Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Dalam Penegasan judul ini bertujuan untuk memberikan
deskripsi yang berupa pemahaman untuk menghindari
kekeliruan dalam memahami makna yang terkandung dalam
judul penelitian ini. Adapun judul penelitian ini adalah
“Penerapan Metode TGT Pada Alat Peraga (Pohon Pintar)
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik Pada
Materi Penjumlahan dan Pengurangan”. Peneliti ingin
memberikan penegasan serta batasan-batasan masalah yang
digunakan dalam proposal ini yaitu:
1. Penerapan
Penerapan yaitu suatu kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan secara sungguh-sungguh berdasarkan
norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan
tersebut.
Menurut kamus besar bahasa indonesia perbuatan
menerapkan, mempraktekkan suatu teori, metode dan hal
lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau
golongan.
2. Metode TGT
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu
tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan seluruh peserta didik tanpa harus
ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran peserta
didik sebagai tutor sebaya, mengandung unsur bermain
yang bisa menggairahkan semangat belajar dan
mengandung penguatan.1

1
Msy Hikmah, Yenny Anwar, dan Riyanto, “Penerapan Model Pembelajaran
Team Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik
Pada Materi Dunia Hewan Kelas X Di SMA Unggul Negeri 8 Palembang,” in Jurnal
Sains Riset ISSN 2088-0952 9, No. 1 (2019): 58,
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/fpb/article/view/7049.
3. Alat peraga
Alat Peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh
mata dan telinga dengan tujuan membantu pendidik agar
proses belajar mengajar peserta didik lebih efektif &
efisien.2 Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai
untuk membantu dalam proses belajar-mengajar yang
berperan besar sebagai pendukung kegiatan belajar-
mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau pendidik.
4. Pemahaman Konsep Matamatika
Pemahaman atau Comprehension dapat diartikan
menguasai sesuatu dengan pikiran. Bloom menjelaskan
bahwa pemahaman dalam ranah kognitif adalah
kesanggupan mendapatkan makna dari
materipembelajaran. Pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat.3
Peserta didik dapat dikatakan paham jika dapat
menguatarakan kembali apa yang telah dipelajarinya
dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
Konsep adalah gagasan abstrak yang dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan atau mengkategorikan
kumpulan objek, apakah suatu objek adalah contoh
konsep atau bukan konsep. Konsep erat hubungannya
dengan definisi. 4Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsep merupakan gagasan atau ide yang diabstrakkan
dari peristiwa yang riil.5
Matematika adalah suatu ilmu yang mempunyai objek
berupa fakta, konsep, operasi serta prinsip. Matematika
adalah mata pelajaran yang penting sekali dalam IPTEK.
2
Ani cahyadi, Pengembangan media dan sumber belajar, (Serang: Laksita
Indonesia, 2019), 10.
3
Dilla Desvi Yolanda, Pemahaman Konsep Matematika dengan
Metode Descovery, (Jakarta Timur: Guepedia 2020), 19.
4
Hasan Sastra Negara, Pembelajaran Matematika SD/MI, (Bandar
Lampung: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN RIL, 2019), 3.
5
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Kamus
Besar Bahasa Indonesia Daring (Jakarta: Balai Pustaka, 2021). Diakses pada tanggal
5 januari 2022.
Sadar akan pentingnya peranan matematika,
sehingga pemahaman konsep matematika harus mendapat
perhatian yang serius.
Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu
kecakapan atau kemahiran matematika yang
diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika
yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep
matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan
antar konsep danmengaplikasikan konsep atau algoritma
secara luwes, akurat, efisien, dan tepatdalam pemecahan
masalah. Jadi, analisis kemampuan pemahaman konsep
matematika peserta didik adalah penyelidikan terhadap
satu kecakapan atau kemahiran matematika yang
diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika.
5. Penjumlahan dan pengurangan
Penjumlahan merupakan operasi dasar aritmatika yang
menjumlahkan dua buah bilangan menjadi sebuah
bilangan, sedangkan pengurangan adalah mengurangkan
dua buah bilangan menjadi sebuah bilangan.

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang penting yang
dibutuhkan setiap manusia. Pendidikan memerlukan proses
pembelajaran sehingga mendapat hasil atau dampak yang
sesuai dengan proses yang telah dilakukan. Pendidikan pada
hakikatnya usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu
sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia atau memuliakan
kemanusiaaan manusia. Dilihat dari proses terjadinya proses
pendidikan, ada dua proses yang harus dikembangkan, yaitu
proses individual dan proses sosial. Pada proses individual
lebih menekankan pada semua kemampuan dasar yang telah
dimiliki sejak lahir. Adapun pendidikan sebagai proses
sosial, pendidikan harus berusaha melestarikan dan
mewariskan nilai nilai budaya kepada generasi penerus. 6

6
Syafril dan Zelhendri, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Prenada
Media, 2019), 26.
Kata pendidikan dalam bahasa arab diistilahkan dengan
“Tarbiyah” yang menitikberatkan pada proses persisapan dan
pengasuhan manusia pada fase perkembangannya dari masa
prenatal sampai dengan masa akhir kehidupannya. Pendidikan
bukan hanya sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi
lebih luas lagi, yaitu sebagai sarana pembudayaan dan
penyaluran nilai. Sebagai Tokoh Pendiidikan Nasional
Indonesia, Ki Hajar Dewantara merumuskan pengertian
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek dan tubuh anak); dalam Taman Peserta didik tidak
boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu agara kita
memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan
penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan
dunianya.7 Dalam hal ini pendidikan bertujuan agar
generasi muda sebagai generasi penerus dapat
menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau norma-
norma dengan cara mewariskan segala penglaman,
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang
melatarbelakangi nilai-nilai norma hidup dan kehidupan. 8
Karena itulah pendidikan sangat berpengaruh di kehidupan
sehari-hari, baik di dalam keluarga atau di masyarakat, ini
dikarenakan pendidikan dapat mengangkat derajat seseorang.
Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Mujadilah/58: 11:
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬
‫ح‬ ِ ِ‫اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
‫ يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا‬p‫ فَا ْن ُش ُزوْ ا‬p‫هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي َْل ا ْن ُش ُزوْ ا‬
ٍ ۗ ‫ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬
‫ت‬
‫َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila


dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,
7
Ibid., 30.
8
Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: LP3M UMY, 2019),
34.
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S Al-Mujadilah [58]: 11)

Dijelaskan pula dalam surah lain yakni QS. Shad/38: 29


yang berbunyi:

‫ر ُأولُو‬pَ ‫ آيَاتِ ِه َولِيَتَ َذ َّك‬p‫ك لِيَ َّدبَّرُوا‬


ٌ ‫ار‬ َ ‫ِكتَابٌ َأ ْنزَ ْلنَاهُ ِإلَ ْي‬
َ َ‫ك ُمب‬
ِ ‫اَأْل ْلبَا‬
‫ب‬

Artinya : “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan


kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.”.
Kedua surah diatas menerangkan bahwa pendidikan
berguna untuk menimba ilmu, dimana ilmu merupakan suatu
keharusan yang wajib dicapai oleh setiap manusia yang
berakal terlebiih bagi umat muslim sebab dari ilmu manusia
dapat mengenali hakikat kebenaran dari seorang pendidik.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1
disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengenadalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarkat, bangsa
dan negara.”9 Jadi, dapat disimpulkan jika pendidikan
penting sekali dan diperlukan manusia untuk menempuh
kehidupannya guna mengembangkan kemampuan dalam
9
Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Pembelajran
Pendidikan Karakter (Bojonegoro: KBM Indonesia, 2020), 1.
dirinya. Tidak hanya itu, kualitas pendidikan suatu bangsa
menentukan kemajuan suatu bangsa. Pembangunan bidang
pendidikan berfungsi dalam meningkatkan kualitas
pendidikan serta pengembangan sumber daya manusia yang
multidimensional. Kenaikan kualitas pendidikan bertujuan
agar dapat menciptakan lulusan-lulusan yang sanggup
bersaing di era globaslisasi.
Pendidikan adalah suatu proses yang berkelanjutan dan
tidak pernah berakhir sehngga dapat mengahsilkan kualitas
yang berkesinambungan, yang ditujukan pada penjelmaan
sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai nilai
budaya bangsa dan Pancasila. 10 Pelaksaan pendidikan tidak
hanya menekankan pada penanaman semata melainkan
penanaman karakter bangsa yang sebagaimana telah diatur
dalam Undang-undang negara Indonesia. Hal ini dilakukan
guna memberikan panduan terhadap pelaksaan dan
perkembangan pendidikan di Indonesia untuk masa yang
mendatang.
Berhasilnya kegiatan pembelajaran yang di kembangkan
pada usia sekolah dasar(SD) dapat membantu dan
mempermudah peserta didik dalam memahami dan menguasai
pembelajaran pada tahap selanjutnya . Sekolah dasar adalah
awal bagi peserta didik untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, akhlak mulia, kepribadian, serta keterampilan
untuk mengikuti pendidikan ke tahap selanjutnya.
Tidak hanya dengan diterbitkannya UU tentang
Pendidikan, pemerintah juga menyusun kurikulum pendidikan
secara merata untuk semua tingkatan pendidikan dari tingkat
dasar sampai tingkat menengah atas. Hal itu merupakan wujud
perhatian pemerintah terhadap kemajuan pendidikan di
Indonesia. Kurikulum ialah seperangkat persiapan dan
pengaturan tentang tujuan isi serta bahan pelajaran dan
metode yang diaplikasikan sebagai tujuan pendidikan. 11

10
I Wayan Cong Sijana, “Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia,” Jurnal
Pendidikan Dasar 4, No. 1 (2019): 29, http://dx.doi.org/10.25078/aw.v4i1.927.
11
Ade Suhendra, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
SD/MI, (Jakarta Timur: Prenada Media Group, 2019), 11.
Tujuan umum pendidikan dapat diwujudkan melalui pelajaran
yang diajarkan setiap hari dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yakni proses dua arah, pihak pendidik selaku
pembimbing melakukan tugasnya mengajar dan belajar
belajar dilakukan oleh peserta didik. 12 Pembelajaran
adalah aktivitas seorang anak untuk memeperoleh
pengetahuan serta keterampilan.13 Dengan adanya kegiatan
pembelajaran ini diharapkan tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai dengan maksimal.
Dalam jenjang sekolah dasar banyak sekali mata pelajaran
yang harus di kuasai oleh peserta didik antara lain Bahasa
Indonesia, IPA, IPS, Matematika dan lain-lain. Dari sekian
banyak mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik
Salah satu mata pelajaran yang sangat penting serta dapat di
aplikasikan ke dalam kehidupan sehari- hari adalah pelajaran
matematika.
Matematika adalah salah satu ilmu yang dipelajari pada
setiap jenjang pendidikan hal ini disebabkan karena
matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika adalah alat untuk mengembangkan
cara berpikir.14 Matematika sebagai bidang keilmuan yang
erat kaitannya dengan kehidupan nyata dipelajari oleh peserta
didik dari SD, SMP, SMA hingga perpendidikan tinggi, hal ini
membuktikan bahwa matematika berperan penting dalam
memajukan cara berpikir manusia, dan berdampak pada
perkembangan segala aspek kehidupan manusia. Keberhasilan
seorang peserta didik dalam belajar matematika tidak hanya
diukur dari kemampuan peserta didik dalam menghitung atau
menghafal rumus, tetapi juga dari kemampuan peserta didik
dalassm memahami konsep dan penguasaan pengetahuan
pokok bahasan matematika, pemecahan masalah serta hasil
belajar peserta didik yang baik.

12
Hasan Sastra Negara, Op.cit.
13
Maulana Arafat Lubis dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik
SD/MI, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2019), 6.
14
Hasan Sastra Negara, Op.cit., 4.
Matematika memiliki kedudukan yang sangat penting dan
berguna untuk berbagai disiplin ilmu lain. Kerena itu setiap
manusia membutuhkan matematika dalam berbagai bentuk
sesuai kebutuhannya. Dari sudut pandang klasifikasi bidang
ilmiah, matematika masuk dalam kategori ilmu eksakta dan
membutuhkan pemahaman yang lebih daripada menghafal.
Untuk memahami suatu materi dalam matematika, peserta
didik harus berupaya menguasai konsep-konsep tersebut
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 15
Matematika adalah ilmu struktur berlapis, yang berarti
bahwa tingkatan matematika dasar adalah dasar dari
matematika pada tingkat berikutnya. Belajar
Matematika adalah kegiatan mengaitkan materi yang telah
dipelajari dengan pemahaman yang sudah dimilikinya.
Pemahaman adalah hal yang perlu dimilki dalam belajar.
Pemahaman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar peserta didik.
Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan
yang mengharapkan peserta didik mampu memahami konsep,
situasi dan fakta yang dikatahui, serta dapat menjelaskan
dengan kata katanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya dengan tidak mengubah makna. Setiap materi
matematika harus lebih fokus pada menanamkan konsep atas
dasar pemahaman, jika pendidik hanya mengajarkan
keterampilan tanpa memahami materi yang diajarkan, peserta
didik akan merasa kesulitan ketika mempelajari materi
selanjutnya. Peserta didik yang berprestasi secara akademis
belum tentu memahami konsep yang diajarkan. Hal ini dapat
terjadi karena bisa saja peserta didik mendapatkan hasil
belajar yang baik karena proses mendapatkannya dengan cara
yang salah (misalnya menyontek). Akan tetapi, jika peserta
didik dapat memahami konsep yang diajarkan dengan
baik bahkan menguasainya, maka efek belajar yang diperoleh
sudah pasti baik. Maka dari itu, perlu adanya peningkatan

15
Faradisa Hanany dan Sumaji, “Berfikir Kreatif dakam Matematika,” in
Jurnal Silogisme 5, No. 2 (2020): 78, http://dx.doi.org/10.24269/silogisme.v5i2.2888.
pemahaman konsep untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.16
Tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah
memahami konsep. Tingkat pemahaman setiap orang
berbeda-beda. Pemahaman sering diartikan sebagai
kesanggupan untuk menangkap makna dari suatu konsep.
Pemahaman juga merupakan kesanggupan menyatakan suatu
definisi dengan menggunakan bahasa sendiri. Umumnya
peserta didik sekolah dasar berkisar antara 6 atau 7 tahun
sampai 12 atau 13 tahun. Pada usia ini peserta didik sekolah
dasar berada pada tahap operasional konkret. Pada fase ini,
peserta didik sekolah dasar sudah dapat memiliki kemampuan
berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih berbantuan benda-benda atau obyek yang
bersifat konkret. Agar pembelajaran matematika menjadi
lebih bermakna, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
dengan cara mengamati, menanya, mecoba, menalar, menyaji
dan juga mencipta. Setiap konsep matematika yang abstrak,
harus diberi penguatan, agar dalam memori peserta didik
bertahan lama dan mengendap sehingga dalam pola pikir dan
tindakan sisa akan melekat. Karena itu, diperlukan
pembelajaran yang tidak hanya sekedar menghafal tetapi
memahami dan memaknai apa yang sedang dipelajari peserta
didik akan terpatri dan diingat.
Konsep pembelajaran berguna atau setidaknya memiliki
beberapa dampak dalam konteks pendidikan peserta didik,
yaitu: konsep mengurangi kompleksitas lingkungan, konsep
membantu kita mengenali benda-benda di sekitar kita. Dengan
adanya konsep dapat membantu kita mengeksplorasi atau
menggali hal-hal baru yang lebih luas, konsep juga
memungkinkan pengajaran untuk mempelajari dua hal yang

16
Siti Ruqoyyah, dkk., Kemampuan Pemahaman Konsep
Resiliensi Matematika dengan VBA Mifrosoft Excel, (Purwakarta: CV Tre
Alea Jacta Pedagogie, 2020), 2.
berbeda di kelas yang sama.17 Memahami konsep ini
memudahkan kita untuk memecahkan masalah yang berbeda.
Semua jenjang pendidikan dasar dan menengah
memiliki kurikulum matematika yang sama yang bertujuan
agar peserta didik mampu:18
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan
antar konsep, dan menerapkan konsep atau algoritma
secara fleksibel, efisien dan akurat untuk menyelesaikan
masalah.
2. Penalaran tentang pola dan sifat, melakukan operasi
matematika ketika membuat generalisasi,
mengumpulkan bukti, atau menjelaskan ide dan
pernyataan matematika.
3. Pemecahan masalah, termasuk kemampuan memahami
masalah dan merancang model matematika,
menyelesaikan matematika, serta dan menafsirkan solusi
yang didapat.
4. Mengunakan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk mengkomunikasikan ide untuk memperjelas
situasi atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu sikap ingin tahu, perhatian, minat
belajar matematika, dan sikap ulet serta percaya diri
untuk memecahkan masalah.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, pemahaman
konsep menempati hal pertama yang harus dikuasi oleh
peserta didik. Dalam Al-Quran pun banyak ayat- ayat yang
menyatakan bahwa seorang manusia harus berpikir dan
memahami. Pemahaman menjadi salah satu tugas kita sebagai
makhluk hidup yang diberi keistimewaan yaitu akal.

17
Putri Diana, dkk., “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta
didik: Ditinjau Dari Kategori Kecemasan Tematik,” Supremum Journal Of
Mathematics Education 4, No. 1 (2020): 19, https://doi.org/10.35706/sjme.v4i1.2033.
18
Ibid, 25.
Perintah memahami terdapat dalam surat Al Ghasyiyah ayat
17-20:

ْ ‫) َوِإلَى ال َّس َما ِء َك ْيفَ ُرفِ َع‬١٧( ‫ت‬


(‫ت‬ ْ َ‫َأ َأفَاَل يَ ْنظُرُونَ ِإلَى اِإْل بِ ِل َك ْيفَ ُخلِق‬
)١٨
)٢٠( ‫ت‬ ْ ‫ُط َح‬ِ ‫ض َك ْيفَ س‬ ِ ْ‫) َوِإلَى اَأْلر‬١٩( ‫ت‬ ْ َ‫صب‬ِ ُ‫َوِإلَى ْال ِجبَا ِل َك ْيفَ ن‬
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana diadiciptakan, Dan langit, bagaimana
ia ditinggikan?, Dan gunung-gunungbagaimana ia
ditegakkan?, Dan bumi bagaimana ia
dihamparkan”

Surah Al-Ghasyiyah ayat 17-20 diatas Allah


memerintahkan manusia yang berakal untuk memperhatikan,
memikirkan dan memahami semua ciptaan-Nya. Kemampuan
memahami konsep matematika peserta didik adalah suatu hal
yang harus ditingkatkan. Pemahaman konsep erat kaitannya
dengan keterampilan berpikir dan komunikasi serta
keterampilan memecahkan masalah.
Pentingnya pemahaman konsep tidak sesuai dengan
kualitas kemampuan memahami konsep nyata. Fakta
menunjukkan bahwa nilai matematika peserta didik Indonesia
masih tergolong rendah. Fakta menunjukkan prestasi
matematika peserta didik di Indonesia masih tergolong
rendah. TIMSS (Trends in International Mathematics and
Sciencs Study) sebagai penelitian internasional matematika
dan sains yang diselenggarakan guna memperoleh informasi
tentang pencapaian matematika dan sains negara-negara
peserta yang dilaporkan pada tahun 2015, rata- rata prestasi
matematika peserta didik kelas 8 Indonesia menduduki
peringkat ke-45 dari 50 negara peserta. PISA (Programme for
International Student Assessment) merupakan bentuk
penilaian kemampuan dan pengetahuan matematika, sains dan
bahasa pada tahun 2015, dan Indonesia menduduki peringkat
ke-64 dari 70 negara dalam bidang matematika. Hasil studi
TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa peserta didik
Indonesia kurang mampu memperoleh pengetahuan
konseptual dan memecahkan masalah yang tidak
konvensional.19
Pentingnya pemahaman konsep matematika tersebut tidak
sejalan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis
yang dimliki peserta didik. Jika dilihat dari hasil belajar
peserta didik pada pelajaran matematika maka dapat dikatakan
masih tergolong rendah. Penyebabnya adalah peserta didik
kurang paham dengan konsep-konsep yang dipelajari
sebelumnya sehingga untuk memahami konsep baru, peserta
didik merasa kesulitan, merasa takut dengan matematika dan
berusaha menghindarinya.
Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa
masih banyak peserta didik yang mendapatkan hasil belajar
matematika di bawah KKM yaitu ≤ 60. Berikut ini tabel
mengenai hasil belajar matematika kelas III SD N 02
Campang Raya.20

Tabel 1
Data Nilai Rata-rata Matematika Peserta Didik
Bidang Studi Matematika Kelas III SD Negeri 02
Campang Raya TP. 2021/2022
Nilai Jumlah Peserta
No Kelas
X ≤ 60 X ≥ 60 didik
1 III A 19 10 29
2 III B 21 7 28

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran


matematika di SD Negeri 02 Campang Raya adalah 60.
Peserta didik dinyatakan tuntas dalam matematika jika nilai
yang diperoleh minimal 60. Hasil belajar peserta didik pada
tabel di atas menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik
19
Dilla Desvi Yolanda, Pemahaman Konsep Matamatika Dengan Metode Discovery,
(Bogor: Guepedia, 2020), 11.
20
Observasi tanggal 23 agustus 2021
yang memperoleh nilai di bawah standar KKM yaitu lebih
dari 50 % peserta didik yang tidak dapat memenuhi standar
KKM.
Hasil wawancara dengan pendidik kelas III SDN Campang
Raya, beliau mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran
beliau masih menggunakan pembelajaran konvensional yakni
dilakukan dengan cara pendidik menjelaskan dan murid
mendengarkan.21 Sehingga pembelajaran terkesan monoton
apalagi saat pembelajaran matematika di jam akhir
pembelajaran.
Dalam Kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada
pendidik, alat peraga yang digunakan masih belum inovatif
yaitu menggunakan alat peraga papan tulis sehingga peserta
didik kurang memahami, memaknai,mengidentifikasi apa
yang telah disampaikan oleh pendidik. Ketika diberikan soal
yang sedikit berbeda dari contoh yang diberikan maka peserta
didik merasa kesulitan menyelesaikan soal tersebut. Mereka
kurang memiliki kepercayaan diri untuk mengkomunikasikan
ide dan pemahaman yang dimiliki karena takut salah dan
ditertawakan oleh teman. Hal tersebut mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak tercapai dan hasil belajar peserta didik pun
rendah sehingga KKM tidak terpenuhi
Dan pada saat peneliti melakukan wawancara peneliti
bertanya kepada salah satu peserta didik, peneliti menanyakan
apakah kendala yang peserta didik tersebut alami. Ternyata
peserta didik sering terbalik dalam memahami apa itu
pengurangan dan apa itu penjumlahan dan peserta didik pun
mengakui bahwa saat dijelaskan oleh pendidik dia tidak
memperhatikan apa yang sudah disampaikan oleh pendidik.
Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya pemahaman
peserta didik dalam proses pembelajaran yang belum berjalan
dengan baik sehingga perlu dirancang suatu pembelajaran
yang membiasakan peserta didik untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, sehingga peserta didik lebih
memahami konsep yang diajarkan serta mampu
mengkomunikasikan.
21
Novitria, “Proses Pembelajaran Peserta Didik”, Wawancara, Agustus 23, 2021.
Dalam proses pembelajaran Peran pendidik sangatlah
penting untuk mendorong peserta didik agar lebih memahami
materi yang di sampaikan agar dapat meningkatkan hasil
belajar yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan media atau alat peraga sesuai dengan materi yang
akan di sampaikan oleh pendidik sehingga pembelajaran tidak
terkesan monoton dan berdampak pada peningkatan hasil
belajar peserta didik.
Penggunaan metode dan alat peraga yang bervariasi
membuat peserta didik lebih tertarik dalam pelajaran yang
diajarkan sehingga metode dan alat peraga memiliki andil
yang cukup kuat dalam proses pembelajaran. Ada banyak
metode dan alat peraga yang digunakan dalam proses belajar
mengajar
Jadi pemilihan metode dan alat peraga sangat penting
untuk diperhatikan, karena metode dan alat peraga adalah
salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) rata-rata usia anak dari 7 tahun
sampai dengan12 tahun, pada dasarnya perkembangan
intelektualnya termasuk dalam tahap operasional kongkret,
sebab berfikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari
obyek-obyek.
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika
di SD memang diperlukan, karena alat peraga memiliki andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar, dengan
menggunakan alat peraga tersebut anak lebih mudah
memahami materi yang di sampaikan oleh pendidik. Sehingga
anak lebih mudah memahami topik yang disajikan. Dalam
proses belajar mengajar pemilihan metode dan alat peraga
harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dalam
proses belajar pendidik belum pernah menggunakan metode
TGT pada alat peraga (pohon pintar) yaitu pada materi
pengurangan dan penjumlahan.
Berdasarkan pemaparan di atas, salah satu metode dan alat
peraga yang cukup berpengaruh dalam proses belajar
mengajar dan mendukung meningkatkan hasil belajar
matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan adalah
metode TGT pada alat peraga (pohon pintar) untuk materi
penjumlahan dan pengurangan.
Metode TGT adalah metode pembelajaran kooperatif yaitu
salah satu pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk
aktif, kreatif dan berlatih kemampuan bekerja sama serta
kemadirian. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang
bisa dijadikan alternatif adalah model pembelajaran Team
Games Tournamen (TGT). model pembelajaran Team Games
Tournamen (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menitik beratkan permainan dan turnamen
untuk mencapai ketuntasan.22
Pelaksanan metode pembelajaran TGT diterapkan dengan
cara berkelompok yaitu peserta didik secara heterogen yang
tediri dari 4 orang dalam setiap kelompok kemudian berikan
informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan, Siapkan
meja turnamen secukupnya,tournament: peserta didik
mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja
dan mengerjakannnya untuk jangka waktu tertentu (misal:3
menit). Model pembelajaran TGT yang mudah diterapkan dan
mengandung unsur permainan sehingga dapat meningkatkan
minat peserta didik dan hasil belajar peserta didik meningkat
pada pembelajaran matematika terutama penjumlahan dan
pengurangan.

Metode TGT pada alat peraga pohon pintar diprediksikan


dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, dengan
menggunakan alat peraga pohon pintar dapat meningkatkan
kemampuan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan di
kelas 3 SD, untuk menanamkan konsep penjumlahan dan
pengurangan yang mudah dipahami oleh peserta didik.
Peserta didik dapat belajar operasi penjumlahan dan
pengurangan sampai bilangan 20 dengan bantuan benda
22
Msy Hikmah, Yenny Anwar, dan Riyanto, “Penerapan Model
Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar
Peserta Didik Pada Materi Dunia Hewan Kelas X Di SMA Unggul Negeri 8
Palembang,”Jurnal Sains Riset ISSN 2088-0952 9 No. 1 (2019): 58,
https://doi.org/10.36706/fpbio.v5i1.7049.
kongkret. Benda yang dimaksud adalah gambar buah yang
ditempel pada pohon yang diberi nama pohon pintar. Pohon
pintar ini bisa difungsikan untuk operasi penjumlahan dan
pengurangan, pada batang pohon dilengkapi dua lingkaran
bertuliskan bilangan yang dapat diputar dan nantinya bilangan
tersebut yang akan di operasikan, pohon pintar juga
dilengkapi dengan gambar buah yang nantinya akan
digantung di atas pohon sesuai bilangannya, setelah itu
peserta didik harus menggeser bilangan dibawahnya sebagai
hasil dari operasi penjumlahan dan pengurangan.
Dengan menggunakan alat peraga pohon pintar peserta
didik akan lebih mudah memahami bahwa penjumlahan
merupakan penggabungan dan pengurangan sebagai proses
pengambilan. Jadi pemilihan metode pembelajaran di dalam
proses pembelajran haruslah tepat dengan materi yang akan
disampaikan, sebagai contohnya materi penjumlahan dan
pengurangan diprediksikan sangat efektif menggunakan
metode TGT pada alat peraga pohon pintar pada peserta didik
SD kelas 3. Karena Metode TGT dan alat peraga pohon pintar
saling berkaitan untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik karena membuat pohon pintar peserta didik harus
berkelompok agar mudah membuat rancangan pohon pintar.
Bardasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti
terdorong untuk memilih penelitian yang berkaitan dengan hal
tersebut dengan judul “Penerapan Metode TGT Pada Alat
Peraga (Pohon Pintar) Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Peserta Didik Pada Materi Penjumlahan dan
Pengurangan”.

C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada Penerapan Metode TGT
Berbantu Alat Peraga (Pohon Pintar) Untuk Mengingkatkan
Pemahaman Konsep Peserta Didik Pada Materi Penjumlahan
dan Pengurangan SD Kelas 3 SD Negeri 02 Campang Raya.

D. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Pembelajaran dengan menggunakan metode
konvensional menjadikan peserta didik sulit
memahami konsep matematika.
b. Peserta didik hanya mendengarkan apa yang
disampaikan pendidik.
c. Rendahnya hasil belajar peserta didik dapat
disebabkan oleh penggunaan alat peraga yang kurang
tepat.
d. Proses pembelajaran peserta didik kurang
meningkatkan pemahaman matamtika pada materi
penjumlahan dan pengurangan peserta didik.
e. Pemilihan metode pembelajaran harus tepat dan sesuai
dengan materi yang disampaikan.
f. Pemahaman Konsep Matematika peserta didik masih
rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar
yang masih dibawah KKM yang ditetapkan.
2. Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah :
a. METODE TGT (Teams Games Tournament)
b. Alat peraga (Pohon Pintar)
c. Pemahaman Peserta didik Pada Materi Penjumlahan
Dan Pengurangan

E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana penerapan metode TGT Pada Alat Peraga(Pohon
Pintar) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta
didik Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Kelas III
SDN 02 Campang Raya.

F. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian
ini Untuk Mengetahui penerapan Metode TGT Pada Alat
Peraga (Pohon Pintar) Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Peserta didik Pada Materi Penjumlahan Dan
Pengurangan Peserta didik Kelas 3 SD N 02 Campang Raya.

G. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
a. Untuk menambah wawasan baru sebagai dorongan
untuk diadakannya penelitian lanjutan tentang
keefektifan alat peraga dalam suatu proses
pembelajaran khusus nya matematika .
b. Dapat memotivasi untuk melakukan inovasi-inovasi
dalam pembelajaran, serta menambah kesiapan untuk
mengajar.
c. Menambah refrensi metode dan alat peraga untuk
materi penjumlahan dan pengurangan
2. Bagi pendidik
a. Memberikan masukan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan menerapkan alat peraga sebagai
alternatif bentuk pembelajaran matematika untuk
melaksanakan proses pembelajaran
b. Memberikan masukan untuk menggunakan metode
dan alat peraga sesuai dengan materi yang akan di
sampaikan
3. Bagi peserta didik
a. Dalam penggunaan metode dan alat peraga dalam
pembelajaran matematika diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
b. Dalam proses pembelajaran dapat memahami dengan
mudah pembelajaran matematika dengan metode dan
alat peraga yang tepat pada materi pengurangan dan
penjumahan.
4. Bagi sekolah
a. Sebagai informasi penggunaan alat peraga yang
kemungkinan akan mempengaruhi hasil belajar
peserta didik
b. Sebagai salah satu refrensi model pembelajaran yang
dapat digunakan dalam rangka peningkatan kualitas
output pendidikan.
c. Untuk meningkatkan mutu pendidikan

H. Kajian Penelitian Yang Relevan


Kajian penelitian terdahulu yang Relevan merupakan
ulasan peneliti terhadap bahan Pustaka dan hasil-hasil
penelitian yang sudah dilakukan orang lain dan relevan
dengan tema dan topik penelitian yang akan dilakukan. Kajian
penelitian terdahulu yang relevan dilakukan dengan mencari,
membaca, dan menelaah bahan pustaka dan hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang memuat teori-teori yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian penelitian
yang relevan terdahulu dilakukan untuk mengetahui batas
akhir penelitian yang sudah ada (state of the art) dengan
menyebutkan hasil kajian, sehingga diketahui ruang kosong
atau wilayah yang belum dikaji orang lain dan berbeda
dengan penelitian yang akan dilakukan. Dari sini kemudian
bisa diketahui adanya kebaruan (novelty) penelitian yang akan
dilakukanya. Disini peneliti menggunakan beberapa telaah
pustaka atau penelitian relevan di antaranya yaitu yang di
lakukan oleh :
1. Tiyas Purbaningsih mahasiswi fakultas tarbiyah dan ilmu
kependidikan IAIN METRO Jenjang Strata 1 (S1) 23
Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan
adalah peneliti ingin mengetahui sejauh mana penerapan
meode TGT pada alat peraga yang akan digunakan pada
materi penjumlahan dan pengurangan untuk
meningkatkan hasil belajar pada peserta didik SDN 02
Campang Raya, sedangakan Tiyas Purbaningsih
membahas tentang penggunaan alat peraga pada materi
geometri (Bangun Ruang) untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar peserta didik

23
Tiyas Purbaningsih, “Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan
Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas Iv Sd Negeri 03
Gondangrejo Tahun Pelajaran 2017” Skripsi (UIN Raden Intan, 2017).
2. Luthfi Anarani Fauziyyah Mahasiswi Fakultas Tarbiyah
Dan Ilmu Kependidikan UIN Raden Intan Lampung
Jenjang Strata 1 (S1)24 . Perbedaannya dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah peneliti menggunakan
metode TGT pada alat peraga(pohon pintar) untuk
mengetahui sejauh mana penerapan metode TGT pada
alat peraga (pohon pintar) pada mata pelajaran
matematika yaitu materi penjumlahan dan pengurangan
untuk meningkatkan hasil belajar pada peserta didik SDN
02 Campang Raya, sedangkan Luthfi Anarani Fauziyyah
menggunakan alat peraga sebagai media untuk melihat
sejauh mana pengaruh penggunaan alat peraga terhadap
hasil belajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan.
Penelitian yang nantinya akan dilakukan oleh peneliti
adalah membahas tentang“penerapan metode TGT pada Alat
Peraga(pohon pintar) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
peserta didik Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan
Peserta didik Kelas 3 SDN 02 Campang Raya Tahun
2021/2022 ini didalamnya membahas tentang seberapa besar
penerapan metode TGT pada alat peraga (pohn pintar) ketika
digunakan pada materi penjumlahan dan pengurangan
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik SDN
02 Campang Raya, sedangkan penelitian yang relevan di atas
menggunakan alat peraga untuk melihat seberapa besar
pengaruh alat peraga pada materi dan mata pelajaran yang
berbeda dari peneliti.

I. Sistematika Penulisan

24
Luthfi Anarani Fauziyyah, “Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Terhadap
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas Iv Sekolah Dasar
Negeri 2 Rulung Raya Natar Lampung Selatan Tahun Ajaran 2017” Skripsi (UIN
Raden Intan, 2017).
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan
Metode TGT Pada Alat Peraga (Pohon Pintar) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik Pada Materi
Penjumlahan dan Pengurangan”.
Memiliki sistematika penulisan sebagai berikut :
1. BAB 1 Pendahuluan
Memuat penegasan judul, latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian
terdahulu yang relavan dan sistematika penulisan.
2. BAB II Landasan Teori dan Pengajuan Hipotesis
Memuat teori yang digunakan , model tindakan dan
hipotesis tindakan.
3. BAB III Metode Penelitian
Memuat waktu dan tempat penelitian, metode dan
rancangan siklus penelitian , subjek penelitian, peran dan
posisi penelitiam , tahapan intervensi tindakan, hasil
intervensi tindakan yang diharapkan, instrumen
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, keabsahan
data, analisis dan interpretasi data, dan pengembangan
perencanaan tindakan.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Memuat deskripsi data hasil penelitian, analisis data, dan
pembahasan.
5. BAB V Penutup
Memuat simpulan dari penelitian dan rekomendasi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Metode Pembelajaran Team Games Tournament
a. Pengertian Metode Pembelajaran TGT
TGT (Team Games Tournament) merupakan model
kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam
pembelajaran pada umumnya. Disamping itu konsep gaes
dapat diartikan sebagai permainan. Sejalan dengan usia
anak,dimana dunia mereka lebih didominasi dalam
bentuk kegiatan bermain.25
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-
kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang peserta
didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku
atau ras yang berbeda. Pendidik menyampaikan materi,
dan peserta didik bekerja secara kelompok mereka
masing-masing. Pembelajaran kooperatif dengan metode
TGT menggunakan turnamen akademik dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan
individu, dimana peserta didik berlomba sebagai wakil
tim atau kelompok akan saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-
masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta didik
sedang bermain game, teman yang lain tidak boleh
membantu, dan pendidik perlu memastikan telah terjadi
tanggung jawab individual.
Model pembelajaran ini sangat efektif digunakan
pendidik untuk mengetahui sejauh mana peserta didik

25
Siti Qomariyah, “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada
Sifat Bangun Ruang Melalui Cooperative Learning Type Team Games Tournament
(TGT) Kelas IV Semester 1 MI Negeri 6 Cilacap,” Insan Cendekia: Jurnal
Pendidikan 3, No. 1 (2022): 36, https://doi.org/10.54012/jurnalinsancendekia.v3i1.58.
memiliki kemampuan dalam memahami pelajaran yang
disampaikan pendidik.26

b. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Teams


Game Tournament (TGT)
1) Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi peserta didik yang berhubungan dengan
materi yang akan diberikan
2) Pendidik menyampaikan konsep-konsep materi
3) Pendidik membagi kelompok secara heterogen
4) Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja
5) Peserta didik mendiskusi materi yang ada di lembar
kerja
6) Pendidik melakukan bimbingan pada saat peserta
didik melakukan diskusi dan memberi penguatan-
penguatan
7) Pendidik menyiapan 1 meja tournament
8) Peserta didik melakukan turnamen pada meja yang
sudah disiapkan
9) Peserta didik kembali ke kelompok awal dengan
membawa hasil tournamentt
10) Pendidik melakukan validasi, penjelasan soal dan
jawaban untuk memperkuat pemahaman peserta
didik terhadap materi pembelajaran
11) Skor-skor direkap di kelompoknya, kemudia
memberikan penghargaan bagi kelompok yang
menang.
12) Pendidik melakukan evaluasi individu dengan tes27

2. Alat Peraga
26
Hikmah Rusdi, “Penggunaan Mobile Learning Berbasis Cooperative
Learning Model team Games Tournament untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Guru di MTSN 2 Maros,” Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran 4, No. 2 (2021): 4,
https://doi.org/10.30605/jsgp.4.2.2021.1246.
27
Rusyanto. TGT (Team Games Tournament) Dalam Pembelajaran IPS.
( Jawa Tengah: Penerbit NEM, 2021). 16-17
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat yang dapat diperlihatkan
wujudnya dengan tujuan membuat pelajaran lebih jelas. 28
Alat peraga merupakan alat bantu bagi pendidik untuk
menyampaikan pesan kepada peserta didik. Alat peraga
disamakan dengan media. Kata media berasal dari bahasa
latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”. Dalam aktivitas
pembelajaran, media mengacu pada penggunaan alat
yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian
pesan atau informasi. Arsyad mengatakan bahwa alat
peraga adalah segala sesuatu yang masih abstrak
kemudian dibuat konkret atau nyata dengan alat-alat
sehingga dapat dijangkau oleh pikiran yang sederhana
dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. 29 Dikarnakan
alat peraga lebih dikhususkan dari media pembelajaran
dan teknologi karena berfungsi hanya untuk
memeragakan materi pelajaran yang bersifat abstrak.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa alat peraga adalah
semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam
kegiatan belajar-mengajar, untuk menyampaikan
pengetahuan, fakta, konsep, dan prinsip kepada peserta
didik agar lebih nyata.

b. Fungsi Alat Peraga


Alat peraga merupakan bagian dari media
pembelajaran. Levied an Lentz mengemukakan dalam
Azhar Arsyad terdapat empat fungsi media pembelajaran
atau alat peraga khususnya media visual, yaitu meliputi
fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi
kompensatoris.30
1) Fungsi atensi, media visual yang intinya menarik
dan mengarahkan peserta didik untuk focus pada isi

28
Nunuk Suryanii, dkk. Media Pembelajaran Inofatif dan Pengembangannya.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018), 17.
29
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran. (Jakarta:Rajawali Pers, 2019), 9.
30
Ibid. 35-36
pelajaran. Seringkali pada awal pembelajaran
peserta didik kurang tertarik dengan materi pelajaran
yang tidak disukai sehingga kurang memperhatikan.
2) Fungsi afektif, yaitu media yang dapat diliat dari
tingkat kenikmatan peserta didik saat mempelajari
teks bergambar. Gambar atau symbol visual dapat
mengubah emosi dan sikap peserta didik, misalnya
informasi mengenai masalah sosial.
3) Fungsi kompensatoris, yaitu media pembelajaran
terbukti dari hasil penelitian dimana media yang
memberikan konteks untuk memahami teks,
membantu peserta didik yang tidak mampu dalam
menyusun informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran
berfungsi menyesuaikan peserta didik yang lemah
dan lamban dalam menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau yang
disajikan secara lisan.

c. Prinsip Alat Peraga


Prinsip yang harus dimiliki alat peraga adalah:
1) fungsional atau cocok dengan tujuan pembelajaran,
artinya media atau alat peraga yang digunakan
bukan hanya sekedar pelengkap proses
pembelajaran, tetapi benar-benar merangsang
peserta didik untuk berlatih.
2) Tersedia artinya, saat diperlukan dalam proses
pembelajaran media itu didapatkan.
3) Murah.
4) Menarik, tujuannya agar peserta didik dapat
termotivasi untuk terliat dalam proses secara intens
dan serius.31

d. Alat peraga Pohon Pintar

31
Nurul Hidayah, Diah Rizki Nur Khalifah. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk Sekolah Dasar. (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pranala, 2019), 73-74.
Alat peraga pohon pintar merupakan media visual tiga
dimensi. Daryanto menyatakan media tiga dimensi ialah
sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya
secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat
berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati,
dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili
aslinya. Media tiga dimensi yang dapat diproduksi
dengan mudah adalah tergolong sederhana dalam
penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus
memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh
pendidik, bahannya mudah diperoleh di lingkungan
sekitar.32
1) Pengajaran penjumlahan dan pengurangan melalui
permainan pohon pintar membutuhkan bermacam-
macam bahan dan alat seperti ini:
a) Bahan : Kertas manila putih, hijau, merah,
spidol/krayon, selotip/lem, dan gunting.
b) Adapun cara dan langkah-langkah yang
dilakukan dalam membuat pohon pintar yaitu:
(1) Menyiapkan bahan.
(2) Menggambar pohon batang pohon beserta
cabang dan ranting-rantingnya pada kertas
manila putih dengan menggunakan spidol
atau krayon.
(3) Tempel kertas manila yang sudah bergambar
pohon di dinding kelas.
(4) Gunting kertas manila berwarna hijau
membentuk daun sedangkan kertas manila
warna merah digunting membentuk buah,
kemudian rekatkan selotip atau lem di
bagian belakang kertas daun dan buah.
(5) Penjumlahan dan pengurangan ditulis
peserta didik sendiri ketika akan mulai
permainan.

32
Sri Wahyuningsih. “Pengajaran Kosa Kata Bahasa Arab Peserta didik
Melalui Media Permainan Pohon Pintar,” Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Al-af’idah
2, No .1, (2018): 29, https://doi.org/10.52266/al-afidah.v2i1.162.
2) Penyajian atau pelaksanaan dari permainan melalui
pohon pintar dilaksanakan secara kelompok dengan
metode praktek langsung dan pemberian tugas. Adapun
cara penyajian dari permainan ini adalah sebagai
berikut:
(1) Pendidik menyediakan alat peraga berupa
pohon pintar.
(2) Pendidik memperkenalkan permainan dengan
pohon pintar kepada peserta didik dengan
menggunakan metode Tanya jawab.
(3) Pendidik menjelaskan cara memainkan alat
permainan tersebut kepada peserta didik
dengan cara memperagakannya serta
menetapkan aturan bermain.
(4) Pendidik menetapkan aturan bermain kepada
peserta didik agar dapat bermain dengan tertib
sesuai aturan yang telah disepakati bersama.
(5) Pendidik mempersilahkan peserta didik untuk
menulis jawaban pada kertas pola setelah
diberikan soal oleh pendidik secara bergantian.
(6) Pendidik memberikan motivasi atau bimbingan
serta penghargaan kepada peserta didik dalam
melaksanakan permainan.33

e. Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah
understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu
materi yang dipelajari. Adapun menurut beberapa ahli yang
mendefinisikan pemahaman.49Sudjana mengatakan bahwa
pemahaman ialah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat
memaparkan apa yang telah mereka baca atau dengar
dengan kalimatnya sendiri, mengambil contoh lain dari apa
yang dicontohkan pendidik, dan menggunakan petunjuk
penerapan dalam situasi lain.34 Tingkat kemampuan yang
33
Ibid 30.
34
Ela Suryani, Analisis Pemahaman Konsep? Two-Tier Test Sebagai
Alternatif, (Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2019), 1.
mengharapkan peserta didik mampu memahami arti
konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Maksud dari
pemahaman ini adalah
seberapa besar peserta didik mampu menerima,
menyerap, memahmi, pelajaran yang diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik atau sejauh mana peserta
didik dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang
dilihat, yang dialami atau yang dirasakan berupa hasil
penelitian atau observasi yang ia lakukan. Menurut Rosser
pemahaman konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian atau hubungan-
hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.
Pemahaman konsep merupakan penyajian-penyajian internal
dari stimulus. Konsep merupakan dasar bagi proses mental
yang lebih tinggi untuk merumuskan prnsip dan generalisasi.
Dengan demikian konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam
definisi dan teori. Menurut Bloom pemahan konsep adalah
kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti
mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan
kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan
interprestasi, dan mampu ngengaplikasikannya. Pemahaman
konsep yang dimiliki oleh peserta didik dapat digunakan
untuk menyesuaikan suatu permasalahan yang ada kaitan
dengan konsep yang dimiliki. Dalam pemahaman konsep
peserta didik tidak hanya sebatas mengenal tetapi peserta
didik harus dapat menggabungkan satu konsep dengan
konsep lain.
Pemahaman konsep adalah kemampuan individu untuk
memahami suatu konsep tertentu. Seorang peserta didik
telah memiliki pemahaman konsep apabila peserta didik
telah menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Dari
pendapat tersebut seorang peserta didik yang mempunyai
pemahaman ia akan mampu menjelaskan kembali meteri
yang sudah dipelajarinya berdasarkan pemahamannya
sendiri sehingga pembelajaran akan menjadi bermakna. 35
Adapun indikator pemahaman konsep di dalam
penelitian, Salimi mengemukakan bahwa indikator peserta
didik dikatakan paham terhadap konsep matematika dapat
dilihat dari kemampuan peserta didik dalam beberapa hal
berikut:
1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.
2) Membuat contoh dan noncontoh penyangkat.
3) Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram
dan simbol.
4) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.
5) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
6) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain.
7) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal
syarat-syarat yang menemukan suatu konsep.
Indikator pemahaman konsep menurut Sanjaya
diantaranya:
1) Mampu menerangkan secara verbal mengenal apa yang
telah dicapainya.
2) Mampu menyajikan situasi matematika kedalam
berbagai cara mengetahui perbedaan.
3) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan
dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk
konsep tersebut.
4) Mampu menerapkan hubungan antara kosep dan
prosedur.
5) Mampu memberika contoh dan kontra dari konsep yang
dipelajari.
6) Mampu menerapkan konsep secara algoritma.
7) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

Sedangkan konsep adalah gagasan atau ide abstrak


yang dapat digunakan mengklasifikasikan atau

35
Dede Salim Nahdi et al., “Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Peserta
didik Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA,” Jurnal
Cakrawala Pendas 4, No. 1,( 2018): 10, http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v4i2.1050.
mengkategorikan sekumpulan objek, apakah suatu objek
tertentu merupakan contoh dari suatu konsep. Konsep dan
definisi berkaitian erat dengan definisi. Definisi adalah
cetusan yang memberikan keterangan suatu konsep.
Dengan definisi seseorang dapat membuat ilustrasi atau
lambang atau simbol yang mendefinisikan konsep.
Konsep adalah sesuatu yang tercermin dalam suatu
pemikiran, gagasan, atau pemahaman. Jadi konsep
merupakan sesuatu yang mengakar dalam hati yang
diwujudkan dalam pemikiran atau pemahaman. Seseorang
yang mempunyai konsep berarti bahwa orang tersebut
mempunyai pemahaman yang jelas tentang gambaran
konsep dari sesuatu. Sesuatu tersebut bisa menjadi objek
konkret atau ide abstrak.36

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa


indikator pemahaman konsep adalah:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep.
2) Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
3) Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari
suatu konsep.
6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih
prosedur atau operasi tertentu.
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada
pemecahan masalah.37

4. Penjumlahan dan Pengurangan

36
Mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2019, Catatan Dasar
Pembelajaran Matematika (Jawa Tengah: NEM, 2020), 230.
37
Yuni Kartika, “Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Peserta Didik Kelas VII SMP Pada Materi Bentuk Aljabar,” Jurnal Pendidikan
Tambusai 2, No. 4 (2018): 779-780, https://doi.org/10.31004/jptam.v2i4.25.
Penjumlahan adalah perihal atau perbuatan
menjumlahkan, jumlah artinya bilangan yang terjadi dari
beberapa bilangan yang dikumpulkan menjadi satu.
Contohnya : 14+ 12 = 26 dan 3+4= 7
Pengurangan adalah perbuatan mengurangi atau
mengurangkan. Mengurangi ialah mengambil. Contoh 25-
20=5 dan 20-15=5

B. Model Tindakan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
yaitu kajian yang dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran
sedang terjadi. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada
kelas atau proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas. 38Pada
penelitian tindakan kelas ini menggunakan model kemmins Mc
Taggart, makna nya pada tindakan (acting) dengan pengamatan
(observing) disatukan dengan alasan kedua aktifitas ini tidak
dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua proses tersebut
harus dilakukan secara simultan. Begitu berlangsung kegiatan
pelaksanaan tindakan maka kegiatan observasi juga harus
dilakukan sesegera mungkin.39
Model ini bila dicermati, merupakan model yang terdiri dari
empat unsur yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Untaian tersebut dipandang sebagai satuan siklus,
artinya siklus adalah putaran aktivitas terdiri dari unsur
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, banyaknya siklus pada
penelitian ini dapat dilihat dari permasalahan yang perlu
dipecahkan, makin banyak masalah yang ingin dipecahkan makin
banyak pula siklus yang dilalui.40

C. Hipotesis Tindakan

38
Hidayatullah, Penelitian Tindakan Kelas ( Lebak Banten:LKP Setia Budi,
2018), 2.
39
Rustiyarso, Tri Wijaya, Panduan dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas,
(Depok: Noktah, 2020), 54.
40
Afi Parnawi, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Grub Penerbit CV Budi
Utama, 2020), 11-13.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang akan dicari solusi pemecahan melalui proses penelitian.
Hipotesis untuk penelitian ini yakni diduga melalui pembelajaran
dengan model TGT berbantu alat peraga pohon pintar bisa
meningkatkan pemahaman konsep dalam pelajaran Matematika
materi penjumlahan dan pengurangan kelas II SDN 2 Campang
Raya
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Campang Raya yang
beralamat di Jln Mayor Jenderal Hm. Ryacudu, Campang Raya,
Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung.
Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun
2022/2023.

B. Metode dan Rancangan Siklus Kajian


Dengan garis besar, metode penelitian yakni sebuah cara
sistematis serta tersusun mengenai bagaimana menjalankan
penelitian.41 Cara itu direalisasikan saat mencari data, mendapat
data, memaknai data, serta menyimpulkan data hingga tujuan
penelitian yang ditetapkan bisa tergapai. Dalam pelaksanaan
penelitian dibutuhkan sebuah cara atau metode ilmiah khusus
guna mendapatkan data serta informasi, metode ilmiah itu
dibutuhkan dengan tujuan supaya data atau informasi yang di
kumpulkan bisa dipertanggung jawabkan dengan ilmiah yaitu
metode penelitian. Metode penelitian ini memakai studi tindakan
kelas atau PTK dengan metode TGT berbantu alat peraga pohon
pintar, karena penelitian ini dilaksanakan dengan menjalankan
tindakan yang disusun guna memperbaiki atau meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik.
Dalam pelaksanaanya, penelitian tindakan kelas ini
menggunakan model kemmis dan taggart. Penelitian tindakan
kelas atau PTK memiliki beberapa tahap atau siklus tindakan.
Berikut beberapa tahapnya :
1. Tahap perencanaan, adalah tahap rencana tindakan yang akan
dilaksanakan guna memperbaiki atau menaikkan perubahan
perilaku serta sikap untuk solusi.

41
Asep Kurniawan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018), 1.
2. Tahap pelaksanaan tindakan, adalah hal yang dilaksanakan
oleh pendidik atau pengkaji sebagai usaha perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang diharapkan.
3. Tahap pelaksanaan observasi, adalah tahap mencermati hasil
atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan
pada peserta didik.
4. Tahap refleksi, yakni tahap pengkaji mengkaji, melihat, serta
menimbang dampak/tindakan dari segala kriteria.
Berlandaskan hasil refleksi ini, pengkaji bersama pendidik
menjalankan revisi perbaikan pada tujuan awal.42

C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yakni
peserta didik kelas IIB SDN 2 Campang Raya semester ganjil,
dengan jumlah 20 peserta didik yang terdiri dari 11 peserta didik
laki-laki dan 9 peserta didik perempuan.

D. Peran dan Posisi Penelitian


Pada penelitian ini peneliti di tempat penelitian ini mutlak
diperlukan sebagai pelaku tindakan penelitian. Peneliti
melakukan kolaborasi dengan pendidik yaitu pendidik kelas II
yang posisinya sebagai observer. Namun pada penelitian ini
peran yang dikerjakan dengan observer yaitu yang berkaitan
dengan perancangan pembelajaran, melakukan observasi alur
pembelajaran, mengerjakan refleksi serta merancang kembali
tindakan guna siklus selanjutnya.
Peneliti melakukan tindakan pada mata pelajaran matematika
materi penjumlahan dan pengurangan dengan metode
pembelajaran TGT berbantu alat peraga pohon pintar. Dalam
penelitian ini peneliti juga membuat rancangan pelaksanaan
pembelajaran dan menyiapkan perangkat penelitian seperti
lembar observasi,tes dan alat dokumentasi.

E. Tahap Intervensi Tindakan


42
Endang Widi Winarti, Teori dan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, PTK,
R&D, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), 221.
Tahap yang dilaksanakan pada penelitian ini agar dapat
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dengan metode
pembelajaran TGT berbantu alat peraga pohon pintar pada mata
pelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan.
Peneliti ini menggunakan siklus dalam setiap siklus ada 4 tahap
yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
observasi, serta tahap refleksi. Dibawah ini langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yaitu:
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap penelitian tindakan kelas maka hal yang
wajib dilakukan dalam tahap perencanaan kegiatan harus
sesuai terhadap pendidikan karakter yang nantinya akan
dilakukan dikelas yaitu:
1) Menyusun RPP untuk siklus I yang dititik beratkan
pada perencanaan langkah-langkah perbaikan yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran dengan metode
TGT berbantu alat peraga pohon pintar materi
penjumlahan dan pengurangan. Dalam rencana ini
peneliti menggunakan metode pembelajaran TGT.
2) Menyiapkan materi ajar yang akan dipakai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran.
3) Menyiapkan instrumen pengumpulan yaitu lembar
observasi aktivitas pendidik dalam mengelola
pembelajaran serta lembar aktivitas peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran.
4) Menyiapkan soal tes untuk mengukur pemahaman
konsep peserta didik.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan rencana
pembelajaran yang telah di tersiapkan. Tindakan yang
akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan.
dengan metode pembelajaran TGT berbantu alat peraga
pohon pintar. Pada tahap ini, dilaksanakan tiga tahap
proses belajar mengajar, yaitu pendahuluan, inti, dan
penutup. Tindakan ini dilakukan tiga kali pertemuan
melalui beberapa tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti,
dan penutup.
1) Menjalankan kegiatan pembelajaran di kelas II
dengan menggunakan metode pembelajaran TGT
berbantu alat peraga pohon pintar pada materi
matematika penjumlahan dan pengurangan serta
dalam metode-metodenya disesuaikan dengan RPP.
2) Pendidik menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan serta
mengkondisikan kelas.
3) Pendidik menyiapakan materi yang sudah disiapkan
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
4) Pendidik meminta peserta didik guna
memperhatikan serta mencermati poin-poin penting
yang terkandung pada pembelajaran.
5) Pendidik serta peserta didik mengadakan diskusi,
peserta didik dapat bertanya terhadap apa yang
belum dipahami.
6) Pendidik menjelaskan materi dan hal-hal yang
belum dipahami peserta didik.
7) Pendidik melakukan klarifikasi, menyimpulkan serta
tindak lanjut.
8) Mengerjakan teks evaluasi untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman yang diperoleh peserta didik
terhadap materi yang diberikan.
c. Tahap Observasi Tindakan
Obsevasi tindakan dalam tahap ini peneliti
mengadakan observasi, mencatat juga menguraikan atau
menginterprestasi terhadap terselenggaranya alur
pembelajaran serta yang paling utama yakni saat peserta
didik menyelesaikan tugas di akhir kegiatan. Ketelitian
juga kecermatan sangat dibutuhkan ketika mencatat serta
mengamati. Diluar mengisi lembar observasi selaku
pembuktian kegiatan observasi, peserta didik
mengerjakan soal tes yang diberikan peneliti dan juga
dibutuhkan pula dokumentasi berupa gambar maupun
foto.
d. Tahap Refleksi Tindakan
Pada tahap ini dari hasil observasi akan di analisa
deskriptif guna mencaritahu apakah dengan memakai
metode pembelajaran TGT berbantu alat peraga pohon
pintar dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta
didik. Berdasarkan hasil analisis ini berikutnya di
refleksikan dengan pendidik kelas II selaku tim pengkaji
saat menjalankan tindakan pengajaran. Selanjutnya
merancang tindakan guna penelitian siklus ke II.

2. Siklus II
Siklus tersebut yakni putaran ulang dari tahap terdahulu
yakni, perencanaan, tindakan, pengamatan, serta refleksi.
Hanya saja siklus 1 serta siklus II sering terjadi hubungan
tiap tahap demi tahapnya.

3. Siklus III
Siklus ini berguna memperbaiki kekurangan dalam siklus
II. Siklus III yaitu klimaks dari studi tindakan kelas, sebab
mengacu ke gagasan perkiraan pengkaji, pada siklus II telah
dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik
dengan metode TGT berbantu alat peraga serta telah meraih
sasaran dibawah ini proses-proses penulisan siklus III yaitu
sama dengan siklus sebelumnya:
Berbentuk tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan
observasi, serta pelaksanaan refleksi.
a. Materi pelaksanaan saling berhubungan.
b. Dalam siklus II harapannya efektivitas kerja peserta
didik dapat tingkatkan dari siklus terdahulu. Pada
umumnya materi penjumlahan dan pengurangan
diinginkan tiap pembelajaran bisa tiap satu siklus 2 kali
pertemuan, sehingga pada semua siklus 6 kali
pertemuan.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan


Pada penelitian tindakan kelas ini, adapun tolak ukur dari
penelian ini apabila pemahaman konsep peserta didik meningkat:
1) Dalam proses pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dengan
metode pembelajaran TGT berbantu alat peraga pohon pintar
pada materi penjumlahan dan pengurangan.
2) Jika penerapan studi tindakan kelas dengan memakai III
siklus bisa dilakukan secara baik memakai metode
pembelajaran TGT berbantu alat peraga pohon pintar dengan
mencapai hasil yang diharapkan yaitu meningkatkan
pemahaman konsep maka dapat disimpulkan alur
pembelajaran berhasil.

G. Instrumen Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi yang digunakan ialah observasi sistematik,
yaitu observasi yang dilaksanakan oleh pengamat dengan
memakai instrument pengamatan. Adapaun observasi yang
dilaksanakan yakni:
a. Lembar Observasi Aktivitas Pendidik
Observasi yakni menghimpun data dengan cara
melihat langsung pada objek yang akan dikaji. Lembar
observasi yang dipakai yakni lembar observasi kegiatan
pendidik dalam mengelola kelas ketika proses
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran
TGT berbantu alat peraga pohon pintar.
b. Lembar Observasi Peserta Didik
Alat untuk mengukur kegiatan peserta didik sepanjang
tahap pembelajaran terjadi. Data kegiatan peserta didik
ini tujuannya guna mencaritahu kegiatan peserta didik
sepanjang pembelajaran pada tiap pertemuan. Data
observasi diisi dengan memakai tanda ceklist dalam
kolom yang sudah ada tepat dengan apa yang sudah di
amati.
c. Soal Tes
Tes yang dipakai yakni tes tulisan objektif berupa
pertanyaan-pertanyan. Tes tertulis dikembangkan
berdasarkan kisi-kisi soal tes. Hasil tes peserta didik
kemudian dinilai sebagai bukti peningkatan. Dalam
penelitian ini betuk tes berupa essay yang dilakukan
setelah pemberian tindakan disetiap akhir pertemuan
setiap siklus.

Tabel 3
Tabel Pedoman Pemberian Penskoran Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep
Indikator Pemahaman Keterangan Skor
Konsep

Menyatakan ulang Jawaban kosong 0


sebuah konsep Tidak dapat menyatakan ulang 1
konsep
Dapat menyatakan ulang 2
konsep tetapi masih banyak
kesalahan
Dapat menyatakan ulang 3
konsep tetapi belum tepat
Dapat menyatakan ulng 4
konsep dengan tepat
Memberikan contoh dan Jawaban kosong 0
bukan contoh dari suatu Tidak dapat memberikan 1
konsep contoh dan bukan contoh
Dapat memberikan contoh dan 2
bukan contoh tetapi masih
banyak keslahan
Dapat memberikan contoh dan 3
bukan contoh tetapi belum
tepat
Dapat memberikan contoh dan 4
bukan contoh dengan tepat
Mengklasifkasikan Jawaban kosong 0
objek menurut sifat-sifat Tidak dapat 1
tertentu sesuai dengan mengklasifikasikan objek
kosepnya sesuai dengan kosepnya
Dapat menyebutkan sifat-sifat 2
sesuai dengan konsepnya
tetapi masih banyak kesalahan
Dapat menyebutkan sifat-sifat 3
sesuai dengan konsepnya
tetapi belum tepat
Dapat menyebutkan sifat-sifat 4
sesuai dengan konsepnya
dengan tepat
Menyajikan konsep Jawaban kosong 0
dalam bentuk Dapat menyajikan sebuah 1
repsesentasi konsep dalam bentuk
pengurangan dan representasi penjumlahan dan
penjumlahan pengurangan tetapi belum
tepat dan tidak menggunakan
penggaris
Dapat menyajikan sebuah 2
konsep dalam bentuk
representasi penjumlahan dan
pengurangan tetapi belum
tepat
Dapat menyajikan sebuah 3
konsep dalam bentuk
representasi penjumlahan dan
pengurangan tetapi tidak
menggunakan penggaris
Dapat menyajikan sebuah 4
konsep dalam bentuk
representasi penjumlahan dan
pengurangan dengan tepat
Mengembangkan syarat Jawaban kosong 0
perlu/syarat cukup suatu Tidak dapat menggunakan atau 1
konsep memilih prosedur atau operasi
yang digunakan
Dapat menggunakan atau 2
memilih prosedur atau operasi
yang digunakan tetapi masih
banyak kesalahan
Dapat menggunakan atau 3
memilih prosedur atau operasi
yang digunakan tetapi belum
tepat
Dapat menggunakan atau 4
memilih prosedur atau operasi
yang digunakan dengan tepat
Menggunakan, Jawaban kosong 0
memanfaatkan dan Tidak dapat menggunakan, 1
memilih prosedur atau memanfaatkan dan memilih
operasi tertentu prosedur atau operasi
Dapat menggunakan, 2
memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi tetapi
masih banyak kesalahan
Dapat menggunakan, 3
memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi tetapi
belum tepat
Dapat menggunakan, 4
memanfaatkan dan memilih
prosedur atau operasi dengan
tepat

Tabel 4
Tabel Interprestasi Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep

No Nilai Kriteria
1 85,00-100 Sangat Baik
2 70,00-84,99 Baik
3 55,00-89,99 Cukup
4 40,00-54,99 Rendah
5 0,00-39,99 Sangat Rendah
2. Dokumentasi
Dokumetasi pada penelitian ini dipakai guna mencaritahu
dan mencatat data data awal dari penelitian serta mengambil
foto untuk bukti berupa gambar. Data yang digunakan berupa
nama peserta didik, dan data yang dibutuhkan dalam tahap
penelitian.

H. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yakni langkah yang terutama dalam
penelitian, sebab tujuan pertama dari penelitian yakni
memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yakni teknik pengumpulan data pada penelitian.
Tujuan data observasi yakni guna menjabarkan latar yang
dikaji. Observasi pada penelitian ini dilaksanakan ketika
pembelajaran terjadi, observasi yang dipakai yakni observasi
non parisipan. pengkaji tidak langsung terkait serta hanya
selaku pengamat independen.43
2. Tes
Tes ialah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang
dipakai untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiiki oleh individu
atau kelompok.44 Tes dites ini dipakai untuk mendapatkan
data mengenai kemampuan dan pengetahuan seseorang, tes
bisa dipakai pada responden yang jumlahnya banyak.45
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah pendukung dari dua teknik lain, dan
sebagai penguat hasil observasi hingga bisa semakin di

43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2018), 204.
44
Ariska Destian, Syofnidah Ifrianti, “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Dengan Memakai Alat Peraga Jam Sudut pada Peserta Didik Kelas IV
SDN 2 Sumur Sumatera Selatan,” Jurnal Terampil: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar. Portal Garuda 4, No. 1 (2019): 58,
https://doi.org/10.24042/terampil.v4i1.1810.
45
Asep Kurniawan, Metode Penelitian Tindakan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018), 127.
percaya. Dokumentasi pada penelitian ini digunakan sebagai
bukti berbentuk gambar serta mencatat data-data awal dari
penelitian. Adapun dokumentasi pada penelitian ini berupa
contoh RPP, profil sekolah, serta foto-foto aktivitas penelitian.

I. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan secara deskriptif yaitu hanya
mengumpulkan data yang diperoleh melalui observasi dan
angket yang disusun, dijelaskan, dan akhirnya dianalisis.
Analisis data bisa dilakukan dengan analisis data kualitatif dan
kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif yang di dapatkan peneliti yakni dari hasil
lembar observasi yang bertujuan agar mengetahui
kekurangan serta kelebihan apa saja yang terjadi pada saat
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Data
kualitatif yaitu data yang diperoleh dari proses
pembelajaran yang menyangkut pada kualitas pembelajaran
seperti sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik.

∑ xi
X=
n
X : rata-rata hitung
∑xi :jumlah data
n : banyak data

Tabel 5
Kriteria Rata-rata
Skor Peserta Didik Taraf Keberhasilan
3,1 – 4 Sangat Baik
2,1 – 3 Baik
1,1 – 2 Cukup
0,1 – 1 Kurang
1. Analisis Data Deskriptif
Data yang dikumpulkan dan dianalisis secara
deskriptif. Secara individual, pemahaman konsep peserta
didik dikatakan telah tuntas belajar dengan perhitungan
sebagai berikut :

Jumlah Skor Yang Diperoleh


Skor Peserta Didik = X
Skor Maksimum
100 %

Tabel 6
Kriteria Pemahaman Konsep Peserta Didik
Skor Peserta Taraf Nilai Dengan
Didik Keberhasilan Huruf
81-100 Sangat Baik A
70-80 Baik B
55-69 Cukup C
30-54 Kurang D
0-29 Kurang Sekali E

J. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Setelah tindakn siklus I selesai dilaksanakan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang
diharapkan, maka ditindak lanjuti dengan melaksanakan sikus II
dengan perencanaan pembelajaran yang telah diperbaiki
sebelumnya, dan begitu seterusnya sehingga hasilnya mencapai
kriteria yang ditetapkan dan siklus pun dapat dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai