghilangkan zat tanin yang kualitas media yang digunakan. Pengaruh kualitas
berlebihan maka dapat dilakukan dengan cara

75
Jurnal WASIAN Vol.1 No.2 Tahun 2014:73-76

media yang digunakan telah dibahas sebelumnya, Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut
sedangkan kuantitas media dicerminkan oleh Pertanian Bogor.
banyaknya (volume) media yang disediakan untuk Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif.
Bogor: Departemen Agronomi Institut Pertanian
pertumbuhan bibit. Dengan volume media pada Bogor.
tempat sapih polibag sebesar 300 cm3, maka Rostiwati, T; A. S. Kosasih; E. Santoso; A. Subiakto; N.
kuantitas medianya akan lebih tinggi lima kali Mindawati; D. Martono; Djarwanto; R. Kurniaty
dibandingkan bibit pada tempat sapih politube dan Y. Heryati. 2007. Inovasi teknologi pembuatan
tanaman dalam mendukung Gerakan Nasional
(volume 60 cm3).
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN). Badan
Litbang Kehutanan. Depertemen Kehutanan.
KESIMPULAN Jakarta.
Tingkat kesesuaian media sapih cocopeat dalam
Soepardi G.1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan
wadah politube menunjukkan nilai yang rendah Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
dalam pembibitan cempaka. Hal ini ditunjukkan Sutater, T. Suciantini dan R. Tejasarwana. 1998. Serbuk
melalui rendahnya pertumbuhan diameter, tinggi sabut kelapa sebagai media tanam krisan dalam
tanaman, dan persen hidup. modernisasi usaha pertanian berbasis kelapa.
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa IV. Badan
Perlu dilakukan aplikasi penggunaan media lain dan Penelitian dan Pengembangan Tanaman
serta penambahan pupuk yang sesuai untuk Industri. Hal 293-300.
menghasilkan pertumbuhan bibit cempaka yang lebih Valentino, N. 2012. Pengaruh Pengaturan Kombinasi
optimal pada wadah sapih politube. Media Terhadap Pertumbuhan Anakan Cabutan
Tumih [Combretocarpus rotundatus (Miq.)
UCAPAN TERIMAKASIH Danser]. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Yuhasnita RM. 2007. Pengaruh jenis media tanamdan dosis
pupuk urea terhadap pertumbuhan bibit salam
Bapak Sarwidi, SP selaku Manajer Persemaian
(Eugenia polyantha Wight) [skripsi]. Bogor:
Permanen BPDAS Tondano, Eki Kaeng, Daud dan Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian
Ruly Said yang telah banyak memberikan bantuan Institut Pertanian Bogor.
selama pelaksanaan kegiatan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2013. Cocopeat (serbuk sabut kelapa) balok
ukuran skala rumah tangga.
http://produkkelapa.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 4 Agustus 2014.
Anonim2. 2013. Tentang Cocopeat.
http://agroklinik.wordpress.com/media-
tanam/cocopeatDiakses pada tanggal 4 Agustus
2013.
BPDAS Tondano, 2013. Laporan Distribusi Bibit
Persemaian Permamen Kima Atas. Sulawesi Utara.
Hasriani1, Kalsim DK dan Sukendro A, 2013. Kajian
serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media
tanam. http://dedikalsim.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 4 Agustus 2014.
Hendromoo. 1998. Pengaruh media organik dan tanah
mineral terhadap mutu bibit Pterygota alata
ROXB, Buletin Penelitian Hutan No.617. Pusat
Litbang Kehutanan. Bogor.
Langi, Y.A.R. 2007. Model Penduga Biomassa dan Karbon
pada Tegakan Hutan Rakyat Cempaka (Elmrerillia
ovalis) dan wasian (Elmerrillia celebica) di
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Thesis
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Marlina, N., dan D. Rusnandi, 2007. Teknik Aklimatisasi
Planlet Anthorium Pada Beberapa Media Tanam.
Buletin Teknik Pertanian 12(1):38-40.
Nurhayati. 2000. Pengaruh bahan stek dan rootone-F
terhadap pertumbuhan seuseureuhan (Piper
aduncum Linn.) [skripsi]. Bogor:Jurusan

76

Anda mungkin juga menyukai