Anda di halaman 1dari 13

Peran penting guru dalam membentuk perkembangan anak terletak pada kemampuannya

dalam membekali mereka dengan perangkat mental budaya yang esensial. Di dalam kelas,

guru berperan aktif dalam membentuk pengetahuan anak melalui pengarahan fokus pada

objek spesifik. Secara tidak langsung, pengaruh guru juga terpancar dalam penciptaan

konteks interaksi antar anak dan penyajian materi pembelajaran yang terstruktur. Sebagai

motivator utama setelah orang tua, guru berperan dalam menumbuhkan keimanan,

ketakwaan, dan nilai-nilai agama pada anak. Guru agama merupakan istilah yang merujuk

pada spesifikasi fungsi guru dalam mengajar, mendidik, dan membimbing anak terkait ajaran

agama.

Pembelajaran akhlak merupakan bagian yang penting dari pembelajaran PAI, pembelajaran

ini mengedepankan keimanan, menumbuhkan akhlak yang terpuji, dan menjauhi akhlak yang

tercela. Pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pendidikan, pembelaan akidah Islam,

pemahaman ajaran Islam, Anda akan dapat menuangkan isinya dan mempraktekkan sebagai

pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran akhlak membantu peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati

Allah SWT melalui bimbingan, pendidikan, pelatihan, penggunaan pengalaman, keteladanan,

dan pembentukan kebiasaan mulia guna mewujudkan perilaku akhlak dalam kehidupan

sehari-hari.

persiapkan dirimu untuk percaya.

Pembelajaran Akidah akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama islam yang lebih

mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan

dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta didik sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada

persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu mengubah
pengetahuan akidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan

serta diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari

Belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan

sesuatu hal baru serta diarahkan pada suatu tujuan. Belajar juga merupakan proses berbuat

melalui berbagai pengalaman dengan melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang

dipelajari. Belajar dapat dilakukan secara individu atau dengan keterlibatan orang lain. Dalam

dunia pendidikan, siswa yang melakukan proses belajar tidak melakukannya secara individu,

tetapi ada beberapa komponen yang terlibat, seperti pendidik atau guru, media dan strategi

pembelajaran, kurikulum, dan sumber belajar. Dari kata belajar itulah kemudian lahir kata

pembelajaran.

Secara bahasa kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu ( ‫ ُعَقد‬- ‫ َيْع ُقُد‬- ‫ ) َع َقُد‬yang artinya

simpulan, perjanjian. Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan

keyakinan, menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis artinya

adalah iman atau keyakinan. Sedangkan Jamil Shalibi, mengartikan akidah, “secara bahasa

adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh”. Jadi

aqidah secara bahasa berarti perjanjian. Intinya orang yang beraqidah adalah orang yang

terkait perjanjian dan orang tersebut harus menepati segala yang ada dalam perjanjian

tersebut

Peran

Guru adalah figur seorang pemimpin, dia juga sebagai sosok arsitek yang dapat membentuk

jiwa dan watak anak didik, Dengan cara membantu anak didik mengubah prilakunya sesuai

dengan tujuan yang telah direncanakan. Guru merupakan seorang yang memiliki kemampuan

dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing


muridnya. Ia harus sanggup berkomunikasi dan bekerja bersama dengan orang lain. Selain

itu, perlu diperhatikan pula dalam hal mana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.

Guru Aqidah Akhlaq adalah seorang ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris, dann

muaddib, yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan

mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian

baik.

Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di

sekolah, keluarga, dan di dalam masyarakat. Berdasarkan kedudukannya, guru harus

menunjukkan perilaku yang layak atau bisa menjadi teladan yang baik bagi siswanya.

Guru dalam melaksanakan perannya, yaitu sebagai pendidik, pengajar, administrator, harus

mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran (awareness), keyakinan

(belive), kedisiplinan (discipline), dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal

sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa-siswa, baik fisik

maupun psikis.

Adapun beberapa peran guru yang perlu kita pahami, karena hal itu berpengaruh

terhadap pelaksanaan pendidikan disekolah. Diantara peran guru tersebut adalah sebagai

pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai administrator, dan sebagai

pengelola pembelajaran :

Sebagai anggota masyarakat


Guru berperan dalam membangun interaksi dan hubungan sosial masyarakat, dan

menjadi bagian dari masyarakat Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi

sebagai wujud kepedulian kepada peserta didik, yang dilakukan secara kooperatif dengan

sesama guru, kepala sekolah, peserta didik, atau dengan stake holder lainnya, serta berupaya

membangun perilaku peserta didik sesuai dengan standar norma yang berlaku dalam

lingkungannya serta mampu hidup berselancar dalam kesemrawutan (surving on chaos) atau

lebih jauh mampu menyelam dalam kesemrawutan (diving on chaos).

Sebagai administrator

Seorang guru berperan melaksanakan semua administrasi sekolah yang berkaitan

dengan pendidikan dan pembelajaran. Pendapat lain mengatakan “seorang guru yang

administrator dalam melaksanakan tugasnya harus ditujukan kepada pencapaian tujuan

pembelajaran, baik yang tertuang dalam kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator

belajar, kriteria ketuntasan minimal (KKM), maupun dalam Standar Kompetensi Lulusan

(SKL).

d. Sebagai pengelola pembelajaran

Bahwasanya seorang guru berperan aktif dalam menguasai Sekurang-kurangnya yang

harus dipelihara oleh guru secara terus-menerus ialah: “suasana keagamaan, kerjasama, rasa

persatuan dan perasaan puas pada murid, terhadap pekerjaan dalam kelasnya”. berbagai

metode pembelajaran dan memahami situasi belajar mengajar di dalam maupun di luar

sekolah.

Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara.

Akidah demikian yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya pada Allah, berjiwa bebas,

merdeka dan tidak tunduk pada manusia dan makhluk Tuhan yang lainnya. Akidah dalam
Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah,

ucapan dengan lisan datam bentuk dua kalimah syahadat dan perbuatan dengan amal saleh.

Pada umumnya, inti materi pembahasan mengenai akidah, ialah mengenai rukun iman

yang enam, yaitu: iman kepada Allah, kepada malaïkat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-

Nya, kepada hari akhirat dan kepada Qada dan Qadar. Akidah Islam merupakan akar pokok

agama Islam.

Secara bahasa pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang berarti:(a) perangai,

tabiat, adat, (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan, ciptaan, (diambil dari

kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para ulama telah banyak

mendefinisikan diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq, beliau

mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-

Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran

tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Sidi Ghazalba akhlak adalah sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan

manusia terhadap Tuhan dan manusia, diri sendiri dan makhluk lain sesuai dengan suruhan

dan larangan serta petunjuk al-Quran dan Hadis. Selain dengan kata-kata tersebut dalam

kamus besar Bahasa Indonesia, perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan

atau sopan santun. Bahkan supaya kedengarannya lebih “ modern “ dan “mendunia “

perkataan akhlak kini sering diganti dengan kata moral dan etika. Pergantian itu sah-sah saja

dilakukan, asal orang mengetahui dan memahami perbedaan arti kata-kata yang dimaksud.

Pendidikan akhlak didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur`an dan hadist rasul, serta

memberikan contoh-contoh yang baik yang harus diikuti. Jika diteliti isi Al-Qur`an akan kita
jumpai ajaran yang mengajak berbuat baik dan mencegah perbuatan yang buruk. Al-Qur`an

memberikan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan sebagai berikut: "kebaikan ialah

setiap perintah Allah untuk mengerjakannya, sedangkan kejahatan ialah setiap

larangan Allah untuk mengerjakannya".

Allah tidak akan memerintah manusia kecuali hal-hal yang baik bagi mereka dan

tidak akan melarang sesuatu kecuali ada hal-hal yang jelek bagi mereka. Sebagaimana yang

disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta ala

۞ ‫ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو ِاْيَتۤا ِئ ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو َيْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan

kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan

permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Sesungguhnya ayat tersebut terdiri dari beberapa kalimat saja, namun ia mengandung

berbagai kebajikan yang diperintahkan Allah dan kejahatan yang dilarang-Nya. Ibnu Mas'ud

mengatakan, "akhlak yang baik yang diamalkan di masa Jahiliyah sesuai dengan perintah

Allah dalam ayat ini. Demikian pula kejahatan yang dilarang-Nya."

Jadi mata pelajaran Akidah Akhlak mengandung arti pembelajaran yang

membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai suatu perbuatan baik atau

buruk, yang dertannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri keragu-

raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama

Karakter berasal dari bahasa latin yaitu kharakter, kharassaein, dan kharax.29

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau yang

membedakan seseorang dengan orang lain.30 Menurut Abdul Majid Karakter adalah watak,

tabiat atau sifat-sifat kejiwaaan.31 Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah bawaan

hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan
watak.Selanjutnya menurut kamus Psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik

tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat

yang relatif tetap.

Di dalam Islam kata semakna dengan karakter yaitu akhlak. Akhlak adalah budi

pekerti, watak, tabiat. Adab adalah sopan, kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi pekerti dan

tingkah laku. Syakhsiyyah dalam bahasa Indonesia artinya perseorangan kepribadian. Antara

karakter, akhlak, adab dan syakhsiyah memiliki kesamaan makna, yaitu membahas

kepribadian dan budi perkerti. Dengan demikian dari banyaknya ragam kata tentang definisi

karakter dalam Islam, Dapat kita ketahui bahwa Islam sejatinya agama yang memiliki andil

besar peranan dan pengaruhnya dalam membentuk kepribadian manusia yang mulia. Akhlak

adalah suatu bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang darinya muncul perbuatan yang

bersifat iradiyyah dan ikhtiyariyyah (kehendak dan pilihan).

Sedangkan secara terminology Masnur menyatakan bahwa karakter dapat di maknai

sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh

hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakanya dengan orang lain, serta

diwujudkan dalam sikap dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.34 Menurut Agus

karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup

dan berkerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan bernegara.35

Karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang tergantung pada faktor

kehidupannya sendiri. Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan

dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan,

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.38 Karakter dapat juga diartikan

sama dengan akhlak dan budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang
berakhlak dan berbudi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang

tidak berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan prilaku yang baik.39

Pendidikan karakter islami merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar

dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak adalah nilai-nilai universal yang

mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-

nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun

berbeda latar belakang budaya, suku dan agama.

Pendidikan karakter islami merupakan upaya membimbing anak agar dapat

mengambil keputusan secara bijak dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter islami ini bertujuan agar anak mampu memberikan peran yang

bermanfaat untuk lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada anak merupakan

nilai-nilai yang meliputi semua aspek seperti agama, tradisi dan budaya. Nilai-nilai tersebut

harus menyeluruh terhadap anggota masyarakat, meskipun berbeda latar belakang budaya,

suku, atau agama.

Menurut Muhaimin, perwujudan karakter islami di dasarkan atas konsep pendidikan

karakter dan budaya bangsa yang dewasa ini sedang menjadi perhatian utama Kemendiknas

yaitu nilai alAkhlaq al-Kharimah yang harus dikembangkan dan diciptakan sebagai tradisi

yang hidup di sekolah yaitu:

1. Religius

Tingkat kereligiusan seseorang dalam hal ini peserta didik dapat dilihat

melalui tingkat ketaatannya peserta didik tersebut dalam menjalankan ajaran


agama yang dianutnya. Semakin taat seorang peserta didik pada ajaran agama

yang dianutmya maka dapat dikatakan peserta didik tersebut semakin religius.

Ketaatan peserta didik terhadap agamanya ditunjukkan dalam sikap dan

prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Sikap

toleran peserta didik terhadap pelaksanaan ibadah umat agama lain dan selalu

hidup rukun dengan pemeluk agama lain juga menunjukkan tingkat

kereligiusan dari seorang peserta didik.

2. Jujur

Seseorang dalam hal ini khususnya peserta didik selalu berusaha untuk

menjadikan dirinya sebagai seorang peserta didik yang selalu dapat dipercaya

baik perkataan, tindakan maupun pekerjaaanya. Kejujuran seseorang peserta

didik dapat dilihat melalui perkataan, tindakan maupun pekerjaannya dalam

kehidupan sehari-harinya baik di sekolah, keluarga maupun lingkungan

masyarakat. Perkataan seorang peserta didik yang jujur dapat dipercaya karena

perkataanya sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Tindakan dan pekerjaan

seseorang peserta didik yang jujur selalu dilakukan sesuai aturan dan tidak

melakukan kekurangan. Kejujuran peserta didik juga dapat dilihat pada saat

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan juga pada saat ujian.

3. Toleransi

Sikap toleransi seseorang peserta didik terhadap orang lain sangatlah penting

dalam interaksi dengan peserta didik lain di lingkungan sekolah maupun diluar

sekolah. Sikap toleransi peserta didik yang ditunjukkan melalui tindakan yang

menghargai perbedaan agama, suku dan etnis tentunya akan membuat

hubungan yang baik dengan peserta didik lain. Terciptanya hubungan baik

antar peserta didik akan suasana yang kondusif dan nyaman untuk belajar di
lingkungan sekolah. Sikap toleransi peserta didik yang baik juga akan

mencegah terjadinya masalah pada saat terjadi perbedaan pendapat, sikap dan

tindakan antar peserta didik.

Kementrian Pendidikan Nasional, Pedoman Sekolah Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, hlm. 9.

Penelitian kualitatif atau qualitative research merupakan jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya.

Porposf sampling

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling, teknik

ini dalam menentukan informan lebih bersifat selektif. Peneliti mendasarkan

pada landasan teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik

empiris yang dihadapi, dan sebagainya. Penelitian kualitatif sangat erat

kaitannya dengan faktor faktor kontekstual. Oleh karena itu, sampling

dilakukan dengan maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari

berbagai macam sumber dan konstruknya. Tujuannya bukanlah memusatkan

diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan untuk

generalisasi, namun untuk memerinci kekhususan yang ada ke dalam konteks

yang unik. Selain itu, sampling juga dilakukan dengan tujuan untuk menggali

informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang diperoleh. Oleh

sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel

bertujuan (purposive sampling).


Sampel bertujuan yakni sampel yang dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Oleh karena itu, model pengambilan

sampel dengan cara demikian disebut sebagai sampel bertujuan. Dalam hal ini

ada kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui

informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya menjadi

sumber data yang mantap. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang

dipandang memiliki informasi penting yang berkaitan dengan permasalahan

yang sedang diteliti. Untuk itu sangat diperlukan pemahaman peneliti pada

peta sumber data yang tersedia, dalam berbagai peran dan posisinya.

Mengingat setiap posisi memiliki potensi untuk memberikan informasi untuk

memperoleh data yang berbeda.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik ini Cara identifikasi informan ini lebih selektif. Peneliti bergantung

pada landasan teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik

empiris, dll. Penelitian kualitatif erat kaitannya dengan faktor situasional.

Oleh karena itu, sampel dijalankan dengan tujuan mengumpulkan informasi

sebanyak mungkin dari berbagai sumber dan struktur. Tujuannya bukan

untuk memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan yang nantinya akan

dikembangkan untuk generalisasi, melainkan untuk menguraikan kekhususan-

kekhususan yang ada dalam konteksnya sendiri. Selain itu, pengambilan

sampel dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akan menjadi dasar

desain teoritis. Oleh karena itu, penelitian kualitatif tidak menggunakan

sampel acak, melainkan sampel yang ditargetkan.

Sampel target adalah sampel yang dipilih berdasarkan kriteria

tertentu.
Oleh karena itu, model pengambilan sampel seperti ini disebut purposive

sampling.

Dalam hal ini, peneliti cenderung memilih informan yang diyakini memiliki

pengetahuan rinci tentang informasi atau permasalahan tersebut dan

dipercaya sebagai sumber data yang dapat diandalkan.

Pemilihan sampel berfokus pada sumber data yang diyakini mengandung

informasi penting terkait masalah yang diteliti.

Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi peneliti untuk memahami peta

sumber data yang tersedia bagi mereka dalam berbagai peran dan posisi.

Pertimbangkan bahwa setiap posisi mungkin memberikan informasi untuk

memperoleh data yang berbeda.

Wawancara adalah percakapan antara dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui jawab, sehingga didapatkan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara bersifat informal dan alamiah, tanpa alat pencatat atau perekam

terlihat secara nyata, agar informan dapat mengungkapkan secara bebas

pengalamannya

Keberhasilan dalam pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh peran guru

dan peran orang tua, namun dalam lingkungan sekolah guru mempunyai

tanggung jawab yang lebih besar. Dalam pelaksanaan peran guru tidak dapat

terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi guru dalam melaksanakan perannya. Guru

mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter islami peserta didik.

Namun
Menurut Aba Firdaus al-Halwani, ruang lingkup akhlaq dibagi menjadi dua, yaitu

membangun akhlaq mulia dan mencegah akhlaq tercela, yang dirinci menjadi:

1. Akhlâq mulia terdiri dari bersikap sederhana, berakhlaq mulia, merendahkan diri,

ilmu dan ulama, bekerja keras, bersikap jujur, menepati janji, bersikap amanah, bersikap,

istiqamah, berkemauan keras, bersikap berani, bersikap sabar, bersyukur, bersikap santun,

penuh harap dan takut adzab, bertakwa kepada Allah, bertawakal kepada Allah, bersikap

pemaaf, bersikap kasih sayang, mencintai sesama, mementingkan orang lain, bersikap

dermawan, memikirkan ciptaan Allah, tertib dan teratur, bersikap hati-hati, menjaga lisan,

dan bersikap adil.

2. Akhlâq tercela, yaitu mencegah akhlâq tercela, bohong dan nifaq, berkhianat,

berburuk sangka, menghina dan memfitnah, dengki dan iri hati, bersikap keras, bersikap

emosional, minuman keras dan perjudian, lalai berdzikir, terlena mencari harta, bersikap

egois, penipuan dan suap, pamer dan sombong, berlebihan dan boros, bakhil dan kikir,

bertindak zhalim, bermegah-megahan, berlebihan, mengungkit pemberian, penakut, berbuat

buruk, tidak tertib.

Anda mungkin juga menyukai