Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 2

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9

C. Analisis dan simpulan ................................................................... 10

1
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh

manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Hal ini sejalan

dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Marimba (Tafsir, 2008:24)

menyatakan bahwa ‘pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.’ Pendidikan memegang peranan penting

dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta

manusia-manusia yang memiliki sikap yang positif terhadap segala hal. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting

dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-

Qur’an surat Ali-Imran ayat 104 sebagai berikut:


ٓ ۡ َ‫ ر وي‬KKK‫د ُعونَ لَى ۡٱلخ َۡي‬KKK
َ ‫ر َوُأوْ ٰلَِئ‬KKK
‫ك هُ ُم‬ ۡ ۡ َ‫أ ُمرُون‬KKK
ۡ َ‫بِٱل َم ۡعرُوفِ َويَ ۡنه‬
ِ ۚ ‫ونَ ع َِن ٱل ُمن َك‬KKK َ ِ ‫ِإ‬ ۡ َ‫ة ي‬ٞ ‫َو ۡلتَ ُكن ِّمن ُكمۡ ُأ َّم‬

َ‫ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar

merekalah orang-orang yang beruntung. (Enang Sudrajat, 2007:63)

2
Sejalan dengan ayat di atas pendidikan memiliki tujuan sebagaimana yang

terdapat dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 yang

dikemukakan sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada tataran praktis, upaya serta proses mewujudkan tujuan pendidikan

nasional di atas tidaklah mudah. Hal ini diasumsikan bahwa dalam sistem

pendidikan ada faktor-faktor yang memiliki andil dalam keberhasilan pendidikan.

Adapun faktor yang dimaksud adalah tujuan, pendidik, peserta didik, isi/materi

pendidikan, metode pendidikan, dan situasi lingkungan (Yahya, 2009:17). Dalam

kegiatan pembelajaran yang terlibat secara langsung dengan siswa adalah pendidik

atau guru. Guru sebagai learning manager diharapkan dapat mengarahkan

kegiatan belajar siswa untuk lebih aktif. Oleh sebab itu, guru yang diharapkan di

sini adalah guru yang memiliki profesionalisme keguruan. Tafsir (2008: 107)

mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah “paham yang mengajarkan bahwa

setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.”

Dalam Undang-undang Republik Indonesia (RI) No.14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas dijelaskan bahwa:

Guru adalah tenaga profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia sekolah pada jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.

3
Begitu pula menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa:

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru sebagai bagian dari tenaga kependidikan memiliki kedudukan yang

sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Tujuan lembaga

sekolah dapat dicapai secara maksimal apabila tenaga guru memiliki kompetensi-

kompetensi yang telah ditetapkan yang meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi kepribadian. Berkaitan

dengan kompetensi profesional guru memang membutuhkan penjabaran dan

deskripsi yang jelas agar memperoleh gambaran yang utuh menyeluruh mengenai

konsep kompetensi profesional tersebut.

Usman (2011:15) mendefinisikan bahwa “guru profesional adalah orang

yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal.” Sebagaimana firman Allah SWT surat Al-Ankabut ayat 43 yang

dikutip dari al-Qur’an dan terjemahannya, yang diterbitkan tahun 2007.

َ‫اس َو َما يَ ۡعقِلُهَٓا ِإاَّل ۡٱل ٰ َعلِ ُمون‬ ۡ ‫ك ٱَأۡلمۡ ٰثَ ُل ن‬


ِ ۖ َّ‫َض ِربُهَا لِلن‬ َ ‫َوتِ ۡل‬
43. Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada

yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Enang Sudrajat,

2007: 401).

4
Ayat di atas menjelaskan bahwa hanya orang yang berilmu yang bisa

mengajar dan mendidik siswanya dengan baik. Karena dalam proses pendidikan,

guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of

knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (values) serta

membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan.

Profesi guru idealnya dibebankan kepada setiap orang yang

berpengetahuan. Dengan kata lain, profesi guru harus didasarkan pada adanya

kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu. Jika seseorang yang tidak

mempunyai kompetensi profesional dalam mengajar justru akan berbuah dosa.

Hadits Rasulullah SAW di bawah ini seolah memberikan warning bagi guru yang

tidak memenuhi kompetensi profesionalnya. Sebagaimana Hadis yang dikutip dari

Tafsir (2008:113) sebagai berikut :

Dari paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa profesi guru

merupakan kewajiban yang hanya dibebankan kepada orang yang

berpengetahuan. Dengan demikian, profesi guru harus didasarkan pada adanya

kompetensi dan kualifikasi tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar.

Secara konseptual, kondisi di atas memberikan dua hal prinsip dalam konteks

membicarakan mengenai kompetensi profesional guru. Pertama, menguasai ilmu

mendidik, pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara

mendalam, yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan

yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya

5
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Beberapa hal yang termasuk

dalam kawasan ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah (1)

ilmu tentang dasar-dasar pendidikan; (2) ilmu tentang metode mengajar; (3) ilmu

tentang media; (4) ilmu mengelola kelas; (5) ilmu manajemen waktu; (6) ilmu

tentang karakteristik peserta didik; (7) ilmu tentang strategi belajar mengajar

(Fathurrohman dan Sutikno, 2010: 48). Kedua, menguasai materi/bahan pelajaran,

keharusan guru menguasai materi/bahan pelajaran agar guru dapat menyampaikan

materi pelajaran secara dinamis.

Berkaitan dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, mereka

pun harus memegang kedua prinsip di atas. Dalam proses pembelajaran, guru

pendidikan agama Islam harus mampu mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran di sekolah, guru harus mampu dan siap merancang kegiatan belajar

mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna (Supriyadi, 2011:74). Sehingga

dalam proses belajar siswa dapat terlibat secara penuh dan dapat memahami

ajaran Islam dengan baik. Karena dalam kegiatan belajar mengajar yang

terpenting adalah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga

memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna.

Betapa pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar.

Karena tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Pekerjaan mendidik seperti ini tidaklah mudah. Hanya orang-orang yang sudah

belajar banyak tentang pendidikan dan sudah profesional yang mampu

melaksanakannya. Guru yang profesional tentu akan dapat mengaktifkan siswa

6
dalam belajar, juga akan menjadikan siswa sebagai pusat (student center)dalam

belajar. Sehingga siswa tidak pasif ketika pembelajaran berlangsung.

Namun pada kenyataannya banyak guru tidak memenuhi standar

kompetensi profesional. Seperti yang dikutip dari Fathurrohman dan Suryana

(2012:5) bahwa “berdasarkan hasil penelitian dari Konsorium Ilmu Pendidikan

(2000) memperlihatkan bahwa 40 % guru SMP dan 33 % guru SMA mengajar

bidang studi di luar bidang keahliannya.” Paparan ini menggambarkan sekilas

tentang kualitas guru, bagaimana dapat dikatakan profesional jika penguasaan

materi mata pelajaran yang diampu masih kurang, dan bagaimana dikatakan

profesional jika ada 33% guru yang mengajar di luar bidang keahliannya.

Fenomena ini juga terjadi pada guru PAI. Mereka terkadang tidak membuat

administrasi pembelajaran bahkan ada guru PAI yang sebenarnya bukan berasal

dari fakultas keguruan, mereka memaksakan diri untuk mengajar PAI tanpa

memilki pendidikan khusus keguruan. Sehingga dalam mengajar mereka tidak

bisa maksimal karena materi yang mereka kuasai begitu minim serta mereka tidak

dapat melaksanakan proses mengajar dengan baik karena tidak memiliki

kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Padahal, guru merupakan

pendidik profesional dengan tugas untuk mendidik, mengajar, membimbing dan

mengarahkan, melatih, menilai serta mengevaluasi peserta didik pada jalur

pendidikan formal (Supriyadi, 2011:11). Sehingga kompetensi profesional guru

akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Terlebih aktivitas belajar siswa

pada mata pelajaran PAI di kelas akselerasi (kelas percepatan).

7
Aktivitas belajar mereka tentu berbeda dengan aktivitas belajar di kelas

pada umumnya. Perbedaan itu terletak pada lamanya proses belajar yang mereka

tempuh yaitu dua tahun pembelajaran. Adanya keunggulan dari kelas akselerasi

ini karena siswa yang terdapat di kelas akselerasi/ CI (cerdas istimewa)

merupakan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan, potensi dan prestasi di atas

siswa pada umumnya. Sehingga dibutuhkan guru yang profesional agar aktivitas

belajar siswa pada mata pelajaran PAI lebih aktif dan dinamis serta

membangkitkan antusiasme siswa dalam belajar, siswa memiliki pengalaman dan

terlibat seutuhnya dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi pusat

(student center) ketika proses pembelajaran berlangsung, dan yang terpenting

selama proses pembelajaran dua tahun itu siswa mampu menguasai materi dengan

baik. Guru yang ditempatkan di kelas akselerasi pun merupakan guru profesional

yang dipilih melalui proses seleksi yang idealnya mampu mengaktifkan siswa

dalam belajar dan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sehingga

siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di lapangan,

ternyata masih terdapat siswa dari kelas akselerasi yaitu kelas XI di SMAN 3 Kota

Sukabumi yang terkesan pasif dalam proses pembelajaran PAI, hal ini terlihat

dalam proses pembelajaran mereka tidak menampakkan interaksi dan antusiasme

serta kurangnya partisipasi dalam proses pembelajaran. Bahkan berdasarkan

wawancara yang peneliti lakukan dengan guru PAI di kelas tersebut, dari hasil

evaluasi yang pernah dilakukan ada beberapa siswa yang mendapat nilai yang

rendah.

8
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, dapat mengundang pertanyaan-

pertanyaan: mengapa terjadi proses belajar mengajar yang kurang menjalin

interaksi dan antusiasme siswa sehingga kegiatan belajar siswa berlangsung pasif?

mengapa terjadi proses belajar mengajar yang kurang melibatkan partisipasi siswa

sehingga siswa mendapatkan nilai yang rendah ketika dilakukan evaluasi? apakah

terdapat hubungan antara kompetensi profesional guru dalam mengajar dengan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI?

Hal tersebut menuntun peneliti untuk menjawab permasalahan di atas

dengan meneliti lebih lanjut dalam penelitian yang dirumuskan dalam judul:

TANGGAPAN SISWA TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR MEREKA PADA

MATA PELAJARAN PAI (PENELITIAN DI KELAS XI AKSELERASI SMAN

3 KOTA SUKABUMI).

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasi masalah-

masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan siswa tentang kompetensi profesional guru di kelas

XI akselerasi SMAN 3 Kota Sukabumi ?

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas XI

akselerasi SMAN 3 Kota Sukabumi?

3. Bagaimana tanggapan siswa tentang kompetensi profesional guru

pengaruhnya terhadap aktivitas belajar mereka pada mata pelajaran PAI di

kelas XI akselerasi SMAN 3 Kota Sukabumi?

9
C. Analisis dan Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian berupa analisis teoritik dan analisis empirik tentang

tanggapan siswa tentang kompetensi profesional guru pengaruhnya terhadap

aktivitas belajar mereka pada mata pelajaran PAI di kelas XI akselerasi SMA

Negeri 3 Kota Sukabumi, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum realitas tanggapan siswa tentang kompetensi profesional

guru di kelas XI akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi dikategorikan

baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui data kuantitatif hasil dari angket

yang disebarkan kepada 19 siswa. Hasil yang diperoleh mencapai nilai

rata-rata sebesar 56,14 maka analisisnya dengan rumus .

Jika dibagi oleh jumlah item soal (15) dihasilkan angka sebesar

3,74. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan siswa kelas XI akselerasi

SMA Negeri 3 Kota Sukabumi termasuk kategori baik. Karena berada

pada interval 3,5 – 4,5.

2. Mengenai aktivitas belajar mereka pada mata pelajaran PAI di kelas XI

akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi, termasuk kategori baik. Hal ini

dapat dibuktikan melalui data kuantitatif hasil dari angket dan diperoleh

rata-rata sebesar 54,81 maka analisisnya dengan rumus .

Jika dibagi oleh jumlah item soal (15) dihasilkan angka sebesar

3,65. hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar mereka pada mata

10
pelajaran PAI di kelas XI akselerasi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi

termasuk kategori baik, karena berada pada interval 3,4 – 4,5.

3. Tanggapan siswa tentang kompetensi profesional guru pengaruhnya

terhadap aktivitas belajar mereka termasuk kategori cukup kuat. Hal ini

berdasarkan pada hasil perhitungan koefisiensi korelasi yang di peroleh

dengan angka sebesar 0,55 dan angka tersebut jika ditafsirkan pada tingkat

penilain termasuk katagori cukup kuat karena berada pada interval 0,40 –

0,599. Adapun derajat pengaruh variabel X (tanggapan siswa terhadap

kompetensi profesional guru) terhadap variabel Y (aktivitas belajar mereka

pada mata pelajaran PAI) sebesar 30,25%, hal ini berarti terdapat faktor

lain sebesar 69,75% yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar

mereka pada mata pelajaran PAI.

11

Anda mungkin juga menyukai