dalam membekali mereka dengan perangkat mental budaya yang esensial. Di dalam kelas,
guru berperan aktif dalam membentuk pengetahuan anak melalui pengarahan fokus pada
objek spesifik. Secara tidak langsung, pengaruh guru juga terpancar dalam penciptaan
konteks interaksi antar anak dan penyajian materi pembelajaran yang terstruktur. Sebagai
motivator utama setelah orang tua, guru berperan dalam menumbuhkan keimanan,
ketakwaan, dan nilai-nilai agama pada anak. Guru agama merupakan istilah yang merujuk
pada spesifikasi fungsi guru dalam mengajar, mendidik, dan membimbing anak terkait ajaran
agama.
Pembelajaran akhlak merupakan bagian yang penting dari pembelajaran PAI, pembelajaran
ini mengedepankan keimanan, menumbuhkan akhlak yang terpuji, dan menjauhi akhlak yang
pemahaman ajaran Islam, Anda akan dapat menuangkan isinya dan mempraktekkan sebagai
Pembelajaran akhlak membantu peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati
dan pembentukan kebiasaan mulia guna mewujudkan perilaku akhlak dalam kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran Akidah akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama islam yang lebih
mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan
dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta didik sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada
persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu mengubah
pengetahuan akidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan
Belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan
sesuatu hal baru serta diarahkan pada suatu tujuan. Belajar juga merupakan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman dengan melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang
dipelajari. Belajar dapat dilakukan secara individu atau dengan keterlibatan orang lain. Dalam
dunia pendidikan, siswa yang melakukan proses belajar tidak melakukannya secara individu,
tetapi ada beberapa komponen yang terlibat, seperti pendidik atau guru, media dan strategi
pembelajaran, kurikulum, dan sumber belajar. Dari kata belajar itulah kemudian lahir kata
pembelajaran.
Secara bahasa kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu ( ُعَقد- َيْع ُقُد- ) َع َقُدyang artinya
simpulan, perjanjian. Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan
keyakinan, menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis artinya
adalah iman atau keyakinan. Sedangkan Jamil Shalibi, mengartikan akidah, “secara bahasa
adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh”. Jadi
aqidah secara bahasa berarti perjanjian. Intinya orang yang beraqidah adalah orang yang
terkait perjanjian dan orang tersebut harus menepati segala yang ada dalam perjanjian
tersebut
Peran
Guru adalah figur seorang pemimpin, dia juga sebagai sosok arsitek yang dapat membentuk
jiwa dan watak anak didik, Dengan cara membantu anak didik mengubah prilakunya sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan. Guru merupakan seorang yang memiliki kemampuan
itu, perlu diperhatikan pula dalam hal mana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.
Guru Aqidah Akhlaq adalah seorang ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid, mudarris, dann
muaddib, yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan
mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian
baik.
Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di
menunjukkan perilaku yang layak atau bisa menjadi teladan yang baik bagi siswanya.
Guru dalam melaksanakan perannya, yaitu sebagai pendidik, pengajar, administrator, harus
mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran (awareness), keyakinan
maupun psikis.
Adapun beberapa peran guru yang perlu kita pahami, karena hal itu berpengaruh
terhadap pelaksanaan pendidikan disekolah. Diantara peran guru tersebut adalah sebagai
pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai administrator, dan sebagai
pengelola pembelajaran :
menjadi bagian dari masyarakat Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi
sebagai wujud kepedulian kepada peserta didik, yang dilakukan secara kooperatif dengan
sesama guru, kepala sekolah, peserta didik, atau dengan stake holder lainnya, serta berupaya
membangun perilaku peserta didik sesuai dengan standar norma yang berlaku dalam
lingkungannya serta mampu hidup berselancar dalam kesemrawutan (surving on chaos) atau
Sebagai administrator
dengan pendidikan dan pembelajaran. Pendapat lain mengatakan “seorang guru yang
pembelajaran, baik yang tertuang dalam kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator
belajar, kriteria ketuntasan minimal (KKM), maupun dalam Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
harus dipelihara oleh guru secara terus-menerus ialah: “suasana keagamaan, kerjasama, rasa
persatuan dan perasaan puas pada murid, terhadap pekerjaan dalam kelasnya”. berbagai
metode pembelajaran dan memahami situasi belajar mengajar di dalam maupun di luar
sekolah.
Dalam prosesnya, keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara.
Akidah demikian yang akan melahirkan bentuk pengabdian hanya pada Allah, berjiwa bebas,
merdeka dan tidak tunduk pada manusia dan makhluk Tuhan yang lainnya. Akidah dalam
Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah,
ucapan dengan lisan datam bentuk dua kalimah syahadat dan perbuatan dengan amal saleh.
Pada umumnya, inti materi pembahasan mengenai akidah, ialah mengenai rukun iman
yang enam, yaitu: iman kepada Allah, kepada malaïkat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-
Nya, kepada hari akhirat dan kepada Qada dan Qadar. Akidah Islam merupakan akar pokok
agama Islam.
Secara bahasa pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang berarti:(a) perangai,
tabiat, adat, (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan, ciptaan, (diambil dari
kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para ulama telah banyak
mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-
Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran
tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
Menurut Sidi Ghazalba akhlak adalah sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan
manusia terhadap Tuhan dan manusia, diri sendiri dan makhluk lain sesuai dengan suruhan
dan larangan serta petunjuk al-Quran dan Hadis. Selain dengan kata-kata tersebut dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan
atau sopan santun. Bahkan supaya kedengarannya lebih “ modern “ dan “mendunia “
perkataan akhlak kini sering diganti dengan kata moral dan etika. Pergantian itu sah-sah saja
dilakukan, asal orang mengetahui dan memahami perbedaan arti kata-kata yang dimaksud.
Pendidikan akhlak didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur`an dan hadist rasul, serta
memberikan contoh-contoh yang baik yang harus diikuti. Jika diteliti isi Al-Qur`an akan kita
jumpai ajaran yang mengajak berbuat baik dan mencegah perbuatan yang buruk. Al-Qur`an
memberikan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan sebagai berikut: "kebaikan ialah
Allah tidak akan memerintah manusia kecuali hal-hal yang baik bagi mereka dan
tidak akan melarang sesuatu kecuali ada hal-hal yang jelek bagi mereka. Sebagaimana yang
۞ ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن َو ِاْيَتۤا ِئ ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو َيْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Sesungguhnya ayat tersebut terdiri dari beberapa kalimat saja, namun ia mengandung
berbagai kebajikan yang diperintahkan Allah dan kejahatan yang dilarang-Nya. Ibnu Mas'ud
mengatakan, "akhlak yang baik yang diamalkan di masa Jahiliyah sesuai dengan perintah
membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai suatu perbuatan baik atau
buruk, yang dertannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri keragu-
Karakter berasal dari bahasa latin yaitu kharakter, kharassaein, dan kharax.29
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau yang
membedakan seseorang dengan orang lain.30 Menurut Abdul Majid Karakter adalah watak,
tabiat atau sifat-sifat kejiwaaan.31 Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah bawaan
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan
watak.Selanjutnya menurut kamus Psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat
Di dalam Islam kata semakna dengan karakter yaitu akhlak. Akhlak adalah budi
pekerti, watak, tabiat. Adab adalah sopan, kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi pekerti dan
tingkah laku. Syakhsiyyah dalam bahasa Indonesia artinya perseorangan kepribadian. Antara
karakter, akhlak, adab dan syakhsiyah memiliki kesamaan makna, yaitu membahas
kepribadian dan budi perkerti. Dengan demikian dari banyaknya ragam kata tentang definisi
karakter dalam Islam, Dapat kita ketahui bahwa Islam sejatinya agama yang memiliki andil
besar peranan dan pengaruhnya dalam membentuk kepribadian manusia yang mulia. Akhlak
adalah suatu bentuk karakter yang kuat didalam jiwa yang darinya muncul perbuatan yang
sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakanya dengan orang lain, serta
diwujudkan dalam sikap dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.34 Menurut Agus
karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan berkerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan bernegara.35
Karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang tergantung pada faktor
dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan,
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.38 Karakter dapat juga diartikan
sama dengan akhlak dan budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang
berakhlak dan berbudi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang
tidak berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan prilaku yang baik.39
Pendidikan karakter islami merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak adalah nilai-nilai universal yang
mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-
nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun
Pendidikan karakter islami ini bertujuan agar anak mampu memberikan peran yang
bermanfaat untuk lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada anak merupakan
nilai-nilai yang meliputi semua aspek seperti agama, tradisi dan budaya. Nilai-nilai tersebut
harus menyeluruh terhadap anggota masyarakat, meskipun berbeda latar belakang budaya,
karakter dan budaya bangsa yang dewasa ini sedang menjadi perhatian utama Kemendiknas
yaitu nilai alAkhlaq al-Kharimah yang harus dikembangkan dan diciptakan sebagai tradisi
1. Religius
Tingkat kereligiusan seseorang dalam hal ini peserta didik dapat dilihat
yang dianutmya maka dapat dikatakan peserta didik tersebut semakin religius.
prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Sikap
toleran peserta didik terhadap pelaksanaan ibadah umat agama lain dan selalu
2. Jujur
Seseorang dalam hal ini khususnya peserta didik selalu berusaha untuk
menjadikan dirinya sebagai seorang peserta didik yang selalu dapat dipercaya
masyarakat. Perkataan seorang peserta didik yang jujur dapat dipercaya karena
seseorang peserta didik yang jujur selalu dilakukan sesuai aturan dan tidak
melakukan kekurangan. Kejujuran peserta didik juga dapat dilihat pada saat
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan juga pada saat ujian.
3. Toleransi
Sikap toleransi seseorang peserta didik terhadap orang lain sangatlah penting
dalam interaksi dengan peserta didik lain di lingkungan sekolah maupun diluar
sekolah. Sikap toleransi peserta didik yang ditunjukkan melalui tindakan yang
hubungan yang baik dengan peserta didik lain. Terciptanya hubungan baik
antar peserta didik akan suasana yang kondusif dan nyaman untuk belajar di
lingkungan sekolah. Sikap toleransi peserta didik yang baik juga akan
mencegah terjadinya masalah pada saat terjadi perbedaan pendapat, sikap dan
Porposf sampling
yang unik. Selain itu, sampling juga dilakukan dengan tujuan untuk menggali
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang diperoleh. Oleh
sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel
sampel dengan cara demikian disebut sebagai sampel bertujuan. Dalam hal ini
sumber data yang mantap. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang
yang sedang diteliti. Untuk itu sangat diperlukan pemahaman peneliti pada
peta sumber data yang tersedia, dalam berbagai peran dan posisinya.
Teknik ini Cara identifikasi informan ini lebih selektif. Peneliti bergantung
tertentu.
Oleh karena itu, model pengambilan sampel seperti ini disebut purposive
sampling.
Dalam hal ini, peneliti cenderung memilih informan yang diyakini memiliki
Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi peneliti untuk memahami peta
sumber data yang tersedia bagi mereka dalam berbagai peran dan posisi.
Wawancara adalah percakapan antara dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui jawab, sehingga didapatkan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara bersifat informal dan alamiah, tanpa alat pencatat atau perekam
pengalamannya
dan peran orang tua, namun dalam lingkungan sekolah guru mempunyai
tanggung jawab yang lebih besar. Dalam pelaksanaan peran guru tidak dapat
Namun
Menurut Aba Firdaus al-Halwani, ruang lingkup akhlaq dibagi menjadi dua, yaitu
membangun akhlaq mulia dan mencegah akhlaq tercela, yang dirinci menjadi:
1. Akhlâq mulia terdiri dari bersikap sederhana, berakhlaq mulia, merendahkan diri,
ilmu dan ulama, bekerja keras, bersikap jujur, menepati janji, bersikap amanah, bersikap,
istiqamah, berkemauan keras, bersikap berani, bersikap sabar, bersyukur, bersikap santun,
penuh harap dan takut adzab, bertakwa kepada Allah, bertawakal kepada Allah, bersikap
pemaaf, bersikap kasih sayang, mencintai sesama, mementingkan orang lain, bersikap
dermawan, memikirkan ciptaan Allah, tertib dan teratur, bersikap hati-hati, menjaga lisan,
2. Akhlâq tercela, yaitu mencegah akhlâq tercela, bohong dan nifaq, berkhianat,
berburuk sangka, menghina dan memfitnah, dengki dan iri hati, bersikap keras, bersikap
emosional, minuman keras dan perjudian, lalai berdzikir, terlena mencari harta, bersikap
egois, penipuan dan suap, pamer dan sombong, berlebihan dan boros, bakhil dan kikir,