1
A. LATAR BELAKANG MASALAH
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
manusia-manusia yang memiliki sikap yang positif terhadap segala hal. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting
dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-
َۡٱل ُم ۡفلِحُون
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
2
Sejalan dengan ayat di atas pendidikan memiliki tujuan sebagaimana yang
nasional di atas tidaklah mudah. Hal ini diasumsikan bahwa dalam sistem
Adapun faktor yang dimaksud adalah tujuan, pendidik, peserta didik, isi/materi
kegiatan pembelajaran yang terlibat secara langsung dengan siswa adalah pendidik
kegiatan belajar siswa untuk lebih aktif. Oleh sebab itu, guru yang diharapkan di
sini adalah guru yang memiliki profesionalisme keguruan. Tafsir (2008: 107)
Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas dijelaskan bahwa:
3
Begitu pula menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa:
sekolah dapat dicapai secara maksimal apabila tenaga guru memiliki kompetensi-
deskripsi yang jelas agar memperoleh gambaran yang utuh menyeluruh mengenai
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga
2007: 401).
4
Ayat di atas menjelaskan bahwa hanya orang yang berilmu yang bisa
mengajar dan mendidik siswanya dengan baik. Karena dalam proses pendidikan,
berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi guru harus didasarkan pada adanya
Hadits Rasulullah SAW di bawah ini seolah memberikan warning bagi guru yang
kompetensi dan kualifikasi tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar.
Secara konseptual, kondisi di atas memberikan dua hal prinsip dalam konteks
5
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Beberapa hal yang termasuk
dalam kawasan ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah (1)
ilmu tentang dasar-dasar pendidikan; (2) ilmu tentang metode mengajar; (3) ilmu
tentang media; (4) ilmu mengelola kelas; (5) ilmu manajemen waktu; (6) ilmu
tentang karakteristik peserta didik; (7) ilmu tentang strategi belajar mengajar
pun harus memegang kedua prinsip di atas. Dalam proses pembelajaran, guru
pembelajaran di sekolah, guru harus mampu dan siap merancang kegiatan belajar
mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna (Supriyadi, 2011:74). Sehingga
dalam proses belajar siswa dapat terlibat secara penuh dan dapat memahami
ajaran Islam dengan baik. Karena dalam kegiatan belajar mengajar yang
memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna.
Karena tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Pekerjaan mendidik seperti ini tidaklah mudah. Hanya orang-orang yang sudah
6
dalam belajar, juga akan menjadikan siswa sebagai pusat (student center)dalam
materi mata pelajaran yang diampu masih kurang, dan bagaimana dikatakan
profesional jika ada 33% guru yang mengajar di luar bidang keahliannya.
Fenomena ini juga terjadi pada guru PAI. Mereka terkadang tidak membuat
administrasi pembelajaran bahkan ada guru PAI yang sebenarnya bukan berasal
dari fakultas keguruan, mereka memaksakan diri untuk mengajar PAI tanpa
bisa maksimal karena materi yang mereka kuasai begitu minim serta mereka tidak
kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Padahal, guru merupakan
akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Terlebih aktivitas belajar siswa
7
Aktivitas belajar mereka tentu berbeda dengan aktivitas belajar di kelas
pada umumnya. Perbedaan itu terletak pada lamanya proses belajar yang mereka
tempuh yaitu dua tahun pembelajaran. Adanya keunggulan dari kelas akselerasi
siswa pada umumnya. Sehingga dibutuhkan guru yang profesional agar aktivitas
belajar siswa pada mata pelajaran PAI lebih aktif dan dinamis serta
selama proses pembelajaran dua tahun itu siswa mampu menguasai materi dengan
baik. Guru yang ditempatkan di kelas akselerasi pun merupakan guru profesional
yang dipilih melalui proses seleksi yang idealnya mampu mengaktifkan siswa
dalam belajar dan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sehingga
ternyata masih terdapat siswa dari kelas akselerasi yaitu kelas XI di SMAN 3 Kota
Sukabumi yang terkesan pasif dalam proses pembelajaran PAI, hal ini terlihat
wawancara yang peneliti lakukan dengan guru PAI di kelas tersebut, dari hasil
evaluasi yang pernah dilakukan ada beberapa siswa yang mendapat nilai yang
rendah.
8
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, dapat mengundang pertanyaan-
interaksi dan antusiasme siswa sehingga kegiatan belajar siswa berlangsung pasif?
mengapa terjadi proses belajar mengajar yang kurang melibatkan partisipasi siswa
sehingga siswa mendapatkan nilai yang rendah ketika dilakukan evaluasi? apakah
dengan meneliti lebih lanjut dalam penelitian yang dirumuskan dalam judul:
3 KOTA SUKABUMI).
B. Rumusan Masalah
9
C. Analisis dan Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian berupa analisis teoritik dan analisis empirik tentang
aktivitas belajar mereka pada mata pelajaran PAI di kelas XI akselerasi SMA
baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui data kuantitatif hasil dari angket
Jika dibagi oleh jumlah item soal (15) dihasilkan angka sebesar
akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi, termasuk kategori baik. Hal ini
dapat dibuktikan melalui data kuantitatif hasil dari angket dan diperoleh
Jika dibagi oleh jumlah item soal (15) dihasilkan angka sebesar
3,65. hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar mereka pada mata
10
pelajaran PAI di kelas XI akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi
terhadap aktivitas belajar mereka termasuk kategori cukup kuat. Hal ini
dengan angka sebesar 0,55 dan angka tersebut jika ditafsirkan pada tingkat
penilain termasuk katagori cukup kuat karena berada pada interval 0,40 –
pada mata pelajaran PAI) sebesar 30,25%, hal ini berarti terdapat faktor
11