Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan

memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai

akhlak dan kecerdasan pikiran. Bagi umat Islam pendidikan adalah hal yang

sangat penting dan tidak bisa ditolak lagi, karena sampai diujung umur pun

pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan, sebagai bekal

hidup dan pembentukan karakter. Sedangkan kita sebagai warga negara Indonesia

mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan seperti tercantum dalam Undang-

Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1-5 dan menindaklanjuti pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Usman

2016:143)

Menghadapi kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh profesi kependidikan

sekarang ini bukanlah tantangan yang dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan

pemikiran yang luas demi tercapainya kualitas yang baik. Persoalan yang

dimaksud di antaranya adalah kompetensi mengajar guru, karena guru sebagai

tenaga pendidik yang paling banyak berhubungan dengan peserta didik

diharuskan mempunyai kompetensi yang baik dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

1
2

Tugas seorang guru yang pertama dan terpenting sebagai pengajar (murabbiy,

mu’allim).(Majid 2012:11).

Dan ini sesuai Firman Allah dalam surat Ar-Rahman ayat 2 - 4.

)4( ‫) َعلَّ َمهُ الَْبيَا َن‬3( ‫سا َن‬ َّ


َ ْ‫) َخلَ َق اِإْل ن‬2( ‫َعل َم الْ ُق ْر َآ َن‬

Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya

pandai berbicara (Kementrian Agama RI Al-Qur’an dan Terjemah , 2010).

Berdasarkan ayat tersebut dijelaskan Al bayan yang berarti nyata dan jelas,

pengajaran al-bayan oleh Allah tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi

mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.

Akal merupakan salah satu potensi yang diberikan Allah kepada manusia dan

merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu lah manusia

menjadi makhluk yang paling mulia dimuka bumi ini. Hal ini sesuai dengan

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra: 70.

ِ ‫ولََق ْد َك َّر ْمنَا بنِيْٓ ٰا َد َم وحمل ْٰن ُهم فِى الْب ِّر والْب ْح ِر ور َزق ْٰن ُهم ِّمن الطَّيِّ ٰب‬
َّ َ‫ت َوف‬
‫ضل ْٰن ُه ْم‬ َ ْ ََ َ َ َ ْ ََ َ َ َ

ِ ‫َع ٰلى َكثِْي ٍر ِّم َّمن َخلَ ْقنَا َت ْف‬


‫ض ْياًل‬ ْ

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka

di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami

lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan

yang sempurna.(Kementrian Agama RI Al-Qur’an dan Terjemah , 2010)


3

Dalil naqli tersebut merupakan esensi yang menjelaskan bahwasanya manusia

merupakan makhluk yang paling mulia. Akan tetapi, manusia tidak mulia begitu

saja, harus ada yang membina, memimpin dan mengarahkannya. Perbuatan itu

dikenal dengan proses belajar dalam suatu lembaga pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan penting untuk dapat menciptakan manusia

yang cerdas, kompetitif serta kreatif. Oleh karena itu, pembahasan dalam dunia

pendidikan perlu dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Hal

ini tercantum dalam UU Nomor 20 pasal 3 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan

nasional bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-

perbedaan individu anak masing-masing, sehingga pembelajaran benar-benar

dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak

paham menjadi paham, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

Menurut Syaodih dalam Rocman dan Gunawan (2016 : 33) Mengemukakan

bahwa:
4

Pribadi guru dalam pengertiannya, kepribadian sering dimaknai sebagai

personality is your effect upon other people yakni pengaruh seseorang

kepada orang lain. Berdasarkan pengertian disebut kepribadian. Pengaruh

tersebut dapat dilator belakangi oleh ilmu pengetahuannya, kekuasannya,

kedudukannya atau popularitasnya dan lain sebagainya”

Faktor terpenting bagi seorang guru merupakan kepribadiannya, kepribadian

itulah yang akan menentukan bagi anak didiknya bersikap, karena guru akan

menjadi panutannya yang akan diteladani oleh para siswanya. Sebagaimana

menurut Rocman dan Gunawan ( 2016 : 35 ) :

Pribadi guru memiliki pengaruh dalam proses pendidikan, selain itu juga

memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk pribadi siswa.

