Anda di halaman 1dari 18

Karakteristik R&D

penelitian pengembangan memiliki 3 karakteristik utama, yaitu:

(1) dihasilkannya sebuah produk untuk digunakan; 

(2) produk digunakan di lapangan (dalam praktek pendidikan); 

(3) selama penelitian berlangsung produk selalu divalidasi.

Menurut Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :

1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau
penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan
komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.

2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang
menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.

3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan
secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan
kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut
seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik.

4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian
yang mencerminkan originalitas.

A.      Latar Belakang
Pendidikan tidak lepas dari suatu masalah, misalnya tentang metode, media, model
pembelajaran, dan bahan ajar. Selain itu, pendidikan juga harus mengikuti perkembangan zaman.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembaharuan-pembaharuan atau inovasi-inovasi dalam dunia
pendidikan menjadi sebuah kebutuhan. Pembaharuan atau inovasi itu tidak lepas dari suatu
penelitian yang dapat menghasilkan produk-produk baru sebagai inovasi pembelajaran dan
menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian yang dimaksud yaitu penelitian dan
pengembangan atau sering disebut dengan research and development (R & D).
Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan
antara penelitian dasar dengan penelitian terapan yang tidak jarang dijumpai karena hasil-hasil
penelitian dasar bersifat teoritis sedangkan hasil penelitian terapan bersifat praktis. Kesenjangan
ini dapat dihilangkan atau dengan menggunakan penelitian dan pengembangan.
Penelitian dan pengembangan (research and development) telah banyak digunakan pada
bidang-bidang ilmu alam, teknik dan dunia industri. Penelitian dan pengembangan juga
digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen,
dan lain sebagainya.  Pada makalah ini akan dibahas tentang penelitian dan pengembangan
(research and  development).

B.       RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, dapar dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Apakah pengertian research and development (R & D) itu?
2.         Bagaimana langkah-langkah research and development (R & D)?
3.         Apa aspek-aspek penting research and development (R & D)?
4.         Bagaimana sistematika laporan research and development (R & D)?
  
C.      TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1.   Untuk mengetahui pengertian research and development (R & D).
2.   Untuk mengetahui langkah-langkah research and development (R & D).
3.   Untuk mengetahui aspek-aspek penting research and development (R & D)
4.   Untuk mengetahui sistematika laporan research and development (R & D)?
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Research and Development (R & D)


Penelitian dan pengembangan (research and development) adalah rangkaian proses atau
langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Zainal Arifin, 2012: 51). Produk
tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat
bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi juga perangkat lunak (software), seperti
program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau
laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,
sistem manajemen, dan lain-lain. Metode penelitian ini dianggap cukup ampuh untuk
memperbaiki praktik.
Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 164) menjelaskan penelitian dan pengembangan
atau research and development (R & D) sebagai sebuah strategi atau metode penelitian yang
cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk
yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk
benda atau perangkat keras (hardware), tetapi bisa juga berbentuk perangkat lunak (software).
Langkah-langkah proses penelitian dan pengmbangan menunjukan suatu siklus, yang diawali
dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan
suatu produk tertentu.
Metode penelitian dan pengembangan (research and development) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2011 : 407). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian
yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk
tersebut. Penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multy years).
Menurut Borg dan Gall (1983: 772), educational research and development is a process
used to develop and validate educational product. Penelitian pengembangan pendidikan adalah
sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Produk-produk pendidikan tidak hanya berupa materi, seperti buku pelajaran, video
pembelajaran, tetapi juga termasuk cara-cara dan proses pembelajaran yang telah ada, misalnya
metode pembelajaran atau metode pengorganisasian pembelajaran.
Borg dan Gall (1983: 772) menjelaskan penelitian dan pengembangan (research and
development)  memiliki empat ciri utama, yaitu:
1.     studying research findings pertinent to the product to be develop (melakukan studi atau
penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan
dikembangkan),
2.     developing the product base on this findings (mengembangkan produk berdasarkan temuan
penelitian tersebut),
3.     field testing it in the setting where it will be used eventually (dilakukannya uji lapangan dalam
setting atau situasi senyatanya di mana produk tersebut nantinya digunakan), dan
4.     revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage (melakukan revisi untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan).
Dari empat ciri utama research and development (R & D) tersebut, memberikan
gambaran bahwa ciri utama R & D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal terkait
dengan produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian produk
pendidikan dirancang dan dikembangkan untuk kemudian diuji dan diperbaiki atau direvisi.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa penelitian dan
pengembangan (research and development) adalah metode penelitian untuk mengembangkan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefekitifannya.

