Anda di halaman 1dari 25

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI

PONDOK PESANTREN SALAFIYAH AL-FALAH PUTAK PADA


MATERI KOORDINAT KARTESIUS

Disusun Oleh :
Rama Aifama (1612210084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH


PALEMBANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berlalunya waktu kian ramai masalah-masalah hidup ditangani
dengan cemerlang oleh manusia sehingga kehidupan semakin baik. Setiap
permasalahan yang ditangani manusia dikerjakan dengan ilmu pengetahuan. Imam
Syafi’I mengatakan bahwa “Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka
dengan ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, maka dengan ilmu
dan barang siapa yang menginginkan keduanya, maka dengan ilmu”. 1 jadi, ilmu
merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat.
Untuk mendapatkan ilmu tersebut terdapat proses yang dilalui yaitu dengan
pendidikan. Pendidikan tidak terlepas pada kehidupan manusia sepanjang zaman.
Pertambahan manusia senantiasa disertai oleh beragam dimensi kehidupan
manusia, terutama dimensi pendidikan.2
Pendidikan merupakan suatu perkara yang sangat bernilai bagi setiap
manusia baik itu pendidikan yang formal atapun nonformal. Dengan adanya
pendidikan manusia dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada diri untuk
meningkatkan kecerdasan, kepribadian, keterampilan dan juga kekuatan spiritual
keagamaan.
Proses pendidikan yang dilakukan merupakan upaya yang dilakukan
manusia agar memperoleh ilmu pengetahuan yang berguna untuk kehidupan juga
sebagai tanggapan terhadap kewajiban yang diperintahkan Allah SWT. kepada
manusia. Terealisasinya fungsi dan tugas manusia sangat ditentukan oleh ilmu
pengetahuan yang diperolehnya. Usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
adalah dengan cara membaca, mempelajari dan mempraktikannya dalam
kehidupan setiap hari.3

1
Oktrigana wirian, 2017, “Kewajiban Belajar dalam hadis Rasulullah SAW”, Jurnal
Pendidikan, Vol 2. No. 2, Hlm. 121.
2
H. Darmadi, Integrasi Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 1st ed. (Yogyakarta: Diandra
Kreatif, 2017).
3
R. Masykur, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum, ed. Creative Team Aura
(Bandar Lampung: AURA CV.Anugrah Utama Raharja Anggota IKAPI No.03/LPU/2013, 2019).
Sebagaimana dalam firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an surah Al-
Mujadillah [58] ayat 11:

Dِ‫ ح‬D‫ َس‬D‫ ْف‬Dَ‫ ي‬D‫ا‬D‫ و‬D‫ ُح‬D‫ َس‬D‫ ْف‬D‫ ا‬Dَ‫ ف‬D‫س‬ ِ Dِ‫ل‬D‫ ا‬D‫ َج‬D‫ َم‬D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ ي‬Dِ‫ ف‬D‫ا‬D‫ و‬D‫ ُح‬D‫ َّس‬Dَ‫ ف‬Dَ‫ ت‬D‫ ْم‬D‫ ُك‬Dَ‫ ل‬D‫ َل‬D‫ ي‬Dِ‫ ق‬D‫ ا‬D‫ ِإ َذ‬D‫ا‬D‫و‬Dُ‫ ن‬D‫ َم‬D‫ آ‬D‫ن‬Dَ D‫ ي‬D‫ ِذ‬Dَّ‫ل‬D‫ ا‬D‫ ا‬Dَ‫ ه‬D‫ َأ ُّي‬D‫ ا‬Dَ‫ي‬
D‫ ْم‬D‫ ُك‬D‫ ْن‬D‫ ِم‬D‫ا‬D‫و‬Dُ‫ ن‬D‫ َم‬D‫ آ‬D‫ن‬Dَ D‫ ي‬D‫ ِذ‬Dَّ‫ل‬D‫ ا‬Dُ ‫ هَّللا‬D‫ ِع‬Dَ‫ ف‬D‫ر‬Dْ Dَ‫ ي‬D‫ا‬D‫ و‬D‫ ُز‬D‫ ُش‬D‫ ْن‬D‫ ا‬Dَ‫ ف‬D‫ا‬D‫ و‬D‫ ُز‬D‫ ُش‬D‫ ْن‬D‫ ا‬D‫ َل‬D‫ ي‬Dِ‫ ق‬D‫ ا‬D‫ ِإ َذ‬D‫و‬Dَ Dۖ D‫ ْم‬D‫ ُك‬Dَ‫ ل‬Dُ ‫هَّللا‬
ٍ D‫ ا‬D‫ج‬Dَ D‫ر‬Dَ D‫ َد‬D‫ َم‬D‫ ْل‬D‫ع‬Dِ D‫ ْل‬D‫ ا‬D‫ا‬D‫و‬Dُ‫ت‬D‫ ُأ و‬D‫ن‬Dَ D‫ ي‬D‫ ِذ‬Dَّ‫ل‬D‫ ا‬D‫و‬Dَ
D‫ ٌر‬D‫ ي‬Dِ‫ ب‬D‫ َخ‬D‫ن‬Dَ D‫و‬Dُ‫ ل‬D‫ َم‬D‫ ْع‬Dَ‫ ت‬D‫ ا‬D‫ َم‬Dِ‫ ب‬Dُ ‫ هَّللا‬D‫و‬Dَ Dۚ D‫ت‬
Artinya : “Wahai orang - orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang - lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apa bila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscahaya Allah akan meninggikan orang -orang yang beriman di
antaramu dan orang - orang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.4
Berdasarkan surah diatas bahwasanya manusia dituntut untuk berlomba-
lomba dalam mengembangkan potensi dirinya dan mengaktualisasikan secara
nyata dalam berkehidupan sosial serta Allah SWT, akan mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu dan keimanannya Allah akan menghibahkan
kelapangan bagi orang-orang yang berlapang-lapang dalam majelis
(perkumpulan).
Kurikulum adalah salah satu aspek yang mendorong perubahan dalam
pengelolahan pendidikan. Kedudukannya dalam proses pendidikan sangatlah
penting, selain untuk mengembangkan pesrta didik kearah perkembangan optimal
baik dari segi jasmani dan rohani, kurikulum juga sebagai barometer dalam
melihat kemajuan pendidikan di suatu Negara.5
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat,
maka kehidupan manusia dipaksa untuk mengembangkan potensi pikirinya agar
dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin pesat. Sama halnya dengan
kurikulum di Indonesia, untuk menghasilkan masyarakat yang berkualitas dan
menyesuaikan zaman maka pemerintah indonesia melakukan perkembangan

Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya, n.d.


4

R. Masykur, Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum, ed. Creative Team Aura
5

(Bandar Lampung: AURA CV.Anugrah Utama Raharja Anggota IKAPI No.03/LPU/2013, 2019
kurikulum yang sesuai dengan keadaan zaman, yang dimana Indonesia tercatat
mengalami perubahan kurikulum 11 kali.
Untuk saat ini beberapa sekolah di Indonesia masih menggunakan
Kurikulum 2013 yang menegaskan bahwa pembelajaran semestinya lebih
berpusat pada siswa (Student Centered). Peserta didik dituntut untuk mencari dan
menemukan sendiri secara aktif dalam menyelesaikan masalah. Sehingga peserta
didik dapat mencari dan menemukan sendiri sumber belajar dengan bimbingan
pendidik. Hal tersebut berkaitan dengan firman Allah SWT. dalam Surah Al-
Kahfi ayat 66 :

‫ك ع َٰلٓى اَ ْن تُ َع ّل َم ِن ِم َّما ُعلّ ْمتَ ُر ْشدًا‬


َ ‫وسى هَلْ اَتَّبِ ُع‬
ٰ ‫قَا َل لَهٗ ُم‬
Artinya : “Musa berkata pada Khidir “bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu - ilmu yang telah
diajarkan kepadamu”.6
Surah diatas berkenaan dengan peran seorang tenaga pendidik sebagai
mediator bagi peserta didik, yang dimana tugas tenaga pendidik membimbing
peserta didik serta memberi tahu tentang kendala atau kesulitan dalam proses
pendidikan berlangsung. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses
pembelajaran bagaimana membentuk pribadi peserta didik menjadi lebih baik.
Namun pada kenyataan, ketika proses pendidikan dilalui dalam berbagai jenjang
kurangnya memperhatikan aspek pendidikan yang baik. baik itu pada aspek
pemahaman materi ataupun materi pembelajaran yang akan diberikan. Dan oleh
karena itu bagi pendidik berkewajiban untuk meningkatkan kerja sama dalam
menciptakan penerus bangsa yang cerdas.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
dipelajari di sekolah.7 Berdasarkan pada tujuan pembelajaran matematika
dipendidikan dasar sampai menengah yaitu untuk mempersiapkan peserta didik
dapat selalu berkembang secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan

6
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya, n.d.
7
Puspaningtyas, N. D. (2019). Berpikir Lateral Siswa SD dalam Pembelajaran
Matematika. Mathema: Jurnal Pendidikan Matematika.1(1). 24-30.
efektif dalam dunia pendidikan.8 Sinaga juga menyatakan bahwa salah satu bidang
pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam berpikir
secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif dan efesien akan tetapi untuk
mencapainya diperlukan pemahaman dan kompetensi yang baik ialah
matematika.9 Matematika juga merupakan ilmu yang universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia, perkembangan di
bidang IPTEK dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan,
aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.10
Dalam hal belajar matematika, perlu diketahui karakteristik matematika.
Karakteristik matematika yang dimaksud adalah obyek matematika bersifat
abstrak, materi matematika disusun secara hirarkis dan cara penalaran matematika
adalah deduktif. Obyek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika
memerlukan daya nalar yang tinggi. Hudoyo (1988:3) menyatakan bahwa belajar
matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi.
Salah satu materi matematika SMP yang takkalah penting dari materi
matematika yang lain yaitu materi koordinat kartesius, pada materi ini siswa
dituntut untuk mampu membaca gambar letak titik koordinat dengan tepat.
Koordinat kartesius dibentuk oleh dua garis yang saling berpotongan tegak lurus,
dimana titik perpotongan kedua garis tersebut disebut titik asal. 11 Dua garis yang
saling berpotong tersebut dikenal dengan sumbu X dan sumbuY serta membagi
bidang koordinat kartesius menjadi 4 kuadran. Lalu pendapat ahli lainnyapun
mengatakan bahwa Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk

8
R. Masykur., Aulia, L.R., dan Sugiharta, I. (2018). Microsoft Powerpoint pada Aplikasi
Android dalam Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis, Jurnal Matematika dan
Pembelajaran. 6(2), 265-273.
9
A. Sinaga, G.F.M., & Hartono, “Kemampuan Representasi Matematis Siswa Ditinjau
Dari Gaya Belajar Pada Materi fungsi kuadrat Di SMA,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 5
(06) (2016) : 1 - 12.
10
Meidawati, Y. “Pengaruh Pendekatan pembelajaran Inkuiri Tebimbing Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP,” Jurnal Pendidikan dan
Keguruan Vol. 1 No. 2, 2014.
11
Swokowski, Earl & Jeffery A. Cole. 2009. Algebra and trigonometry With Analytic
Geometry. USA: Brooks/Cole.
mendeskripsikan posisi atau letak suatu titik pada bidang.12 Untuk mempelajari
materi tentang sistem koordinat, terlebih dahulu siswa harus menguasai konsep
satuan dan pengukuran, urutan pada bilangan bulat, dan menggambar garis
bilangan baik secara horizontal (datar) maupun vertikal (tegak).13
Namun pada kenyataannya masih saja ada permasalah yang terjadi pada
siswa ketika dikaitkan dengan belajar matematika pada materi koordinat kartesius.
Seperti dalam penelitian yang dilakukan Iis Tawari dan Nur Ainun (2019) di SMP
Negeri 3 Banda Aceh pada siswa kelas VIII tahun ajaran 2017/2018 yang
berjudul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 13 Banda Aceh Pada Materi Koordinat Cartesius” dalam penelitian
tersebut ditemukan bahwa dari 30 siswa yang diteliti, 10 siswa di kategorikan
tinggi karena mampu menjelaskan hasi jawaban mereka dengan bahasa mereka
sendiri, mereka juga mampu menggambarkan dan menuliskan keterangan pada
gambar dengan tepat, 13 siswa diantaranya di kategorikan sedang karena
sebagaian besar siswa menuliskan jawaban hanya saja mereka kurang lengkap,
dan 7 siswa di kategorikan renda, siswa ini kurang mampu menggunakan
informasi yang mereka peroleh dari soal hingga membuat mereka tidak dapat
menemukan ide-ide matematisnya sehingga soal tidak terselesaikan dengan baik.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan soal tes kepada siswa dengan materi
koordinat kartesius.14
Lalu pada penelitian yang dilakukan Ihda Mutimmatul fitriyah, dkk
(2020). yang berjudul “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Koordinat Cartesius Menurut Teori Kastolan”. Dengan subjek penelitian 9
orang siswa Kelas VIII E di salah satu sekolah SMP Surabaya, dari penelitian ini
menghasilkan bahwa kesalahan yang dilakukan subjek penelitian dalam
menyelesaikan cerita koordinat cartesius yaitu sebanyak 12 jawaban atau 54,5%
melakukan kesalahan menuliskan nilai x dan y pada titik koordinat dan kesalahan
12
Vosser, Donald L. 2000. Exploring Analytic Geometry With Mathematica. New York:
Acedemic Press.
13
Khaeroni dan Nopriyani, E. (2018). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas V
SD/MIPada Pokok Bahasan Sistem Koordinat. Jurnal Pendidikan Dasar Islam. 5(1).76-93.
14
Ainun, N., Tawari, I. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 13 Banda Aceh Pada Materi Koordinat Cartesius. Jurnal Serambi Edukasi. Vol
3, No. 1. 73-80
penggunaan konsep titik acuan. Lalu kesalahan subjek sebanyak 4 jawaban atau
18,2% melakukan kesalahan dalam menghitung langkah satuan dalam koordinat
kartesius dan menghitung luas satu bangun yang ditentukan berdasarkan
koordinat titik dalam koordinat kartesius. Dan yang terakhir sebanyak 6 jawaban
atau 27,3% melakukan kesalahan dalam menentukan langkah-langkah pengerjaan
soal tidak sistematis.15
Dan ada pula peneltian yang dilakukan Fitrianto Eko Subekti, dkk. (2021)
di MTs Negeri 3 Banjarnega pada siswa kelas VIII A yang berjudul “Kemampuan
Representasi Visual Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem Koordinat
Kartesius” bahwa siswa kesulitan dalam meletakan titik koordinat, siswa kesulitan
ketika materi dikaitkan dengan materi lain (bangun segiempat) dan kesulitan
dalam menentukan luas bangun yang terbentuk.16 Kesulitan yang di alami siswa
tersebut tidak lepas dari lemahnya siswa dalam merepresentasikan koordinat titik
pada bidang kartesius dan konsep aplikasi pada bangun yang terbentuk.
Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa kesulit siswa dalam
mengerjakan soal materi koordinat kartesius tersebut karena ketidak mampuan
siswa dalam merepresentasikan soal yang diberikan yang meyebabkan siswa tidak
bisa untuk memahami maksud dan tujuan soal tersebut. Menurut Ruseffendi
(2006) banyak peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu
memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep
yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang
sukar, ruwet dan sulit.17
Menurut (Yudhanegara, 2015; Nopiyani, Turmudi dan Prabawanto, 2016;
Tyas, Handining, Sujadi, 2016) siswa seharusnya diberikan kesempatan
bereksplorasi untuk memahami materi dan menemukan hal baru yang membuat

15
Ihda Mutimmatul F. (2020). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Koordinat Cartesius Menurut Teori Kastolan. Al-Khawarizmi: Jurnal Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Vol. 8, No. 2, Hal. 109-122.
16
Subekti, F. E., Rochmad, & Isnarto. (2021). Kemampuan Representasi Visual Siswa
dalam Memecahkan Masalah Sistem Koordinat Kartesius. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika 4, 217-222.
17
Russefendi, E. T. (2006). Pengantar kepada pembantu guru mengembangkan
kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA (edisi revisi). Bandung.
Tarsito.
pemikiran siswa berkembang, agar siswa dapat menemukan konsep sendiri dan
dapat mengkomunikasikan hasil temuannya. Oleh karena itu, kemampuan
representasi matematis perlu diaplikasikan oleh siswa.
Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran matematika yaitu meningkatkan
kemampuan siswa serta mampu mengungkapkan gagasan ke dalam model
matematika untuk menyelesaikan masalah. Maka ada beberapa kemampuan yang
harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika menurut NCTM (National
Council of Teacher of Mathematics) ada 5 kemampuan yang menjadi standar
proses pembelajaran, yaitu Problem Solving (Kemampuan pemecahan masalah),
Reasoning and Proof (Kemampuan penalaran dan pembuktian), Communication
(kemampuan Komunikasi), Connection (Kemampuan Koneksi), dan
Representation (Kemampuan Representasi).18
Dari berbagai macam kemampuan yang harus dimiliki siswa, salah satu
yang tak kalah penting adalah kemampuan representasi.19 Karena kamampuan
representasi matematis merupakan keahlian siswa dalam mencetuskan gagasan –
gagasan matematika yang berupa arti, penjelasan, persoalan dan lain sebagainya
dengan tujuan untuk menyampaikan hasil pekerjaannya secara khusus sebagai
bentuk hasil pemikiran siswa untuk mencapai solusi dari masalah yang
dihadapinya (Huda et al., 2019). Selain itu tidak dapat dipungkiri juga bahwa
objek dalam matematika itu semuanya bersifat abstrak sehingga untuk
mempelajarinya dan memahami ideide abstrak itu tentunya memerlukan
representasi.20 Untuk itu, jelas bahwa kemampuan representasi matematis
merupakan suatu kompetensi yang harus selalu ada pada pembelajaran
matematika siswa terutama dalam menyelesaikan soal matematika, misalnya
masalah sistem koordinat kartesius
Kemampuan representasi ini sangat penting dalam pembelajaran
matematika karena sejalan dengan kompetensi inti pada kurkulum 2013 yang

18
NCTM, Principles and Standards for School Mathematics (Resto VA : NCTM, 2000).
19
Farida, N. (2015). Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VII Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Matematika. Aksioma: Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro,
4(2), 42–52.
20
Wiryanto, “Representasi Siswa Sekolah Dasar dalam Pemahaman Konsep Pecahan”,
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol. 03 No. 03 (2014), hal. 594.
menyatakan bahwa siswa harus mampu untuk mengolah, menyaji dan menalar
dalam ranah kongkrit (menggunakan,mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang diajarkan di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/ teori. Selain itu kemampuan representasi matematis ini
dapat membantu pembelajaran siswa mengenai konsep matematika melalui
menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan secara
verbal.21
Kemampuan representasi matematis siswa menjadi salah satu kemampuan
kognitif yang berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dan prestasi siswa.22
Kemampuan representasi matematis siswa menjadi tolak ukur dalam belajar
matematika. Jika siswa memiliki kemampuan representasi lemah, maka prose
siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan menjadi terhambat. 23 Oleh
sebab itu, kemampuan representasi berperan penting dalam menentukan sikap
siswa terhadap setiap permasalahan khususnya permasalahan matematika.
Ada beberapa indikator representasi matematis, yaitu: representasi visual,
simbolik dinamis, verbal, aljabar, representasi untuk pemecahan masalah dan
representasi melalui contoh (Anna & Dmitry, 2011). Nadia & Waluyo (2017)
menggunakan dua indikator yaitu: representasi visual dan verbal. Pada penelitian
lain menggunakan istilah representasi visual dan simbolik (Hijriani et al., 2018;
Umbara et al.,2019) dan menggunakan istilah representasi simbolik, grafik dan
visual (Laelasari et al., 2020). Representasi simbolik ditandai dengan penggunaan
simbol matematika dalam penyelesaian soal, representasi verbal ditandai dengan
penggunaan bentuk kalimat verbal dalam menyelesaikan masalah (Anwar dan
Rahmawati, 2017).

21
Syahdi, M. (2019). Peningkatan Kemapuan Representasi Matematis Siswa MI Kota
Bengkulu melalui Pembelajaran CMP. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 4(1), 73-78
22
Saputri , M. D., & Maskudi (2017). Analisis Kemampuan Representasi Matematis
Dalam Menyelesaikan Soal Materi Himpunan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bakti. Seminar
Nasional Pendidikan Matematika 2017, 2(5), 1-8.
23
Hijriani , L., Rahardo, S., & Rahardi, R. (2018). Deskripsi Representasi Matematis
Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal PISA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan
Pengembangan, 3(5), 603-607.
Berdasarkan permasalahan diatas Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
jauh tentang kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada materi koordinat kartesius. Peneliti akan melakukan penelitian
untuk mendeskripsikan kemampuan representasi matematis siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pada materi koordinat kartesius, melalui
penelitian yang berjudul “Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelas
VIII di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Falah Putak pada Materi Koordinat
Kartesius”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang
menjadi rumusan masalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kemampuan
Representasi Matematis Siswa Kelas VIII di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Falah
Putak pada Materi Koordinat Kartesius ?”

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII
di pondok pesantren Salafiyah Al-falah putak pada materi koordinat kartesius.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi guru
Manfaat bagi guru dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui
bagaimana kemampuan representasi matematis siswa dalam materi koordinat
kartesius, agar nanti guru dapat menjadikan penelitian sebagai referensi dalam
melakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2. Bagi siswa
Manfaat yang di dapat siswa dalam penelitian ini yaitu menambah
pengetahuan dalam materi koordinat kartesius.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika
Matematika merupakan ilmu yang sentral dalam kehidupan sehari-hari dan
matematika sudah dikenalkan sejak dini begitu banyak kegiatan kita yang telah
menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Matematika memiliki
pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia disadari maupun tidak sebenarnya
seseorang tidak dapat terlepas dari matematika, tetapi bagi sebagian besar orang
menganggap bahwa matematika merupakan ilmu yang amat berat dan sulit.24
Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas), matematika adalah
ilmu tentang hubungan (relasi), matematika adalah ilmu tentang bentuk (abstrak),
Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif, dan matematika adalah ilmu
tentang struktur-struktur yang logik.25
Kata matematika berasala dari bahasa latin, manthanein atau Mathema
yang berarti “ belajar atau hal yang dipelajari” dalam bahasa belanda matematika
disebut Wiskunde atau atau ilmu pasti yang secara keseluruhan berkaitan dengan
penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefenisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antara konsep
yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang
bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsisten). selain itu matematika juga
bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan berdasarkan fakta dan gejala
yang muncul untuk sampai pada perkiranaan tertentu. Tetapi perkiranaan ini tetap
harus dibuktikan deduktif dengan argumen yang konsisten.26

Beberapa definisi para ahli mengenai matematika antara lain :


1. Russefendi (1988 : 23)

24
Mualimul H., Mutia. “Mengenal Matematika dalam Persfektif Islam”. FOKUS : Jurnal
Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan vol. 2, no. 2, 2017 P3M Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Curup – Bengkulu Available online: http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JF
p-ISSN 2548-334X, e-ISSN 2548-3358.
25
Abdusysyakir, Ada Matematika dalam Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang Press, 2006),
hlm. 2
26
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta, Kencana,
2013), hlm. 184.
Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan di mana dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu
deduktif.
2. James dan James (1976).
Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika
terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada
pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu
aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori
bilangan dan statistika.
3. Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian
yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan
padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah
ilmu tentang keteraturan pola atau ide dan matematika itu adalah suatu seni
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
4. Reys - dkk (1984)
Matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau
pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
5. Kline (1973)
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu
manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan
alam.
B. Kemampuan Representasi Matematis
1. Pengertian Kemampuan Representasi Matematis
Reprensentasi merupakan salah satu konfigurasi (bentuk atau ukuran) yang
dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara
(Goldin, 2002). Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan
– ungkapan dari gagasan – gagasan atau ide – ide matematika yang ditampilkan
siswa dalam upaya untuk mencari suatu masalah yang dihadapinya
(NTCM,2000).27
Kemampuan representasi sebagaimana dijelaskan pada dokumen NCTM
pada tahun 2000 tertulis “Representation refers both to process and to product-in
other words, to the act of capturing a mathematical concept or relationship in
some form and to the form itself”.28 Istilah representasi mengarah kepada kegiatan
untuk memproses atau untuk menghasilkan atau dengan kata lain dapat diartikan
sebagai cara untuk mencapai suatu konsep matematika atau hubungan dalam
beberapa bentuk (diagram-diagram, grafik, dan symbol-simbol) dan kepada
bentuk itu itu sendiri. Maksud dari bentuk tersebut dijelaskan pada kalimat
berikutnya “Some forms of representation-such as diagrams, graphical displays,
and symbolic expressions”.29
Penggunaan reresentasi juga berkaitan dengan standar isi dalam
matematika yang perlu dipelajari oleh siswa. Standar isi tersebut diantaranya
adalah Operasi dan Bilangan, Aljabar, Geometri, Pengukuran dan Analisis Data
dan Peluang.30 Standar proses untuk kemampuan representasi yang ditetapkan
oleh NTCM ialah bahwa program pembelajaran dari prataman kanakkanak sampai
kelas 12 mewajibkan untuk memiliki kamampuan.31
a) Menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat,
dan mengkomunikasikan ide ­ide matematika;
b) Memilih, menerapkan dan menerjemahkan representasi matematis untuk
memecahkan masalah;

27
Wiryanto, “Representasi Siswa Sekolah Dasar dalam Pemahaman Konsep Pecahan”,
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol. 3 No. 3 (2014), hlm. 594
28
The National Council of Teachers of Mathematics, Principles and Standards for School
Mathematics, (USA: NCTM, 2000), p. 29.
29
Ibid.
30
Ibid,. p. 67.
31
NCTM, op.cit.,p.6770
c) Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpresentasikan
fenomena fisik, sosial dan fenomena matematika;
Dari pendapat di atas representasi didefinisikan sebagai suatu hal yang
dilakukan dan dihasilkan dari pencapaian pemahaman konsep matematika dalam
berbagai bentuk. Pendapat yang hampir serupa tentang representasi disampaikan
Godino dan Font di dalam jurnalnya “A representation is considered as a sign or
configuration of signs, characters or objects that can stand for something else (to
symbolise, code, provide an image of, or represent). 32 Dari sini representasi
dianggap sebagai sebuah tanda atau bentuk dari tanda, karakter atau objek-objek
yang dapat digunakan untuk melambangkan, kode, memberikan gambar dan
mewakili sesuatu. Secara lebih spesifik di dalam jurnalnya Pape dan Tchoshanov
yang mengutip dari Janvier dan kawan-kawan menulis,
Within the domain of mathematics, representations may be thought of as
internal-abstractions of mathematical ideas or cognitive schemata that are
developed by a learner through experience. On the other hand,
representations such as numerals, algebraic equations, graphs, tables,
diagrams, and charts are external manifestations of mathematical
concepts that "act as stimuli on the senses" and help us understand these
concepts (Janvier, Girardon, & Morand, 1993, p. 81). Finally, representation
also refers to the act of externalizing an internal, mental abstraction.33
Penggunaan representasi dalam pembelajaran matematika merupakan hal
yang penting untuk siswa mengkomunikasikan ide matematis yang dimilikinya.
Penggunaan representasi menjadi suatu cara untuk mengkomunikasikan ide
matematis yang dimiliki kepada orang lain.34

32
Godino dan Font,The Theory of Representations as Viewed from the Onto-Semiotic
Approach to Mathematics Education, Mediterranean Journal for Research in Mathematics
Education, Vol. 9, 1, 2010, p. 193.
33
Pape dan Tchoshanov, The Role of Representation(s) in Developing Mathematical
understanding, Theory Into Practice, Vol. 40, Spring 2001, p. 119.
34
Endah Hardiyaningsih, “Analisis Kemampuan Representasi Multiple Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Jakarta Selatan”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 11. Tidak dipublikasikan.
Penggunaan representasi menjadi suatu cara untuk mengkomunikasikan
ide matematis yang dimiliki kepada orang lain. Kartini dalam prosiding di
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika mendefenisikan
representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika
(masalah, pernyataan, definisi, dan lain-lain) yang digunakan untuk
memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara tertentu (cara
konvensional atau tidak konvensional) sebagai hasil interpretasi dari pikirannya.35
Penggunaan bentuk representasi yang sesuai akan memudahkan siswa
dalam menyampaikan hasil pemikirannya. Banyak ahli matematika yang
mendefinisikan kemampuan representasi menjadi beberapa macam. Goldin dan
Shteingold membagi representasi menjadi dua, yaitu representasi eksternal dan
representasi internal. Berpikir tentang ide matematis yang kemudian
dikomunikasikan melalui representasi eksternal yang bentuknya antara lain
gambar, konkret, bahasa lisan, serta simbol tertulis. Sistem bilangan, rumus
matematika, ekspresi aljabar, grafik, bentuk geometri merupakan contoh dari
bentuk representasi. Sedangkan representasi internal merupakan konstruksi
penyimbolan secara personal dan menetapkan suatu makna dari notasi matematis,
visual dan representasi spasial yang dimiliki oleh siswa, serta strategi
penyelesaian masalah yang dimilikinya.36
Penggunaan bentuk representasi yang sesuai akan memudahkan siswa
dalam menyampaikan hasil pemikirannya. Lesh, Post dan Behr (dalam Hwang,
et. al., 2007) mengklasifikasikan representasi yang digunakan dalam pendidikan
matematika ada lima jenis, meliputi representasi objek dunia nyata, representasi
kongkret, representasi simbol aritmatika, representasi bahan lisan atau verbal, dan
representasi gambar atau grafik. Di antara kelima tersebut, tiga yang terakhir lebih

35
Kartini, “Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika”, Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY,
Yogyakarta, 5 Desember 2009., h. 364.
36
Gerald Goldin and Nina Shteingold, “System of Representation and The Development
of Mathematical”, dalam Albert A Cuoco, Frances R Cucio, The Roles of Representation in School
Mathematics, (National Council of Teachers of Mathematics, 2010), p.2.
abstrak dan merupakan representasi tingkat yang lebih tinggi dalam pemecahan
masalah matematika.37
Villegas membagi representasi matematis menjadi tiga bentuk yaitu
representasi verbal, representasi gambar, dan representasi simbolik. Penjelasan
dari ketiga bentuk representasi yang dijabarkan oleh Villegas, sebagai berikut:
2. Representasi verbal pada dasarnya mencakup soal cerita yang dijadikan
sebagai suatu pernyataan yang dijelaskan, baik secara teks tertulis atau
diucapkan;
3. Representasi gambar terdiri dari gambar, diagram, atau grafik, dan lainnya;
4. Representasi simbolik adalah representasi yang dapat berupa membuat suatu
bilangan, operasi dan tanda penghubung, simbol aljabar, operasi matematika
dan relasi, angka, dan berbagai jenis lain.38
Villegas dalam penelitiannya membuat suatu hubungan dari ketiga bentuk
representasi seperti terlihat pada gambar 2.1

Verbal

Pictorial Symbolic

Gambar 2. 1 Hubungan dari Tipe Sistem Representasi Villegas


Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa ketiga bentuk representasi yaitu
representasi verbal, representasi gambar, dan representasi simbolik saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Dari gambar tersebut dapat diketahui
bahwa setiap satu representasi saling mempengaruhi dua bentuk representasi

37
Muhammad Sabirin, “representasi dalam Pembelajaran Matematika”, JPM IAIN
Antasari, Vol. 1 No. 2 (2014), hlm 35
38
Jose L. Villegas, et al, Representations in Problem Solving: A Case Study in
Optimization Problems, Electronic Journal of Research in Educational Psychology, No. 17, Vol.
7(1), 2009, p. 287.
lainnya, seperti representasi verbal memengaruhi representasi simbolik dan
representasi gambar, begitu juga sebaliknya representasi simbolik dan representasi
gambar juga mempengaruhi representasi verbal. Sehingga dari satu representasi
dapat di terjemahkan kedalam bentuk representasi lainnya.
2. Indikator Kemampuan Representasi Matematis
Standar proses untuk kemampuan representasi yang ditetapkan oleh
NCTM ialah bahwa program pembelajaran dari pra taman kanak-kanak sampai
kelas 12 mewajibkan siswa untuk memiliki kemampuan:39
a. Menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mancatat,
dan mengkomunikasikan ide-ide matematika;
b. Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk
memecahkan masalah;
c. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan
fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematika.
Beberapa ahli mendefinisikan kemampuan representasi itu menjadi
beberapa macam atau tipe. Menurut Kartini, “Representasi dapat digolongkan
menjadi (1) representasi visual (gambar, diagram, grafik, atau table), (2)
representasi simbolik (pernyataan matematik/notasi matematik, numeric/symbol
aljabar) dan (3) representasi verbal (teks tertulis/ kata-kata)”.40 Pembagian ini
menunjukkan klasifikasi mengenai representasi yaitu berupa kemampuan
representasi dapat berbentuk gambar, symbol dan verbal.

Villegas mengelompokkan representasi matematis menjadi tiga kelompok


sebagai berikut :41
a. Representasi verbal artinya siswa dapat menyajikan serta menyelesaikan
suatu masalah dalam bentuk teks tertulis
b. Representasi gambar artinya siswa dapat menyajikan suatu masalah dalam
bentuk gambar, diagram atau grafik
39
NCTM, op.cit., p. 67-70
40
Kartini, op. cit., h. 366
41
Jose L. Villegas, et al, op.cit, p. 287
c. Representasi simbolik artinya siswa dapat menyajikan dan menyelesaikan
suatu masalah dalam bentuk model matematis berupa operasi aljabar.
Berdasarkan uraian di atas, Indikator kemampuan representasi matematis
yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator representasi
menurut Villegas, yang dijabarkan pada table berikut :
Tabel 2. 1 Indikator Penelitian Kemampuan Representasi Matematis
No. Representasi Indikator
Membuat gambar untuk
Representasi Gambar
1. menyelesaikan masalah yang
(Pictorial Representation)
diberikan
Menyelesaikan masalah dengan
Representasi Simbol (Symbolic
2. membuat model ekspresi
Representation)
matematis.
Menjawab soal dengan
Representasi Verbal (Verbal
3. menggunakan kata-kata
Representation)
atau teks tertulis.

C. KOORDINAT KARTESIUS
1. Sejarah Koordinat Kartesius
Sejarah koordinat kartesius awal mulanya ditemukan oleh seorang filsuf
dan matematikawan berkebangsaan prancis yang bernama Descartes dikenal
sebagai Renatus cartesius beliau hidup pada 1956 – 1650 M. Penemuan beliau
tentang geometri analitik begitu penting dalam perkembangan dunia matematika
sehingga beliau dikenal sebagai pencipta “sistem koordinat cartesius” yang
mempengaruhi perkembangan dunia kalkulus modern dan menyediakan jalan
untuk newton menemukan kalkulus. Kontribusi beliau dalam dunia matematika
begitu besar sehingga beliau dikenal dengan “bapak matematika modern”.
Descartes adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam
sejarah barat modern. Metodenya ialah dengan meragukan semua pengetahuan
yang ada, yang kemudian mengantarkannya pada simpulan bahwa pengetahuan
yang ia kategorikan ke dalam tiga bagian dapat diragukan, yaitu pengetahuan
yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan, fakta umum tentang
dunia semisal api itu panas dan benda yang berat akan jatuh juga dapat diragukan,
serta prinsip-prinsip logika dan matematika juga ia ragukan. Dari keraguan
tersebut, Descartes hendak mencari pengetahuan yang tidak dapat diragukan yang
akhirnya mengantarkan pada premisnya Cogito Ergo Sum yang artinya “aku
berpikir, maka aku ada”.
2. Materi Koordinat Kartesius
Materi koordinat kartesius merupakan materi matematika dasar yang
diterapkan pada disiplin ilmu fisika dan geografi. Heru Nugroho (2008), pada
koordinat kartesius terdapat dua garis yang saling tegak lurus dan berpotongan
pada sebuah titik yang disebut titik pangkal. Garis – garis ini kemudia disebut
dengan sumbu koordinat, inilah yang menjadi acuan dalam menentukan letak
suatu titik.
Garis mendatar atau horizontal dikenal dengan sumbu “x” atau absis,
sedangkan garis tegal atau vertikal dikenal dengan sumbu “y” atau ordinat. Suatu
titik pada koordinat kartesius digambarkan sebagai (x,y). untuk lebih jelas
perhatikan gambar 2.1 di bawah ini

Sumbu y

Sumbu x

Gambar 2.1 Kuadran Bidang Koordinat

Bidang datar pada gambar diatas merupakan bidang koordinat yang


dibentuk dari sumbu y dan sumbu x. Sedangkan titik perpotongan antara sumbu x
dan y disebut pusat koordinat (titik O). Sumbu x dan y terbagi dalam sumbu x, y
positif dan x,y negatif. Sumbu x positif adalah nilai – nilai x dari pusat koordinat
O(0,0) ke arah kanan, sedangkan sumbu x negaitf ke arah kiri. Sementara itu
sumbu y positif yaitu nilai – nilai dari pusat koordinat O(0,0) ke arah atas dan
sumbu y negarif ke arah bawah.
Perbedaan nilai sumbu x dan y membuat bidang koordinat kartesius
terbagi menjadi empat kuadran, yaitu:
 Kuadran I : terdiri dari sumbu x positif dan sumbu y positif
 Kuadran II : terdiri dari sumbu x negatif dan sumbu y positif
 Kuadran III : terdiri dari sumbu x negatif dan sumbu y negatif
 Kuadran IV : terdiri dari sumbu x positif dan sumbu y negatif
Seperti pada gambar 2.2 dibawah ini:

Kuadran II Kuadran I

Kuadran III Kuadran IV

Gambar 2.2 Kuadran koordinat kartesius


Setiap titik pada bidang tersebut ditentukan oleh sepasang bilangan. Yang
pertama menunjukan absis, yang kedua menunjukan ordinat dan notasi titik ditulis
dengan huruf kapital. Misalkan sebuah titik P yang berbasis x dan berordinat y
maka ditulis P(x,y).

3. Contoh Soal
1. Gambarlah titik A(2,1), B(2,5), C(4,1) dan D(4,5) pada koordinat
kartesius. Bila 4 titik tersebut dihubungkan, bangunan apakah yang
terbentuk ?
Jawab:
Maka Gambar yang terbentuk dari menghubungkan titik – titik
tersebut adalah adalah persegi panjang.

2. Tentutkan titik – titik A, B, C dan D pada sistem koordinat kartesius


berikut:

Jawab:

Tititk A(3,4)
Titik B(3,-2)
Titik C(-2,-4)
Titik D(-4,4)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif secara
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena yang ada di
masyarakat yang menjadi objek penelitian , dan berupaya untuk menarik realitas
ke permukaan sebagai ciri atau karakter tentang fenomena tersebut (Burhan
Bungin, 2007. Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena
peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan representasi siswa
dalam mengerjakan soal sistem koordinat kartesius di lihat dari indikator –
indiaktor yang telah ditentukan.
B. WAKTU PELAKSANAN
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan pada Pondok Pesantren
Salafiyah Al-Falah di Desa Putak Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara
Enim. Penelitian ini akan dilakukan di sana karena jarang adanya penelitian yang
dilakukan pada pondok pesantren tersebut.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII pada Pondok Pesantren Salafiyah
Al-Falah Desa Putak Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu teknik pengumpulan data
yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya
akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan sesuatu (Herdiansyah,
Haris, 2010). Dalam penelitian deskriptif kualitatif ada berbagai macam teknik
pengumpulan data. Pada penelitian, peneliti akan menggunakan penelitian sebagai
berikut:
1. Tes
Pengumpulan data melalui tes dengan memberikan instrumen tes yang
terdiri dari berbagai seperangkat pertanyaan/soal untuk memperoleh data
mengenai kemampuan siswa terutama mengenai kemampuan representasi
matematis siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes dengan bentuk
uraian. Tes ini dilakukan pada siswa kelas viii pondok pesantren salafiyah al-falah
desa putak dengan materi koordinat kartesisu.
2. Wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan peneliti dalam melakukan
wawancara kepada subjek setelah menyelesaikan soal tes yang diberikan.
Pedoman wawancara ini bersifat terstruktur maupun tidak terstuktur. Peneliti
penggunakan wawancara secara tidak terstruktur pada siswa dengan tujuan untuk
mengklarifikasi kemampuan representasi matematis siswa. Pemilihan subjek
wawancara dilakukan pada 6 siswa dengan kategori (1) siswa dengan skor nilai
tinggi, (2) siswa dengan skor sedang, dan (3) siswa dengan skor rendah.
Suharsimi Arikunto (2013) terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan untuk
memperoleh kategori tersebut, yaitu:
a. Menjumlah seluruh skor tes siswa ( x )
b. Mencari rerata dari skor tes yang diperoleh untuk semua subjek (s)
c. Mencari simpangan baku dari data skor tes
d. Mencari nilai : x – s
e. Mencari nilai : x + s
f. Dilakukan pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan hasil tes. Siswa
dikelompokan menjadi tiga yaitu:
1) Kelompok siswa dengan kemampuan tinggi dengan memenuhi syarat
skor tes ≥ x + s
2) Kelompok siswa dengan kemampuan sedang dengan memenuhi syarat
x − s <skor tes< x+ s
3) Kelompok siswa dengan kemampuan rendah dengan syarat skor tes ≤
x−s
3. Membuat catatan lapangan
Menurut Bogdan dan Bikle (dalam Moleong, Lexy, 2007) catatan
lapangang adalah catatan tertulis tentang apa yang di dengar, dilihat, dialami dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Lembar tes tertulis
Tes tertulis yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal
koordinat kartesius serta soal tes dibuat sesuai dengan kategori kemampuan
representasi matematis siswa yang dilihat dari kemampuan representasi visual,
gambar, kemampuan representasi persamaan atau ekspresi matematis dan
kemampuan representasi teks tertulis atau kata.
2. Pedoman Wawancara
Kemudian pada penelitian ini digunakan Pedoman wawancara digunakan
sebagai acuan peneliti dalam melakukan wawancara kepada subjek setelah
menyelesaikan soal tes yang diberikan. Pedoman wawancara ini bersifat semi
terstruktur dengan tujuan menemukan kesulitan secara terbuka. Artinya subjek
diajak untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya dalam mengerjakan soal
yang diberikan. Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua yang ada di dalam
pikiran subjek tertuang secara tertulis pada lembar jawaban, sehingga perlu
dilakukan wawancara untuk menggali apa yang ada di dalam pikiran siswa.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap pertengahan dari serangkaian tahap dalam
penelitian yang mempunyai sangat penting. Teknik analisis data pada penelitian
ini yaitu teknik analisis data kualitatif. Dari hasil penelitian yang dihasilkan
haruslah melalui proses analisis data terlebih dahulu supaya dapat dipertanggung
jawabkan keabsahannya. Menurut Miles dan Huberman (1992: 16), teknik analisis
data kualitatif mencakup tiga kategori yaitu:
1. Reduksi data
Pada penelitian ini data yang sudah direduksi mampu memberikan
gambaran yang jelas dan akan memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan
data selanjutnya.
2. Penyajian data
Pada penelitian ini digunakan penyajian data kualitatif yaitu berupa teks
yang bersifat naratif.
3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan pada penelitian kualitatif adalah salah satu cara
yang digunakan dalam penelitian ini guna untuk mengambil suatu tindakan.

Anda mungkin juga menyukai