Karena guru adalah sosok figur sentral yang “mempola” siswa yang akan

banyak berpengaruh baik pula terhadap perkembangan siswa. Terutama

mental dan spiritualnya.

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kepribadian guru memang hal

terpenting dalam membentuk pribadi siswa, sikap yang akan terlihat oleh diri

seorang siswa, karena itu seorang guru yang memiliki kemampuan

kepribadiannya yang mampu menjadi sorotan oleh siswanya. Menurut Kasijan

(1984 : 341)

Pengertian sikap, sikap mempengaruh pelahiran pengalaman seseorang

individu dan bersumber dari desakan atau dorongan didalam hati,

kebiasan-kebiasaan yang dikehendaki dan pengaruh lingkungan yang


5

mengelilingi individu itu. Dengan kata lain sikap adalah dihasilkan dari

keinginan-keinginan pribadi dan sejumlah stimuli-stimuli. Sikap dapat

membawa pengaruh yang penting atas diri seseorang. Ia berlaku baik

sebagai penyebab atau sebagai hasil dari kelakuan. Sifatnya pribadi, dan

dihubungkan dengan suara perasaan serta pengalaman-pengalaman

seseorang. Ia menampakkan diri kembali dalam caranya ia merasa seperti

berpikir, bercakap atau berbuat dalam berbagai situasi.

Terpapar pendapat itu memang sikap tertuju dari pengalaman atau

penglihatan seorang siswa yang memandang seorang guru, yang menentukan pula

anak didik nya menjadi generasi penerus. Dengan melihat dan memperhatikan

guru maka sikap akan terbentuk dengan sendirinya, ditambah dengan adanya

berkomunikasi yang baik, seperti halnya guru bisa menjadikan dirinya sebagai

sahabat, namun dengan secara yang professional. Dengan menghadapi berbagai

watak siswa, guru bisa memahami dan memperlakukan siswanya dengan baik,

dan disitu pula siswa akan memperhatikan gurunya.

Menurut Hamalik ( 2014 : 34 ) :

Pengaruh Kepribadian Guru dalam Belajar Siswa yang mempunyai

pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan

belajar para siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian disini meliputi

pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap dan persepsi yang dimilikinya

tentang orang lain. Para siswa menyerap sikap-sikap gurunya,


6

merefleksikan perasaan-perasaannya, menyerap keyakinan-keyakinannya,

meniru tingkah lakunya dan mengutip pernyataan-pernyataannya.

Pengalaman menunujukan bahwa masalah-masalah seperti motivasi,

disiplin, tingkah laku, sosial, prestasi dan hasrat belajar yang terus

menerus itu semuanya bersumber dari kepribadian guru.

Penjelasan di atas sangat jelas, tidak dapat terpungkiri lagi bahwa

kemampuan pribadi guru dapat berpengaruh pada sikap siswa dan begitu pun

memberikan menumbuhkan sikap siswa yang awalnya kurang baik atau dikatakan

buruk, namun setelah guru dapat mencontohkan kepada muridnya maka siswa pun

akan sendirinya akan menerapkan tingkah laku guru. Karena dengan kepribadian

guru yang sudah dipaparkan di atas.

SMA Negeri Pusakanagara adalah salah satu lembaga yang terletak di

kecamatan Pusakanagara kabupaten Subang. Seperti lembaga pendidikan pada

umumnya, SMA Negeri Pusakanagara selalu melakukan upaya-upaya agar peserta

didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu upaya tersebut adalah

dengan menanamkan sikap atau akhlakul karimah yang di contohkan nya pada

kepribadian guru. Dengan diterapkan Kepribadian guru tersebut, sekolah

mengharapkan agar peserta didiknya mempunyai sikap yang baik.

Berdasarkan hasil obsevasi sementara di SMAN 1 Pusakanagara,

Pusakanagara. Penulis menemukan keganjalan yang bertolak belakang dengan

teori yang sudah dikemukakan, dimana kompetensi kepribadian guru yang sudah

baik seperti membimbing, sabar, ulet, penuh pengertian memberikan saran-saran

dan motivasi, yang memiliki kepribadian yang mantap, kepribadian stabil,


7

kepribadian dewasa, kepribadian arif dan kepribadian berwibawa. Akan tetapi

sikap siswa masih kurang, seperti berperilaku tidak bersyukur, sikap tidak

toleransi dalam beribadah, sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli

dan kurangnya percaya diri.

Oleh karena itu, hal ini membuat penulis merasa perlu untuk melaksanakan

sebuah penelitian yang berjudul “PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN

GURU PAI TERHADAP SIKAP SISWA DI SMAN 1 PUSAKANAGARA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah di atas, penulis merumuskan beberapa

pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru PAI di SMAN 1 Pusakanagara ?

2. Bagaimana sikap siswa di SMAN 1 Pusakanagara ?

3. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap sikap siswa di

SMAN 1 Pusakanagara ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasrkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kompetensi kepribadian guru PAI di SMAN 1

Pusakanagara.

2. Untuk mengetahui sikap sisiwa di SMAN 1 Pusakanagara.

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI terhadap sikap

siswa di SMAN 1 Pusakanagara


8

D. Kerangka pemikiran

Kurikulum merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Guru yang

baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran dan mampu mempersiapkan

siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Selain itu, kepribadian salah satu unsur yang sangat menetukan keakraban

hubungan guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap

dan perbuatannya, dalam membina dan membimbing anak didiknya.

Kemampuan seorang guru dikatakan guru professional jika telah melekat

padanya kompetensi kepribadian sehingga memiliki akhlak mulia sehingga

menjadi teladan siswa dan masyarakat. Kompetensi kepribadian guru PAI

menurut Tafsir dan Solihin (2016 : 36) sebagai berikut :

1. Disiplin

2. Pribadi Yang Mantap

3. Stabil

4. Dewasa

5. Arif

6. Berwibawa

Sikap mempunyai peranan di dalam pola pola tingkah laku yang spesifik dan

digabungkan bersama-sama dengan reaksi emosional dan dapat membawa

pengaruh yang penting atas diri seseorang, sebagai suatu bentuk reaksi individu
9

terhadap lingkungannya. Dan yang akan mengarahkan pada perkembangan gaya

hidup siswa dimasa mendatang.

Guru harus mampu menjadi pendidik yang baik bagi anak didiknya yang

menjadi panutan, memberikan semangat mereka agar melakukan sikap yang baik.

Menurut (Nuh, 2014 : 36) menyatakan bahwa penilaian sikap terdiri dari

1. Sikap Spiritual, antara lain : ketaatan beribadah, berprilaku syukur, berdoa

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, toleransi dalam beribadah.

2. Sikap Sosial, antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab santun peduli,

percaya diri.

Berdasarkan definisi-definisi mengenai kompetensi kepribadian guru menurut

beberapa para ahli di atas, maka skemanya adalah sebagai berikut:


10

Tabel 1.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru PAI


Terhadap Sikap Siswa

Variabel X
Variabel Y
Kompetensi kepribadian guru
Sikap siswa

Indikator:
Indikator:
a. Kepribadian yang mantap
b. Kepribadian stabil a. Sikap Spiritual
c. Kepribadian dewasa b. Sikap Sosial
d. Kepribadian arif
e. Kepribadian berwibawa ( Nuh, 2014 : 36)
Rochman dan Gunawan
( 2016 : 36 )

Responden
11

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan bari

didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2013: 64).

Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel X (Pengaruh Kompetensi

Kepribadian Guru) terhadap variabel Y (Sikap Siswa), maka penulis memiliki

hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Kompetensi

Kepribadian Guru terhadap Sikap Siswa di SMA Negeri Pusakanagara.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengaruh

Kompetensi Kepribadian Guru terhadap Sikap Siswa di SMA Negeri

Pusakanagara.

Untuk mengetahui kebenaran hipotesis tersebut di atas, maka perlu

menggunakan kaidah pengujian sebagai berikut :

Jika t hitung > t tabel maka tolak Ho artinya terdapat pengaruh yang signifikan

antara variabel X terhadap variabel Y.


12

Jika t hitung <t tabel maka terima Ho artinya tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel X terhadap variabel Y.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif artinya

penelitian yang dilakukan untuk mengorganisasi dan menganalisis data angka agar

dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu

gejala, peristiwa atau keadaan sehingga dapat ditarik pengertian atau makna

tertentu. Alasan menggunakan metode ini adalah sehubungan dengan masalah

yang diteliti merupakan yang tengah di hadapi atau berlangsung sekarang. Adapun

teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Hadi seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2013: 145) bahwa

‘Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Ada dua yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan’

Observasi merupakan pengumpulan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Observasi ini ditujukan kepada peserta didik yang bersangkutan di SMA

Negeri Pusakanagara, disamping itu juga ditujukan kepada bagian tata usaha serta

kepala sekolah.
13

Melalui observasi ini peneliti ingin mengambil data yang berkenaan

penerapan model pembelajaran aktif terhadap motivasi belajar peserta didik dan

data-data yang lain dari bagian utama usaha.

b. Wawancara

Wawancara (interview) yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan

secara tatap muka, peneliti mengajukan pertanyaan secara lisan dan orang yang

diwawancarai memberikan jawaban secara lisan pula.

Wawancara ini peneliti tujukan kepada pendidk dan peserta didik yang

bersangkutan di SMA Negeri Pusakanagara.

Melalui wawancara, peneliti ingin mengambil data yang berkenaan dengan

latar belakang berdirinya SMA Negeri Pusakanagara. Disamping itu, wawancara

ini digunakan untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran aktif

di SMA Negeri Pusakanagara.

c. Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data atau daftar pertanyaan yang

sering disebutkan secara umum dengan nama kuisioner. Pengertian angket di atas

sepaham dengan pendapat Sugiyono (2013: 142) yang mengemukakan bahwa:

“angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

membrikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya”.

Dengan demikian teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar

angket atau pernyataan secara terperinci dalam satuan daftar angket, pernyataan
14

agar responden mengisi sendiri pernyataan itu dengan membubuhkan petunjuk-

petunjuk isian kode.

Angket ini peneliti tujukan pada beberapa peserta didik di SMA Negeri

Pusakanagara.

2. Analisis Data

Penulis dalam tehnik analisis data ini berlandaskan kepada pendapat Riduwan

(2013:59-61) yaitu “Dengan cara penyusunan data, mengklasifikasi data,

pengolahan data, kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk dipersentasekan

hasil perolehan data tersebut ”.

Selanjutnya penulis membuat langkah-langkah dalam analisis data sebagai

berikut:

a. Mempersentase Hasil Perolehan Data Tiap-tiap Variabel

Hasil perolehan data masing-masing variabel dipersentasekan dengan

menggunakan rumus dari Sudijono ( 2012:193)

F
P= x 100 %
N

Keterangan :

P : Hasil Prosentase

F : Frekuensi Alternatif jawaban Angket

N : Number of Cases (Jumlah Frekuensi/Banyaknya individu)

100% : Bilangan Konstan

Setiap hasil yang diperoleh dari perhitungan persentase maka hasilnya

dibandingkan dengan tabel sebagai berikut:


15

Tabel Kriteria Persentase

Kriteria Persentase

Sangat Lemah 0 % - 20 %

Lemah 21 % - 40 %

Cukup 41 % - 60 %

Kuat 61 % - 80 %

Sangat Kuat 81 % - 100 %

b. Uji Normalitas Data

Data berdistribusi normal, dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika: x 2hitung ≤ x 2tabel, maka distribusi data normal,

Jika: x 2hitung ≥ x 2tabel,maka distribusi data tidak normal.

(Riduwan, 2013:194).

c. Uji Linieritas Data

Menentukan persamaan regresi masing-masing variabel dengan rumus:

ŷ=a+bx (Sugiyono, 2012:188)

Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksi

a = Konstanta atau bila harga X = 0

b = Koefisien regresi

X = Nilai variabel indepeden


16

Kemudian menentukan kriteria uji F sebagai berikut:

Jika: Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, berarti data berpola Linier.

Jika: Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak, berarti data tidak Linier(Riduwan, 2013:205).

d. Analisis Korelasional Sebab Akibat

Untuk menentukan sejauhmana pengaruh antara variabel X terhadap variabel

Y. Peneliti menggunakan salah satu dari dua teknik korelasional yaitu:1) teknik

korelasi product moment dari statistik parametik; 2) menggunakan teknik korelasi

tata jenjang (rank order) dari statistik nonparametik.

1) Teknik korelasi product moment

Data yang berdistibusi normal dan data berpola linier, maka peneliti

menggunakan teknik Koefisien Korelasi Product Moment dengan rumus:

r xy =N . ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y (Sudijono, 2012:206).

Dengan kriteria pengujian:

Jika: rhitung ≥ rtabel, maka Haditerima

Jika: rhitung ≤ rtabel, makaHa ditolak (Subana dan Sudrajat, 2000:144).


17

Selanjutnya, menghitung koefisien determinan dan uji t untuk mengetahui

besarnya konstribusi antara kedua variabel. Ketentuan tingkat kesalahan yang

penulis gunakan adalah (α) = 0,05 atau (α) = 0,01 dengan rumus derajat bebas

(db) = n-2. Adapun rumus derajat determinan yaitu:

KP = r2 x 100 % (Riduwan, 2013:228).

Keterangan :

Kp = Besarnya koefisien penentu (determinan)

r2 = Koefisien Korelasi

Selanjutnya perhitungan uji t dengan rumus:

r . √ n−2
t= (Riduwan, 2013:229).
√ 1−r 2
Dengan kriteria pengujian:

Jikathitung ≥ttabel, maka signifikan.

Jikathitung≤ ttabel, maka tidak signifikan.

Langkah berikutnya memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi

“r”, atau “rxy”, maka dipergunakan rumus dari Sudijono (2012:193), yaitu:

Besarnya “r”

Product Moment “r Interpretasi

xy ”

Antara Variabel X dan Variabel Y memang

terdapat korelasi, akan tetapi korelasinya itu


0,000 - 0,199
sangat lemah atau sangat rendah sehingga

korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada


18

korelasi antara variabel X dan variabel Y),

Antara variabel X dan variabel Y terdapat


0,200 – 0,399
korelasi yang lemah atau rendah

Antara variabel X dan variabel Y terdapat


0,400 – 0,599
korelasi yang sedang atau cukup

Antara variabel X dan variabel Y terdapat


0,600 – 0,799
korelasi yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan variabel Y terdapat

0,800 – 1,000 korelasi yang sangat kuat atau sangat

tinggi.

2) Teknik korelasi tata jenjang (Rank Order)

Jika salah satu data berdistribusi tidak normal atau regresinya tidak linier, maka

peneliti menggunakan rumus Rank order, yaitu:


2
6∑D
ρ=1− 2
N (N −1)

Keterangan:

P= Angka indeks korelasi tata jenjang

6 & 1= Bilangan konstanta (tidak boleh diubah-ubah)


19

D =Different, yaitu perbedaan antara urutan skor pada variabel pertama (R1),

dan urutan skor pada variabel kedua (R2); Jadi D = R1 - R2

N = Number of cases, dalam hal ini adalah banyaknya pasangan yang sedang

dicari korelasinya. (Sudijono, 2012: 232).

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika: ρ hitung ≥ ρ tabel, maka Haditerima

Jika: ρ hitung ≤ ρ tabel, maka Haditolak

Selanjutnya dengan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “ ρ

”, dengan rumus interprestasi Rank Order (Sudijono, 2012:232), yaitu:

Besarnya “Rho”
Interpretasi
Rank Order(ρ)

Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi korelasinya itu sangat lemah atau

0,000 - 0,199 sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan

(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan

variabel Y),

0,200 – 0,399 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


20

yang lemah atau rendah

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,400 – 0,599
yang sedang atau cukup

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,600 – 0,799
yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,800 – 1,000
yang sangat kuat atau sangat tinggi.

G. Lokasi, Populasi dan Sampel

1. Lokasi Penelitian

Lokasi, penelitian yang penulis lakukan yaitu di lokasi SMA Negeri

Pusakanagara Kecamatan Pusakanagara Kabupaten Subang. Adapun yang

menjadi alasan untuk memilih lokasi ini penulis lakukan dengan dasar

pertimbangan bahwa terdapat permasalahan penelitian yang perlu diteliti dan

diketahui pemecahannya.

2. Populasi

Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi

yang terdiri atas; subyek/objek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya,

sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi (Sugiyono, 2013:297)


21

Dalam penelitian ini populasi adalah para guru di SMA Negeri 1 Pusakanagara

yang berjumlah 22 orang untuk variabel X. Sedangkan untuk variabel Y

populasinya adalah siswa SMA Negeri 1 Pusakanagara kecamatan Pusakanagara

yang berjumlah 756 siswa.

3. Sampel

Sampel adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,

2006:131). Dimana sampel penelitian ini diambil dari jumlah populasi guru yang

jumlahnya 22. Dalam pengambilan penelitian ini berdasarkan pendapat dari

Arikunto (2006:134) bahwa :

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehungga penelitiannya merupakan penelitian

populasi, Selanjutnya, jika jum;ah subyeknya besar, dapat diambil antara

10 -15% atau 20-25% atau lebih, tergantung kemampuan peneliti, sempit

luasnya wilayah pengamatan dan besar kecilnya resiko yang ditanggung

oleh peneliti.

Merujuk pada pendapat diatas maka dari sejumlah populasi guru (Variabel X)

yang berjumlah 22 orang, diambil seluruhnya karena subjeknya kurang dari 100,

yang disebut penelitian populasi.

Sementara untuk jumlah populasi siswa (Variabel Y) yang berjumlah 756

siswa, penulis mengambil sampel dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane

(Riduwan dan Akdon, 2010:249) sebagai berikut:


22

N
n=
N . d 2 +1

Dimana : n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

2
d = Presisi yang ditetapkan (20%)

Dari populasi siswa sebesar N= 756 orang , peneliti menetapkan Presisi

sebesar = 20% sebagaimana pendapat Sugiyono (2017 : 86 ) yaitu :

Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian

tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat

ketelitian / kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber

dana , waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka

akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin

kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel

yang diperlukan sebagai sumber data.penentuan jumlah sampel dari populasi

tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan,

1 %, 5 % , dan 20 %.

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

N 756 756 756


n = = 2 = = = 22,01 dibulatkan
2
N . d +1 ( 756 ) .0,20 +1 ( 756 ) ( 0,04 ) +1 34,33

menjadi 22

Jadi, berdasarkan perhitungan diatas, jumlah sampel untuk Variabel Y adalah 22

siswa.
23

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified

random sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak

dan berstrata secara proporsional dengan rumus alokasi proportional dari Riduwan

dan Akdon (2010:250) sebagai berikut:

Ni
ni = . n
N

Dimana: ni = jumlah sampel menurut stratum

n = jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan pendapat tersebut, diperoleh jumlah sampel masing-masing kelas

sebagai berikut:

Kelas 10 = 281 siswa

Ni 281
ni = .n = . 22 = 8,0 ≈ 8 siswa
N 756

Kelas 11 = 242 siswa

Ni 255
ni = .n = . 22 = 7,4 ≈ 7 siswa
N 756
24

Kelas 12 = 250 siswa

Ni 250
ni = .n = . 22 = 7,1 ≈ 7 siswa
N 756

Jadi, pengambilan sampel dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel

dari kelas 10 sebanyak 8 siswa, kelas 11 sebanyak 7 siswa, kelas 12 sebanyak 7

siswa dan guru sebanyak 22 orang.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dalam penelitian ini penulis akan

menetapka sampel antara lain :

a. Sampel guru sebanyak 22 orang untuk variabel X. Artinya seluruh populasi

guru merupakan sampel karena jumlahnya kurang dari 100.

b. Sampel siswa 22 orang untuk variabel Y. Sampel dari siswa ini diambil secara

acak (proportionate stratified random sampling).

Anda mungkin juga menyukai