B.   Langkah-langkah Research and Development (R & D)


Ada beberapa model penelitian dan pengembangan (research and development) dalam
bidang pendidikan, antara lain: model Sugiyono, model Dick & Carey, dan model
Borg & Gall. Penjelasan lebih lanjut terkait ketiga model tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Model Sugiyono
Menurut Sugiyono (2011: 409), penelitian dan pengembangan (research and
development) dapat diimplementasikan melalui sepuluh langkah. Langkah-langkah penggunaan
penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut.
 
Gambar 1. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R &
D) (Sugiyono, 2011: 409)

a.    Potensi dan Masalah


Penelitian berawal dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang
apabila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Potensi dapat berkembang menjadi suatu
masalah bila tidak dapat mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Misalnya: kita mempunyai
sumber daya alam yang melimpah, tetapi tidak dapat mendayagunakannya. Namun, masalah juga
dapat dijadikan potensi apabila kita dapat mendayagunakannya. Contohnya adalah limbah dapat
didaurulang menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Suatu
permasalahan dapat diatasi melalui research and development dengan cara melakukan penelitian
sehingga ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu efektif yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.  Tahap pertama adalah melakukan penelitian
untuk menghasilkan informasi. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat dirancang
model penanganan yang efektif. Untuk mengetahui keefektifan model tersebut perlu diuji dengan
menggunakan metode eksperimen. Setelah teruji dapat diaplikasikan.
Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data
empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan
laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi
tertentu yang masih up to date.
b.    Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya
perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan
produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Metode yang akan digunakan
untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

c.    Desain Produk


Produk yang dihasilkan dalam penelitian research and development bermacam-macam.
Untuk menghasilkan sistem kerja baru, maka peneliti harus membuat rancangan kerja baru yang
dibuat berdasarkan penilaian terhadap sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelamahan-
kelemahan dalam sistem tersebut. Selain itu, peneliti harus mengadakan penelitian terhadap unit
lain yang dipandang sistem kerjanya bagus. Selain itu harus mengkaji referensi mutakhir yang
terkait dengan sistem kerja yang modern berikut indicator sistem kerja yang baik.
Hasil akhir dari kegiatan tersebut berupa desain produk baru yang lengkap dengan
spesifikasinya. Desain ini masih bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya
berlum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Desain produk
harus diwujudkan dengan gambar atau bagan, sehingga akan memudahkan pihak lain untuk
memahaminya.
d.    Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk,
dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama. Dikatakan
secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional,
belum merupakan fakta di lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar
diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan
kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi, peneliti
mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, sekaligus
keunggulannya.
e.    Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar dan ahli lainnya,
selanjutnya dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk
dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti
yang hendak menghasilkan produk tersebut.
f.     Uji coba Produk
Uji coba produk dapat dilakukan melalui eksperimen, yaitu membandingkan efektivitas
dan efisinsi keadaan sebelum dan sesudah memakai sistem baru (before-after) atau dengan
membandingkan dengan kelompok yang tetap menggunakan sistem lama.  Dalam hal ini
kelompok eksperimen dan kelompok control. Sehingga model eksperimen pertama dan kedua
dapat digambarkan seperti gambar berikut.
 

Gambar 2. Desain Eksperimen (before-after)


(Sugiyono, 2011: 415)
Keterangan :
   =   nilai sebelum treatment,
   =   nilai setelah treatment,
X    =   treatment.

Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan bahwa eksperimen dilakukan dengan


membandingkan hasil observasi   dan  .
Model eksperimen yang ke dua ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
 

Gambar 3. Desain Eksperimen dengan Kelompok Kontrol atau Pretest-postest Control Group


Desain (Sugiyono, 2011: 416)

Keterangan :
   =   nilai kemampuan awal kelompok eksperimen
  =   nilai kemampuan kelompok eksperimen setelah menggunakan treatment baru.
  =   nilai kemampuan awal kelompok kontrol
  =   nilai kemampuan kelompok kontrol dengan tetap menggunakan treatment lama.
Berdasarkan gambar tersebut dapat diartikan sebagai berikut. Sebelum treatmen baru
diujicobakan, dipilih kelompok kerja tertentu yang akan menggunakan treatment tersebut. Bila
kelompok tersebut jumlahnya banyak, eksperimen dilakukan pada sampel yang dipilih secara
random. Kelompok pertama yang akan menggunakan metode baru disebut kelompok
eksperimen, sedangkan kelompok yang tetap menggunakan metode lama disebut kelompok
control. R berarti pengambilan kelompok eksperimen dan control dilakukan secara random.
Kedua kelompok tersebut selanjutnya diberi pretest atau melalui pengamatan untuk mengetahui
posisi kemampuan kedua kelompok tersebut. Bila kedua kelompok tersebut mempunyai
kemampuan yang sama atau tidak berbeda secara signifikan maka kelompok tersebut sudah
sesuai untuk dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Bila posisi kemampuan kedua kelompok
tersebut berbeda secara signifikan maka pengambilan kelompok perlu diulang sampai diperoleh
posisi kemampuan tidak berbeda secara signifikan.
Pengujian signifikansi efektifitas dan efisiensi treatment baru, bila data berbrntuk interval
dan dilakukan pada dua kelompok maka dapat menggunakan t-test berpasangan (related),
sedangkan bila dilakukan pada lebih dari dua kelompok dapat menggunakan Analisis Varians
(Anava).
Selanjutnya, untuk membuktikan signifikansi perbedaan tindakan lama dan baru tersebut,
perlu diuji secara statistik dengan menggunakan t-test berkorelasi (related). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
 

Rumus t-test (Sugiyono, 2011: 422)

Keterangan:
   =   Rata- rata sampel 1 (tindakan lama)
   =   Rata- rata sampel 2 (tindakan baru)
   =   Simpangan baku sampel 1 (tindakan lama)
   =   Simpangan baku sampel 2 (tindakan baru)
   =   Varians sampel 1
   =   Varians sampel 2
r        =  Korelasi antara data dua kelompok

g.    Revisi Produk


Pengujian produk pada sampel yang terbatas menunjukkan bahwa kinerja tindakan baru
tersebut lebih baik dari tindakan lama. Setelah metode baru diterapkan dalam jangka waktu
tertentu, perlu dicek kembali, mungkin ada kelemahan atau ada yang perlu diperbaiki. Setelah
diperbaiki maka dapat diproduksi secara masal, atau digunakan pada lembaga pendidikan yang
lebih luas.
h.    Uji Coba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk berhasil dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu
penting. Maka selanjutanya produk/metode baru tersebut diterapkan dalam lingkup yang luas.
Dalam operasinya, metode baru tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang
muncul guna perbaikan lebih lanjut.
i.     Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila dalam pemakaian di lingkup yang lebih luas terdapat
kekurangan dan kelemahan. Dalam uji coba pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu
mengevaluasi bagaimana kinerja produk sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan dan
pembuatan produk baru lagi.
j.     Produk Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji cobakan
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.
2.    Model Dick & Carey
Model Dick and Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh
Walter Dick, Lou Carey, dan James O. Carey. Model ini adalah salah satu dari model prosedural
yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip desain instruksional disesuaikan dengan
langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan.
Dick and Carey (2001: 6-8) menyebutkan ada sepuluh langkah pada penelitian dan
pengembangan (research and development). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a.          Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat
melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program instruksional. Tujuan instruksional
mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari
penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar siswa,
dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (job analysis), atau dari persyaratan lain
untuk instruksi baru. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun
sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan
pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
b.         Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)
Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah belajar Gagne, menentukan
langkah demi langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut
(mengenali keterampilan bawahan/subordinat). Langkah terakhir dalam proses analisis
instruksional adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal
sebagai perilaku masukan (entry behaviors), yang diperlukan siswa untuk dapat memulai
instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang
telah diidentifikasi.
c.         Analisis Siswa dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts)
Pada langkah ini, dilakukan analisis siswa, analisis konteks di mana mereka akan belajar,
dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan siswa, pilihan, dan
sikap yang telah dimiliki akan digunakan untuk merancang strategi instruksional.
d.        Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives)
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam
analisis instruksional, keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang
harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.
e.         Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments)
Berdasarkan tujuan performansi yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan
butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siswa seperti
yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan
yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
f.          Pengembangan Siasat Instruksional (Develop Instructional Strategy)
Bagian-bagian siasat instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan
belajar siswa termasuk kegiatan prainstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik,
penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
g.         Pengembangan atau Memilih Material Instruksional (Develop and Select Instructional
Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan instruksional kita sudah termasuk segala bentuk
instruksional seperti panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis
multimedia, dan halaman web untuk instruksional jarak jauh.
h.         Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation
of Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan
penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi
perancang untuk digunakan dalam meningkatkan instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan
pada penilaian formatif terhadap bahan atau instruksional di kelas.
i.           Revisi Instruksional (Revise Instruction)
Strategi instruksional ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan
ke dalam revisi instruksional untuk membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif.
j.           Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct Summative Evaluation)
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan/diimplementasikan di kelas dengan
evaluasi sumatif.
3.    Model Borg & Gall
Borg and Gall (1983: 772) menjelaskan yang dimaksud dengan model penelitian dan
pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product” yang
diartikan sebagai proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Kadang-kadang penelitian ini juga disebut ‘research based development’, yang
muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk
mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, research and development juga
bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui ‘basic research’, atau untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui
‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktek-praktek pendidikan. 
a.         Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur, penelitian
skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
1)        Analisis kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu
a)          Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan?
b)        Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan?
c)         Apakah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang
akan mengembangkan produk tersebut ada?
d)        Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?
2)        Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan
dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi
lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.
3)        Riset skala kecil
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu
pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karena itu, pengembang perlu melakukan riset
skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.
b.        Merencanakan Penelitian (Planning)
Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua,
yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian research dan development meliputi:
1)        Merumuskan tujuan penelitian.
2)        Memperkirakan dana, tenaga dan waktu
3)        Merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
c.         Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)
Langkah ini meliputi:
1)        Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik).
2)        Menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan
pengembangan.
3)        Menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan
4)        Menentukan deskripsi tugas pihak- pihak yang terlibat dalam penelitian.
d.        Preliminary Field Testing
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi:
1)        Melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk.
2)        Bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat.
3)        Uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik
substansi maupun metodologi.
e.         Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan terbatas.
Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas.
Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan
kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang
dilakukan bersifat perbaikan internal.
f.         Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi:
1)        melakukan uji efektivitas desain produk,
2)        uji efektivitas desain, pada umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan,
dan
3)        hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
g.        Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas
dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini
akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan
sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah
pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan produk ini
didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif.
h.        Uji Kelayakan (Operational Field Testing)
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar:
1)        melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk,
2)        uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk, dan
3)        hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi
maupun metodologi.
i.          Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.
Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang
dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang
dapat diandalkan.
j.          Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)
Laporan hasil dari research dan development melalui forum-forum ilmiah, ataupun
melalui media massa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control. Teknik
analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah
lingkaran research dan development menurut Borg and Gall terdiri atas:
1)        meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
2)        mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
3)        uji lapangan, dan
4)        mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap uji coba lapangan.
3.    Model 4-D
Menurut Thiagarajan (1974), ada empat tahap penelitian dan pengembangan yang
disingkat dengan 4-D, yaitu “define, design, develop, and disseminate” (Zainal Arifin, 2012:
128). Penjelasan terkait empat tahap penelitian dan pengembangan tersebut adalah sebagai
berikut.
a.    Tahap define, yaitu tahap studi pendahuluan, baik secara teoritik maupun empirik. Misalnya,
setelah peneliti memilih dan menentukan produk yang akan dikembangkan serta merumuskan
langkah awal yang perlu, maka selanjutnya peneliti melakukan studi literatur, survey lapangan,
observasi, wawancara, dan sebagainya.
b.    Tahap design, yaitu merancang model dan prosedur pengembangan secara konseptual-teoritik.
c.    Tahap develop, yaitu melakukan kajian empirik tentang pengembangan produk awal, melakukan
uji coba, revisi, dan validasi.
d.    Tahap desseminate, yaitu menyebarluaskan hasil akhir ke seluruh populasi.

C.   Aspek-Aspek Penting Research and Development (R & D)


Zainal Arifin, (2012: 51) menyebutkan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan,
ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu: Jenis Data, Analisis Data, Penyajian
Data, Revisi Produk, Expert Judgement, Problem Identification and Specification, Personal
Identification and Selection, Questionaire Design, Sending Questioner an Analisis Responded
for First Round, Development of Subsequent Questionaires, Organiztion of Group
Meetings,  dan Prepare Final Report. Penjelasan lebih lanjut dari aspek-aspek tersebut adalah
sebagai berikut.
1.    Jenis Data
Dalam uji coba data digunakan sebagai dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan
daya tarik produk yang dihasilkan. Oleh sebab itu, jenis data yang akan dikumpulkan harus
disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa jadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan
masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiemsi, atau data tentang daya tarik produk yang
dihasilkan. Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subjek uji coba tertentu.
Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subjek ahli isi, kelompok kecil, atau
ketiganya. Dalam uji ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan metode,
ketepatan desain produk, dan sebagainya. 
2.    Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis data yang dikumpulkan.
Untuk itu, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a.    Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan table,
bagan, atau grafik.
b.    Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan.
c.    Data analisis secara kualitatif-naratif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d.    Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual tanpa interpretasi pengembang,
sehingga dapat dijadikan dasar dalam melakukan revisi produk.
e.    Dalam analisis data, penggunaan perhitungan statistic harus sesuai dengan permasalahan yang
diajukan, dan produk akan dikembangkan.
3.    Penyajian Data
Hasil uji coba hendaknya disajikan secara menarik dan komunikatif, sesuai dengan jenis dan
karakteristik produk dan calon konsumen pemakai produk. Penyajian yang komunikatif akan
membantu konsumen/pengguna produk dalam mencerna informasi yang disajikan, dan
menumbuhkan ketertarikan untuk menggunakan model atau produk hasil pengembangan.
4.    Revisi Produk
Revisi produk, perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a.    Simpulan yang ditarik dari hasil analisis uji coba hendaknya menjelaskan apakah model atau produk
yang dihasilkan perlu direvisi atau tidak.
b.    Pengambilan keputusan untuk melakukan revisi model atau produk perlu disertai dengan dukungan
atau pembenaran bahwa setelah direvisi model atau produk itu akan lebih baik, lebih efektif, efisien,
lebih menarik, dan lebih mudah bagi pemakai.
c.    Komponen-komponen yang perlu dan akan direvisi hendaknya dikemukakan secara jelas dan
terperinci.
5.    Expert Judgement
Proses expert judgement dapat dilakukan melalui dua cara sebagai berikut.
a.    Diskusi kelompok, adalah suatu proses diskusi melibatkan para pakar (ahli) untuk mengidentifikasi
masalah, menganalisis penyebab masalah, menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan
mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang
tersedia. Dalam diskusi kelompok terjadi curah pendapat (brainstorming) di antara para ahli tentang
rancangan model atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai dengan bidang keahlian
masing-masing.
b.    Teknik Delphi, adalah suatu cara untuk mendapatkan konsesus diantara para pakar melalui
pendekatan intuitif. Langkah-langkah penerapan teknik Delphi untuk uji ahli dalam penelitian
pengembangan adalah:
1)    Memilih anggota tim pemantau yang telah menunjukkan kemampuan komunikasi obyektif.
Dalam hal ini biasanya disebut moderator.
2)    Memilih pakar/ahli/anggota panel. Evaluasi calon pakar/ahli/anggota panel. Dapat
menggunakan analisis stakeholders (stakeholder mapping) adalah penilaian atas
kepentingan (interests), kedekatan kepentingan (importance) tersebut dengan kepentingan
pengambil keputusan atau pemrakarsa dan substansi kebijakan yang mau diputuskan, serta
tingkat pengaruhnya (influence) pada proses penyusunan kebijakan. Sehingga dapat dipilih
pakar/ahli/anggota panel yang benar-benar memahami.  
3)    Menghubungi pakar-pakar yang teah ditentukan dengan melakukan pendekatan dan memberikan
pengertian serta persetujuan untuk menggunakan metode Delphi.
4)    Identifikasi butir-butir dan susunan kuisioner, untuk mempermudah dalam penerapan serta
pengolahan kuisioner maka kuisioner dapat menggunakan skala nilai atau dengan menggunakan
pilihan.
5)    Pengiriman kuisioner, lebih baik moderator memantau langsung pengisian kuisioner, sehingga
dapat mengarahkan sehingga maksud dan tujuan dapat lebih mudah tercapai. Seringkali
pengisian kuisioner dilakukan oleh asisten pakar/ahli/anggota panel dan bisa berbeda-beda dalam
tiap tahapan (kuisinoer ke-1, ke-2, ke-3) sehingga hasil kuisioner akan lebih sulit untuk diolah.
Pengisian kuisioner membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung jumlah pakar/ahli/anggota
panel yang dilibatkan.
6)    Olah jawaban dan kembangkan kuisioner kedua yang mencakup masukan/pilihan dari para
anggota panel. Permasalahn pada kuisioner (ketidaksetujuan) lebih baik ditulis dan dikemukakan
untuk mengembangkan konsensus.
7)    Pengiriman kuisioner kedua
8)    Olah jawaban dan ileterasi berikutnya jika diperlukan, terus dilakukan pengiriman kuisioner dan
ileterasi sampai terjadi konsesus.
6.    Problem Identification and Specification
Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang berkembang di lingkungannya (bidangnya),
permasalahan yang melatarbelakangi, atau permasalahan yang dihadapi yang harus mendapat
penyelesaian.
7.    Personal Identification and Selection
Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah teridentifikasi, peneliti menentukan dan
memilih orang-orang ahli, menaruh perhatian, dan tertarik pada bidang tersebut untuk memecahkan
masalah. Jumlah pakar harus sesuai dengan subpermasalahan tingkat kepakaran (experetise), dan
atau kewenangannya.
8.    Questionaire Design
Peneliti menyusun instrumen berdasarkan variabel yang diamati atau permasalahan yang kan
diselesaikan. Instrumen tersebut hendaknya memenuhi validitas isi (content validity). Butir
pertanyaan sebaiknya menggunakan bentuk open-ended question, kecuali jika permasalahan memang
sudah spesifik.
9.    Sending Questioner an Analisis Responded for First Round
Peneliti mengirimkan kuisioner pada putaran pertama kepada resonden, selanjutnya
melakukan review instrument dan menganalisis jawaban instrument yang telah dikembalikan.
Analisis dilakuakan dengan mengelompokan jawaban yang sama dan berdasarkan hasil analisis,
peneliti merevisi instrumen.
10. Development of Subsequent Questionaires
Kuisioner hasil review pada putaran pertama dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada
putaran kedua, dan ketiga. Setiap hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika
mengalami kesulitan dan keraguan dalam merangkum, maka peneliti dapat meminta klarifikasi
kepada responden. Dalam teknik Delphi biasanya digunakan hingga 3 – 5 putaran, bergantung dari
keluasan dan kerumitan permasalahan sampai dengan tercapainya konsensus.
11. Organiztion of Group Meetings
Peneliti menyususn rencana pertemuan kelompok untuk melakukan diskusi dan klarifikasi
atas jawaban yang telah diberikan. Di sinilah argumentasi dan debat bias terjadi untuk mencapai
konsesus dalam penelitian. Melalui face-to-face contact, penelitidapat menanyakan secara terperinci
mengenai responden. Keputusan akhir tentang hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai
minimal 70% consensus.
12. Prepare Final Report
Penelitian perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam
teknik Delphi. Hasilnya perlu diuji coba di lapangan dengan responden yang kan menggunakan
model atau produk dalam jumlah yang lebih besar.

D.    Sistematika Laporan R&D


Sistematika laporan R&D pada umumnya sama dengan sistematika laporan penelitian
yang lain. Di bawah ini sistematIka laporan R&D menurut pedoman tesis dan disertasi UNY
(2013:29), yaitu sebagai berikut:
BAB I                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Pembatasan Masalah
D.    Rumusan Masalah
E.     Tujuan Pengembangan
F.      Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
G.    Manfaat Pengembangan
H.    Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
B II                  LANDASAN TEORI
A.    Kajian Teori
B.     Kajian Penelitian yang Relevan
C.     Kerangka Berpikir
D.    Pertanyaan Penelitian
B III                METODE PENELITIAN
A.    Model Pengembangan
B.     Prosedur Pengembangan
C.     Desain Uji Coba Produk
1.      Desain Uji Coba
2.      Subjek Coba
3.      Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
4.      Teknik Analisis Data
BAB IV                      HASIL PENELITIAN
A.    Hasil Pengembangan
B.     Hasil Uji Coba Produk
C.     Revisi Produk
D.    Kajian Produk Akhir
E.     Keterbatasan Penelitian
BAB V                        KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan tentang Produk
B.     Saran Pemanfaatan Produk
C.     Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut
 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB III
PENUTUP

Penelitian pengembangan (Research and development /R&D) adalah metode penelitian


yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan
dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka
diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut. Jadi penelitian pengembangan bersifat
longitudinal (bertahap bisa multy years).   
Sesuai dengan namanya, Research & Developmnet difahami sebagai kegiatan penelitian
yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs assessment), sedangkan
kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran.
Pemahaman ini tidak terlalu tepat. Kegiatan research tidak hanya dilakukan pada
tahap needs assesment, tapi juga pada proses pengembangan produk, yang memerlukan kegiatan
pengumpulan data dan analisis data, yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi
empiris atau uji-coba. Sedangkan nama development mengacu pada produk yang dihasilkan
dalam proyek penelitian.
SHARE THIS:
 Facebook  Twitte

Anda mungkin juga menyukai