Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

RESEARCH AND DEVELOMPENT (R&D)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sri Atun, M.Si. dan Dr. Antuni Wiyarsi, S.Pd.Si., M.Sc.

Disusun oleh:
1. Charis Dwi Ismail (17728251007)
2. Anggun Dwi Astiningsih (17728251016)

PENDIDIKAN KIMIA A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Tugas pokok guru antara lain melaksanakan pendidikan dan pengajaran,


penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian yang merupakan salah satu
tugas guru tersebut secara esensial merupakan aktivitas untuk membahas masalah-
masalah yang terkait dengan kehidupan khususnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan dunia pendidikan. Dalam melakukan penelitian, ada beberapa metode yang dapat
digunakan, salah satunya adalah metode penelitian pengembangan.

Pada awalnya, metode penelitian dan pengembangan (research and development)


mulai diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri
dalam menghasilkan poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya
digunakan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk
bidang-bidang tertentu seperti computer dan farmasi yaitu hampir melebihi 4% (Borg and
Gall, 1989). Sedangkan dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan research and
development masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara
keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu alasan utama mengapa kemajuan dalam
bidang pendidikan agak tertinggal jika dibandingkan dengan bidang lain. Seperti yang
dikemukakan oleh Borg and Gall (1989 : 773), Unfortunately, R & D still plays a minor
role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose.
This is probably one of the main reasons why progress in education has logged for behind
progress in other field.

Awalnya, penelitian dalam bidang pendidikan tidak diarahkan pada


pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru
berkenaan dengan fenomen yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik pendidikan.
Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan tersebut dilakukan melalui
penelitian dasar (basic research), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan
melalui penelitian terapan (applied research).

Makalah ini akan membahas penelitian dan pengembangan (R&D), langkah-


langkah penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli diantaranya: Borg and Gall;;
Richey and Klein RDPE; Robert Mariabe ADDIE; Tiagarajan 4D; dan lainnya. Serta
membahas kelebihan dan kekurangan dari penelitian dan pengembangan (R&D).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Research and Development (R&D)?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam Research and Development (R&D)?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Research and Development (R&D)?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari Research and Development (penelititian dan
pengembangan).
2. Mengetahui langkah-langkah dalam Research and Development (penelititian dan
pengembangan).
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam Research and Development (penelititian
dan pengembangan).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Research and Development (R&D)

Borg & Gall (1993) mendefinisikan metode penelitian dan pengembangan atau
yang dikenal dengan R&D (research and development) adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menemukan dan mengembangkan (menghasilkan) produk tertentu, dan
menguji keefektifan (validasi) produk tersebut. Setelah produk teruji, maka dapat
diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan penelitian
terapan (applied research).

Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan (educational research


and development) merupakan sebuah cara yang digunakan untuk mengembangkan yaitu
merencanakan, merumuskan, memvalidasi, dan merevisi suatu produk pendidikan. Oleh
karena itu, R&D berbeda dengan penelitian biasa yang hanya menghasilkan saran-saran
bagi perbaikan, R&D menghasilkan produk yang langsung bisa digunakan. Menurut
Sugiyono produk-produk pendidikan yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang
spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku
ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi,
penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model
manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain.

Selanjutnya menurut Sukmadinata, penelitian pengembangan atau research and


development (R&D) adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh
untuk memperbaiki praktik. Penelitian Pengembangan juga diartikan sebagai suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan hal tersebut,
menurut Menurut Richey and Klein pengembangan adalah proses penerjemahan
spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang berkaitan dengan desain belajar sistematik,
pengembangan dan evaluasi memproses dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk
mengkreasikan produk pembelajaran dan non-pembelajaran yang baru atau model
peningkatan pengembangan yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektfan
produk tersebut agar dapat berfungsi di masyarakat luas maka diperlukan penelitian untuk
menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan

4
adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan
sekolah, dan bukan untuk menguji teori.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa penelitian


pengembangan adalah suatu langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefekitifannya, serta bersifat
longitudinal atau bertahap.

B. Konsep dan Pentingnya Penelitian Research and Development (R&D)

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk
tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku,
modul, alat laboratorium, tapi juga bisa perangkat lunak (software), seperti program
komputer untuk pengolahan data, pembelajaran kelas, pelatihan, bimbingan, evaluasi, dll.

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus,


yang diawali dengan adanya analisis kebutuhan. Permasalahan yang membutuhkan
pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya adalah
menentukan karakteristik atau spesifikasi dari produk yang akan dihasilkan. Setelah
itu barulah dibuat draft produk atau produk awal yang masih kasar, kemudian produk
tersebut diujicobakan di lapangan dengan sampel secara terbatas dan sampel lebih luas
secara berulang-ulang. Selama kegiatan ujicoba dilakukan pengamatan dan evaluasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi diadakan penyempurnaan-penyempurnaan.
Kegiatan evaluasi dan penyempurnaan dilakukan secara terus-menerus hingga diperoleh
sebuah produk terbaik atau produk standar.

Penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan pada pengembangan


suatu produk, tetapi lebih ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan
dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental serta praktik pendidikan.
Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan dilakukan melalui penelitian dasar
(basic reasearch), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan melalui
penelitian terapan (applied research). Penelitian dan pengembangan (kadang-kadang
disebut pengembangan berbasis penelitian) merupakan penelitian untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk. Di lain pihak, penelitian pendidikan (bukan untuk
mengembangkan produk) merupakan penelitian untuk menemukan pengetahuan baru

5
melalui penelitian dasar atau menjawab pertanyaan spesifik tentang masalah
praktis/menerapkan pengetahuan melalui penelitian terapan.

Research &
Basic Applied
Development
Research Research
(Penemuan
(Penemuan (Menerapkan
Pengembangan dan
Ilmu Baru) Ilmu/Produk)
Pengujian Produk)

Gambar 1. Metode R&D sebagai penghubung

Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus


kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya
kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian
terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan
dengan penelitian dan pengembangan. Sesuatu produk yang baik yang akan dihasilkan
apakah itu perangkat keras atau perangkat lunak, memiliki karakteristik-karakteristik
tertentu. Karakteristik tersebut merupakan perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip,
asumsi, hipotesis, prosedur berkenaan dengan sesuatu hal yang telah ditemukan atau
dihasilkan dari penelitian dasar. Penerapan dari produk-produk penelitian dan
pengembangan diteliti dengan menggunakan penelitian terapan. Dengan demikian, ketiga
jenis penelitian ini terkait dan saling dukung satu sama lain. Kemajuan dalam pendidikan
dan kurikulum pembelajaran sangat didukung oleh hasil penelitian dalam ketiga jenis
penelitian ini. Penelitian dasar mengembangkan konsep-konsep, prinsip- prinsip, teori-
teori, penelitian dan pengembangan mengembangkan model-model proses, bahan, sarana-
fasilitas, dan penelitian terapan mengembangkan praktik pelaksanaan pendidikan dan
kurikulum pembelajaran.

Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang


digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.

1. Metode penelitian deskriptif, digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun


data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencangkup: (a) kondisi produk-
produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) untuk
produk yang akan dikembangkan, (b) kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru,
kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya, (c) kondisi faktor-faktor pendukung
dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan,
mencangkup unsur manusia, sarana-prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan.

6
2. Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan suatu
produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba, dan setiap kegiatan
ujicoba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun proses. Berdasarkan
temuan -temuan hasil ujicoba diadakan penyempurnaan-penyempurnaan.
3. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang
dihasilkan. Walaupun dalam tahap ujicoba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi
pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok
pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok
eksperimen, juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau kontrol.
Perbandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan
tingkat keampuhan dari produk yang dihasilkan.

Strategi penelitian dan pengembangan banyak digunakan dalam teknologi


instruksional atau teknologi pembelajaran yang sekarang lebih difokuskan pada sistem
instruksional atau sistem pembelajaran. Strategi ini banyak digunakan untuk
mengembangkan model-model: disain atau perencanaan pembelajaran, proses atau
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan model-model program
pembelajaran. Penelitian dan pengembangan juga banyak digunakan untuk
mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran, serta manajemen pembelajaran.
Penggunaan strategi penelitian dan pengembangan dalam teknologi instruksional banyak
digunakan dalam pendidikan dan pelatihan bidang industri, bisnis, militer, teknologi,
kedokteran, dll. Pendekatan ini digunakan untuk pengembangan segi software, hardware,
teknoware maupun manage ware.

Para pendidik dan peneliti berupaya untuk mencari penelitian dan pengembangan
antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian yang menghubungkan antara
penelitian dasar dan penelitian terapan adalah penelitian dan pengembangan (R & D).
Penelitian dan pengembangan bukanlah pengganti penelitian dasar dan penelitian
terapan, tetapi ketiga penelitian ini diperlukan untuk mengadakan perubahan, khususnya
dalam bidang pendidikan.

Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan disebut penelitian dan


pengembangan pendidikan (educational research and development, merupakan proses
yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan,
seperti buku ajar, strategi / model / program pembelajaran / pelatihan, dan sebagainya.

7
Tahap-tahap dari proses penelitian dan pengembangan ditunjukkan sebagai siklus
penelitian dan pengembangan.

Tujuan penelitian dan pengembangan (R&D) antara lain: (1) menjembatani


kesenjangan antara sesuatu yang terjadi dalam penelitian pendidikan dengan praktik
pendidikan; (2) menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk
mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif. Menurut Akker
(1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan pengembangan pada
bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instruksi, dan juga pendidikan guru.

 Karakteristik penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall (1983)
menjelaskan 4 ciri utama R&D, yaitu:
a. Studying research findings (penelitian awal untuk mendukung produk yang akan
dibuat): artinya melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-
temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
b. Developing the product (mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian):
artinya mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
c. Field testing (uji lapangan produk): artinya dilakukan uji lapangan dalam seting
atau situasi nyata dimana produk tersebut nantinya digunakan.
d. Revising (merevisi kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah uji lapangan):
artinya melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ditemukan dalam tahp-tahap uji coba lapangan.
 Karakteristik penelitian pengembangan menurut Santyasa (2009), penelitian dalam
rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai
pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan
kualitas pembelajaran.
b. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar
yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
c. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji
coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan
bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan,
validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas,
sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik

8
d. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media
pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporakan secara
sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
C. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (R&D)
 Borg dan Gall (1983) menyatakan ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian
dan pengembangan:
1. Penelitian dan pengumpulan data (Research and information collection): pada
penelitian dan pengumpulan data ini dilakukan analisis kebutuhan, studi literatur, dan
penelitian skala kecil.
2. Perencanaan (Planning): pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, membuat
rumusan tujuan yang hendak dicapai, membuat desain atau langkah-langkah
penelitian, dan merencanakan kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Mengembangkan produk awal/draft produk (Develop preliminary form of
product): Pengembangan draft produk ini meliputi antara lain penyiapan bahan ajar,
proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.
4. Ujicoba lapangan awal (Preliminary field testing): Ujicoba lapangan awal atau
ujicoba terbatas dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek. Selama
ujicoba lapangan awal dilak ukan observasi, wawancara, dan pengedaran angket.
Tujuan dari ujicoba awal ini adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif terhadap
produk yang dikembangk an.
5. Merevisi produk utama (Main product revision): Revisi produk utama dilakukan
berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan awal.
6. Ujicoba lapangan utama (Main field testing): Ujicoba lapangan utama dilakukan
pada 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek. Data kuantitatif tentang penampilan guru
sebelum dan sesudah menggunakan model dikumpulkan. Data yang diperoleh
selanjutnya dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok kontrol.
7. Penyempurnaan produk operasional (Operational product revicion):
Penyempurnaan produk operasional dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada
ujicoba lapangan utama.
8. Ujicoba lapangan operasional (Operational field testing): Ujicoba lapangan
operasional dilakukan pada 10-30 sekolah dengan melibatkan 40-200 subjek.
Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, observasi, dan lainnya.

9
9. Penyempurnaan produk akhir (Final product revision): Penyempurnaan produk
akhir dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan operasional.
10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation): Membuat
laporan tentang produk pada pertemuan profesional dan mempublikasikan pada
jurnal, bekerjasama dengan penerbit, memonitor distribusi untuk melakukan
pengendalian kualitas.
Kesepuluh tahapan ini, jika diikuti dengan baik, akan menghasilkan produk berbasis
penelitian yang siap digunakan, misalnya di sekolah.

Penjelasan setiap langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall:

1. Penelitian dan pengumpulan data

Seperti diuraikan di atas, penelitian dan pengumplan data ini meliputi: a) analisis
kebutuhan, b) studi literatur, dan c) penelitian skala kecil.

a) Analisis kebutuhan

Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras


(seperti alat bantu pembelajaran, buku ajar, modul atau paket belajar) dan perangkat
lunak (seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model- model
pembelajaran, dan kurikulum). Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam
memilih produk yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

1) Apakah produk yang akan dibuat penting untuk bidang pendidikan?


2) Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan, dan
kepraktisan?
3) Apakah para pengembang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
dalam mengembangkan produk?
4) Dapatkah produk tersebut dikembangkan dalam jangka waktu yang tersedia?

Kriteria pertama, yaitu produk pendidikan yang akan dihasilkan harus betul-betul
yang penting dan dibutuhkan dalam pendidikan. Produk yang akan dikembangkan
harusnya didasarkan pada analisis kebutuhan. Masalah-masalah atau kelemahan-
kelemahan apa yang dihadapi oleh sekolah saat ini? Diantara masalah tersebut, mana
yang paling mendesak dan besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, produk pendidikan apa yang perlu dikembangkan yang
dipandang ampuh. Pemilihan produk yang akan dikembangkan disesuaikan dengan

10
bidang keahlian dan kemampuan para pengembang, kelayakan waktu, peralatan, dan
biaya.

b) Studi Literatur

Untuk mengembangkan suatu produk pendidikan perlu dilakukan studi literatur.


Studi ini bertujuan unuk menemukan konsep-konsep atau landasan- landasan teoritis
yang memperkuat suatu produk. Produk pendidikan, terutama produk yang berbentuk
model, program, sistem, pendekatan, software, dan sejenisnya, memiliki dasar-dasar
konsep atau teori tertentu. Untuk menggali konsep-konsep atau teori-teori yang
mendukung suatu produk perlu dilakukan studi literatur secara intensif. Melalui studi
literatur juga dikaji ruang lingkup suatu keluasaan penggunaan produk, kondisi-kondisi
pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta
keunggulan atau keterbatasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui
langkah- langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk. Ada kemungkinan
produk sejenis dikembangkan di tempat lain oleh pengembang lain. Hal-hal tersebut
dikaji melalui studi literatur dari laporan atau artikel hasil penelitian. Berdasarkan hasil
studi ini, selain dapat diketahui prosedur dan hasil-hasilnya, juga kesulitan dan hambatan
yang dihadapi serta pemecahan masalah yang dilakukan, dan juga keunikan-keunikan lain
dari proses pengembangan.

c) Penelitian skala kecil

Sering hasil analisis kebutuhan dan studi literatur belum cukup untuk memberikan
dasar-dasar konkrit untuk pengembangan suatu produk. Untuk itu, perlu dilengkapi
dengan penelitian ke lapangan. Pada contoh penelitian dan pengembangan yang
dilaksanakan di Far West Laboratory, paket pelatihan guru yang dikembangkan berkaitan
dengan keterampilan-keterampilan mengajar. Para pengembang mengadakan penelitian
lapangan terhadap beberapa orang guru untuk mengetahui keterampilan-keterampilan
mengajar mereka dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanan
pembelajaran, meliputi sarana dan fasilitas pembelajaran, suasana kelas, dan iklim
sekolah secara keseluruhan.

2. Perencanaan

Perencanan ini meliputi rancangan produk yang disusun berdasarkan hasil studi
literatur, analisis kebutuhan, dan studi lapangan. Rancangan produk yang akan
dikembangkan minimal mencakup: a) tujuan penggunaan produk; b) siapa pengguna

11
produk; c) deskripsi komponen-komponen produk dan penggunaannya. Contoh rumusan
tujuan dalam paket pelatihan keterampilan mengajar guru, umpamanya guru mampu
menyajikan pelajaran dalam langkah-langkah k ecil secara sistematis, guru mampu
memberikan contoh dalam kehidupan; guru mampu membangkitkan motivasi belajar
siswa, dan lain-lain. Di samping itu, kriteria pencapain tujuan harus menjadi perhatian
pengembang.

Selanjutnya yang perlu dirumuskan adalah komponen -komponen produk.


Misalnya dalam kasus paket pelatihan keterampilan guru di atas, komponen-komponen
produk meliputi: tujuan pelatihan, materi pelatihan, proses pembelajaran, media alat bantu
pembelalaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Dalam proses
pengembangan produk perlu dirumuskan lebih rinci, mulai dari penentuan produk,
penyusunan draft, uji dan penyempurnaan draft, ujicoba utama dan revisi produk
operasional/akhir, sampai dengan diseminasi dan implementasi. Kegiatan selanjutnya
adalah merencanakan subjek ujicoba dan lokasi ujicoba, baik untuk ujicoba lapangan
awal, ujicoba lapangan utama maupun ujicoba lapangan operasional . Karena produk
yang akan dihasilkan merupakan produk standar, maka jumlah subjek yang terlibat
dalam lingkup lokasi penelitian dan pengembangan harus representatif, apakah untuk
populasi tingkat nasional, propinsi atau kabupaten. Pada kasus program pelatihan guru di
atas, ujicoba lapangan awal subjeknya 1 -3 sekolah dengan 6-12 subjek guru. Pada
ujicoba lapangan utama atau ujicoba lebih luas, subjeknya 5-15 sekolah dengan 30-100
subjek. Pengujian produk ahkir menggunakan 10-30 sekolah dengan melibatkan 40-
200 subjek. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan biaya, orang- orang
yang membantu, alat dan bahan, serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan semua
kegiatan penelitian dan pengembangan. Untuk pelaksanaan ujicoba, hal yang perlu
direncanakan dengan seksama adalah instrumen-instrumen yang diperlukan selama
pengujian dan teknik-teknik analisis data.

3. Pengembangan produk awal

Dari hasil analisis kebutuhan akan dapat ditentukan jenis produk-produk sangat
diperlukan saat ini, misalnya oleh sekolah. Hasil-hasil studi literratur akan memberikan
informasi tentang beberapa karakterisktik penting dari produk yang dikembangkan dan
bentuk-bentuk produk yang telah dikembangkan. Kemudian, hasil-hasil penelitian dalam
lingkup terbatas akan memberikan informasi tentang produk sejenis yang telah

12
digunakan, pelaksanaan produk yang ada, dan kemungkinan faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat pengunaan produk yang akan dikembangkan.

Pada pengembangan produk awal ini, produk yang dibuat masih berupa produk
awal atau draft dan bersifat tentatif. Walaupun masih berupa produk awal, namun produk
telah disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Pada contoh produk pelatihan untuk
peningkatan keterampilan guru dalam mengajar yang dikembangan di Far West
Laboratory, produk awal/draft paket pelatihan telah memuat komponen-komponen
paket secara lengkap, misalnya paket pelatihan tersebut terdiri dari lima paket materi
pelatihan, satu buku pedoman pelaksanaan, dan satu CD atau video yang memuat contoh-
contoh pembelajaran. Pada setiap paket materi pelatihan memuat identitas paket
(misalnya judul paket, nomor kode, jumlah jam latihan, dan prasyarat), rumusan tujuan,
uraian materi pelatihan, tugas- tugas dan latihan yang harus dikerjakan, media, alat dan
bahan yang dapat digunakan, tes akhir dan buku-buku rujukan. Buku pedoman
pelaksanaan, umpamanya, memuat petunjuk-petunjuk pembimbingan, pemberian tugas
latihan praktek bagi pembimbing atau fasiltator. Buku pedoman juga berisi format-format
observasi, instrumen evaluasi proses dan hasil belajar, dan format pelaporan kemajuan
peserta pelatihan. CD, misalnya, berisi contoh-contoh bentuk keterampilan guru
mengajar. Sebelum diujicoba di lapangan, draft perlu dievaluasi melalui desk evaluation
oleh para ahli. Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan analisis dan pertimbangan logis
dari para ahli, selanjutnya dilakukan penyempunaan berdasarkan hasil desk evaluation
tersebut.

4. Ujicoba lapangan awal dan penyempurnaan produk

Ujicoba dan penye mpurnaan produk awal difokuskan pada pengembangan dan
penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi.
Tujuan dari ujicoba lapangan awal adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif dari
produk pendidikan baru yang dikembangkan. Ujicoba lapangan awal sebaiknya
dilakukan di tempat yang kondisinya sama dengan tempat produk diimplementasikan,
misalnya di sekolah. Hal ini berkaitan dengan implementasi produk dalam kondisi
sesungguhnya, yaitu baik keadaan dan jumlah siswa, maupun sarana dan fasilitas
pembelajarannya sesuai dengan keadaan nyata di sekolah. Pada contoh paket pelatihan
keterampilan mengajar di atas, kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah
mengadakan pertemuan, rapat, atau diskusi dengan guru-guru peserta latihan. Pada
pertemuan tersebut, pertama-tama pengembang menjelaskan tujuan umum pelatihan,

13
langkah-langkah yang dilakukan dan beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan
perhatian. Setelah itu, para peserta pelatihan diberi paket pelatihan, dan diberi waktu
yang cukup untuk mempelajarinya, selanjutnya diadakan diskusi bersama antara
pengembang dan peserta pelatihan. Para peserta dapat mengklarifikasi hal-hal yang belum
jelas atau belum dipahami dengan baik. Di samping itu, masukan-masukan dari peserta
pelatihan sangat penting dijaring untuk penyempurnaan produk awal. Produk yang telah
disempurnakan ini diberikan kembali kepada peserta latihan untuk pelaksanaan ujicoba
lapangan awal.

Guru-guru peserta latihan diminta menerapkan paket pelatihan (keterampilan


mengajar) di kelasnya masing-masing. Namun, sebelum itu, guru- guru perlu membuat
persiapan mengajar atau merevisi persiapan mengajar yang telah ada sebelumnya
disesuaikan dengan tuntutan pada paket pelatihan. Selama pelaksanaan pembelajaran,
para pengembang melakukan observasi pengamatan secara intensif, yaitu mencatat hal-
hal penting yang dilakukan oleh gu ru dan siswa, misalnya respon siswa terhadap
pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Setelah selesai pembelajaran, apakah dalam satu
atau beberapa pertemuan, pengembang mengadakan pertemuan dengan guru- guru untuk
mendikusikan pembelajaran yang diakukan oleh guru-guru. Ujicoba ini dilakukan secara
berulang-ulang sampai guru-guru selesai berlatih mencobakan semua keterampilan
mengajar. Pada ujicoba ini juga dikumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan
kuesioner yang dapat digunakan untuk menyempurnakan produk.

5. Ujicoba lapangan utama dan penyempurnaan produk

Borg and Gall (1983), menyatakan bahwa tujuan dari ujicoba lapangan utama
adalah untuk menentukan apakah produk pendidikan sudah mencapai tujuan atau tidak.
Tujuan lain dari ujicoba ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan
untuk memperbaiki pembelajaran. Umumnya, rancangan eksperimen digunakan pada
ujicoba ini. Pada kasus program pelatihan guru di atas, one-group pretest-posttest design
digunakan untuk menguji apakah keterampilan guru meningkat secara signifikan atau
tidak. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru direkam dengan videotape. Hasil rekaman
videotape selanjutnya dianalisis.

Menurut Sukmadinata (2006), ujicoba ini dimaksudkan agar produk yang


dikembangkan merupakan produk standar, apakah pada tingkat kabupaten/kota, propinsi,
nasional. Agar menghasilkan suatu produk yang mempunyai standar pada tingkat
kabupaten/ kota, misalnya, sampel ujicoba harus mewakili populasi kabupaten/kota.

14
Demikian juga untuk standar pada tingkat propinsi dan nasional. Ujicoba lapangan utama
ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk dalam konteks populasi. Untuk itu
diperlukan jumlah sampel yang lebih besar yang harus mewakili populasi, baik dalam
jumlah maupun karakteristiknya.

6. Ujicoba lapangan operasional dan penyempurnaan produk

Borg dan Gall (1983) masih mengadakan penyempurnaan pada tahap ini. Pada
tahap ini tidak dilakukan pengujian hasil dengan kelompok kontrol karena tidak diadakan
pengukuran dampak dari penggunaan keterampilan mengajar. Menurut Borg dan Gall
(1983), tujuan dari ujicoba lapangan operasional ini adalah menentukan apakah produk
pendidikan siap digunakan di sekolah tanpa kehadiran pengembangan. Agar siap
digunakan secara operasional, paket produk harus lengkap dan diuji secara keseluruhan
dalam setiap hal. Pada kasus program pelatihan guru, ujicoba lapangan operasinal ini
diatur dan dikoordinasikan oleh staf sekolah secara teratur dan seharusnya mendekati
operasional sekolah. Balikan dari koordinator dan guru yang melaksanakan pembelajaran
dikumpulkan dengan kuesioner. Wawancara dipusatkan pada bagian -bagian
pembelajaran atau materi yang perlu mendapat perhatian sehingga operasional
pembelajaran menjadi lebih efektif.

Menurut Sukmadinata (2006), pengujian produk akhir ini bertujuan untuk


mengetahui kelayakan produk dan keunggulan dalam praktek. Pada pengujian ini, tidak
dilakukan untuk menyempurnakan produk (paket pelatihan) karena produk sudah
dipandang sempurna pada ujicoba lapangan utama. Pengujian pada tahap ini
dimaksudkan untuk mengetahui dampak penggunaan keterampilan mengajar terhadap
pengetahuan dan keterampilan siswa. Pengujian sebaiknya digunakan kelompok kontrol,
dan dapat menggunakan model rancangan “The randomized Pretest-Posttest Control
Group Design (Eksperimen murni) atau minimal “The Maching Prestest-Posttest Conrol
Group Design” (Eksperimen quasi). Kelompok eksperimen diajar dengan pendekatan
keterampilan mengajar baru, sedangkan kelompok kontrol diajar menggunakan
pendekatan keterampilan biasa/konvensional. Baik hasil pretest maupun posttest kedua
kelompok dibandingkan. Perbedaan signifikansi antara pretest dan posttest
menunjukkan kebermaknaan hasil belajar, sedangkan perbedaan antara hasil posttest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan pengaruh pendekatan
keterampilan mengajar baru.

15
7. Diseminasi dan implementasi

Diseminasi menunjukkan kepada proses yang membantu pengguna menyadari


produk-produk R&D, sedangkan implementasi menunjukkan kepada proses yang
membantu pengguna produk R&D untuk mengunakannya dengan cara yang dimaksudkan
oleh pengembang.

Sedangkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) RDPE


menurut Richey and Klein (2010), yaitu:

1. Research
2. Design
3. Production
4. Evaluation

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) 4D ada 4 tahapan menurut


Thiagarajan (1974), yaitu:

1. Define (Pendefinisian)
2. Design (Perencanaan)
3. Develop (Pengembangan)
4. Disseminate (Penyebaran)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat


dijelaskan sebagai berikut:

1. Define (Pendefinisian)

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis kebutuhan.
Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam
pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat
pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian
dan pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan
produk. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature atau penelitian pendahuluan.
Thiagrajan (1974) menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:

a) Front and analysis

Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran.

16
b) Learner analysis

Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan,


motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.

c) Task analysis

Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar
peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal.

d) Concept analysis

Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan


dilakukan secara rasional

e) Specifying instructional objectives

Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar


dengan kata kerja operasional

Dalam konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), tahap


pendefinisian dilakukan dengan cara:

a) Analisis kurikulum

Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat itu.
Dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna
untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan.
Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam
kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya

b) Analisis karakteristik peserta didik

Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali karakteristik
peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal ini penting karena semua proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antara lain: kemampuan
akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar
belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya
dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk
menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila
tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus

17
menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca
peserta didik masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi gambar yang
menarik supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya.

c) Analisis materi

Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu
diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali
secara sistematis

d) Merumuskan tujuan

Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak
diajarkkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi peneliti
supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis bahan
ajar.

2. Design (Perancangan)

Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing


criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap tersebut antara lain:

a) Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal
peserta didik, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan
b) Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta
didik.
c) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran
yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual, pada saat
pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan
media audio visual tersebut.
d) Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran
yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga
penilaian dari teman sejawat

Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau
rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk
membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan
materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan
kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi,

18
media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran
tersebut dalam lingkup kecil.

Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka


rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan
produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang
keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan
rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.

3. Develop (Pengembangan)

Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert


appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk
memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan
evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk
memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Developmental
testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang
sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran
pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk
diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.

Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap


pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar
tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang
akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan
untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi
kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam
meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang
materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan.

Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan pengembangan


(develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan
model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam proses
validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata
pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar.
b) Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi

19
c) Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan
dihadapi.
d) Revisi model berdasarkan hasil uji coba
e) Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses implementasi
tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang dikembangkan. Pengujian
efektivitas dapat dilakukan dengan eksperimen atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Cara pengujian melalui eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil belajar
pada kelompok pengguna model dan kelompok yang tidak menggunakan model.
Apabila hasil belajar kelompok pengguna model lebih bagus dari kelompok yang tidak
menggunakan model maka dapat dinyatakan model tersebut efektif. Cara pengujian
efektivitas pembelajaran melalui PTK dapat dilakukan dengan cara mengukur
kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran. Apabila kompetensi sesudah
pembelajaran lebih baik dari sebelumnya, maka model pembelajaran yang
dikembangkan juga dinyatakan efektif.
4. Disseminate (Penyebarluasan)

Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation


testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation testing, produk yang
sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang
sesungguhnya. Pada saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan.
Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan.
Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang
kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap
pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption.
Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan
model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model
pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap
(diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.

Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan


cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan
peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik
terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan

20
ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran
supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) ADDIE ada 5 tahapan


menurut Robbert Mariabe (2009), yaitu:

1. Analysis (Analisa)
2. Design (Desain / Merancang)
3. Development (Pengembangan)
4. Implementation (Implementasi)
5. Evaluation (Evaluasi / Umpan Balik)

ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production,


Implementation or Delivery and Evaluations. Menurut langkah-langkah pengembangan
produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada
model 4D. Model ini memiliki kesamaan dengan model pengembangan sistem basisdata
yang telah diuraikan sebelumnya. Inti kegiatan pada setiap tahap pengembangan juga
hampir sama. Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media
dan bahan ajar.

Berikut ini diberikan contoh kegiatan pada setiap tahap pengembangan model atau
metode pembelajaran, yaitu:

1. Analysis

Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan


model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat
pengembangan model/metode pembelajaran baru. Pengembangan metode pembelajaran
baru diawali oleh adanya masalah dalam model/metode pembelajaran yang sudah
diterapkan. Masalah dapat terjadi karena model/metode pembelajaran yang ada sekarang
sudah tidak relevan dengan kebutuhan sasaran, lingkungan belajar, teknologi,
karakteristik peserta didik, dsb.

Setelah analisis masalah perlunya pengembangan model/metode pembelajaran


baru, peneliti juga perlu menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan
model/metode pembelajaran baru tersebut. Proses analisis misalnya dilakukan dengan
menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: (1) apakah model/metode baru mampu
mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi, (2) apakah model/metode baru mendapat

21
dukungan fasilitas untuk diterapkan; (3) apakah dosen atau guru mampu menerapkan
model/metode pembelajaran baru tersebut Dalam analisis ini, jangan sampai terjadi ada
rancangan model/metode yang bagus tetapi tidak dapat diterapkan karena beberapa
keterbatasan misalnya saja tidak ada alat atau guru tidak mampu untuk melaksanakannya.
Analisis metode pembelajaran baru perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan apabila
metode pembelajaran tersebut diterapkan.

2. Design

Dalam perancangan model/metode pembelajaran, tahap desain memiliki


kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini merupakan proses
sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau
kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi
pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Rancangan model/metode pembelajaran ini
masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya.

3. Development

Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk.


Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan model/metode
pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual
tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. Sebagai contoh,
apabila pada tahap design telah dirancang penggunaan model/metode baru yang masih
konseptual, maka pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat
pembelajaran dengan model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi
pelajaran.

4. Implementation

Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah


dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Selama implementasi, rancangan
model/metode yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Materi disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang dikembangkan. Setelah
penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik pada
penerapan model/metode berikutnya

5. Evaluation

Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluation formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan

22
evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester).
Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik
kepada pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau
kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.

D. Desain Penelitian dan Pengembangan (R&D)


1. Jenis Instrumen dalam R&D

Research and Development dalam upaya pengembangan model bidang


kependidikan merupakan jenis penelitian multi tahap, dimana setidaknya peneliti harus
melakukan tiga jenis penelitian dalam satu periode penelitian. Beberapa instrumen yang
dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan tahapan penelitiannya:

a. Penelitian pendahuluan; dalam studi ini instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti
antara lain: angket, wawancara dan dokumentasi.
b. Model konseptual; dalam mengembangkan model konseptual, peneliti harus melalui
beberapa tahap seperti: pengembangan model, serta validasi model. Instrumen
penelitian diperlukan oleh peneliti pada fase validasi model. Instrumen yang dapat
digunakan oleh peneliti dalam validasi model antara lain: angket atau daftar
pertanyaan dalam kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur.
c. Uji Coba Model; dalam kegiatan uji coba model, peneliti harus mempersiapkan
beberapa instrumen untuk mengevaluasi proses dan hasil eksperimen yang dilakukan.
Dalam evaluasi proses peneliti dapat menggunakan angket (kuantitatif) jika peneliti
bermaksud menggali lebih dalam tentang informasi dalam evaluasi proses maka
peneliti dapat juga melakukan triangulasi dengan wawancara dan bahkan observasi
partisipan.

Sedangkan dalam evaluasi hasil terutama untuk mengetahui keefektivan model


intrumen yang digunakan adalah berupa angket. Ada dua jenis angket yang digunakan
oleh peneliti, yaitu angket test dan angket nontest. Angket test berisi beberapa pertanyaan
untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan subjek penelitian tentang mata
pelajaran tertentu. Sedangkan angket non test berkaitan dengan perubahan aspek sikap
yang menjadi tujuan penelitian.

23
2. Langkah Pengembangan Instrumen

Meskipun banyak instrumen tersedia yang dihasilkan oleh para peneliti


sebelumnya, namun ada kalanya peneliti harus mengembangkan sendiri intrumen
penelitiannya. Beberapa langkah dasar yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam
mengembangkan instrumen antara lain:

a. Terlebih dahulu harus memahami pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
sifat atau perilaku yang menjadi objek penelitian;
b. Melakukan kajian bahan bacaan terkait topik penelitian kemudian melakukan diskusi
dengan teman sebaya (peer review) yang membahas pendekatan yang akan dilakukan
untuk mengukur masing-masing variabel penelitian;
c. Bertanya pada beberapa orang yang ahli (profesional) dibidang yang akan dikaji untuk
meninjau item yang dibuat, mulai dari keterbacaan, pemaknaan, tingkat kebiasan, dan
tingkat kerumitan;
d. Menentukan sampel kecil yang sama dengan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian sebenarnya, kemudian diujicobakan. Sehingga dapat diketahui validitas dan
reliabilitas instrumennya.
e. Melakukan revisi, pengurangan, perubahan dan bahkan penambahan item jika
diperlukan, tergantung hasil dari uji coba instrumen.

Wawancara 1. Identifikasi masalah


Studi
Angket 2. Identifikasi sumber pembelajaran
Pendahuluan
3. Kondisi motivasi KBM

Pengembangan
Observasi 1. Deskripsi proses pembelajaran
Model
(persiapan, pelaksanaan, evaluasi)
2. Partisipasi guru dan siswa

1. Efektifitas model (produk)


Uji Coba Model Angket 2. Evaluasi proses dan hasil
Alat Tes

24
3. Validasi Instrumen

Validasi instrumen dimaksudkan untuk menjamin bahwa instrumen yang


digunakan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Validasi dilakukan dengan
menggunakan prosedur teoritis dan secara empiris. Dengan diuji instrumen secara empiris
maka reliabilitas instrumen dapat dicari. Hasil validitas dan reliabilitas menjadi bahan
revisi/perbaikan instrumen.

4. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:

a. Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik
dengan tabel, bagan, atau grafik.
b. Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan
c. Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d. Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal- hal yang bersifat faktual, dengan tanpa
interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e. Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan dengan
permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan.
f. Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan
disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.
E. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian dan Pengembangan (R&D)
1. Kelebihan R&D
a. Penelitian dan pengembangan (R&D) mampu menghasilkan suatu produk/model
yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui
serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli.
b. Penelitian dan pengembangan (R&D) akan selalu mendorong proses inovasi
produk/model yang tiada henti atau memiliki nilai suistanibility (penguatan) yang
cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model
yang selalu aktual sesuai dengan tuntutan kekinian.
c. Penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan penghubung antara penilitian
yang bersifat teoritis dengan penilitian yang bersifat praktis.
d. Penelitian dan pengembangan (R&D) cukup komprehensif, mulai dari metode
deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.

25
2. Kelemahan R&D
a. Pada prinsipnya penelitian dan pengembangan (R&D) memerlukan waktu yang
relatif panjang/lama, karena prosedur yang harus ditempuh relatif kompleks.
b. Penelitian dan pengembangan (R&D) dikatakan sebagai penelitian “here and
now”, Penelitian dan pengembangan (R&D) tidak mampu digeneralisasikan
secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R&D pemodelannya pada sampel
bukan pada populasi.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk


mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda
atau perangkat keras (hardware) tapi juga bisa perangkat lunak (software).
2. Penelitian dan pengembangan merupakan penghubung antara penelitian dasar
dengan penelitian terapan. Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan
dilakukan melalui penelitian dasar (basic reasearch), sedang penelitian tentang
praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied research).
3. Penelitian dasar mengembangkan konsep-konsep, prinsip -prinsip, teori-teori;
penelitian dan pengembangan mengembangkan model-model proses, bahan, sarana-
fasilitas; dan penelitian terapan mengembangkan praktik pelaksanaan pendidikan dan
kurikulum pembelajaran.
4. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang
digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.
5. Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan (educational research and
development, merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk pendidikan.
6. Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan adalah: penelitian dan
pengumpulan data, perencanaan, pengembangan produk awal/draft produk, ujicoba
lapangan awal, revisi produk utama, ujicoba lapangan utama, penyempurnaan produk
operasional, ujicoba lapangan operasional, penyempurnaan produk akhir, diseminasi
dan implementasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Educational Research: An Introduction. London:
Longman, Inc.
Creswell, J.W. (2012). Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Fourth Edition. New Jersey: Pearson
Education.
Dick, W. And Carey, L. (1996). The Systematic Design of Instruction. New York: Harper
Collin Publishers.
Kempp, J.E. (1977). Instructional Design. Belmont: Fearon Tilman Publishers, Inc.
MC. Millan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education, A Conceptual
Introduction. Fifth. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Richey, R. C., & Klein, J. D. (2010). Design and development research: Methods, strategies
and issues. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Santyasa, I Wayan. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan
Modul. Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP,
SMA, dan SMK, Bali 12-14 Januari 2009. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-5.
Bandung: CV.
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana
UPI dan PT Remaja Rosdakarya.
Tessmer, M. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan
Page.
Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi
Pustaka.
Van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den
Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design
Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer
Academic Publishers.
Walter Dick, Lou Carey and James O. Carey. (2005). The Systematic Design of Instruction.
Boston: Pearson.
Wierma, W. 1995. Research Methods in Education: An Introduction, Allyn and Bacon,
Boston.

28
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN R & D

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN


HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Langkah-langkah Penelitian
B. Metode Penelitian Tahap I
1. Populasi sampel sumber data
2. Teknik pengumpulan data
3. Instrumen penelitian
4. Analisis data
5. Perencanaan desain produk
6. Validasi desain
C. Metode Penelitian Tahap II
1. Model rancangan eksperimen untuk menguji produk yang telah dirancang
2. Populasi dan sampel

29
3. Teknik pengumpulan data
4. Instrumen penelitian
5. Teknik analisis data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Desain Awal Produk (Gambar dan Penjelasan)


B. Hasil Pengujian Pertama
C. Revisi Produk (Gambar setelah revisi dan Penjelasan)
D. Hasil Pengujian Kedua
E. Revisi Produk (Gambar setelah revisi dan penjelasan)
F. Pengujian Tahap Ketiga (bila perlu)
G. Penyempurnaan Produk (gambar terakhir dan penjelasan)
H. Pembahasan Produk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENGGUNAANNYA

A. Kesimpulan
B. Saran Penggunaan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN INSTRUMEN

LAMPIRAN DATA

LAMPIRAN PRODUK YANG DIHASILKAN BERIKUT BUKU PENJELASAN

30

Anda mungkin juga menyukai