Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil observasi di sekolah MA Mathla’ul Anwar Gisting ditemui masalah

dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), terlihat saat pendidik menerangkan, ada

peserta didik yang tidak memperhatikan, berbicara dengan teman sebelahnya,

kurangnya media saat KBM, kondisi belajar masih didominasi oleh pendidik,1

sehingga pembelajaran Fisika cenderung berlangsung satu arah. Hal ini

mengakibatkan beberapa siswa di kelas mengobrol dan mengantuk. Jika kondisi kelas

seperti ini, maka materi yang disampaikan oleh pendidik tidak dapat diterima dengan

baik oleh peserta didik. Hasil wawancara yang diperoleh dari salah satu pendidik

Fisika di sekolah tersebut mengatakan bahwa, peserta didik kurang melatih dirinya

untuk mengerjakan soal-soal Fisika dan rendahnya kemampuan bertanya. Dibuktikan

dengan saat KBM berlangsung, pendidik memberikan kesempatan untuk bertanya

pun peserta didik jarang bertanya. Selain itu, ketika KBM berlangsung pun peserta

didik masih ada yang kesulitan untuk mengerjakan soal. Dibuktikan dalam nilai ujian

tengah semester (UTS) semester ganjil mata pelajaran Fisika, terdapat peserta didik

pada kelas X dengan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil

1
N. L. Santiasih, A. A. I. N. Marhaeni, I. N. Tika, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 1 Kerobokan
Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2013/2014” E-Journal Program
Pasasarjana Undiksha Vol 3 No 1 (2013), h. 3.
2

perolehan hasil belajar peserta didik kelas X terdapat 60% peserta didik yang

dinyatakan belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan, dengan

mengoptimalkan proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.

Salah satu materi Fisika yang memerlukan pemahaman konsep dan

kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah materi fluida statis. Peserta didik dituntun

untuk mempelajari sifat fluida yang bergerak maupun yang diam, seperti halnya

kedalaman laut. Hal ini terdapat dalam Q.S An-Nur ayat 40 yang berbunyi:

َ َ ُ ُۢ ُ َٰ ‫ۡظلُ َم‬
ۡ‫ت َۡبعض َهاۡفوق َۡبع ٍض‬
ُ ٞ َ َ
‫اب‬ ‫ح‬ ‫س‬ ۡ ‫ۦ‬ِ ۡ
ً ِ ‫ق‬‫و‬
َ ّ ٞ َ
‫ِوۡف‬
‫ۡن‬ ‫ج‬‫و‬‫م‬ۡ ‫ۦ‬ِ ۡ
ً ِ ‫ق‬‫و‬
َ ّ ٞ َ ُ َٰ َ َ ّ ّ ُّ َ
‫ِوۡف‬
‫ۡن‬ ‫ج‬‫و‬ ۡ
‫ۡم‬ ً‫ى‬‫ش‬‫غ‬‫ۡي‬ ‫ج‬ ‫ۡل‬ ‫ر‬ ‫َۡب‬ ