Anda di halaman 1dari 29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan unsur dalam penelitian yang berisi suatu pola

langkah-langkah melakukan sebuah pengukuran atau mengukur suatu variabel

untuk mengetahui hasilnya.

Variabel dalam Arikunto (2013:17) merupakan “Hal-hal yang menjadi objek

penelitian yang ditatap (dijinggleng-jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points

to be noticed) yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif”.Sedangkan menurut Sugiyono (2012:38), “Pada dasarnya variabel

penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya.”

Jadi,berdasarkan pemaparan pendapat para ahli di atas yang dimaksud dengan

variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai subjek dan

objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga memperoleh informasi

untuk menarik kesimpulan.

Variabel penelitian dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori

yaitu: Variabel Indepeden (Kompetensi Kepribadian Guru) dan Variabel

Dependen (Sikap Siswa).

52
53

a. Variabel Independen (Variabel bebas)

Variabel bebas dalam Sugiyono (2012:39) menjelaskan “Variabel bebas

adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

b. Variabel Dependen (Variabel terikat)

Variabel terikat dalam Sugiyono (2012:39) menjelaskan “Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas”.

Adapun masing-masing variabel penelitian secara operasional variabel

tersebutakan dijelaskansebagai berikut.

1. Kompetensi Kepribadian Guru

Kepribadian guru yakni merupakan faktor yang sangat dominan dan penting

dalam pendidikan Formal. Bagi siswa SMA Negeri I Pusakanagara guru sering

dijadikan sebagai tokoh teladan, bahkan bisa menjadi tokoh untuk identifikasi diri.

Disekolah, guru merupakan unsur yang mempengaruhi karakter siswanya, ketika

guru memberikan saran, nasihat, perhatiannya kepada anak siswanya, maka siswa

SMA Negeri I Pusakanagara memberikan respon kepada gurunya dengan baik.

Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri I Pusakanagara sangat

ditentukan oleh kesiapan guru dalam mempersiapkan siswanya melalui kegiatan

belajar mengajar, yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur

siswa dan fasilitasnya.

Kompetensi kepribadian guru sebagaimana telah dikemukakan, menjadi guru

tidak cukup hanya dengan menguasai materi pembelajaran, tetapi juga dibutuhkan
54

keahlian khusus, itu karena mendidik adalah proses perubahan tingkah laku siswa

dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Disamping itu, kepribadian guru yang harus bertindak sesuai dengan norma

agama, norma hukum, norma sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, agar

sekolah SMA Negeri I Pusakanagara menjadi sekolahan yang menarik perhatian

bagi wilayah terdekat SMA Negeri I Pusakanagara.

2. Sikap Siswa

Sikap siswa merupakan bentuk respon dan reaksi dari perlakuan guru

terhadapnya, sehingga pembentukan kesan dan tanggapan terhadap guru

merupakan proses yang kompleks dalam diri siswa yang melibatkan siswa

bersangkutan dalam situasi dan ruang lingkup itu terbentuk. Sehingga, sikap itu

tumbuh dan berkembang sebagaimana terjadi pada pola-pola tingkah laku siswa

dalam mental dan emosi lainnya, sebagai bentuk reaksi siswa terhadap

lingkungannya.

Sikap siswa dapat berubah pada pola perkembangannya dalam memperoleh

pengalamannya seperti menerima atau meniru dari guru-guru nya dan teman-

teman pergaulannya, seprti juga mendapatkan stimulus-stimulus disekitar lainnya.

Secara operasional, variabel ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa di

SMA Negeri I Pusakanagara, yaitu penulis menyebarkan angket tertutup kepada

22 responden dengan indikator sikap spiritual dan sikap sosial (Implementasasi

kurikulum 2013, 2014 : 36)


55

B. Pengembangan Alat Pengumpulan Data

Pengembangan alat pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang

diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

petanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk

maksud inilah dibutuhkan pengembangan alat pengumpulan data. Data yang

dikumpulkan ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu

dikumpulkan oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut

terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian.

Adapun pengembangan alat pengmpulan data yang peneliti lakukan adalah

sebagai berikut:

1. Studi Perpustakaan

Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti

untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan

atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,

ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik

tercetak maupun elektroniklain. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan

yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari

masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi

kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang

penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya.


56

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi

penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya

monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses

penelitian. Dokumen adalah segala benda yang berbentuk barang, gambar,

ataupun tulisan sebagi bukti dan dapat memberikan keterangan yang penting

dan absah. Dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-dokumen yang

dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses

pengumpulan dan pengelolaan dokumen secara sistematis serta

menyebarluaskan kepada pemakai informasi tersebut. Peneliti memperoleh

data dan dokumen-dokumen tertulis. Penulis membaca dan mempelajari

berbagai tulisan dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan internet yang berkaitan

dan mendukung kebanaran dan keabsahan dari hasil yang diperoleh dari

penelitian ini.

3. Observasi

Metode observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala pisis untuk kemudian

dilakukan pencatatan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis langsung

terjun ke lapangan menjadi partisipan (observer partisipatif) untuk menemukan

dan mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian. Obrservasi

merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap

dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk
57

merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan

bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti sebagai acuan dalam

melaksanakan observasi, diantaranya :

a. Menentukan objek yang akan diobservasi, yaitu tentang pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

b. Mengobservasi perilaku peserta didik setelah mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan yang diselengarakan di sekolah;

c. Menentukan tempat observasi yaitu di sekolah;

d. Menentukan kapan dan berapa lama observasi tersebut akan dilakukan;

e. Merekam atau mencatat hasil observasi tersebut secara garis besarnya

saja sesuai dengan kebutuhan pengamat;

f. Hasil observasi tersebut dimanfaatkan disebarkan kepada kalangan

tertentu saja.

4. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dimana sang penjawab

merupakan narasumber dari suatu topik tertentu. Wawancara berfungsi untuk

menyampaikan informasi. Tanya jawab yang dilakukan dalam wawancara

berguna untuk mendapatkan informasi seluas-luasnya dari narasumber.

Berikut adalah langkah-langkah melakukan wawancara:


58

a. Menentukan topik. Sebelum melakukan wawancara pada narasumber,

kita harus memilik topik yang menarik dan sesuai dengan narsumber

yang akan kita wawancarai. Topik yang menarik adalah topik yang

sedang hangat dibicarakan dilingkungan.

b. Menentukan narasumber. Dalam menentukan narasumber harus

dilakukan secara akurat. Artinya, tepat sesuai topik yang dibicarakan.

c. Menyusun kerangka wawancara. Kerangka wawancara memuat topik,

narasumber, dan pokok-pokok pertanyaaan. Pokok-pokok pertanyaan

memuat pertanyaan yang berhubungan dengan topik dan tepat sasaran.

d. On time saat akan melakukan wawancara. Datang tepat waktu saat

melakukan wawancara langsung pada narasumber merupakan hal yang

penting. Hal ini agar menciptakan kesan yang baik serta agar tidak perlu

membuat narasumber harus menunggu

5. Angket

Angket adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek

penelitian untuk dijawab sesuai dengan keadaan subjek yang sebenarnya. Yang

dapat dijaring dengan menggunakan kuesioner adalah hal-hal mengenai diri

responden, dengan asumsi bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang

dirinya dan pengalamannya sendiri, bahwa apa yang dinyatakan oleh responden

kepada peneliti adalah benar, bahwa penafsiran subjek terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh

peneliti. Justru anggapan-anggapan inilah yang menjadi kelemahan dari metode


59

angket. Karena dalam kenyataan responden dapat memberikan keterangan-

keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Cara penggunaan kuesioner yang lebih efektif adalah apabila pengisian

jawabannya dapat dilakukan secara berkelompok pada suatu tempat tertentu.

Dalam keadaan seperti ini peneliti dapat memberi petunjuk secara langsung

bagaimana cara memberi jawaban tanpa mempengaruhi isi jawaban yang harus

diberikan. Disamping itu peniliti juga mempunyai peluang untuk memberi

keterangan atas pertanyaan yang belum jelas maksudnya. Dengan demikian

pengisian kuesioner secara klasikal memungkinkan peneliti memperoleh kembali

kuesioner secara lengkap dalam waktu yang singkat, Sedangkan kesalahan-

kesalahan teknis dalam menjawab dapat ditekan hingga sekecil mungkin.

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai

metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang

mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang

kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah

digariskan dalam penelitian. Sebelum kuesioner disusun, maka harus melalui

prosedur:

a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.

b. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.

c. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan

tunggal.

Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk

menentukan teknik analisisnya.


60

C. Penentuan Ukuran Sampel

Arikunto (2010: 174) mengemukakan sampel adalah “sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”. Dalam penentuan sampel ini penulis mengacu kepada

pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 112), sebagai berikut : “apabila

subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, jika jumlah subjeknya lebih

dari 100, maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih

tergantung dari kemampuan penulisan”.

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih

baik diambil semua sehungga penelitiannya merupakan penelitian populasi,

Selanjutnya, jika jum;ah subyeknya besar, dapat diambil antara 10 -15% atau 20-

25% atau lebih, tergantung kemampuan peneliti, sempit luasnya wilayah

pengamatan dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Maka dari sejumlah 22 guru, berdasarkan pendapat diatas apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jadi, peneliti mengambil semua subjek

22 guru sebagai sampel penelitian variabel X.

Sementara untuk variabel Y, penulis juga mengambil sampel 22 orang untuk

menyamakan dengan sampel variabel X. Sampel yang 22 dari 756 orang tersebut

didapat berdasarkan rumus dari Taro Yamane (Riduwan dan Akdon, 2010:249)

N 756 756 756


n= = 2 = = = 22,01 ≈ 22 responden
N . d +1 ( 756 ) .0,20 +1 ( 756 ) ( 0,04 ) +1 34,33
2
61

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified

random sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak

dan berstrata secara proporsional dengan rumus alokasi proportional dari Riduwan

dan Akdon (2010:250)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang memungkinkan diperolehnya data

yang objektif. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah

sebagai berikut :

1. Studi Perpustakaan

Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat

yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk

dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan. Untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut,

misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku

petunjuk, laporan-laporan penelitian, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar. Dengan

demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam

waktu yang singkat. Bahkan tidak menutup kemungkinan, penulis juga mencari

dokumen melalui internet yang tetap memperhatikan informasi yang sah dan

dapat dipercaya.
62

Setidaknya ada empat tahapan dalam studi kepustakaan.

a. Peneliti berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan bukannya

dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa

kejadian, orang atau benda-benda lain;

b. Data pustaka bersifat siap pakai;

c. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang bukan data orisinil

dari tangan pertama di lapangan; dan

d. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Adapun langkah-langkah melakukan riset kepustakaan adalah sebagai beriku:

a. Menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen dan kertas catatan;

b. Menyusun bibliografi kerja;

c. Mengatur waktu penelitian;

d. Membaca dan membuat catatan penelitian.

2. Dokumentasi

Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan

data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat,

pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. Metode

pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa

mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari

dokumen-dokumen tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut

oleh obyek yang diteliti. Pengumpulan data perlu didukung pula dengan

pendokumentasian, dengan foto, video, dan VCD. Dokumentasi ini akan berguna

untuk mengecek data yang telah terkumpul. Pengumpulan data sebaiknya


63

dilakukan secara bertahap dan sebanyak mungkin peneliti berusaha

mengumpulkan. Maksudnya, jika nanti ada yang terbuang atau kurang relevan,

peneliti masih bisa memanfaatkan data lain. Dalam fenomena budaya, biasanya

ada data yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta sastra lisan.

Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumentasi dalam

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai;

b. Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu

untuk mempelajarinya;

c. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis

dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan;

d. Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok

penelitian;

e. Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data; dan

f. Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.

Adapun alasan-alasan kenapa penulis menggunakan studi dokumentasi

adalah sebagai berikut :

a. Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong;

b. Berguna sebagai bukti (evident) untuk suatu pengujian;

c. Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks,

lahir, dan berada dalam konteks;

d. Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu;

dan
64

e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

3. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung

atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi

penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain

penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung

berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Dari hasil observasi kita akan

memperoleh gambaran yang jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-

petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi

adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan

atau tempat penelitian.

Adapun tahapan-tahapan untuk melakukan observasi tersebut sebagai

berikut:

g. Menentukan tujuan observasi, atau tujuan penelitian yang akan dilakukan

dengan observasi;

h. Menentukan perilaku yang akan diobservasi, apakah seluruh peristiwa,

atau hanya sebagian peristiwa, atau kita batasi hanya satu perilaku tertentu

saja;

i. Mendefinisikan perilaku yang akan diamati, pengertian yang jelas batas-

batasnya atau yang disesuaikan dengan teori;


