Disusun Oleh:
Awis Sukarti 20012058
Raden Rizka Meilinia A 21012004
Dila Iqlima 22012027
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknologi Bahan
Alam.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak apt. Sofyan Ramani, M.Farm ,selaku
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Bahan alam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi sedang kami
tempuh. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas ini.
Penyusun
1. RANCANGAN PRODUK
Metode pembuatan
Dengan metode granulasi basah.
granul effervescent
Ekstrak kental (zat aktif) 75 mg
Asam sitrat (sumber asam) 75 mg
Natrium bikarbonat (sumber basa) 112,5 mg
PVP (pengikat) 7,5 mg
Formulasi
Sukrosa (pemanis) 187,5 mg
granulasi basah
PEG 6000 (pelincir) 22,5 mg
Laktosa (pengisi) 270 mg
Total bobot 750 mg
Komponen asam.
Komponen basa.
Kadar lembab.
Organoleptis
Kekerasan
Evaluasi tablet Simpan sebuah tablet diantara penahan dan jarum penekan
effervescent dengan skala 0. Kemudian putar alat hardness tester tersebut
searah jarum jam skala pada alat dibaca pada saat tablet pecah
dan nilai yang diperoleh merupakan bilangan yang menyatakan
kekerasan tablet. Diulangi pengujian tersebut sebanyak 5 kali,
selanjutnya ditentukan nilai rata-ratanya (Kholidah dkk, 2014).
Kerapuhan
PUSTAKA
BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional. Jakarta: BPOM RI.
Fathurohman, D. 2016. Formulasi Tablet Effervescent Nanokurkuminoid. Tugas
Akhir. Universitas Al-Ghifari, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Jurusan Farmasi, Bandung
Harini, B. W. R., Dwiastuti, dan L. C. Wijayanti. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri
Visibel Untuk Mengukur Kadar Kurkuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica).
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III. Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Kholidah, S., dkk. (2014). Formulasi Tablet Effervescent Jahe (Z officinale
Roscoe) dengan Variasi Konsentrasi Sumber Asam dan Basa. Online
Jurnal of Natural Science,.3(3), 216 -229.
Nurahmanto, D. (2017). Optimasi Formula Granul Effervescent Kombinasi
Ekstrak Kelopak Bunga Hibiscus sabdariffa L. dan Ekstrak Daun
Guazuma ulmifolia Lam. Pharmacy, 14 (02)
Priyanto, W. (2011). Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak Kelopak
Bunga Rosela dengan Kombinasi Avicel PH 101 dan Gelatin (Aplikasi
Metode Simplex Lattice Design).
Rohmatul Izza, Cikra Ikhda dan Nur Hamida Safitri. 2022. FORMULASI DAN UJI MUTU
FISIK EKSTRAK KUNYIT (Curcumadomesticae Val.) SEBAGAI BEDAK PADAT.
ARTIKEL PEMAKALAH PARALEL p-ISSN: 2527-533X
Riyanto, A. 2017. Uji Aktivitas Teh Celup Kulit Jeruk Keprok Soe NTT (Citrus
nobbilis L.) Terhadap Penurunan Berat Badan pada Tikus Betina. Tugas
Akhir. Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang
Sari, D. N, dkk. (2019). Pembuatan Minuman Fungsional Tablet Effervescent dari
Bubuk Ekstrak Daun Kacang Tujuh Jurai (Phaseolus lunatus, L.).
Jurnal Litbang Industri, 9 (1): 23 – 31.
Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis.
Penerbit EGC, Bandung, Hlm. 34, 268,272-281, 288
2. REVIEW JURNAL
Judul
Kualitas Simplisia Tanaman Biofarmaka Curcuma domestica Setelah Proses Pemanasan Pada
Suhu Dan Waktu Bervariasi
Jurnal
BIOMA Juni 2015
Volume,No,Tahun,Halaman
Vol. 17, No. 1, 2015 , Hal. 27-33
Nama Peneliti
Hermin Pancasakti Kusumaningrum, Endang Kusdiyantini dan Sri Pujiyanto
Tahun
2015
Latar Belakang
Kunyit atau kunir (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah salah satu
tanaman biofarmaka anggota famili Zingiberaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang
tersebar ke Malaysia, Indonesia, Australia dan Afrika. C. longa merupakan tanaman yang
mempunyai kemampuan sebagai anti mikroba, anti oksidan, anti jamur dan anti inflamasi
(Ferreira et al., 2013). Penyiapan kunyit sebagai produk terstandar patut diperhatikan dan
dicermati. Jika penanganan ataupun pengolahannya tidak benar maka mutu produk yang
dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan toksin apabila dikonsumsi.
Pengeringan yang biasa dilakukan oleh petani tanaman obat adalah menggunakan sinar
matahari langsung. Permasalahannya penggunaan cahaya matahari secara langsung mempunyai
cukup banyak kelemahan antara lain kontaminasi, membutuhkan waktu yang lama yaitu lebih
dari satu minggu, pemanasan yang tidak teratur akibat suhu yang naik turun dan tidak terkontrol,
panas yang tidak kontinyu saat malam hari atau hari hujan, dan penurunan kualitas bahan atau
produk tanaman obat.
Metode Penelitian
Kegiatan dilakukan melalui beberapa tahap.
Tahap pertama adalah pemilihan bahan baku. Bahan dalam pembuatan simplisia
kunyit adalah rimpang kunyit dari daerah Gunungpati dari hasil panen. Rimpang
diambil yang berukuran besar dan berumur 9 - 12 bulan, segar dan tidak busuk.
Tahap berikutnya adalah penimbangan bahan dilakukan pada tahap awal untuk
mengetahui bobot bahan yang akan digunakan. Selanjutnya dilakukan
perajangan secara membujur ataupun melintang. Perajangan dilakukan untuk
memperoleh ketebalan yang memudahkan proses pengeringan dan seragam.
Pengirisan terlalu tebal membuat bahan tidak mudah kering dan lebih cepat
terkontaminasi oleh mikrobia sehingga mempengaruhi kualitas. Jika terlalu tipis
akan mudah patah dan mengurangi kandungan bahan aktif.
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan jamur dan bakteri pada suhu inkubasi 30℃ -
40℃ selama 1 – 16 jam memperlihatkan bahwa simplisia kunyit tidak kehilangan
kandungan air dalam jumlah besar sehingga cukup untuk melarutkan senyawa aktif yang
dalam air yang menghambat pertumbuhan jamur dan mikrobia. Inkubasi pada waktu
yang lebih lama akan mengurangi hambatan pertumbuhan mikrobia, Selain itu suhu pemanasan
Jamur tumbuh dengan subur dan baru terhambat lagi pada suhu. Inkubasi
simplisia kunyit pada suhu 50℃ sampai 24 jam akan membuat pertumbuhan mikrobia
khususnya jamur tidak lagi tertekan oleh senyawa aktif yang terlarut dalam air.
Sedangkan suhu 60℃ selama 16 jam dan seterusnya akan menghambat pertumbuhan
mikrobia, namun patut diperhatikan bahwa inkubasi lebih lama senderung menurunkan
kualitas simplisia. Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzimatis, perubahan warna menjadi coklat, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengeringan sudah berakhir apabila simplisia dapat dipatahkan dengan mudah dengan kadar air ±
8 - 10%. Kualitas simplisia dengan kadar air tersebut cukup baik untuk pengolahan lebih lanjut
dan penyimpanan.
KESIMPULAN
Hasil pemanasan memperlihatkan bahwa suhu 500C selama 48 jam menghasilkan produk
simplisia C. domestica terbaik. Mikrobia kontaminan tidak dijumpai setelah pemanasan pada
suhu 600C selama 16-48 jam setelah penyimpanan 3 bulan.
PUSTAKA
Ahmad, M. 2013. Protective effects of curcumin against lithium–pilocarpine induced status
epilepticus, cognitive dysfunction and oxidative stress in young rats. Original article. Saudi
Journal of Biological Sciences.20:155–162
Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 01-7085- 2005 Standar Simplisia Kunir. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional (Balittro). 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia
terstandar tanaman obat, Balai tanaman obat dan obat. Sumber: Bagem Sembiring, Warta
Puslitbangbun (13)2.
Darout IA, Christy AA. Skaug N. 2000. Identification and quantification of some potentially
antimicrobial anionic components in miswak extract. Indian J. of Pharmacology 2000; 32: 11-14
Ferreira F. D. , C. Kemmelmeier., C.C. Arrotéia,
Abstract
Curcuma domestica is one of traditional medicinal plants that is found in Gunungpati Semarang. However the
dried product do not achieve optimal standard quality for simplicia in terms of microbial contaminant and in an
industrial scale household. Knowledge on how to use sterilization to produce better simplicia and reducing
contaminant has not been known by farmers, yet. The purpose of this activity was to obtain the best heating
treatment on sterilization of Curcuma simplicia using several temperature under sunlight and oven device. It was
also want to show microbial growth after heating at several times and their influence on the quality of simplicia
after treatment. The method was conducted by simplicia sterilization of C. domestica using sunlight sterilization for
a week and using oven at a temperature of 300C, 400C, 500C and 600C for 1, 3, 6, 9, 12, 24, and 48 hours. The results
showed that heating at temperature of 500C for 48 hours obtained the best simplicia, followed by heating at a
temperature of 600C for 16-48 hours without contaminants after storing period for 3 months.
1 2 3
Gambar 1. Kunyit (1) dan hasil pengeringan dengan oven (2) serta sinar matahari (3)
Pengetahuan petani setelah penyuluhan obat, Balai tanaman obat dan obat. Sumber:
tentang sterilisasi dan pengamatan kualitas Bagem Sembiring, Warta Puslitbangbun
simplisia telah menambah pemahaman mereka (13)2.
akan pentingnya proses tersebut dalam Darout IA, Christy AA. Skaug N. 2000.
Identification and quantification of some
pengolahan simplisia kunyit dan tanaman obat
potentially antimicrobial anionic
lainnya. Sterilisasi panas menggunakan suhu components in miswak extract. Indian J. of
dan waktu yang tepat memperlihatkan Pharmacology 2000; 32: 11-14
penurunan kontaminasi mikrobia. Ferreira F. D. , C. Kemmelmeier., C.C. Arrotéia,
C.L. da Costa, C. A. Mallmann, V. Janeiro.,
KESIMPULAN F. M.D. Ferreira, S. A. G. Mossini, E. L
Hasil pemanasan memperlihatkan bahwa Silva, and M. Machinski Jr. 2013. Inhibitory
suhu 500C selama 48 jam menghasilkan produk effect of the essential oil of Curcuma longa
simplisia C. domestica terbaik. Mikrobia L. and curcumin on aflatoxin production by
kontaminan tidak dijumpai setelah pemanasan Aspergillus flavus Link. Food Chemistry
pada suhu 600C selama 16-48 jam setelah 136:789–793
penyimpanan 3 bulan. Imandel K dan Adibnia H. 2000. Microbial
contamination of spices (turmeric, black
UCAPAN TERIMAKASIH pepper, and sumac) in western part of
Terimakasih pada Ditlitabmas Ditjen Dikti Tehran. Iranian J.l of Public health 29(1-
Kemendikbud yang telah membiayai kegiatan 4):37-44.
pengabdian masyarakat ini melalui DIPA UNDIP Ivanovska N, Philipov S, Istatkova R and
No : 023.04.02. 1891 85 /2014 tanggal 05 Georgieva P. 1996. Antimicrobial and
Desember 2013 immunological activity of ethanol extracts
and fractions from Isopyrum thalictroides. J.
DAFTAR PUSTAKA Ethnopharmacol., 54: 14-15.
Ahmad, M. 2013. Protective effects of curcumin Kösslera S, Nofzigera C, Jakabb M, Dossenaa S,
against lithium–pilocarpine induced status and Paulmichla M. 2012. Curcumin affects
epilepticus, cognitive dysfunction and cell survival and cell volume regulation in
oxidative stress in young rats. Original human renal and intestinal cells.
article. Saudi Journal of Biological Toxicology. 292 : 123– 135
Sciences.20:155–162 Mateblowski, M. 1991. Curcuma xanthorrhiza
Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 01-7085- Roxb, penerbit PMI Verlag, ISBN 3-89119-
2005 Standar Simplisia Kunir. 173-1, ISBN 978-3-89119-173-6, halaman
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Obat 36
Tradisional (Balittro). 2007. Teknologi Pundir R.K. and Jain P. 2010. Comparative studies
Penyiapan Simplisia terstandar tanaman on the antimicrobial activity of black pepper
(piper nigrum) and turmeric (Curcuma Belgrade, DOI:10.2298/ABS1201049S. 64
longa) extracts. International J. of Appl (1): 49-58
Biology and Pharmaceutical Technology Trujillo J, Chirino Y I, Molina-Jijón E, Andérica-
www.ijabpt.com ISSN 0976-4550. I(2):491 Romero AC , Tapia ET and Pedraza-
Stević T, Pavlović S, Stanković S and Savikin K. Chaverrí J. 2013. Renoprotective effect of
2012. Pathogenic microorganisms of the antioxidant curcumin : Recent findings.
medicinal herbal drugs Arch. Biol. Sci., Mini Review. Redox Biology. p. 448–456