Anda di halaman 1dari 10

Topik Formulasi dan Evaluasi Sediaan Tablet Paracetamol

Tujuan 1. Mahasiswa mampu melakukan formulasi sediaan tablet paracetamol


2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan tablet paracetamol
Ringkasan Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan
Teori
atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat
diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal 2406).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk
kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk
obat hewan besar. (Ilmu Resep, Hal 165)
Metode Pembuatan Tablet
1) Granulasi Basah
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipient menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang
dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak
langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip
dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan
larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu
pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi. Metode ini
membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut
dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan
terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup
penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan
kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler
paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah
ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang
merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh
massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi
tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya
agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses
pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah pengeringan granul diayak
kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang
digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Cara granulasi basah
menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama dibanding
cara granulasi kering.
1) Granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat
aktif dan eksipient dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari
metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang
cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban. Pada proses ini, komponen–
komponen tablet dikempakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke
dalam die dan dikempakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya
mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat
belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah
besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang
disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan
sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang
putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya, dan dengan
bantuan teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
diantara penggiling. Metode ini digunakan jika kandungan zat aktif
dalam tablet tinggi, zat aktif susah mengalir dan zat aktif sensitif
terhadap panas dan lembab. Keuntungan, tidak diperlukan panas dan
kelembaban dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya
lebih sederhana sedangkan kerugiannya menghasilkan tablet yang
kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah.
2) Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipient kering tanpa melalui
perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang
paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat
digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif
tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat
berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung
dikempa, tetapi sebagian besar zat aktif tidak mudah untuk langsung
dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan
tubuh). secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa
langsung adalah; alirannya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya
kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet.
Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan
dimanfaatkan sebagai analgesik dan antipiretik. Parasetamol dimetabolisir oleh
hati dan dikeluarkan melalui ginjal. Parasetamol tidak merangsang selaput lendir
lambung atau menimbulkan pendarahan pada saluran cerna. Diduga mekanisme
kerjanya adalah menghambat pembentukan prostaglandin. Obat ini digunakan
untuk melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan menurunkan panas tubuh.
Analisis parasetamol dilakukan untuk memastikan bahwa tablet parasetamol
sesuai dengan kriteria yang tertera pada Farmakope Indonesia dan memastikan
bahwa parasetamol dapat memberikan efek farmakologi yang diharapkan pada
pasien
Prosedur  Formulasi

 Pra formulasi
R/
Paracetamol 250 mg
PVP 2,82%
Corn Starch 6,93
Asam Stearat 1,25%
Talc 1%
Lactosa q.s

 Perhitungan Bahan
 Pemerian Bahan
- Paracetamol : Serbuk, tidak berbau, putih, pahit, larut dalam air, larut
dalam air panas, etanol, aseton, gliserol, dan propilen glikol
- PVP : Serbuk sangat halus, berwarna putih, tidak atau hamper tidak
berbau, higroskopik. Larut dalam asan, kloroform, etanol, keton,
methanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter, minyak.
- Corn Starch : Serbuk sangat halus dan putih. Praktis tidak larut dalam air
dan etanol
- Asam stearate : Padatan Kristal berwarna putih mengkilat. Praktis tidak
larut dalam air
- Talk : Serbuk hablur sangat halus, putih, berkilat, mudah melekat pada
kulit dan bebas dari butiran
- Laktosa : Serbuk hablur, keras, putih, tidak berbau, rasa sedikit manis.
Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, kloroform dan dalam
eter
 Fungsi Bahan
Nama Bahan Fungsi Bahan
Paracetamol Bahan aktif
PVP Zat pembawa
Asam stearate Sebagai pelincir
Corn Starch Zat penghancur
Talc Sebagai pelincir
Laktosa Sebagai pengisi

 Cara Pembuatan
- Disediakan alat dan bahan
- Dilakukan pengujian mutu serbuk
- Dilakukan pengkajian praformulasi dan membuat formulasi tablet
- Ditimbang bahan
- Gerus bahan padat satu per satu lalu keluarkan dari lumpang dan
kemudian dimasukan dalam wadah granulasi
- Ditambahkan pasta pasti sampai terbentuk massa granul yang saling
melekat
- Diayak dan kemudian ditimbang berat granul basah (sebelum
dikeringkan).
- Dikeringkan granul dilemari pengering selama 5 jam.
- Dilakukan pengujian mutu granul
- Ditimbang talk dan magnesium stearat dan dilakukan lubrikasi
- Dicetak campuran bahan tersebut menjadi tablet 13. Dilakukan
pengujian mutu tablet
- Dimasukan kedalam wadah dan diberi etiket.

 Evaluasi granul
1. Granulometri
- Ditimbang 100 g granul
- Diletakkan granul pada pengayak paling atas
- Digetarkan mesin 5-30 menit
- Ditimbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
- Dihitung presentase granul pada tiap-tiap pengayak.
2. Indeks tap
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai garis tanda dan
dinyatakan sebagai volume awalnya (V1), kemudian gelas ukur
dihentakkan sebanyak 20 kali dengan alat yang dimodifikasi sehingga
memperoleh volume akhir (V2). Indeks tap dapat dihitung dengan rumus:
𝑉1−𝑉2
Indeks tap = × 100%
𝑉2

Syarat indeks tap lebih kecil dari 20%


3. Waktu alir
- Ditimbang granul sebanyak 100 g, kemudian dimasukkan kedalam
corong yang telah dirangkai kemudian permukaannya diratakan.
- Penutup bawah dibuka bersamaan dengan dihidupkannya stopwatch.
- Stopwatch dihentikan tepat pada saat granul habis melewati corong
dan dicatat waktu alir granul.
4. Sudut diam
- Granul sebanyak 100 g ditimbang kemudian dimasukkan kedalam
corong aliryang telah dirangkai, permukaan granul didalam corong
diratakan, lalu penutup corong dibuka, sehingga granul mengalir
sampai habis.
- Tinggi tumpukan granul yang terbentuk diukur.
- Sudut diam dapat dihitung dengan rumus :
2𝐻
Tan𝜃 = 𝐷

Keterangan: 𝜃= sudut diam


H = tinggi permukaan granul (cm)
D = diameter tumpukan granul (cm)
5. Bobot jenis
- Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman
- Bobot jenis nyata Kedalam gelas takar masukkan 100 gram
granul.Baca volume. Bobot jenis nyata = Bobot/Volume
- Bobot jenis nyata setelah pemampatan Kedalam gelas takar
masukkan 100 gram granul.Mampatkan 500 kali dengan alat
volumeter.Lihat volume setelah pemampatan

 Evaluasi Tablet
1) Keragaman Bobot
- Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
- Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam
kolom B
2) Kekerasan/Kerapuhan
- Diambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan (hardness tester)
- Dihitung rata-rata dan standard deviation
3) Kerenyahan
- Diambil 20 tablet, dibersihkan dari serbuk halus dan ditimbang.
- Dimasukkan kedalam alat, lalu diputar sebanyak 100 putaran dan
dihutung % friabilitas
4) Waktu hancur
- Dimasukkan tablet ke dalam keranjang alat, turun naikkan keranjang
secara teratur 30 kali tiap menit.
- Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal
diatas kasa, kecuali fragmen dari zat penyalut.
- Bila tidak dinyatakan waktu untuk menghancurkan kelima tablet
tidak lebih dari 15 menit untuk tablet biasa dan 60 menit untuk tablet
bersalut gula atau selaput.
Hasil
Praktikum
Pembahasan
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai