Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan
(melimpahkan) pengetahuan, pengalamannya, serta kererampilannya kepada generasi
muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya,
baik jasmaniyah, maupun rohaniyah (Mansur. 2011 : 84-85).
Ditengah pesatnya kemajuan pengetahuan dan teknologi serta informasi, harus
menjadi manusia yang cerdas, terampil, beriman serta bertaqwa. Karena kalur tidak kita
akan terbawa arus globalisasi dan modernisasi. Oleh karena itu, sebagai generasi masa
depan, peserta didik harus mempersiapkan untuk memiliki karakter yang mampu bertahan
dan bersaing serta mumpuni dalam bidang tertentu. Pendidikan merupakan salah satu
factor pembentukan karakter seseorang. Pendidikan di Indonesia diatur dalam UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cerdas, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Undang-undang RI. No 20. 2003).
Dari rumusan tersebut dapat dilihat bahwa Pendidikan nasional mengeban misi
membangun manusia yang utuh dan paripurna yang memiliki nilai-nilai karakter yang
agung disamping juga harus memiliki pondasi keimanan dan ketakwaan yang tangguh.
Oleh karena itu, Pendidikan menjadi agen of change yang harus mampu melakukan
perbaikan karakter bangsa (Marzuki. 2015 : 4).
Membangun manusia yang memiliki nilai-nilai karakter mulia, dibutuhkan
Pendidikan islam yang misi utamanya memanusiakan manusia, yang menjadikan manusia
mampu mengemban seluruh potensi yang dimilikinya sehingga berfungsi maksimal sesuai
dengan aturan-aturan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya yang pada akhirnya akan
terwujud insan kamil (Marzuki. 2015 : 5).
Pendidikan karakter di Indonesia telah di galakkan melalui pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan karakter ini sesuai dengan dasar negara
Indonesia, yaitu Pancasila. Namun, jika dilihat kondisi masyarakat yang sekarang yang

1
notabene dari “Pendidikan karakter berbasis pancasila”, maka outcome yang ada ternyata
belum sesuai makna karakter (Syafri. 2012 : 4).
Pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai karakter yang meliputi
komponen pengetahuan, kemauan, kesadaran serta Tindakan untuk melakukan nilai-nilai
tersebut (Kunaepi. 2013 : 352).
Pendidikan di sekolah terutama Pendidikan agama mempunyai peran yang sangat
besar dalam membentuk karakter religius seseorang. Hal ini sesuai dengan tujuan
Pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang N0 2 Tahun 1989 yang
menyatakan bahwa sasaran yang ingin dicapai dari Pendidikan agama adalah membentuk
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Berbudi luhur, berkepribadian,
disiplin, bekerja keras, Tangguh, tanggung jawab, mandiri, terampil, sehat jasmani dan
rohani (Undang-Undang Nomor 2. 1989).
Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah. Menekankan
pada pembentukan hati Nurani, menanamkan dan mengembangkan sifat-sifat Hahiyah
yang jelas dan pasti, baik dalam hubungan manusia dengan Allah swt, hubungan manusia
dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Salah satu misi penting yang
diemban Rasulullsh saw seperti sifat siddiq, Amanah, tabligh, dan fathannah (Syafaat, Dkk.
2008 : 73.).

Firman Allah dalam Q.S Al- Ahzab: 21

. ‫ان يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر‬


َ ‫ان لَ ُك ْم فِ ْي َرس ُْو ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ[ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َك‬ َ ‫لَقَ ْد َك‬
‫ۗ و َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْيرًا‬
َ
Artinya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak menyebutAllah”

Pada bagian ini Allah memperingatkan orang-orang munafik agar dapat


memberikan teladan yang baik dari Nabi SAW. Bagi Rasulullah SAW adalah seorang
mukmin yang kuat, pemberani, sabar, tabah dalam menghadapi segala macam cobaan,
beriman penuh terhadap segala ketetapan Allah, dan berkepribadian yang mulia. Jika
mereka (munafik) berusaha menjadi orang baik yang bisa hidup bahagia di dunia dan di
akhirat, mereka pasti akan meniru perilaku Nabi. Namun tindakan dan tindakan mereka

2
menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan ridha Tuhan dan segala macam
kebahagiaan yang hakiki (DepartemenAgamaRI,2009:243).

Pembentukan karakter peserta didik di sekolah oleh guru Pendidikan Agama Islam
merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka pembentukan karakter peserta didik yang
identic dengan pembinaan akhlak. Keteladanan atau pembiasaan yang dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Islam merupakan cara yang paling efektif dalam mempersiapkan
peserta didik agar menjadi anak yang berhasil dalam Pendidikan-Nya dari segi akhlak,
mental, maupun dalam kehidupan sosialnya. Keteladanan dalam pendidikan bisa dimulai
dari pendidik (guru) itu sendiri karena pendidika adalah panutan dan idola peserta didik
dalam segala hal (Sani. 2016 : 141).
Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup generasi muda, terutama di kota-
kota besar. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit sebagian generasi
muda. Masih banyak ditemukan kasus, seperti siswa yang mencontek ketika ujian,
bermalas-malasan, terlalu banyak bermain, hura-hura, tawuran, mempraktikkan pergaulan
bebas, menggunakan narkoba, dan melakukan tindak kriminal. Penguatan pendidikan
karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral seperti yang
terjadi sekarang. Krisis moral tersebut sangat mengkhawatirkan dalam masyarakat
terutama anak-anak. Bagi generasi muda sangat diperlukan adanya pemahaman,
pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut (Syafaat. 2008 : 3).
Dalam konteks pendidikan, guru seharusnya memiliki posisi yang sangat
signifikan dalam melahirkan generasi muda yang prospektif dan berkarakter, sebagaimana
amanat yang tercantum pada pembukaan UUD 1945. Dengan berposisi sebagai pendidik,
guru memiliki tugas ekstra untuk membentuk outcome yang berkualitas. Tidak sekedar
output dan harus siap berkompetisi menghadapi bangsa-bangsa lain dalam percaturan
global (Mukani. 2014 : 178).
Untuk mencapai Pendidikan Agama Islam yang berkualitas, hal ini harus dimulai
dengan guru agama Islam yang berkualitas. Peran Guru Agama Islam sangat penting
dalam memberikan pendidikan kepribadian religius kepada siswa. Guru sebagai panutan
siswa dengan memberikan contoh perilaku yang baik. Hal ini memungkinkan untuk
mencetak dan membentuk generasi dengan kepribadian yang hebat dan religius. Oleh
karena itu, tergantung pada guru untuk menghasilkan siswa dengan kematangan akademik,
profesional, emosional, spiritual, dan spiritual yang unggul.

3
Menurut Zakiyah Darajah Guru Pendidikan Agama Islam adalah guru agama di
samping melaksanakan tugas pengajaran yaitu memberikan pengetahuan keagamaan, ia
juga melaksanakan tugas Pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu
pembentukan kepribadian dan pembinaan akhlak, juga menumbuhkan dan
mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik (Wiyani. 2012 : 100).
Guru dengan kepribadian dan kecerdasan yang kuat diharapkan dapat memenuhi
misinya mendidik siswanya. Untuk menjadi guru atau pendidik yang handal, pendidik
menjalankan tugasnya sesuai dengan batasan waktu, menggunakan materi secara tepat
sasaran, dan praktis memiliki kemampuan keilmuan dan profesional yang memadai, perlu
menjalankan misi dengan baik, profesional dan mandiri.
Oleh karena itu, guru Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu mengajar,
membimbing dan memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswanya. Peran guru
agama Islam sebagai pusat pembentukan perilaku siswa di sekolah Jika guru dapat
mengajarkan perilaku Islami pada siswa, sekolah akan menciptakan karakter Religius
Islami.
Berdasarkan hasil wawancara pada observasi awal (grandtour) pada tanggal 15
januari 2022 yang peneliti temukan di Sekolah Menengah Pertama 17 satu atap Kelas VIII
di Desa Lubuk Kepayang, penulis menemukan ada siswa pindahan pondok pesantren
yang kurang mencerminkan karakter religius seperti mengajak teman lain untuk keluar
kelas saat pembelajaran berlangsung, sedangkan yang kita ketahui bahwa anak pesantren
tersebut memiliki kepribadian yang baik dan religius, tetapi malah sebaliknya siswa
pindahan ini tidak mencerminkan karakter religius. kurangnya sopan santun kepada
gurunya, sering ditemukan siswa yang tidak mengikuti instruksi guru saat diminta untuk
membuang sampah, sering ditemukan siswa yang kurang lancar dalam membaca al-qur’an
dan masih ada siswa yang bolos ketika di arahkan untuk membaca yasin setiap hari
jum’at, kemudian di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ini hanya
terdapat satu guru Pedidikan Agama Islam, dan guru Pendidikan Agama Islam ini juga
mengajar di Sekolah Dasar.
Dengan kata lain, kesantunan tutur kata, kesantunan perbuatan, dan kesantunan
islami sangat perlu untuk dibimbing dan dilaksanakan Dengan menerapkan pedoman ini,
siswa diharapkan dapat mengembangkan karakter religius. Proses pembinaan meliputi
peringatan, teguran, hukuman dan sanksi.
Berdasarkan latar belakang diatas,peneliti tertarik meneliti fakta yang berkembang
tentang bagaimana peran guru pendidikan agama islam dalam menanamkan pendidikan

4
karakter religius siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil judul penelitian
“PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN
KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 17
SATU ATAP SAROLANGUN KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN
SAROLANGUN PROVINSI JAMBI”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh peneliti
diatas, maka penelitian ini hanya berfokus kepada bagaimana Peran Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Menanamkan Karakter Religius Siswa Kelas VIII Di Sekolah
Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan pendidikan
karakter religius siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap
Sarolangun ?
2. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan pendidikan karakter religius siswa kelas VIII di Sekolah Menengah
Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ?
3. Bagaimana solusi guru Pendidikan Agama Islam dalam menyelesaikan masalah
karakter religius siswa di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ?

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian ini adalah:
a) Mendeskripsikan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan
pendidikan karakter religius siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu
Atap Sarolangun.
b) Mendeskripsikan faktor penghambat yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam
dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa kelas VIII di Sekolah
Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun.
c) Mendeskripsikan solusi guru Pendidikan agama isam dalam menyelesaikan masalah
karakter religius siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap
Sarolangun.
2. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

5
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru
dalam bidang pendidikan terutama dalam pendidikan karakter religius siswa.
a. Bagi Guru
a) Sebagai pedoman atau acuan guru dalam mendidik karakter religi siswa.
b) Sebagai motivator bagi siswa dalam meningkatkan pembinaan karakter
religius
b. Bagi sekolah
a) Sebagai masukan ilmiah bagi sekolah dalam mengembangkan pendidikan
karakter religius terhadap siswa
b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan tentang
karakter religius
c. Bagi Siswa
a) Meningkatkan kesadaran bagi siswa agar memiliki karakter religius yang
lebih baik lagi.
b) Dapat meningkatkan aktivitas keagamaan dan hasil belajar siswa.

6
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Khusus
1. Agama Islam Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa.
Aktivitas guru dalam proses pembelajaran didalam maupun diluar jam pelajaran
memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung proses penyampaian
pengetahuan yang akan diberikan guru atau pendidik kepada siswa. Kemudian aktivitas
siswa memegang peran penting dalam proses penerimaan materi ajar atau informasi
yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah diberikan atau yang telah disampaikan
oleh guru. Keterlibatan penuh antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran dari
dua unsur tersebuat sangatlah akan berpengaruh besar kepada kualitas atau hasil dari
Pendidikan.
Pendidikan adalah kebutuhan yang utama dalam pembelajaran, karena dengan
adanya prodes Pendidikan anak didik bisa mengetahui perbuatan yang baik dan
perbuatan yang buruk hingga ia menjadi orang yang berguna nantinya. Sebagaimana
masalah teradap Pendidikan, Budaya religius juga sangatlah penting karena dalam
budaya religius, terdapat semua aspek keagamaan yang bisa di bombing dan di arahkan
agar menjadi anak yang lebih baik. Salah satu cara untuk mengembangkan nya atau
membimbingnya yaitu melalui Pendidikan atau pelatihan serta kebiasaan yang bisa di
dapatkan pada Lembaga Pendidikan seperti sekolah.
Dalam proses penanaman budaya religius atau budaya keagamaan siswa di
Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ini tidak begitu banyak
dikarenakan sekolah ini bersifat umum dan tidak begitu mengarah kepada budaya
seperti sekolah keagamaan misalnya Madrasah Tsanawiyah yang lebih banyak
pembinaan keagamaan. Namun disekolah ini memiliki tujuan yang bisa dikatakan bisa
untuk mencapai hal tersebut melalui agenda perencanaan, hal ini diperkuat dengan
wawancara kepada kepala Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun yaitu
Bapak Bambang Harianto,S.Pd , apakah di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap
Sarolangun ini telah dilaksanakan atau telah menjalankan pendidikan religius ?

“Jadi, Pendidikan karakter religius sudah diterapkan disekolah ini seperti yang
sudah dilakukan oleh guru disekolah ini terutama guru agama karena akhlak itu
sangat penting untuk diarahkan sebelumnya, disini ada kegiatan sholat
berjama’ah namun saat ini sudah tidak dijalankan karena kondisi saat ini yang

7
kurang baik. Kemudian disini sudah menerapkan yasinan setiap minggu yaitu
dilaksanakan pada hari jum’at jam 07.15, kemudian juga melakukan hafalan
Asma’ul Husna bagi semua siswa/i kelas VII sampai kelas IX.”. (Wawancara,14
maret 2022)

Berdasarkan obesevasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti


tentang terlaksananya atau jalannya pendidikan religius di Sekolah Menengah Pertama
17 Satu Atap Sarolangun, dapat disimpulkan bahwa guru agama disekolah ini sudah
berperan dalam menanamkan karakter religius atau karakter keagamaan yaitu guru
sebagai orang yang membimbing dan sebagai orang yang memberi arahan serta
mengajak seluruh siswa-siswi untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah pada
tahun sebelumnya. Namun saat ini sudah tidak menjalankan program tersebut
dikarenakan kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk berkerumun, kemudian juga
memberikan pengarahan atau motivasi agar siswa dapat menjalani kehidupan nya
dengan lebih baik.
Selanjutnya wawancara kepada Bapak Zuhri,S.Pd.I yang sebagai Guru Agama
di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun, Bagaimanakah peran bapak
sebagai guru agama dalam menanamkan Pendidikan karakter religius ?
“ Peran kami sebagai guru agama , yaitu mengarahkan, membimbing dan
mengingatkan kepada anak-anak supaya mereka tidak nakal, karena anak-anak
seusia kelas 7-9 itu masih agak nakal. Jadi kami harus ekstra dalam
membimbing akhlak pada siswa/i disini. Kemudian Pendidikan akhlak juga
harus ditanamkan pada siswa/i agar sanak-anak dapat memahami apa itu akhlak
religius yang baik terhadap sesama teman, keluarga, guru, dan kami sebagai
guru harus memberikan contoh yang baik seperti sikap yang lembut, ramah,
rajin, dan lain sebagainya ”(Wawancara,14 maret 2022)

Berdasarkan obesevasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti


tentang peran guru dalam menanamkan karakter religius di Sekolah Menengah Pertama
17 Satu Atap Sarolangun dapat disimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam
berperan penting dalam proses pembelajaran serta proses penanaman nilai-nilai religius
siswa di sekolah ini. Adapaun peran nya yaitu mengarahkan dan membimbing siswa-
siswi agar bersikap baik dan bersikap islami baik dalam lingkungan sekolah maupun
lingkungan luar sekolah dan memiliki pribadi yang santun dan menerapkan 5S(Salam,
senyum, sapa, sopan dan santun).
Kemudian Wawancara kepada siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 17
Satu Atap Sarolangun yang Bernama Sela, Bagaimana tanggapan Sela terhadap strategi
guru pendidkan Agama dalam mengajar Pendidikan karakter religius ?

8
“Pelajaran dengan guru agama itu enak, bapak nyaa juga sering menjelaskan
kepada saya agar saya memahami, dan bapak itu Cuma menjelaskan dengan
cara ceramah dan juga sering menjelaskan sekaligus menuliskan di papan tulis,
kemudian bapak nya juga sering mengarahkan kami kelas VIII untuk sholat
berjama’ah” (Wawancara,16 maret 2022).

Dari hasil wawancara kepada siswi tersebut dapat difahami bahwa guru
Pendidikan agama disekolah ini memiliki pribadi yang baik sehingga siswa siswi dapat
meneladani dalam kehidupan nya dan dapat memahami pembelajaran yang di jelaskan
di kelas, kemudiam guru pendidikan agama dalam menjelaskan pembelajaran
menggunakana metode ceramah serta menggunakan media papan tulis dan membuat
situasi belajar lebih berfokus kepada guru.
Selanjutnya Wawancara kepada siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 17
Satu Atap Sarolangun yang Bernama Dinda, Sebelum pelajaran dimulai, apa yang
dilakukan oleh guru pendidikan Agama di dalam kelas ?
“Sebelum mulai pelajaran, guru nya menyipkan dulu, terus kami disuruh
membaca Do’a, kemudian membaca Al-Qur’an, dan setelah itu guru nya
menjelaskan pelajaran minggu kemarin. itu sekitar 15 menit. nah jika sudah
baca al-qur’an dan menjelaskan pembelajaran minggu lalu, kemudian
selanjutnya absen.”(Wawancara,16 maret 2022)
Selanjutnya Wawancara kepada Juanda, apakah juanda pernah di bimbing dan
diarahkan oleh guru agama ?
“Pernah, diajarkan untuk lebih baik lagi dalam bidang agama, kemudian jugo
pernah dibimbing saat belajar baca al-qur’an, hafalan ayat pendek dan lain
nyo”(Wawancara,16 maret 2022)

Wawancara kepada siswi yang Bernama dinda dan juanda dapat di fahami
bahwa sebelum memulai pembelajaran, guru agama terlebih dahulu menyiapkan
seluruh siswa-siswi dikelas untuk membaca do’a dan kemudian mengarahkan kepada
siswa-siswi untuk membaca al-qur’an, setelah membaca kur’an, guru agama kemudian
sedikit menjelaskan dan bertanya kepada siswa-siswi tentang pembelajaran yang telah
dipelajari pada minggu yang lalu kemudiansetelah itu, guru agama melakukan absensi
kemudian memulai pelajaran baru.
Selanjutnya Wawancara kepada siswi kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 17
Satu Atap Sarolangun yang Bernama Deli, Sikap seperti apa yang bisa deli teladani
dari guru Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan deli sehari-hari ?
“Bapak nya baik, rajin sholat,rajin baca al;qur’an terus sopan, bapak nya juga
rapi.. jadi saya ingin jadi seperti tu. bapak nya juga tidak pernah terlambat
masuk ke kelas”(Wawancara,17 maret 2022)

9
Dari wawancara tersebut dapat difahami bahwa ada dorongan dari diri anak
didik untuk mengikuti sifat dan sikap yang baik yang ada pada diri guru Pendidikan
Agama Islam, kemudian anak didik juga berkeinginan untuk memiliki sikap religius
seperti rajin sholah, mengaji. Hal inilah yang harus ada pada semua siswa-siswi karena
pada zaman sekarang sangat minim sekali ada siswa-siswi yang sadar tentang hal ini.
Berikutnya Wawancara kepada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama 17
Satu Atap Sarolangun yang Bernama Aril, Apakah Aril menanamkan nilai-nilai agama
atau nilai religius dalam kehidupan sehari-hari ?
“ Iya pernah, seperti mencontohkan sikap yang baik terhadap guru, teman,dan
sholat. jadi saya juga harus bersikap baik dan sopan kepada orang tua, guru, dan
saling menghargai teman dan saya juga sering ngaji di mushola.”(Wawancara,17
maret 2022)

Berdasarkan obesevasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti


kepada beberapa siswa di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun dapat
disimpulkan bahwa siswa-siswi juga menerapkan budaya religius ini tidak hanya
disekolah, tetapi juga di luar sekolah, sehingga upaya guru Pendidikan Agama Islam
tidak sia-sia dalam memberikan pengajaran dan bimbingan serta pengarahan kepada
siswa-siswi dan dengan begitu, orang tua siswa juga lebih bangga kepada anaknya.
2. Faktor Penghambat Yang Dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Menanamkan Karakter Religius Siswa.
Disetiap Lembaga Pendidikan tidak pernah lepas dari hambatan baik itu
hambatan yang bersasal dari dalam Lembaga Pendidikan maupun dari luar Lembaga
Pendidikan. Faktor tersebut meliputi dua aspek yaitu faktor pendukung dan faktor
penghambat, faktor penghambat adalah suatu kondisi di mana bahwa dalam proses
pembelajaran ada suatu permasalahan yang ada sehingga suatu pembelajaran tidak bisa
berjalan dengan optimal misalnya dalam satu kelas sedang melaksanakan pembelajaran
sejarah kebudayaan islam, sebenarnya pembelajaran sejarah ini menceritakan tentang
sejarah awal mulanya islam muncul. Bagi anak dalam kelas tujuh sampai kelas delapan
biasanya lebih tertarik dalam mendengarkan penjelasan dari guru jika seorang guru
menjelaskan pembelajaran sejarah dengan menggunakan sarana dan prasarana yang
bisa membuat anak didik tertarik untuk menyimak atau memperhatikan.
Namun di Sekolah Menengah Pertama ini belum ditemukan guru yang
menjelaskan pembelajaran yang menggunakan monitor In Focus. Kemudian Guru
Pendidikan Agama Islam juga menjelaskan ada beberapa faktor penghambat dalam

10
menanamkan karakter religius, Berikut wawancara kepada Guru Pendidikan Agama
Islam yaitu Bapak Zuhri,S.Pd.I
Apa saja faktor penghambat yang dihadapi Ketika menanamkan karakter
religius di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ini?
a. Keterbatasan Waktu
“Disini, sebenarnya ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam
menanamkan karakter religius yaitu yang pertama tentang karakter, karena
mendidik karakter sangat tidak mudah karena setiap anak itu memiliki
kepribadian yang berbeda, ada yang lembut, ada yang keras, ada yang suka
terlambat masuk, ada yang suka membully teman, jadi agak kesulitan dalam
mengarahkan nya kemudian disekolah ini kami mengajarkan lebih ke tingkah
laku dan budi pekerti. Kemudian dengan adanya peraturan pemerintah mengenai
larangan untuk berkumpul atau kerumunan, di sekolah ini sudah memfakumkan
kegiatan sholat berjamaah dikarenakan hanya 1 sampai 2 jam saja dalam
melaksanakan pembelajaran” (Wawancara,18 maret 2022)

Selanjutnya intervieu kepada Bapak Bambang Harianto,S.Pd tentang kendala


yang dihadapi Guru di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ini.
Menurut bapak, apa saja kendala yang dihadapi guru dalam menanamkan Pendidikan
karakter religius siswa ?
b. Faktor Sarana Dan Prasarana
“Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam melaksanakan pengajaran
disekolah ini salah satunya yaitu Sarana dan prasarana itu sangat pasti, seperti
tidak adanya sarana untuk memberikan kenyamanan di dalam kelas seperti
kipas angin, tempat sampah juga sebenarnya sudah di berikan kepada setiap
kelas, namun hanya bertahan beberapa bulan kemudian sudah tidak layak
pakai. Kemudian ada juga kendala lain yaitu dari lingkungan anak itu sendiri
yang sewaktu di luar sekolah karena lingkungan di luar sekolah sangat
mempengaruhi pribadi siswa sehingga pribadi yang nakal, pembangkang dan
lain akan terbawa ke lingkungan sekolah kemudian ada juga anak-anak yang
kurang memberikan sikap yang baik kepada guru dan teman-teman nya”
(Wawancara,18 maret 2022)
Kemudian Wawancara kembali kepada siswi kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama 17 Satu Atap Sarolangun atas nama Sela, menurut sela, bagaimana
pembelajaran dikelas ? apakah sela pernah melihat ada teman lain yang keluar kelas
tanpa izin dari guru ?

“Pernah bang, terus dipanggil guru terus guru nyo menasehatin, nasehatin nyo
seperti dibilang..” jangan keluar, kalau mau keluar tu permisi dulu, jangan
langsung keluar.”(Wawancara 21 maret 2022)
Kemudian Wawancara kembali kepada siswi kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama 17 Satu Atap Sarolangun atas nama Dinda, Apakah Dinda memahami

11
pembelajran yang diberikan oleh guru Agama ? dan apakah pernah menemukan
kesulitan Ketika belajar Agama ?

“Faham, pernah pak, dalam bidang pelaran hafalan juz 30 kadang kami itu
susah kalau mau menghafal tapi kawan yg lain nyo ribut, Jadi kami kurang
fokus untuk menghafal”(Wawancara,21 maret 2022)
Berdasarkan obesevasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti
tentang faktor penghambat pendidikan karakter religius di Sekolah Menengah Pertama
17 Satu Atap Sarolangun dapat disimpulkan :
3. Solusi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menyelesaikan Masalah
Karakter Religius Siswa.
Wawancara kepada Bapak Zuhri mengenai solusi yang dilakukan guru
terhadap karakter religius di Sekolah Menengah Pertama. Bagaimanakah solusi yang
dilakukan guru dalam penanaman karakter religius di Sekolah Menengah Pertama 17
Satu Atap Sarolangun ini ?

“Untuk saat ini, kami melakukan setiap masuk sekolah itu diwajibkan untuk
membaca Al-qur’an, sholat berjama’ah, menghafal juz 30 seta pembacaan dan
penghafalan Asma’ul Husna”(Wawancara,27 maret 2022)
Dari penjelasan tersebut dapat difahami bahwa disekolah ini, Adapun solusi
yang dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru Pendidikan Agama Islam membuat
suatu strategi penanaman karakter religius melalui pembudayaan islami seperti mengaji
sebelum pembelajaran dimulai, pembacaan asma’ul husna, dan pembacaan ayat
pendek. Kemudian setiap hari jum’at, dilaksanakan pembacaan yasin yang
diselenggarakan di lapangan terbuka dan pembacaan yasin ini merupakan program
mingguan karena setiap minggu akan ada siswa yang menjadi pemimpin pembacaan
yasin. Hal ini dilakukan supaya dalam diri siswa tertanam rasa islami yang bisa
membawa siswa untuk lebih baik lagi.
a. Solusi Keterbatasan Waktu
Kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih efektif dan efisien dibandingkan
dengan kegiatan belajar mengajar melalui daring atau online di karenakan guru lebih
mudah dalam membimbing dan mengawasi siswa-siswi, maka pemerintah terus
mendorong untuk diselenggarakan-Nya pembelajaran tatap muka meskipun adanya
keterbatasan waktu dan harus mematuhi protokol kesehatan. Dengan adanya
peraturan dari pemerintah pihak sekolah mengatur strategi untuk menjalankan
kegiatan pembelajaran tap muka yaitu menerapkan shift 1 dan shift 2.

12
Alternatif tersebut yaitu dengan adanya menerapkan pembelajaran shift 1 dan
shift 2 hal ini sejalan dengan apa yang peneliti lihat ketika ikut dalam pembelajaran
dengan penerapan shift 1 dan shift 2 sebagai ke efektifan pembelajaran pendidikan
agama islam dalam menanamkan karakter religius siswa kelas VIII (Observasi, 24
Maret 2022).
b. Solusi Sarana Dan Prasarana
Sebuah sekolah akan jauh lebih mudah dalam melakukan proses
pembelajaran apabila sarana dan prasarana nya mencukupi atau memenuhi batas
standar,akan tetapi masih banyak sekolah sekolah yang belum terpenuhi dalam
mewujudkan sarana dan prasarana yang lebih baik apalagi sekolah-sekolah yang
khususnya berada di pedalaman atau jauh dari kota, hal inilah yang sangat
mempengaruhi terhambatnya sebuah pendidikan yang baik dan terjamin.
Dikarenakan banyak sekolah yang tidak memiliki tempat yang layak untuk
mengemban ilmu sebagaimana mestinya yang dilakukan oleh orang-orang banyak
yang lainnya.
Hal ini sejalan dengan apa yang telah di paparkan oleh Bapak Zuhri pada
peneliti saat di wawancarai.
“Guru semaksimal mungkin untuk menggunakan sarana prasana yang ada di
sekolah tersebut. Dan juga guru harus kreaktif mungkin dalam merencanankan dan
menerapkan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan
karakter religius”(Wawancara, 25 Maret 2022).
Selain dari hasil wawancara kepada guru dan siswa, penenliti juga melihat
langsung sarana prasarana yang ada di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap
Sarolangun (Observasi, 25 Maret 2022).
Selanjutnya Wawancara kepada Bapak Bambang Harianto, S.Pd sebagai kepala
sekolah mengenai minat siswa dalam mengikuti program pembacaan al-qur’an, sholat
berjamaah, hafalan juz 30, dan yasinan. Bagaimanakah respon siswa-siswi terhadap
program yang dijalankan di Sekolah Menengah Pertama 17 Satu Atap Sarolangun ini ?
“Secara umum, siswa-siswi antusias dalam program ini, karena ada Sebagian
siswa yang suka atau hobi di bidang agama terutama membaca al-qur’an dan
asma’ul husna. Oleh sebab itu, program ini akan terus dijalankan apabila sesuai
dengan keadaan dan lingkungan sekolah. Kemudian untuk kedepan nya, kami
sebagai pihak sekolah akan membuat program baru yaitu ditargetkan kepada
siswa-siswi harus khatam Al-Qur’an dalam waktu satu sampai tiga tahun, ini
berlaku untuk kelas tujuh sampai kelas sembilan.(Wawancara,28 maret 2022)
Dari wawancara kepada bapak Bambang Harianto, dapat disimpulkan bahwa
dalam proses penanaman nilai religius melalui budaya islami, siswa-siswi di sekolah ini

13
sangat antusias dengan bukti bahwa Ketika di arahkan untuk membawa Al-Qur’an,
siswa-siswi telah mengikuti arahan dan membawa al-qur’an ke sekolah. Ini berarti
bahwa mereka antusias dalam program ini.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, Penulis dapat Menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran keagamaan begitu sangat membantu dalam membentuk karakter religius atau
sikap keagamaan pada diri siswa karena dengan melalui proses ini, akan tertanam kedalam
diri siswa tentang sikap islami. Dengan proses kegiatan ini, guru Pendidikan Agama Islam
bisa lebih berfokus kepada pemberian nasehat-nasehat, motivasi-motivasi kepada siswa
supaya mereka dapat menerapkan karakter religius dalam kehidupan nya sehari-hari dan
menjadi lebih baik lagi kedepannya.

14

Anda mungkin juga menyukai