65

j. Menjabarkan pengertian perilaku atau konstruk psikologi yang akan

diobservasi dalam satuan indikator yang lebih mudah untuk diamati;

k. Menentukan metode observasi yang akan digunakan (apakah dengan

intervensi atau tanpa intervensi). Jika dengan intervensi, apakah

menggunakan metode partisipan, sistematik, atau eksperimen;

l. Menentukan situasi atau setting observasi (meliputi skenario apabila

menggunakan observasi dengan intervensi) waktu, durasi orang-orang

yang terlibat, dan sebagainya;

m. Menentukan jumlah observer apabila akan digunakan observasi dengan

observer lebih dari satu;

n. Menentukan teknik pencatatan, dengan check list, anecdotal record,

narrative recording, interval recording, rating scale, dan lain-lain;

o. Menyusun panduan observasi, agar observasi berjalan standar, meskipun

dilakukan beberapa kali atau oleh orang yang berbeda;

p. Membuat format pencatatan, dimana dalam pembuatannya dapat

menggunakan salah satu metode penggabungan beberapa metode, atau

modifikasi beberapa teknik pencatatan;

q. Mengadakan pengarahan pada para observer (apabila observer lebih dari

satu) agar maksud observasi “dipahami sama” oleh semua observer;

r. Mengestimasi reliabilitas dan validitas observasi; dan

s. Menginterpretasikan hasil observasi dan menyusun laporan observasi.

4. Wawancara
66

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Cara

inilah yang banyak dilakukan di Indonesia belakangan ini. Wawancara merupakan

salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung

kepada responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu

penelitian survey.

Adapun langkah-langkah peneliti sebelum melakukan wawancara adalah

sebagai berikut :

a. Menjelaskan tujuan penelitian melalui wawancara;

b. Menjekaskan tujuan tugas pewawancara dan menekankan pentingnya

peranan pewawancara;

c. Menjelaskan tiap nomor pertanyaan dalam kuisioner, baik konsep yang

terkandung di dalamnya maupun tujuan pertanyaan tersebut;

d. Pewawancara harus mengetahui dengan tepat maksud semua pertanyaan,

agar dapat mengumpulkan informasi yang tepat dan jelas;

e. Menjelaskan cara mencatat jawaban responden;

f. Menjelasakan cara pengisian dan arti dari semua tanda-tanda pengisian

kuisioner;

g. Wawancara dilakukan secara mendalam, untuk mengurangi sejauh mungkin

kegagalan dalam mendekati responden; dan

h. Pedoman wawancara mencakup etika, sikap, persiapan, dan taktik

wawancara.
67

5. Angket

Angket adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab atau dikerjakan oleh responden yang ingin diselidiki. Angket ini

digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang

diajukan. Dengan angket ini responden mudah memberikan jawaban karena

alternatif jawaban sudah disediakan dan membutuhkan waktu singkat dalam

menjawabnya.

Adapun pengembangan alat pengumpulan data melalui penyusunan angket

yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menyusun kisi-kisi angket. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu

dibuat konsep alat ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Konsep alat ukur ini berupa kisi-kisi angket. Kisi-kisi angket tersebut

selanjutnya dijadikan pedoman menyusun butir-butir  pertanyaan sebagai

instrumen penelitian

b. Pembuatan butir soal. Item atau butir soal angket dibuat berdasarkan kisi-

kisi angket yang telah disusun sebelumnya. Langkah-langkah pembuatan

angket sebagai berikut:

1) Membuat surat pengantar yang berfungsi mengantar angket yang dikirim

kepada responden sehingga mereka tahu siapa pengirim angket

tersebutdan tujuan angket

2) Membuat pedoman atau petunjuk pengisian angket

3) Membuat item pertanyaan yang akan diberikan dan sekaligus disertai

alternatif jawabannya
68

4) Membuat skoring atau penilaian angket.

5) Jika penilaian angket dalam penelitian menggunakan skala Likert yang

dimodifikasi dengan soal disertai lima pilihan tindakan yang memiliki

kemungkinan jawaban.

Angket penelitian yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket. Untuk variable X

terdiri dari 22 butir soal untuk tingkat keterpaan skor ukur pertama dan 22 soal

untuk variabel Y tingkat keterpaan skor kedua dalam mengukur capaian terhadap

sesuatu.

