Anda di halaman 1dari 10

Coretan

Kerangka Pemikiran dan Landasan Etika Profesi Guru PAI Dalam Lembaga Pendidikan
Islam Maupun Non Islam
Kerangka pemikiran etika profesi guru terdiri dari makna dari pada etika profesi guru
tersebut, diambil dari pemikiran imam Nawawi, terdapat ruang lingkup beserta sumber
serta prinsip fungsi dan tujuan, dan tidak kalah penting yang terakhir ada landasan dari
pada etika profesi guru PAI disatuan pendidikan itu sendiri.
1. Makna Etika Profesi Keguruan
Etika profesi keguruan terbentuk sebagai aplikasi etika umum yang mana mengatur
perilaku seorang guru, yang mana norma moralitas menjadi dasar acuan prilaku dalam
profesinya. Norma moralitas tidak hanya berupa hukum ataupun prosedur saja akan tetapi
juga berupa nilai moral yang tidak kalah pentingnya sebagai acuan dalam segala
kebijakanya.
Norma yang dijadikan landasan bagi para pelaku pendidikan adalah peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku untuk dipatuhi. Sedang moralitas yang dipegunakan
sebagai tolok ukur dalam menilai baik buruknya kegiatan pendidikan yang
merekalakukan adalah cara pandang dan kekuatan diri dan masyarakat yang secara naluri
atauinsting semua manusia mampu membedakan benar dan tidaknya suatu tindakan
yangdilakukan oleh pelaku pendidikan atas dasar kepentingan bersama dalam
pergaulanyang harmonis di dalam masyarakat. Dalam konteks ini ada dua acuan landasan
yangdipergunakan, yaitu etika deskriptif dan etika normatif.
Etika deskriptif (buat diri sendiri) adalah objek yang dinilai sikap dan perilaku manusia
dalam mengejar tujuan yang ingin dicapai dan bernilai sebagaimana adanya. Nilai dan
pola perilaku manusia seperti apa adanya sesuai dengan tingkatan kebudayaan yang
berlaku dimasyarakat.
Etika normatif (tuntutan masyarakat/kelompok) adalah sikap dan perilaku sesuai norma
dan moralitas yang ideal dan mesti dilakukan oleh manusia/masyarakat. Ada tuntutan
yang menjadi acuan bagi semua pihak dalam menjalankan fungsi dan peran kehidupan
dengan sesama.
Menurut Khursid Ahmad (1981:13), sebuah keunikan yang lain dari Islam adalah ia
menciptakan keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme (sosial).Agama Islam
percaya akan kepribadian individu, dan setiap individu secara pribadiakan bertanggung
jawab kepada Allah. Islam menjamin hak asasi individu, sehingga perkembangan idividu
menjadi salah satu tujuan pokok dalam pendidikan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur’an:

‫َاَلْم َنْج َع ْل َّلٗه َع ْيَنْيِۙن َو ِلَس اًنا َّو َشَفَتْيِۙن َو َهَد ْيٰن ُه الَّنْج َد ْيِۙن‬
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua mata, satu lidah, dan dua bibir, serta
membentangkan baginya dua jalan? (QS Al Balad ayat 8-10)
Dua jalan adalah kemampuan untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan. Allah
memberikan otonomi dalam melakukan dan mewujudkan diri (self realizations), berupa
kemandirian masing-masing. Otonomi itulah yang akan mengantarkan manusia menjadi
beriman dan dalam merealisasikan dirinya sebagai pemimpin di muka bumi. Dalam
memenuhi kebutuhan inndividu nya manusia tidak bisa terlepas dari manusia lainya.Oleh
sebab itu Islam mengajarkan manusia untuk saling tolong menolong. Sebagai mana ayat
dibawah ini:
‫َاْلُم ـْســِلُم َأُخ و ْالُم ْس ِلَم اَل َیْظـِلُم َو اَل ُیْظَلُم ـ منفق علیھ‬
Artinya : "Orang Muslim sesama muslim adalah saudara tidak boleh saling menzalimi
dandizalimi."(HR.Muuslim)
‫َو َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اْل ِبِّر َو الَّتْق ٰو ۖى‬
Bekerja samalah kamu (tolong-menolong) atas dasar kebaikan dan takwa (QS Al-
Maidah ayat 2)
Bahkan ketika kita menolong saudara kita maka allah swt juga akan menolong kita
seperti dalam hadist berikut
‫َو اُهللا ِفى َعْو ِن ْالَع ـْبــِد َم ـا َك ا َن ْالَع ـْبـُد ِفى َعـْو ِن َأِخ ـْیِھ ـ رواه مسلم‬
Artinya : "Dan Allah senantiasa menolong hambanya selama hamba Nya itu
menolongsaudaranya"(HR.Muslim)

Melihat penjelasan diatas kita ketahui bersama bahwa Allah memerintahkan kepada
manusia untuk mengembangkan keseimbangan antara individu dan kehidupan sosial
bermasyarakat. Justru dengan keseimbangan tersebut akan tampak kualitas pribadinya
sebagai seorang Muslim. Untuk mewujudkan individualitas dan sosialitas tersebut, maka
guru harus mempunyai pandangan yang luas. Ia senantiasa menampilkan bukan
saja keterampilan teknis, tapi juga refleksi filosofis, melalui penghayatan terhadap diri
dan pergaulan dengan semua golongan masyarakat, dan aktif berperan serta dalam
masyarakat supaya kehadiran pendidik tidak menjadikan dirinya terlepas dari lingkungan
yang mengitarinya.
2. Etika Profesi Guru PAI Menurut Imam Nawawi
Imam Nawawi, meskipun gagasannya muncul sebagai pegangan bagi guru di masanya,
seorang pendidik Islam yakni guru PAI, tetap dapat menerapkan pemikirannya yang
sesuai dengan kebutuhan pendidikan saat ini. Ia harus mampu memahami persoalan
pendidikan yang semakin kompleks dan banyak bermunculan. Ia dituntut untuk
memahami khazanah pendidikan Islam yang luas dalam rangka memelihara
keberkahannya sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran yang mulia dan
suci. Atas dasar itulah, ia pun dituntut untuk bisa menerapkan gagasan Imam Nawawi
yang sangat penting sehingga bisa berperan memberikan solusi atas permasalahan
pendidikan yang dihadapi saat ini, juga dapat meningkatkan profesionalitasnya sebagai
guru PAI.
Urgensi Etika Guru menurut Imam Nawawi bagi Guru PAI
Berkenaan dengan profesi: sikap peduli terhadap murid
1. Kepribadian yang penuh kasih sayang
2. Menguasai metode kependidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman
3. Menjadi pribadi yang disenangi murid
4. Dekat dengan murid
5. Peduli pada masa depan murid
Berkenaan dengan tantangan pendidikan modern: niat yang ikhlas
1. Aktivitas kependidikan yang diberkahi Allah Swt.
2. Dapat menjalankan amanah profesi dengan baik
3. Totalitas dan penuh tanggung jawab
4. Berhasilnya transfer of value

Seorang Guru PAI memiliki personifikasi keislaman yang baik yang diwujudkan dalam
bentuk pribadi yang etis, meliputi: 1. Niat yang ikhlas 2. Sikap peduli terhadap muri
3. Ruang lingkup tentang Etika Profesi Keguruan
Peranan profesi guru dalam keseluruhan program pendidikan disekolah
diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara
optimal. Untuk maksud tersebut, maka peranan professional itu mencangkup tiga bidang
layanan, yaitu layanan intruksional, layanan administrasi, dann layanan bantuan
akademik social pribadi.
a. Layanan Administrasi
Pendidikan digunakan oleh guru untuk mendesign kurikulum agar materi yang diberikan
kepada siswa terstruktur dan tidak acak-acakan, biasa disebut juga administrasi
pendidikan, contoh penggunaannya yaitu pada :
RancanganPelaksanaanPembelajaran(RPP),silabus,absen,evaluasi(caracara memberikan
penilaia),yang terkait dengan pengelolaaninstruksional.Layanan administrasi lebih
banyak dilaksanakan diluar kelasdaripada didalam kelas.
b. Layanan Instruksional
Layanan instruksional berkaitan dengan PBM (Proses Belajar Mengajar) dankurikulum.
Dalam PBM, yang akan disampaikan adalah kurikulum (Ilmupengetahuan), jadi sebelum
melaksanakan PBM, guru harus berpedomankepada kurikulum. Kewajiban guru adalah
mengembangkan kurikulum yangada. Jika tidak, siswa akan miskin ilmu pengetahuan
c. Layanan Bantuan
Layanan bantuan diberikan oleh seorang guru terkait dengan proses PBM dan terkait
dengan persoalan-persoalan pribadi. Dalam proses PBM, contohnya saat siswa tidak
mengerti dengan apa yang diterangkan, maka guru wajib untuk mengulanginya lagi
sampai siswa mengerti.
Terkait dengan bantuan terhadap masalah pribadi dan masalah-masalah dalam belajar
maka bantuan berkaitan dengan Bimbingan & Konseling (BK).Bimbingan & Konseling
pada dasarnya harus dijalani selama 4 tahun. Sebagai guru (yang bukan guru BK), harus
memahami konsep dasarnya, misalnya :mempelajari psikologi anak.
Peranan profesi guru dalam keseluruhan program pendidikan disekolah diwujudkan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.
Untuk maksud tersebut, maka peranan professional itu mencangkup tiga bidang layanan,
yaitu layanan intruksional,
layananadministrasi, dan layanan bantuan akademik social pribadi. Layanan instruksional
merupakan tugas utama guru, sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan
merupakan pendukung

Secara kontekstual dan umum, ruang lingkup kerja guru itu mencangkup aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Kemampuan profesional mencakup
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya.
2) Penguasaan dan penghayatan atas wawasan dan landasan kependidikan dan
keguruan.
3) Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan, dan pembelajaran.
b. Kemampuan sosial
mencangkup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup
1) Penampilan sikap yang positif terhdap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.
2) Pemahaman penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya di anut
oleh seorang guru.
Berdasarkan uraian pada bagian-bagian sebelumnya dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya ruang lingkup meliputi: Etika guru terhadap diri sendiri, Etika guru terhadap
peserta didik, Etika guru terhadap wali peserta didik, Etika guru terhadap rekan sejawat,
Etika guru terhadap masyarakat. Masing-masing cakupan pada ruang lingkup etika
profesi keguruan tersebut berdiri sendiri, tetapi semuanya saling berhubungan
4. Sumber Etika Profesi Guru
Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral yang
berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang
paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya masyarakat, disiplin
keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan sebagai landasan
perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan etika kerja itu, maka
suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan
kinerja yang efektif, efisien, dan produktif.
Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama dari para anggota
suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan oleh organisasi yang mendapat persetujuan
dan kesepakatan dari para anggotanya. Khusus mengenai kode etik guru. di Indonesia,
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) telah menetapkan kode etik guru sebagai
salah satu kelengkapan organisasi sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PGRI.
5. Prinsip-prinsip Etika Profesi
Prinsip Umum
Pertama, prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab adalah satu prinsip pokok bagi kaum
profesional, orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti orang yang
bertanggung jawab, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaannya dan terhadap
hasilnya. Maksudnya, orang yang profesional tidak hanya diharapkan melainkan juga dari
dalam dirinya sendiri menuntut dirinya untuk bekerja sebaik mungkin dengan standar di
atas ratarata, dengan hasil yang maksimum.
Kedua adalah prinsip keadilan . Prinsip ini terutama menuntut orang yang profesional
agar dalam menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan pihak
tertentu, khususnya orang-orang yang dilayaninya dalam rangka profesinya demikian
pula. Prinsip ini menuntut agar dalam menjalankan profesinya orang yang profesional
tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapapun
Ketiga adalah prinsip otonomi. Ini lebih merupakan prinsip yang dituntut oleh kalangan
profesional terhadap dunia luar agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam
menjalankan profesinya. Sebenarnya ini merupakan kensekuensi dari hakikat profesi itu
sendiri. Karena, hanya kaum profesional ahli dan terampil dalam bidang profesinya, tidak
boleh ada pihak luar yang ikut campur tangan dalam pelaksanaan profesi tersebut
Keempat, Prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat dan ciri-ciri profesi di atas
terlihat jelas bahwa orang yang profesional adalah juga orang yang punya integritas
pribadi atau moral yang tinggi. Karena, ia mempunyai komitmen pribadi untuk menjaga
keluhuran profesinya, nama baiknya dan juga kepentingan orang lain dan masyarakat
Prinsip Dasar
1. Prinsip Universalistik
Prinsip universalistik ini bersifat universal bagi semua orang. Prinsip ini bertolak dari
pandangan tentang hakikat manusia itu. Secara filosofis dikatakan, bahwa manusia itu
adalah makhluk individu yang keberadaannya tidak terlepas daripada sesamanya dari
Tuhan Penciptanya. Inti dari manusia itu adalah kata-hati (conscience) yang berfungsi
sebagai instansi yang menimbang dan memutuskan apakah sesuatu perbuatan itu baik
atau buruk, benar atau salah di hadapan sesamanya maupun dengan Tuhannya. Hal ini
menyangkut tanggung jawab, bukan hanya terhadap diri sendiri, melainkan juga
terhadap sesama manusia dan pada akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.Prinsip Nasionalistik
Prinsip etika profesi keguruan yang nasionalistik, adalah yang sifatnya nasional bagi
guru-guru se Indonesia. Prinsip etika yang dimaksudkan adalah “Pancasila”, dasar
dan falsafah Negara serta “way of life” Bangsa Indonesia termasuk para guru
Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia, para guru Indonesia dalam praktek
profesionalnya haruslah Pancasilais, berbuat atau bertindak sesuai dengan sila-sila
Pancasila, yaitu (1) Berketuhanan yang Maha Esa, (2) Berperikemanusiaan, (3)
Berjiwa nasional, dan (4) Demokratis, serta (5) Berkeadilan sosial.
6. Isi Kode Etik Guru Indonesia
1. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal 28
menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman
sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan
Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri
Sipil sebagai aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu
digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggungjawab
pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbua tan di dalam melaksanakan tugas dan dalam
hidup sehari- hari. Selanjutnya diadakan perubahan oleh UU Nomor 43 tahun 1999.
2. Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode
Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru
warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiaan bekerja sebagai guru
(PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik
Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2)
sebagai pedoman tingkah laku.
3. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 43, dikemukakan sebagai
berikut: (1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan, dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik; (2)
Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang mengikat
perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Dari beberapa pengertian tentang kode etik di atas, menunjukkan bahwa kode etik
suatu profesi merupakan normanorma yang harus diindahkan dan diamalkan oleh
setiap anggotanya dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup seharihari di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjukpetunjuk bagaimana mereka
melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi, tetapi dalam
pergaulan hidup sehari- hari di dalam masyarakat
pada hakekatnya tugas dan tanggung jawab yang diembannya adalah perwujudan dari
amanah Allah swt., amanah orang tua, bahkan amanah dari masyarakat dan
pemerintah. Dengan demikian, amanah yang diamanatkan kepadanya mutlak harus
dipertanggungjawabkan seperti yang diuraikan dalam al-Qur’an Surah al-Nisa, QS.
Al-Nisa/4:58
‫ٰٓل‬
‫ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن ِت ِا ى َاْهِلَهۙا َوِاَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِباْلَع ْد ِل ۗ ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا‬
‫َك اَن َسِم ْيًع ۢا َبِص ْيًرا‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha Melihat.

Untuk memenuhi amanah tersebut maka sorang guru harus memiliki etika atau kode
etik sebagai berikut: 1) Ilmu, seorang guru harus memilki ilmu yang memadai, guru
pun harus memilki ijazah sebagai bukti bahwa ia telah memiliki ilmu pengetahuan
dan kesanggupan dalam mengajar dan mendidik peserta didik. 2) Sehat jasmani,
kesehatan jasmanai kerap kali menjadi persyaratan bagi mereka yang melamar untuk
menjadi guru. Guru yang berpenyakit apalagi jika menular sangat membahayakan
kesehatan peserta didik, di samping itu guru yang berpenyakit tidak bergairah
mengajar. 3) Berkelakuan baik. Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan
akhlak peserta didik. Guru yang menjadi teladan bagi peserta didiknya karena anak-
anak bersifat suka meniru

7. Fungsi Dan Tujuan Etika Profesi


Fungsi Kode Etik Profesi Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang
prinsip profesionalitas yang ditetapkan. Sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat
umum terhadap suatu profesi tertentu. Sebagai sarana untuk mencegah campur tangan
dari pihak lain di luar organisasi, terkait hubungan etika dalam keanggotaan suatu profesi.

Tujuan Kode Etik Profesi sebagai berikut:


a. Menjunjung tinggi martabat profesi
Kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan pihak luar atau masyarakat, agar
mereka tidak memandang rendah terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena
itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau
kelakuan anggotanya yang dapat mencemarkan nama baik profesi.
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Kesejahteraan mencakup lahir (atau material) maupun batin (spiritual, emosional,
dan mental). Kode etik umumnya memuat larangan-larangan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya.
Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorarium anggota profesi
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa saja yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan seprofesi. Dalam hal
kesejahteraan batin, kode etik umumnya memberi petunjukpetunjuk kepada
anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
c. Pedoman berprilaku
Kode etik mengandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas
dan tidak jujur bagi para anggota prof'esi dalam berinteraksi dengan sesama rekan
anggota profesi.
d. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga
bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggungjawab
pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya
e. Meningkatkan mutu profesi
Kode etik memuat norma norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
f. Meningkatkan mutu organisasi profesi.
Kode etik mewajibkan setiap anggotanya untuk aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

2.1 Landasan Etika Profesi Guru PAI


Landasan Normatif
Dalam penjelasan terdahulu, bahwa landasan normatif dalam etika profesi sudah pasti
bersumber dari ajaran islam yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW.
Sesungguhnya Al-Qur’an telah banyak memberikan acuan bagi para pelaku profesi
(guru) dalam menjalankan tugasnya secara islami. Landasan normatif etika profesi
setidaknya mengandung empat elemen landasan di dalam sistem etika :
1) Landasan Tauhid. Landasan tauhid adalah landasan yang dijadikan sebagai pondasi
utama setiap langkah seorang muslim yang beriman dalam menjalankan fungsi
kehidupannya. Seperti firman Allah di dalam Al-Qur’an pada surat Al-an’am ayat
126 dan 127 sebagai berikut: “Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus.
Sesungguhnya kami telah menjelaskan ayat-ayat (kami) kepada orang-orang yang
mengambil pelajaran. Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi
Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal- amal saleh yang selalu
mereka kerjakan.”
Sikap dan perilaku yang dijelaskan dalam surat di atas secara logis mencerminkan
sikap dan perbuatan yang benar, baik, sesuai dengan perintah-perintah Allah dan
sesuai dengan tolak ukur dan penilaian Allah (bersifat mutlak atau pasti
kebenarannya).
2) Landasan Keseimbangan
Ajaran islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sikap dan
perilaku yang seimbang dan adil dalam konteks hubungan manusia dengan diri
sendiri, dengan orang lain, dan lingkungan. Ajaran islam ini yang harus dilakukan
manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Di dalam Al-Qur’an hampir semua
perilaku yang dilakukan manusia termasuk dalam kegiatan profesi.
3) Landasan Kehendak Bebas
Manusia diberikan keleluasaan untuk menggunakan segala potensinya dan diberikan
kebebasan berkreasi dalam melaksanakan profesi. Karena manusia dianugrahkan oleh
Allah potensi emosi, akal daya nalar atau argumentasi. Namun di sisi lain manusia
juga di anugrahkan kemampuan dasar spiritual, akal budi, dan insting sehingga bisa
dibedakan manusia dengan makhluk lainnya.
4) Landasan Pertanggung jawaban
Manusia diberiakn kebebasan dalam melakukan segala aktifitas, tetapi tidak terlepas
dari pertanggungjawaban yang harus diberikan manusia atas aktivitas yang dilakukan.
Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al Mudasir ayat 38 : “Tiap-tiap
diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”

Landasan Yuridis
telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang baru sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1998. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tersebut terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal
tersebut merupakan perwujudan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak
tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dituangkan dalam UU Sisdiknas yang baru tersebut
antara lain adalah diusungnya prinsip demokratisasi, desentralisasi pendidikan,
kesetaraan, keseimbangan, serta adanya keterlibatan dan peran aktif masyarakat
dalam pendidikan.
Dalam Bab XI pasal 39 sampai pasal 44 dijelaskan bahwa tugas pendidik pada intinya
adalah melaksanakan pembelajaran dan tenaga kependidikan bertugas dalam kegiatan
administrasi. Selanjutnya dijelaskan pula mengenai hak dan kewajiban dari pendidik
dan tenaga kependidikan. Pendidik dan tenaga kependidikan di sini ditempatkan
berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal melihat dari kebutuhan daerah di
mana di sini pemerintah memfasilitasi segala keperluan dari pendidik dan tenaga
kependidikan.
Dengan pendanaan yang memadai, diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia. Untuk merealisasikan hal itu kemudian disahkan Undang-Undang
Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen juga lahir
bertujuan untuk memperbaiki pendidikan nasional, baik secara kualitas maupun
kuantitas, agar sumber daya manusia Indonesia bisa lebih beriman, kreatif, inovatif,
produktif, serta berilmu pengetahuan luas demi meningkatkan kesejahteraan seluruh
bangsa. Perbaikan mutu pendidikan nasional yang dimaksud meliputi, Sistem
Pendidikan Nasional, Kualifikasi serta Kompetensi Guru dan Dosen, Standar
Kurikulum yang digunakan, serta hal lainnya.
Dalam kaitannya dengan guru sebagai pendidik, maka pentingnya guru profesional
yang memenuhi standar kualifikasi diatur dalam pasal 8 Undang-Undang No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai