Anda di halaman 1dari 18

RANCANGAN PRODUK TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK KUNYIT DAN

REVIEW JURNAL SIMPLISIA KUNYIT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan Alam

Disusun Oleh:
Awis Sukarti 20012058
Raden Rizka Meilinia A 21012004
Dila Iqlima 22012027

Dosen Pengampu: apt. Sofyan Ramani, M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknologi Bahan
Alam.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak apt. Sofyan Ramani, M.Farm ,selaku
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Bahan alam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi sedang kami
tempuh. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Bogor, Maret 2023

Penyusun
1. RANCANGAN PRODUK

Nama produk Curcumaku

Jenis produk Tablet effervescent

Membantu menambah atau meningkatkan nafsu makan, membantu


Kegunaan
menjaga daya tahan tubuh serta membantu memelihara fungsi hati.

Simplisia Kunyit (Curcuma domestica)

Pemilihan dan pemanenan. Rimpang diambil yang berukuran besar


dan berumur 9 – 12 bulan, segar dan tidak busuk.

Pencucian. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran dan


mengurangi mikroba yang menempel pada rimpang kunyit. Pencucian
dilakukan beberapa kali sampai bersih.

Penimbangan bahan. Dilakukan pada tahap awal untuk mengetahui


bobot bahan yang akan digunakan.
Metode
pengumpulan
simplisia Perajangan. Secara melintang atau membujur untuk memperoleh
ketebalan yang memudahkan proses pengeringan dan seragam.
Perajangan yang terlalu tebal dapat membuat bahan tidak mudah
kering dan lebih cepat terkontaminasi mikroba sehingga
mempengaruhi kualitas, jika terlalu tipis akan mudah patah dan
mengurangi kandungan bahan aktif.

Pemanasan dan pengeringan. Dilakukan menggunakan cahaya


matahari dan oven dengan mempertahankan suhu konstan dalam
waktu tertentu. Suhu pengeringan yang digunakan adalah suhu ruang
sesuai dengan cahaya matahari dan suhu dalam oven sebesar 50°C
selama 48 jam

Proses pembuatan ekstrak kunyit menggunakan metode maserasi.


Masing–masing bubuk kunyit ditimbang sebanyak 300g, dilarutkan
Metode pembuatan dengan pelarut etanol 96% sebanyak 1500 ml, dan dimasukkan dalam
ekstrak kunyit erlenmayer 2 liter. Campuran serbuk kunyit dengan pelarut kemudian
dimaserasi selama 5 x 24 jam. Larutan yang didapat kemudian
dievaporasi menggunakan rotary evaporator dengan tujuan
untukmenguapkan pelarut yang bercampur dengan bahan saat proses
ekstraksi (Harini, et al., 2012).

Berdasarkan hasil perhitungan persen rendemen yang diperoleh dari


hasil proses ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dari
serbuk kunyit sebanyak 300 gram menghasilkan ekstrak kunyit
sebanyak 25,62 gram dan memperoleh presentase rendemen yaitu
8,54% (Rohmatul et.al, 2022)

Metode pembuatan
Dengan metode granulasi basah.
granul effervescent
Ekstrak kental (zat aktif) 75 mg
Asam sitrat (sumber asam) 75 mg
Natrium bikarbonat (sumber basa) 112,5 mg
PVP (pengikat) 7,5 mg
Formulasi
Sukrosa (pemanis) 187,5 mg
granulasi basah
PEG 6000 (pelincir) 22,5 mg
Laktosa (pengisi) 270 mg
Total bobot 750 mg

Tablet effervescent dibuat pada kondisi khusus kelembaban relatif


25% pada suhu 20-25°C dengan metode granulasi basah. Granul
dibuat secara terpisah antara granul asam dengan granul basa. Pertama,
menyiapkan alat serta bahan dan timbang semua bahan yang akan
digunakan.

Komponen asam.

masukkan serbuk esktrak kunyit sebagai zat aktif di campur


dengan asam sitrat sebagai sumber asam, sukrosa sebagai
bahan pemanis, sebagian laktosa
sebagai bahan pengisi dan sebagian PVP sebagai bahan
pengikat, ditetesi dengan aquadest hingga terbentuk banana
Prosedur granulasi
breaking (terbentuk massa yang dapat menggumpal ketika
dikepal dan bila dipatahkan tidak hancur berantakan).
Kemudian diayak dengan ayakan mesh no. 12 dan dikeringkan
dalam oven pada suhu ± 50°C selama ±18 jam. Granul yang
sudah kering diayak kembali dengan ayakan mesh no. 16.

Komponen basa.

masukkan natrium bikarbonat sebagai sumber basa dicampur


dengan sisa laktosa sebagai bahan pengisi dan sisa PVP
sebagai bahan pengikat, kemudian diteteskan dengan aquadest
hingga banana breaking.
Kemudian diayak dengan ayakan mesh no.12 dan dikeringkan
dalam oven pada suhu ± 50°C selama ±18 jam. Granul yang
sudah kering diayak kembali dengan
ayakan mesh no. 16 (Siregar, 2010).

Pencampuran granul dengan natrium bikarbonat dan


bahan pelincir.

Setelah granul selesai diayak menggunakan ayakan mesh 16,


lalu campurkan granul asam dan granul basa yang kemudian di
tambahkan PEG 6000 sebagai bahan pelincir aduk sampai
homogen. Setelah itu, dilakukan uji sifat fisik granul (Sari,
2019).

Kadar lembab.

Ditimbang seksama 3 g granul kemudian dimasukkan dalam


piringan aluminium secara merata, lalu piringan tersebut di
masukkan ke dalam alat moisture analyze. Tutup moisture
analyzer, kemudian tunggu sampai alat berbunyi tanda uji
kadar lembab telah selesai dilakukan. Catat hasil kadar lembab
yang terdapat pada layar moisture analyzer. Diulangi pengujian
tersebut sebanyak 3 kali. Selanjutnya ditentukan nilai
rata-ratanya (Riyanto, 2017)

Sifat alir dan sudut diam.

Granul ditimbang sebanyak 20g. Kemudian dimasukkan


perlahan - lahan melalui lubang bagian atas corong, sementara
bagian bawah ditutup. Setelah semua granul dimasukkan,
penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis.
Evaluasi granul Hitung waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir.
Diulangi pengujian tersebut sebanyak 3 kali. Selanjutnya
ditentukan nilai rata-ratanya. Kemudian ukur tinggi dan
diameter kerucut untuk menghitung sudut diam (Nurahmanto
dkk, 2017).

Berat Jenis Nyata, Berat Jenis Mampat dan


Kompresibilitas (tap density).

Masukkan sebanyak 50 ml granul dengan memakai gelas ukur


100ml, kemudian granul tersebut ditimbang. Bobot jenis diukur
dengan satuan g/ml. Indeks kompresibilitas, granul dimasukkan
dalam gelas ukur volumenya (V1). Gelas ukur yang berisi
granul diletakkan pada alat tapping, diketukkan sebanyak 300x
dan volumenya diukur (V2) kemudian granul tersebut
ditimbang. Diulangi pengujian tersebut sebanyak 3 kali,
selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya (Fathurrohman, 2016)
Setelah dilakukan uji sifat fisik granul, kemudian tablet dicetak dengan
menggunakan mesin pencetak tablet pada tekanan tertentu dimana
Pencetakan tablet
berat tablet 750mg. Lalu tablet yang dihasilkan diuji sifat fisik tablet
(Sari, 2019).

Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan bentuk, bau,


dan warna (BPOM, 2014).

Pada pemeriksaan bentuk, bentuk yang dihasilkan


sedapat mungkin sama antara atau dengan yang lainnya. Pada
pemeriksaan bau, tablet effervescent diletakkan diatas telapak
tangan dan dicium
aromanya. Pada pemeriksaan warna, tablet effervescent diamati
warnanya secara langsung dengan melihat bentuk fisik secara
langsung, sedapat
mungkin terlihat homogen. Jika asam sitrat dan natrium
bikarbonat bereaksi maka akan mengeluarkan gas CO2. CO2
akan membuat warna larutan semakin pudar dan juga akan
menimbulkan efek sparkle seperti pada minuman soda.

Kekerasan

Evaluasi tablet Simpan sebuah tablet diantara penahan dan jarum penekan
effervescent dengan skala 0. Kemudian putar alat hardness tester tersebut
searah jarum jam skala pada alat dibaca pada saat tablet pecah
dan nilai yang diperoleh merupakan bilangan yang menyatakan
kekerasan tablet. Diulangi pengujian tersebut sebanyak 5 kali,
selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya (Kholidah dkk, 2014).

Kerapuhan

Bersihkan 20 tablet dari debu yang melekat pada tablet.


Kemudian timbang tablet-tablet tersebut. Lalu masukkan tablet
ke dalam alat friabilator, putar alat selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm. Kemudian
keluarkan tablet dari alat. Setelah itu bersihkan dari debu dan
timbang. Diulangi pengujian tersebut sebanyak 3 kali,
selanjutnya ditentukan nilai rata - ratanya (Priyanto, 2011).

Waktu Melarut Tablet

Masukkan tablet effervescent ke dalam 200 ml air. Kemudian


catat waktu yang diperlukan sampai tablet hancur terlarut.
Diulangi pengujian ersebut sebanyak 3 kali, selanjutnya
ditentukan nilai rata - ratanya (Nurahmanto dkk, 2017)

PUSTAKA
BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. Jakarta: BPOM RI.
Fathurohman, D. 2016. Formulasi Tablet Effervescent Nanokurkuminoid. Tugas
Akhir. Universitas Al-Ghifari, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Jurusan Farmasi, Bandung
Harini, B. W. R., Dwiastuti, dan L. C. Wijayanti. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri
Visibel Untuk Mengukur Kadar Kurkuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica).
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III. Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Kholidah, S., dkk. (2014). Formulasi Tablet Effervescent Jahe (Z officinale
Roscoe) dengan Variasi Konsentrasi Sumber Asam dan Basa. Online
Jurnal of Natural Science,.3(3), 216 -229.
Nurahmanto, D. (2017). Optimasi Formula Granul Effervescent Kombinasi
Ekstrak Kelopak Bunga Hibiscus sabdariffa L. dan Ekstrak Daun
Guazuma ulmifolia Lam. Pharmacy, 14 (02)
Priyanto, W. (2011). Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Kelopak
Bunga Rosela dengan Kombinasi Avicel PH 101 dan Gelatin (Aplikasi
Metode Simplex Lattice Design).
Rohmatul Izza, Cikra Ikhda dan Nur Hamida Safitri. 2022. FORMULASI DAN UJI MUTU
FISIK EKSTRAK KUNYIT (Curcumadomesticae Val.) SEBAGAI BEDAK PADAT.
ARTIKEL PEMAKALAH PARALEL p-ISSN: 2527-533X
Riyanto, A. 2017. Uji Aktivitas Teh Celup Kulit Jeruk Keprok Soe NTT (Citrus
nobbilis L.) Terhadap Penurunan Berat Badan pada Tikus Betina. Tugas
Akhir. Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang
Sari, D. N, dkk. (2019). Pembuatan Minuman Fungsional Tablet Effervescent dari
Bubuk Ekstrak Daun Kacang Tujuh Jurai (Phaseolus lunatus, L.).
Jurnal Litbang Industri, 9 (1): 23 – 31.
Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis.
Penerbit EGC, Bandung, Hlm. 34, 268,272-281, 288
2. REVIEW JURNAL
Judul
Kualitas Simplisia Tanaman Biofarmaka Curcuma domestica Setelah Proses Pemanasan Pada
Suhu Dan Waktu Bervariasi
Jurnal
BIOMA Juni 2015
Volume,No,Tahun,Halaman
Vol. 17, No. 1, 2015 , Hal. 27-33
Nama Peneliti
Hermin Pancasakti Kusumaningrum, Endang Kusdiyantini dan Sri Pujiyanto
Tahun
2015
Latar Belakang
Kunyit atau kunir (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah salah satu
tanaman biofarmaka anggota famili Zingiberaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang
tersebar ke Malaysia, Indonesia, Australia dan Afrika. C. longa merupakan tanaman yang
mempunyai kemampuan sebagai anti mikroba, anti oksidan, anti jamur dan anti inflamasi
(Ferreira et al., 2013). Penyiapan kunyit sebagai produk terstandar patut diperhatikan dan
dicermati. Jika penanganan ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu produk yang
dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksin apabila dikonsumsi.
Pengeringan yang biasa dilakukan oleh petani tanaman obat adalah menggunakan sinar
matahari langsung. Permasalahannya penggunaan cahaya matahari secara langsung mempunyai
cukup banyak kelemahan antara lain kontaminasi, membutuhkan waktu yang lama yaitu lebih
dari satu minggu, pemanasan yang tidak teratur akibat suhu yang naik turun dan tidak terkontrol,
panas yang tidak kontinyu saat malam hari atau hari hujan, dan penurunan kualitas bahan atau
produk tanaman obat.
Metode Penelitian
Kegiatan dilakukan melalui beberapa tahap.
 Tahap pertama adalah pemilihan bahan baku. Bahan dalam pembuatan simplisia
kunyit adalah rimpang kunyit dari daerah Gunungpati dari hasil panen. Rimpang
diambil yang berukuran besar dan berumur 9 - 12 bulan, segar dan tidak busuk.

 Tahap kedua adalah melakukan pencucian simplisia untuk menghilangkan


kotoran dan mengurangi mikroba yang menempel pada rimpang kunyit.
Pencucian dilakukan beberapa kali.

 Tahap berikutnya adalah penimbangan bahan dilakukan pada tahap awal untuk
mengetahui bobot bahan yang akan digunakan. Selanjutnya dilakukan
perajangan secara membujur ataupun melintang. Perajangan dilakukan untuk
memperoleh ketebalan yang memudahkan proses pengeringan dan seragam.
Pengirisan terlalu tebal membuat bahan tidak mudah kering dan lebih cepat
terkontaminasi oleh mikrobia sehingga mempengaruhi kualitas. Jika terlalu tipis
akan mudah patah dan mengurangi kandungan bahan aktif.

 Tahap pemanasan dan pengeringan dilakukan menggunakan cahaya matahari


dan oven dengan mempertahankan suhu konstan dalam waktu tertentu. Suhu
pengeringan yang digunakan adalah suhu ruang sesuai dengan cahaya matahari
dan suhu dalam oven sebesar 30 oC, 40 oC, 50 oC, 60 oC dan 70oC selama 1, 2, 3,
16, 24, 48 dan 72 jam.

Hasil dan Pembahasan


Sterilisasi pemanasan untuk memperoleh kualitas simplisia kunyit yang baik dilakukan
menggunakan sinar matahari dan pengeringan menggunakan alat. Pengeringan menggunakan
sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari satu minggu agar didapatkan hasil yang benar-
benar kering. Disisi lain, pengeringan menggunakan alat pada suhu 70℃ selama 3 hari
menghasilkan simplisia yang terlalu kering.
Hasil proses pengeringan yang diperoleh dan inkubasi pada suhu ruang selama 1 - 48 jam
pada suhu 30 – 60 ℃ memperlihatkan pertumbuhan jamur yang sangat intensif pada pengeringan
suhu 30-60 ℃ selama 1-16 jam. Inkubasi selama 24 – 48 jam mulai memperlihatkan penurunan
pertumbuhan jamur pada suhu 50℃ selama 48 jam, suhu 60℃ selama 16 jam. Sedangkan
pemanasan menggunakan suhu 70℃ selama 48 - 72 jam telah membuat simplisia tidak
ditumbuhi jamur walaupun telah disimpan selama 3 bulan, namun simplisia sangat kering
dan kandungan zat aktif didalamnya berpotensi mengalami penurunan kualitas.
Hasil penjemuran menggunakan alat yang ditambah blower dan kompor gas dapat
dilakukan pada suhu 40 - 50℃ dan membutuhkan waktu lebih singkat yaitu sekitar 8 - 10 jam.
Bila hanya menggunakan sinar matahari akan membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu.
Hasil pengamatan kualitas berdasarkan pertumbuhan mikrobia pada cawan metri pada
media jamur (PDA) dan media bakteri (NA) memperlihatkan tumbuhnya beberapa jenis
mikrobia yang didominasi oleh jamur dilihat dari keberadaan miselia. Meskipun demikian
kandungan zat aktif dalam ekstrak kunyit diperkirakan tidak mengalami perubahan.
Senyawa kimia kunyit berupa tanin, polifenol, poliasetilen, flavonol, sterol dan alkaloid akan
menekan memperlambat dan menghambat pertumbuhan sejumlah mikrobia.

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan jamur dan bakteri pada suhu inkubasi 30℃ -
40℃ selama 1 – 16 jam memperlihatkan bahwa simplisia kunyit tidak kehilangan
kandungan air dalam jumlah besar sehingga cukup untuk melarutkan senyawa aktif yang
dalam air yang menghambat pertumbuhan jamur dan mikrobia. Inkubasi pada waktu
yang lebih lama akan mengurangi hambatan pertumbuhan mikrobia, Selain itu suhu pemanasan
Jamur tumbuh dengan subur dan baru terhambat lagi pada suhu. Inkubasi
simplisia kunyit pada suhu 50℃ sampai 24 jam akan membuat pertumbuhan mikrobia
khususnya jamur tidak lagi tertekan oleh senyawa aktif yang terlarut dalam air.
Sedangkan suhu 60℃ selama 16 jam dan seterusnya akan menghambat pertumbuhan
mikrobia, namun patut diperhatikan bahwa inkubasi lebih lama senderung menurunkan
kualitas simplisia. Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzimatis, perubahan warna menjadi coklat, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengeringan sudah berakhir apabila simplisia dapat dipatahkan dengan mudah dengan kadar air ±
8 - 10%. Kualitas simplisia dengan kadar air tersebut cukup baik untuk pengolahan lebih lanjut
dan penyimpanan.

KESIMPULAN
Hasil pemanasan memperlihatkan bahwa suhu 500C selama 48 jam menghasilkan produk
simplisia C. domestica terbaik. Mikrobia kontaminan tidak dijumpai setelah pemanasan pada
suhu 600C selama 16-48 jam setelah penyimpanan 3 bulan.

PUSTAKA
Ahmad, M. 2013. Protective effects of curcumin against lithium–pilocarpine induced status
epilepticus, cognitive dysfunction and oxidative stress in young rats. Original article. Saudi
Journal of Biological Sciences.20:155–162

Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 01-7085- 2005 Standar Simplisia Kunir. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional (Balittro). 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia
terstandar tanaman obat, Balai tanaman obat dan obat. Sumber: Bagem Sembiring, Warta
Puslitbangbun (13)2.

Darout IA, Christy AA. Skaug N. 2000. Identification and quantification of some potentially
antimicrobial anionic components in miswak extract. Indian J. of Pharmacology 2000; 32: 11-14
Ferreira F. D. , C. Kemmelmeier., C.C. Arrotéia,

C.L. da Costa, C. A. Mallmann, V. Janeiro., F. M.D. Ferreira, S. A. G. Mossini, E. L Silva, and


M. Machinski Jr. 2013. Inhibitory effect of the essential oil of Curcuma longa L. and curcumin
on aflatoxin production by Aspergillus flavus Link. Food Chemistry
136:789–793
Imandel K dan Adibnia H. 2000. Microbial contamination of spices (turmeric, black pepper, and
sumac) in western part of Tehran. Iranian J.l of Public health 29(1- 4):37-44.
Ivanovska N, Philipov S, Istatkova R and Georgieva P. 1996. Antimicrobial and immunological
activity of ethanol extracts and fractions from Isopyrum thalictroides. J. Ethnopharmacol., 54:
14-15.
Kösslera S, Nofzigera C, Jakabb M, Dossenaa S, and Paulmichla M. 2012. Curcumin affects cell
survival and cell volume regulation in human renal and intestinal cells. Toxicology. 292 : 123–
135
Mateblowski, M. 1991. Curcuma xanthorrhiza Roxb, penerbit PMI Verlag, ISBN 3-89119- 173-
1, ISBN 978-3-89119-173-6, halaman 36
Pundir R.K. and Jain P. 2010. Comparative studieson the antimicrobial activity of black pepper
(piper nigrum) and turmeric (Curcuma longa) extracts. International J. of Appl Biology and
Pharmaceutical Technology www.ijabpt.com ISSN 0976-4550. I(2):491

Stević T, Pavlović S, Stanković S and Savikin K. 2012. Pathogenic microorganisms of medicinal


herbal drugs Arch. Biol. Sci., Belgrade, DOI:10.2298/ABS1201049S. 64 (1): 49-58
Trujillo J, Chirino Y I, Molina-Jijón E, Andérica- Romero AC , Tapia ET and Pedraza- Chaverrí
J. 2013. Renoprotective effect of the antioxidant curcumin : Recent findings. Mini Review.
Redox Biology. p. 448–456
BIOMA, Juni 2015 ISSN: 1410-8801
Vol. 17, No. 1, Hal. 27-33

Kualitas Simplisia Tanaman Biofarmaka Curcuma domestica


Setelah Proses Pemanasan Pada Suhu Dan Waktu Bervariasi

Hermin Pancasakti Kusumaningrum*1) , Endang Kusdiyantini2) dan Sri Pujiyanto3)


1)
, Laboratorium Genetika, Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, UNDIP, Tembalang,
Semarang. 50275. Email herminsakti@gmail.com
2)
Laboratorium Biokimia, Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, UNDIP, Tembalang,
Semarang. 50275. Email kusdiyantini@undip.ac.id
3)
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi FSM, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, UNDIP,
Tembalang, Semarang. 50275. Email spujiyanto@hotmail.com

Abstract

Curcuma domestica is one of traditional medicinal plants that is found in Gunungpati Semarang. However the
dried product do not achieve optimal standard quality for simplicia in terms of microbial contaminant and in an
industrial scale household. Knowledge on how to use sterilization to produce better simplicia and reducing
contaminant has not been known by farmers, yet. The purpose of this activity was to obtain the best heating
treatment on sterilization of Curcuma simplicia using several temperature under sunlight and oven device. It was
also want to show microbial growth after heating at several times and their influence on the quality of simplicia
after treatment. The method was conducted by simplicia sterilization of C. domestica using sunlight sterilization for
a week and using oven at a temperature of 300C, 400C, 500C and 600C for 1, 3, 6, 9, 12, 24, and 48 hours. The results
showed that heating at temperature of 500C for 48 hours obtained the best simplicia, followed by heating at a
temperature of 600C for 16-48 hours without contaminants after storing period for 3 months.

Key words :Curcuma, sterilization, heat, microbia

PENDAHULUAN diferuloyl metan), thiosianat, nitrat, klorida dan


Indonesia sangat kaya dengan berbagai sulfat, pati dan tanin, saponin, terpenoid,
ragam tanaman obat atau obat. Saat ini industri polipeptida dan lektin. Kurkumin merupakan obat
tanaman obat tradisional telah berkembang pesat yang dapat digunakan pada penyakit diabetes dan
di Indonesia. Kunyit atau kunir (Curcuma longa gagal ginjal (Trujillo et al., 2013), kanker, sakit
Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah salah perut (Kösslera et al., 2012), epilepsi, stress dan
satu tanaman biofarmaka anggota famili gangguan kognisi (Ahmad, 2013).
Zingiberaceae yang berasal dari Asia Tenggara Penyiapan kunyit sebagai produk terstandar
yang tersebar ke Malaysia, Indonesia, Australia patut diperhatikan dan dicermati. Jika penanganan
dan Afrika. C. longa merupakan tanaman yang ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu
mempunyai kemampuan sebagai anti mikroba, anti produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau
oksidan, anti jamur dan anti inflamasi (Ferreira et kemungkinan dapat menimbulkan toksin apabila
al., 2013). Rimpang kunyit mengandung minyak dikonsumsi. Toksin yang dihasilkan oleh mikrobia
asiri dengan senyawanya antara lain fellandrene, biasanya berasal dari jamur dikenal sebagai
sabinene, sineol, borneol, zingiberene, curcumene, mikotoksin sebagai produk metabolit sekunder.
turmeron, kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam Jamur yang biasa mendominasi produk pertanian
kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil karbinol. adalah Aspergillus, Fusarium dan Penicillium
Selain itu rimpang kunyit juga mengandung (Ferreira et al., 2013). Standar nasional Indonesia
tepung dan zat warna yang mengandung alkaloid untuk tanaman obat dijumpai pada tanaman kencur
kurkumin (Mateblowski, 1991). Senyawa aktif (Badan Standardisasi Nasional, 2005). Pada
kunyit terdiri dari kurkumin (1,7-bis(4-hidroksi-3- standar tersebut khamir dan kapang yang
metoksifenil)-1E,6Eheptadiene-3,5-dione atau
diperkenankan sejumlah 1104, sedangkan menimbulkan beberapa akibat yaitu menimbulkan
mikroba patogen harus negatif. perubahan produk karena hidrolisis oleh enzim,
Kegiatan Pengabdian masyarakat yang telah pencokelatan, fermentasi dan oksidasi (Ahmad,
dilakukan adalah merancang alat sterilisasi 2013). Sterilisasi tanaman obat diawali sejak
portable berbasis teknologi Accumulated Sunlight proses penyiapan tanaman obat, pengolahan
Sterilization yang memadukan kemampuan sampai pengemasan. Tujuan dari kegiatan ini
sterilisasi cahaya, listrik, lampu dan gas serta adalah untuk memperoleh perlakuan sterilisasi
bersifat mobile yang diaplikasikan untuk menggunakan pemanasan sinar matahari dan oven
pengeringan tanaman obat bagi masyarakat yang menghasilkan kualitas simplisia kunyit
Gunungpati. Sterilisasi merupakan proses yang terbaik. Pemanasan dengan oven dilakukan
sangat mendasar dalam mempersiapkan bahan menggunakan variasi suhu dan waktu. Selain itu
tanaman obat atau obat herbal berkualitas dan juga ingin dilihat pertumbuhan mikrobia pada
terstandar agar tidak dijumpai mikroorganisme simplisia setelah proses pemanasan untuk melihat
yang berbahaya, lebih higienis dan aman untuk pengaruh proses pemanasan terhadap kualitas
dikonsumsi. Dibandingkan dengan beberapa simplisia kunyit.
metode yang biasa dilakukan di laboratorium maka
metode sterilisasi yang paling tepat untuk BAHAN DAN METODE
mengurangi kontaminan sekaligus meningkatkan Kegiatan dilakukan melalui beberapa tahap.
produk dan kualitas tanaman obat adalah dengan Tahap pertama adalah pemilihan bahan baku.
pengeringan. Pengeringan yang biasa dilakukan Bahan dalam pembuatan simplisia kunyit adalah
oleh petani tanaman obat adalah menggunakan rimpang kunyit dari daerah Gunungpati dari hasil
sinar matahari langsung. Permasalahannya panen. Rimpang diambil yang berukuran besar dan
penggunaan cahaya matahari secara langsung berumur 9 - 12 bulan, segar dan tidak busuk.
mempunyai cukup banyak kelemahan antara lain Tahap kedua adalah melakukan pencucian
kontaminasi, membutuhkan waktu yang lama yaitu simplisia untuk menghilangkan kotoran dan
lebih dari satu minggu, pemanasan yang tidak mengurangi mikroba yang menempel pada
teratur akibat suhu yang naik turun dan tidak rimpang kunyit. Pencucian dilakukan beberapa
terkontrol, panas yang tidak kontinyu saat malam kali.
hari atau hari hujan, dan penurunan kualitas bahan Tahap berikutnya adalah penimbangan
atau produk tanaman obat. Selain itu masyarakat bahan dilakukan pada tahap awal untuk
Gunungpati sebagai salah satu produsen tanaman mengetahui bobot bahan yang akan digunakan.
obat tertinggi di Semarang kurang memiliki Selanjutnya dilakukan perajangan secara
pengetahuan tentang cara memproses bahan membujur ataupun melintang. Perajangan
tanaman obat yang baik sehingga lebih terhindar dilakukan untuk memperoleh ketebalan yang
dari kontaminan pada proses penyiapan maupun memudahkan proses pengeringan dan seragam.
penyimpanan. Pengirisan terlalu tebal membuat bahan tidak
Penggunaan ruang sterilisasi yang mudah kering dan lebih cepat terkontaminasi oleh
menggunakan kombinasi penggunaan sinar mikrobia sehingga mempengaruhi kualitas. Jika
matahari secara langsung dengan blower, lampu, terlalu tipis akan mudah patah dan mengurangi
dan termostat selain akan membantu akumulasi kandungan bahan aktif.
dan sustainabilitas cahaya juga kontrol suhu yang Tahap pemanasan dan pengeringan
baik akan menghasilkan produk yang lebih steril, dilakukan menggunakan cahaya matahari dan
banyak, dan optimal. Kelebihan teknologi ini oven dengan mempertahankan suhu konstan dalam
adalah produk lebih steril, waktu pengeringan waktu tertentu. Suhu pengeringan yang digunakan
lebih cepat yaitu sekitar 6 - 8 jam, tempat tertutup, adalah suhu ruang sesuai dengan cahaya matahari
dan lebih higienis. Selain itu suhu dapat diatur dan suhu dalam oven sebesar 30 oC, 40 oC, 50 oC,
untuk pengeringan bahan obat yang optimal yaitu 60 oC dan 70oC selama 1, 2, 3, 16, 24, 48 dan 72
suhu 40 – 600C supaya kadar air tercapai ± 8 - jam.
10%. Pengeringan yang tidak tepat akan
HASIL DAN PEMBAHASAN agar didapatkan hasil yang benar-benar kering.
Sterilisasi pemanasan untuk memperoleh Disisi lain, pengeringan menggunakan alat
kualitas simplisia kunyit yang baik dilakukan pada suhu 70oC selama 3 hari menghasilkan
menggunakan sinar matahari dan pengeringan simplisia yang terlalu kering.
menggunakan alat. Hasil pengeringan antara
tanaman obat yang dikeringkan menggunakan
oven diperlihatkan pada Gambar 1.
Pengeringan menggunakan sinar matahari
membutuhkan waktu lebih dari satu minggu

1 2 3
Gambar 1. Kunyit (1) dan hasil pengeringan dengan oven (2) serta sinar matahari (3)

Proses pengeringan untuk menghasilkan tidak menurun (Balai Penelitian Tanaman


kualitas simplisia kunyit yang optimal Obat dan Obat Tradisional, 2007).
menggunakan variasi suhu dan lama waktu Hasil penjemuran menggunakan alat
pengeringan memperlihatkan penurunan yang ditambah blower dan kompor gas dapat
pertumbuhan mikroorganisme. Hasil proses dilakukan pada suhu 40 - 500C dan
pengeringan yang diperoleh dan inkubasi pada membutuhkan waktu lebih singkat yaitu
suhu ruang selama 1 - 48 jam pada suhu 30 – sekitar 8 - 10 jam. Bila hanya menggunakan
60 0C memperlihatkan pertumbuhan jamur sinar matahari akan membutuhkan waktu lebih
yang sangat intensif pada pengeringan suhu dari 1 minggu.
30-60 oC selama 1-16 jam. Inkubasi selama 24 Hasil pengamatan kualitas berdasarkan
– 48 jam mulai memperlihatkan penurunan pertumbuhan mikrobia pada cawan metri pada
pertumbuhan jamur pada suhu 50oC selama media jamur (PDA) dan media bakteri (NA)
48 jam, suhu 60oC selama 16 jam. Sedangkan memperlihatkan tumbuhnya beberapa jenis
pemanasan menggunakan suhu 70oC selama mikrobia yang didominasi oleh jamur dilihat
48 - 72 jam telah membuat simplisia tidak dari keberadaan miselia, seperti terlihat pada
ditumbuhi jamur walaupun telah disimpan Gambar 2 dan Gambar 3. Beberapa peneliti
selama 3 bulan, namun simplisia sangat kering menyatakan bahwa mikrobia yang sering
dan kandungan zat aktif didalamnya mencemari simplisia tanaman obat umumnya
berpotensi mengalami penurunan kualitas. merupakan anggota genus Penicillium,
Pengeringan simplisia yang dilakukan Mucor, Rhizopus, dan Aspergillus. Sedangkan
menggunakan sinar matahari, bakteri yang menjadi kontaminan simplisia
oven, blower atau fresh dryer juga umumnya adalah Escherichia coli dan Coliforms
dilakukan pada suhu 30 - 500C. agar mutunya (Imandel dan Adibnia, 2000; Pundir dan Jain,
2000; Stević et al., 2012). Meskipun demikian pertumbuhan mikrobia, Selain itu suhu
kandungan zat aktif dalam ekstrak kunyit pemanasan Jamur tumbuh dengan subur dan
diperkirakan tidak mengalami perubahan. baru terhambat lagi pada suhu. Inkubasi
Senyawa kimia kunyit berupa tanin, polifenol, simplisia kunyit pada suhu 50oC sampai 24
poliasetilen, flavonol, sterol dan alkaloid akan jam akan membuat pertumbuhan mikrobia
menekan memperlambat dan menghambat khususnya jamur tidak lagi tertekan oleh
pertumbuhan sejumlah mikrobia (Ivanovska, senyawa aktif yang terlarut dalam air.
1996; Darout et al., 2000). Periode inkubasi Sedangkan suhu 60oC selama 16 jam dan
juga mempengaruhi jumlah dan jenis jamur seterusnya akan menghambat pertumbuhan
yang tumbuh. Kandungan senyawa aktif mikrobia, namun patut diperhatikan bahwa
kunyit juga akan menghambat pertumbuhan inkubasi lebih lama senderung menurunkan
bakteri E. coli, S. aureus, Bacillus dan P. kualitas simplisia. Pengeringan dapat
aeruginosa. menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan enzimatis, perubahan warna menjadi coklat,
jamur dan bakteri pada suhu inkubasi 30 oC - fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
40oC selama 1 – 16 jam memperlihatkan pengeringan sudah berakhir apabila simplisia
bahwa simplisia kunyit tidak kehilangan dapat dipatahkan dengan mudah dengan kadar
kandungan air dalam jumlah besar sehingga air ± 8 - 10%. Kualitas simplisia dengan
cukup untuk melarutkan senyawa aktif yang kadar air tersebut cukup baik untuk
dalam air yang menghambat pertumbuhan pengolahan lebih lanjut dan penyimpanan.
jamur dan mikrobia. Inkubasi pada waktu
yang lebih lama akan mengurangi hambatan
Gambar 2. Inkubasi simplisoia pada alat pengering pada suhu dan waktu bervariasi

Simplisia kunyit yang telah mengalami Secara keseluruhan pengolahan


proses pengeringan selama periode waktu simplisia kunyit yang diperoleh
yang bervariasi antara 1- 48 jam telah memperlihatkan bahwa suhu dan lamanya
ditumbuhkan pada medium pertumbuhan waktu inkubasi sangat mempengaruhi jumlah
untuk jamur dan bakteri. Hasil pengamatan dan jenis kontaminan yang pada akhirnya
pada Gambar 3. memperlihatkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kualitas. Simplisia
50oC - 60oC selama 24-48 jam telah tanaman obat lain akan membutuhkan waktu
menghambat pertumbuhan bakteri, namun inkubasi dan suhu yang berbeda pula untuk
tidak menghambat pertumbuhan jamur. menghasilkan simplisia yang berkualitas dan
tidak merusak senyawa aktif di dalamnya.
Gambar 3. Inkubasi simplisia pada alat pengering pada suhu dan waktu bervariasi

Pengetahuan petani setelah penyuluhan obat, Balai tanaman obat dan obat. Sumber:
tentang sterilisasi dan pengamatan kualitas Bagem Sembiring, Warta Puslitbangbun
simplisia telah menambah pemahaman mereka (13)2.
akan pentingnya proses tersebut dalam Darout IA, Christy AA. Skaug N. 2000.
Identification and quantification of some
pengolahan simplisia kunyit dan tanaman obat
potentially antimicrobial anionic
lainnya. Sterilisasi panas menggunakan suhu components in miswak extract. Indian J. of
dan waktu yang tepat memperlihatkan Pharmacology 2000; 32: 11-14
penurunan kontaminasi mikrobia. Ferreira F. D. , C. Kemmelmeier., C.C. Arrotéia,
C.L. da Costa, C. A. Mallmann, V. Janeiro.,
KESIMPULAN F. M.D. Ferreira, S. A. G. Mossini, E. L
Hasil pemanasan memperlihatkan bahwa Silva, and M. Machinski Jr. 2013. Inhibitory
suhu 500C selama 48 jam menghasilkan produk effect of the essential oil of Curcuma longa
simplisia C. domestica terbaik. Mikrobia L. and curcumin on aflatoxin production by
kontaminan tidak dijumpai setelah pemanasan Aspergillus flavus Link. Food Chemistry
pada suhu 600C selama 16-48 jam setelah 136:789–793
penyimpanan 3 bulan. Imandel K dan Adibnia H. 2000. Microbial
contamination of spices (turmeric, black
UCAPAN TERIMAKASIH pepper, and sumac) in western part of
Terimakasih pada Ditlitabmas Ditjen Dikti Tehran. Iranian J.l of Public health 29(1-
Kemendikbud yang telah membiayai kegiatan 4):37-44.
pengabdian masyarakat ini melalui DIPA UNDIP Ivanovska N, Philipov S, Istatkova R and
No : 023.04.02. 1891 85 /2014 tanggal 05 Georgieva P. 1996. Antimicrobial and
Desember 2013 immunological activity of ethanol extracts
and fractions from Isopyrum thalictroides. J.
DAFTAR PUSTAKA Ethnopharmacol., 54: 14-15.
Ahmad, M. 2013. Protective effects of curcumin Kösslera S, Nofzigera C, Jakabb M, Dossenaa S,
against lithium–pilocarpine induced status and Paulmichla M. 2012. Curcumin affects
epilepticus, cognitive dysfunction and cell survival and cell volume regulation in
oxidative stress in young rats. Original human renal and intestinal cells.
article. Saudi Journal of Biological Toxicology. 292 : 123– 135
Sciences.20:155–162 Mateblowski, M. 1991. Curcuma xanthorrhiza
Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 01-7085- Roxb, penerbit PMI Verlag, ISBN 3-89119-
2005 Standar Simplisia Kunir. 173-1, ISBN 978-3-89119-173-6, halaman
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Obat 36
Tradisional (Balittro). 2007. Teknologi Pundir R.K. and Jain P. 2010. Comparative studies
Penyiapan Simplisia terstandar tanaman on the antimicrobial activity of black pepper
(piper nigrum) and turmeric (Curcuma Belgrade, DOI:10.2298/ABS1201049S. 64
longa) extracts. International J. of Appl (1): 49-58
Biology and Pharmaceutical Technology Trujillo J, Chirino Y I, Molina-Jijón E, Andérica-
www.ijabpt.com ISSN 0976-4550. I(2):491 Romero AC , Tapia ET and Pedraza-
Stević T, Pavlović S, Stanković S and Savikin K. Chaverrí J. 2013. Renoprotective effect of
2012. Pathogenic microorganisms of the antioxidant curcumin : Recent findings.
medicinal herbal drugs Arch. Biol. Sci., Mini Review. Redox Biology. p. 448–456

Anda mungkin juga menyukai