Anda di halaman 1dari 11

Nama : Naufal Rafif M

NPM : 19734025

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari hewan maupun
tumbuhan yang berfungsi sebagai penyuplai unsur hara tanah. Penggunaan pupuk organik curah
yang biasa digunakan oleh petani ternyata memiliki beberapa kelemahan, yaitu diantaranya
menimbulkan debu dan overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak.
Salah satu carayang digunakanuntuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengubah bentuk
pupuk organik curah ke pupuk organik granul atau pelet. Hal tersebut dikarenakan pupuk
granulatau pelettidak menimbulkan debu, dapat mencegah terjadinya segresi, mencegah
overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak, serta memperbaiki penampilan
dan kemasan produk. Pupuk organik granul yang ada di pasaran juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranyamudah pecahdan hancur, maka dari itu perlu ditambahkan bahan perekat
dalam proses pembuatannya. Perekat yangdigunakan sebagai campuran dapat berupa perekat
alami danbuatan. Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai sifat rekat yang baik, tidak
membahayakan tanaman, mudah ditemukan, dan harga yang terjangkau.

1.2. Manfaat dan tujuan


Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari teknik granulasi dan pengaruh komposisi dan jenis
perekat terhadap kekuatan produk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Granulasi

Granulasi adalah proses pembesaran ukuran serbuk dimana suatu campuran serbuk yang
mempunyai daya kohesi kecil dirubah menjadi ukuran partikel yang lebih besar. Granulasi
dimulai dengan pencampuran bahan aktif yang diperlukan, sehingga dicapai suatu bentuk bahan
aktif melalui proses campuran. Pupuk organik butiran merupakan salah satu pupuk organik
konsentrat dalam kondisi kering dengan kadar air 10-20% (Musnamar, 2005).

Secara umum ada berbagai macam pupuk berbentuk padat, antara lain: bubuk, butiran kristal,
tablet, padatan briket, butiran granul dll. Selain hal tersebut, dikenal juga pupuk tunggal dan
pupuk majemuk. Pupuk tunggal dikenal dengan susunan unsur mikronya yang sangat
berpengaruh terhadap hasil yang baik. Sedangkan pupuk majemuk dikenal dengan susunan unsur
makronya yang berkontribusi efektif untuk peningkatan hasil/produksi (Musnamar, 2005).

Pupuk granul merupakan jenis pupuk organik padat. Oleh karena itu menentukan kualitasnya
juga mempunyai cara berbeda dengan pupuk organik cair. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mendapatkan kualitas yang baik pada pupuk granul bisa dilihat dari aroma pupuk granulnya,
mempunyai warna yang kehitam-hitaman, remah sehingga mudah digumpalkan dan juga
mempunyai ketahanan suhu yang stabil (Fikria, 2017).

Bentuk dan ukuran pupuk organik butiran yang telah beredar dipasaran tidak jauh berbeda
dengan butiran pupuk kimia seperti urea, SP-36, KCl atau pupuk majemuk seperti Rustika
Yellow. Meskipun demikian, juga terdapat pupuk organik dengan butiran yang tidak seragam
atau berupa pecah-pecahan (Musnamar, 2005).

2.2 Kriteria Granul yang baik

Pupuk padat merupakan sebuah pupuk yang mudah dalam proses pengaplikasianya. Bisa
mencampurkan seluruh bahan padat yang apabila bahan baku utamanya berbentuk padat.
Sedangkan pada bahan utama pupuk yang berupa cair, bisa dilakukan sebagai pengganti air
untuk proses pemadatannya dengan cara disemprotkan. Granul lebih ekomonis dari segi
bentuknya, kerena mudah dibawa kemana-mana dan tidak mudah rusak (Musnamar, 2005).
Menurut Isroi (2009) mengatakan, pupuk padat berupa granul yang baik harus memperhatikan
ketelitian sebagai berikut :
• Kualitas bahan baku harus dijaga. Hal tersebut dilakukan dengan meperhatikan tingkat
kehalusan pada bahan baku, agar tidak terjadi gumpalan-gumpalan pada hasil granulasi.
• Air yang digunakan sebagai bahan utama haruslah tersemprot secara merata. Dalam hal
ini saya menggunakan air yang dikombinasikan dengan pupuk cair Guanoku yang sudah
terkomposisi secara baik, yaitu sebagai pupuk cair dengan NPK maksimal.
• Pada mesin granulator harus diperhatikan dinding-dindingnya. Hal tersebut diupayakan
agar tidak terjadi gumpalan pada dinding yang akan menyebabkan tidak meratanya proses
granulisasi.
• Pada operator/orang yang mengoperasikan mesin granulator haruslah orang yang
berpengalaman dan juga mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi. Sebab dalam proses
granulasi harus selalu diawasi bagaimana kondisi granul tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu kriteria pupuk granul yang baik adalah
mempunyai lapisan luar yang rata, halus dan mempunyai tingkat ukuran diameter yang sama,
sehingga dibutuhkan formula yang baik dalam menciptakan pupuk padat Guano melalui
proses granulasi.
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan

Bahan :
- Pupuk oganik 4 kg
- Bata 3 kg
- Tapioka 1kg
- Molases 1 kg

Alat :

- Timbangan
- Semprotan air
- Ayakan tepung
- Ayakan 4-6 mm
- Tampah
- Plastik
- Penggiling
- Gelas ukur 1 liter
- Shaker
- Stopwatch

3.2 Prosedur Kerja

a. Buatlah kelompok kerja yang tersiri dari 3-4 orang


b. Masing-masing kelompok melakukan penepungan terhadap bata, ayak
c. Ayak pupuk kompos
d. Campurkan kompos dan bata dengan perbandingan 95%:5%; 90%:10% dan 85% : 15%
dengan basis berat kompos setiap variasi 1 kg
e. Masukkan bahan dalam granulaor pan , hingga terbentuk granula 2-5 mm, saat pemutaran
semprotkan air hingga ± 400ml air
f. Keringkan hasil di bawah sinar matahari hingga kadar air 9-12%
g. Ayak hingga diperoleh granula 2-5 mm
h. Lakukan hal yang sama untuk perekat tapioka dan perekat molases
i. Penentuan bulk density : timbang gelas ukur 1 liter, masukkan granula yang telah kering
hingga tanda garis 1000ml, timbang

j. Penentuan % ukuran granul 2-5 mm :


masa pupuk ukuran 2-5 mm/masa pupuk total x 100%
k. Uji durabilitas : masukkan pupuk granul dalam wadah, letakkan wadah dalam shaker,
hidupkan shaker selama 10 menit, timbang granul yang utuh
% durabilitas = masa granul yang utuh/masa granul yang dishaker X100%

l. Uji daya serap air : timbang 5 gram pupuk granul rendam dalam air selama 1 jam, angkat
dengan saingan dan timbang pupuk basah tersebut dan keringkan dalam oven pada 1050C,
hingga berat konstan
Daya serap = berat granul basah-berat granul kering/berat granul basah X 100%

m. Waktu dispersi : timbang 5 gram granul, masukkan dalam beker gelas yang berisi aquades
sebanyak 100 ml, catat waktu mulai direndam hingga granul pecah.
BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Hasil

A. Bulk Density
Jenis perekat Komposisi Berat gelas ukur Berat gelas ukur +
%Pupuk:%perekat (gr) granul (gr)

Bata Halus 60 : 40 100 mL 77, 17 gram

Tapioka

B. Uji durabilitas
Jenis Komposisi Berat granul sebelum Berat granul
perekat shaker (gr) setelah shaker (gr)
%Pupuk:%perekat
Tapioka 60 : 40 1, 30 gram 1, 30 gram

Bata Halus

C. Waktu Dispersi :
Jenis perekat Komposisi Waktu Dispersi (menit)
%Pupuk:%perekat
Bata Halus 60 : 40 2 menit
Tapioka

4.2 Data Perhitungan

Berat Granulasi 77,17 gram


1. BD = = = 0,7717 g/mL
Volume gelas ukur 100 mL

2. Uji durabilitas : masukkan pupuk granul dalam wadah, letakkan wadah dalam
shaker, hidupkan shaker selama 10 menit, timbang granul yang utuh.
masa granul yang utuh
% durabilitas = X 100%
masa granul yang dishaker

1,3 gram
% durabilitas = X 100% = 1%
1,3 gram

3. Waktu dispersi : proses granul pecah selama 2 menit


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Pada praktikum hari ini yaitu granulasi. Granulasi merupakan pembesaran ukuran serbuk
dimana suatu campuran serbuk yang mempunyai daya kohesi kecil dirubah menjadi ukuran
partikel yang lebih besar. Granulasi dimulai dengan pencampuran bahan aktif yang diperlukan,
sehingga dicapai suatu bentuk bahan aktif melalui proses campuran. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu pupuk organik 200 gram, bata 500 gram, tapioka 100 gram. Tujuan dari
pembuatan granul adalah untuk mencegah terjadinya segregasi, memperbaiki aliran serbuk,
meningkatkan porositas, meningkatkan kompresibilitas serbuk, menghindari terbentuknya
material yang keras dari serbuk, terutama pada serbuk yang higroskopis. Singkatnya yaitu :

1. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.


2. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free flowing).
3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.
4. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability)
5. Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis, kemampuan
dikempa.

Setelah menyiapkan bahan yang akan digunakan, selanjutnya yaitu mengayak pupuk kompos.
Mencampurkan kompos dan bata dengan perbandingan 60%:40% dengan berbasis berat kompos
setiap variasi 200 gram, 500 gram dan 100 gram. Setelah proses pencampuran kompos dan bata
dilanjutkan dengan memasukkan bahan dalam granulator pan, hingga terbentuk granula 2-5 mm,
saat pemutaran semprotkan air hingga ±400 mL air. Setelah itu keringkan hasil dibawah sinar
matahari hingga kadar air 9-12%. Selanjutnya yaitu proses mengayak hingga diperoleh granula
2-5 mm. dan dilakukan hal yang sama pada perekat tapioka. Selanjutnya yaitu penentuan bulk
density timbang gelas ukur 100 mL, masukkan granula yang telah kering hingga tanda garis 100
mL, kemudian ditimbang. Bulk density yang didapatkan pada jenis perekat bata halus yaitu
77,17 gram. Untuk proses selanjutnya yaitu penentuan uji durabilitasi masukkan pupuk granul
dalam wadah, letakkan wadah pada shaker, hidupkan shaker selama 10 menit, kemudian timbang
granul yang utuh. Uji durabilitasi yang didapatkan pada jenis perekat tapioka yaitu 1:30 gram
dengan berat granul sebelum shaker 1:30. Untuk proses terakhir yaitu waktu dispersi. timbang
granul, masukkan ke dalam beker gelas yang telah nerisi aquades sebanyak 100 mL, catat waktu
mulai direndam hingga granul pecah. Waktu yang dibutuhkan hingga granul pecah pada
praktikum kali ini yaitu 2 menit.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Granulasi merupakan pembesaran ukuran serbuk dimana suatu campuran serbuk yang
mempunyai daya kohesi kecil dirubah menjadi ukuran partikel yang lebih besar..

Tujuan dari pembuatan granul adalah untuk mencegah terjadinya segregasi, memperbaiki
aliran serbuk, meningkatkan porositas, meningkatkan kompresibilitas serbuk, menghindari
terbentuknya material yang keras dari serbuk, terutama pada serbuk yang higroskopis.
Singkatnya yaitu :

1. Untuk meningkatkan bobot jenis bulk secara keseluruhan.


2. Untuk mendapatkan campuran yang mempunyai sifat alir yang baik (free flowing).
3. Mengurangi debu dari serbuk halus yang digunakan.
4. Untuk meningkatkan dan mengontrol kecepatan disolusi (wettability)
5.Mencegah terjadinya segresi /pemisahan akibat perbedaan bobot jenis, kemampuan
dikempa.
Daftar Pustaka

Balai Penelitian Tanah, Administrator. (2005, October 28). “Pupuk Organik Tingkatkan Produksi
Pertanian”. http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/.

Brady,N.C. “The Nature and Properties of Soils”. 10 th edition. 621 pp. Macmillan Publishing Co.,
New York, NY. (1990)

Roidah, Ida Syamsu. “Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah”. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonorowo. Volume 1, Nomor 1. (2013).

Adams, J.F.C.C. Mitchell and H.H Bryant. “Soil Test Fertilizer Recommendations for Alabama Crops”.
Agron & Soils Dep. Ser. No. 178. Auburn University, AL. (1994)

Ogbodo, E. N. “Impact of the use of Inorganic Fertilizers to the Soils of the Ebonyi State Agro-
Ecology, South-Eastern Nigeria”. Journal of Environment and Earth Science. Vol 3, No. 7. (2013).

Badan Pusat Statistika Kabupaten Temanggung, Administrator. (2014, October 31). “Statistika
Daerah Temanggung”. http://temanggungkab.bps.go.id/.

Central Data Mediatama Indonesia, Administrator. (2013, October 20). ”Studi Potensi Bisnis Industri
Pupuk di

Anda mungkin juga menyukai