E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

1. Prosedur Pengolahan Data

Menurut Supranto (2003: 151) prosedur pengolahan data dengan analisis

kuantitatif ini melalui kegiatan-kegiatan yang meliputi :

a. Editing Terhadap Questionnaire yang telah diisi. Yaitu mencari kesalahan-

kesalahan di dalam questionnaire tersebut misalnya adanya ketidak serasian

(in-consistency) di dalam pengisian questionnaire. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pemeriksaan yaitu :

1) Kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang diajukan;

2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan;

3) Konsistensi jawaban responden

b. Coding. Yaitu pemberian angka-angka tertentu terhadap kolom-kolom

tertentu yang menyangkut keterangan tertentu pula atau proses pemberian


69

kode tertentu terhadap aneka ragam jawaban dari kuisioner untuk

dikelompokan dalam kategori yang sama. Tujuannya adalah untuk

menyederhanakan jawaban.

c. Scoring. Scoring yaitu pemberian nilai berupa angka pada jawaban

pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif”.

Dalam penelitian ini urutan pemberian skor berdasarkan tingkatan jawaban

yang diterima dari responden (Supranto, 2003: 402) yaitu :

1) Untuk jawaban sangat setuju mendapat skor 5;

2) Untuk jawaban setuju mendapat skor 4;

3) Untuk jawaban ragu-ragu mendapat skor 3;

4) Untuk jawaban tidak setuju mendapat skor 2;

5) Untuk jawaban sangat tidak setuju mendapat skor 1.

d. Tabulating. Yaitu pengelompokan data atas jawaban-jawaban dengan teratur

dan teliti, kemudian dihitung dan dijumlahkan dan disajikan dalam bentuk

tabel. Berdasar tabel tersebut akan dipakai untuk membuat data agar didapat

hubungan atau pengaruh antara variabel-variabel yang telah ada. Dari

berbagai analisa kuantitatif di atas, peneliti mengolah data dengan

menggunakan teknik scoring untuk memberi nilai pada jawaban kuisioner.

2. Teknik Pengolahan Data

Analis data adalahproses mencari, menyusun data yang diperoleh dari

angket.Penulis dalam tehnik analisis dalam penelitian ini berlandaskan kepada

pendapat ahli statistik seperti: Sugiyono (2012), Riduwan (2013), Arikunto


70

(2013), Sudijono (2012), dan Subana dan Sudrajat (2000) langkah-langkah

tersebut sebagai berikut:

a. Mempersentasekan Hasil Perolehan Data Tiap-tiap Variabel

Analisis ini dimaksudkanuntuk mengetahui persentase setiap variabel dalam

penelitian yaitu Variasi mengajar guru (Variabel X) dan Motivasi belajar

siswa (variabel Y). Berdasarkan pemaparan perhitungan dalam Sudijono

(2012) maka penulis memperoleh gambaran untuk menghitung persentase

dengan rumus sebagai berikut:

F
P= x 100 %
N

Keterangan: P=Hasil Prosentase

N = Number of Cases (Jumlah Banyaknya individu)

Setelah diketahui persentase setiap variabel yang ada di dalam

penelitian ini maka untuk lebih jelasnya lagi penulis memaparkan

persentase setiap indikator dengan menggunakan yang sama seperti di

atas.

Setiap hasil yang diperoleh dari perhitungan dibandingkan dengan

tabel kriteria persentase Riduwan (2013:41) sebagai berikut:

Tabel 3.1
Kriteria Persentase

Kriteria Persentase
Sangat Lemah 0 % - 20 %
Lemah 21 % - 40 %
Cukup 41 % - 60 %
Kuat 61 % - 80 %
71

Sangat Kuat 81 % - 100 %

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas setiap variabel, penulis menggunakan rumus Chi-kuadrat,

dengan syarat “Data yang terkumpul harus merupakan data jenis interval”

(Arikunto, 2013:360) dengan langkah langkah sebagai berikut:

1) Tehnik pembuatan distribusi frekuensi dengan langkah-langkah:

a) Menentukan rentang kelas (R) dengan rumus:

R = XMaks – X Min (Subana dan Sudrajat, 2000:38)

Keterangan:

R = Range

XMaks = Nilai tertinggi

XMin = Nilai terendah

b) Menentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus:

K = 1 + 3,3 log n(Subana dan Sudrajat, 2000:39)

Keterangan:

K = Banyaknya kelas

N = Banyaknya data (frekuensi)

3,3 = Bilangan konstanta

c) Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus:

R
P= (Subana dan sudrajat, 2000:40)
K

Keterangan:
72

P = Panjang kelas (interval kelas)

R = Rentang (jangkauan)

K = Banyaknya kelas

d) Menyusun tabel distribusi frekuensi observasi dan ekspetasi skor

masing-masing variabel.

e) Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:

∑ FX
Mx = (Sudijono, 2012:86)
∑N

Keterangan:
M= Mean yang kita cari

FX = Jumlah hasil dari perkalian antara Midpoint dari

masing- masing

N= Number of Cases

f) Menentukan nilai Median, dengan rumus:

Mdn = l+ (
½ N −fk b
fi )
x i (Sudijono, 2012:101)

Keterangan:

Mdn=Median

ℓ= Lower limit (Batas bawah nyata dari skor yang mengandung


median
Fkb = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor

yang mengandung median

N = Number of Cases

i = Interval

Fi = Frekuensi asli (Frekuensi yang mengandung median)


73

g) Menentukan nilai Modus, dengan rumus lower limit, yaitu:

fa
(
Mo = l+ fa+ fb x i ) (Sudijono, 2012:106)

Keterangan:

Mo = Modus

Fkb=Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor

yangmengandung median

Fka =Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor

yangmengandung median

ℓ= Lower limit (Batas bawah nyata dari skor yang

mengandung median)

N = Number of Cases

i=Interval

Fi = Frekuensi asli (Frekuensi yang mengandung median)

h) Menentukan standar deviasi (SD) dengan rumus:

SDx= i
√ ∑ Fx ' ²
N
−¿ ¿ ¿ (Sudijono, 2012:162).

Keterangan:
SD = Standar Deviasi

i= Interval

Fx' 2 = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-

masing interval dengan x' 2

f x ' = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-

masing interval dengan x’


74

N = Number of Cases
i) Membuat tabel frekuensi obsevasi dan ekspetasi skor masing-

masing variabel

j) Menentukan Z skor, dihitung dengan rumus:


Batas Kelas −Mx
Z=
SD

k) Menentukan nilai chi kuadrat X2 hitung dengan rumus:

x = ∑ ¿¿ ¿
2
(Subana dan Sudrajat, 2000:125).

l) Menentukan derajat kebebasan (d.b) dengan rumus:

db = K – 3 (Subana dan Sudrajat, 2000:126).

m) Menentukan nilai chi kuadrat (X2) dari tabel dengan taraf dengan

signifikan 1%.Dengan rumus: X2 = (1 – a ) (dk)(Subana dan

Sudrajat, 2000:126).

n) Menginterpretasikan hasil pengujian normalitas yaitu:

1) Jika X2hitung < X2tabel maka data berdistribusi normal

2) Jika X2hitung >X2tabel maka data berdistribusi tidak normal

(Subana dan Sudrajat, 2000: 126).

c. Uji Linieritas Data.

1) Menentukan persamaan regresi sederhanadengan rumus:

Ỳ = a + bX

Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksi

a = Konstanta atau bila harga X = 0

b = Koefisien regresi
75

X = Nilai variabel indepeden

a) Mencari nilai bdengan rumus:

n . ∑ XY −∑ X . ∑ Y
b=
n . ∑ X 2 −¿ ¿¿

b) Mencari nilai adengan rumus:

a=
∑ Y −b . ∑ X (Sugiyono, 2012: 188).
n

2) Menentukan linieritas dengan langkah-langkah sebagai berikut:


a) Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg(a)) dengan rumus:
JKreg(a) = ¿ ¿
b) Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadapa (JK reg (b/a)) dengan

rumus: JKreg (b/a) = b. ¿


c) Menghitung jumlah kuadrat residu (JK res) dengan rumus:
JK res = ∑Y2 ─ JKreg (b/a) ─ JK reg(a)
d) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat Regresi (RJKReg(a) dengan

rumus: RJK Reg(a) = JK reg (a)

e) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJK Reg (b/a)

Dengan rumus: RJK reg(b/a) = JK reg b/a

f) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes)


Jk Res
dengan rumus: RJK Res =
n−2
g) Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:
JK E = ∑ ¿¿
h) Menentukan jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) denganrumus:
JK TC = JK Res ─ JK E
i) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC)
J K TC
dengan rumus:RJKTC =
K −2
76

j) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error(RJKE)rumusnya:

J KE
RJKE =
n−K

k) Menceri nilai uji F dengan rumus:

RJ K TC
F=
RJ K E

l) Carilah nilai F tabel menggunakan Tabel F dengan rumus:

F tabel = F (1-a) (db TC, db E)

= F ( 1-0,05) (db TC, db E)

= F (0,95) (db = k-2, db = n-k)

m) Menguji linieritas regresi dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka distribusi berpola linier.

Jika nilai uji F > nilai tabel F, maka maka distribusi berpola

tidak linier (Riduwan, 2013 : 200-206).

n) Tabel Ringkasan Anava Variabel X atas Y

Tabel 3.2

Tabel ANAVA

Rata-rata
Derajat Jumlah
Sumber Variasi Jumlah Fhitung Ftabel
Bebas (db) Kuadrat (JK)
Kuadrat (RJK)

Total

Regresi (a)

Regresi (b|a)

Tuna Cocok (TC)

Kesalahan (Error)
77

d. Analisis Korelasional sebab akibat

Untuk menentukan sejauhmana pengaruh variasi mengajar (variabel x)

terhadap motivasi belajar siswa (variavel y). Untuk mengetahuinya maka peneliti

menggunakan salah satu dari dua tehnik korelasional yaitu: 1) tehnik korelasi

product moment dan statistik parametrik; 2) menggunakan tehnik korelasi tata

jenjang (rank order) dari statistik non parametrik.

1) Tehnik korelasi Product moment

Jika keduavariabel berdistribusi normal dengan regresinya

linier, maka korelasi yangdigunakan adalah rumus korelasi product

moment dengan rumus:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan:

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment.

N = Number of Cases.

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.

∑X = Jumlah seluruh skor X.

∑Y = Jumlah seluruh skor Y (Sudijono, 2012:206)

Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya konstribusi antara kedua

variabel. Ketentuan tingkat kesalahan yang penulis gunakan adalah (α)

= 0,05 atau (α) = 0,01 dengan rumus derajat bebas (db) = n - 2.

Menghitung determinan dengan rumus derajat diterminan yaitu:


78

KP = r2 x 100 % (Riduwan, 2013:228).

Keterangan:

Kp = Besarnya koefisien penentu (determinan)

r2 = Koefisien Korelasi

Dan menghitung uji t dengan rumus uji t:

r . √ n−2
t= (Riduwan, 2013:229).
√ 1−r 2
Keterangan:

r¿ Nilai Koefisien

thitung = nilai yang akan dibandingkan dengan ttabel

n= Number of Cases

Dengan kriteria pengujian:

Jikathitung ≥ttabel, maka signifikan.

Jikathitung≤ ttabel, maka tidak signifikan.

Selanjutnya memberikan interpretasi terhadap angka indeks

korelasi “r”, atau “rxy”, maka dipergunakan rumus dari Sudijono

(2012:193) yaitu:

Tabel 3.3

Tabel Interprestasi Korelasi Product Moment


Besarnya “r”
Product Moment “r Interpretasi
xy ”
79

Antara Variabel X dan Variabel Y memang


terdapat korelasi, akan tetapi korelasinya itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
0,000 - 0,199 diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,200 – 0,399 yang lemah atau rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,400 – 0,599 yangsedang atau cukup.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,600 – 0,799 yang kuat atau tinggi.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,800 – 1,000 yang sangat kuat atau sangat tinggi.

2) Tehnik tata jenjang (rank order)

Jika salah satuvariabel berdistribusi tidak normal atau

regresinya tidak linier, maka digunakan statistik non parametik,

yaitu dengan rumus korelasi Rank order sebagai berikut:

6∑ D
2

rhoXY = 1 - 2
N ( N – 1)

Keterangan:
rhoXY = Koefisien korelasi tata jenjang

D2 = Difference, yaitu benda antara jenjang setiap subjek.

N = Banyak subjek.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika: ρ hitung ≥ ρ tabel, maka Ha diterima

Jika: ρ hitung ≤ ρ tabel, maka Ha ditolak


80

Selanjutnya dengan memberikan interpretasi terhadap angka indeks

korelasi “ ρ ”, dengan rumus interprestasi Rank Order (Sudijono,

2012:232), yaitu:

Tabel 3.4

Interprestasi Tata Jenjang (Rank Order)

Besarnya “Rho” Rank


Interpretasi
Order ( ρ)

Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat


korelasi, akan tetapi korelasinya itu sangat lemah
atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan
0,000 - 0,199 (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan
variabel Y).

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,200 – 0,399 yang lemah atau rendah.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,400 – 0,599 yangsedang atau cukup.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,600 – 0,799 yang kuat atau tinggi.

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


0,800 – 1,000 yang sangat kuat atau sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai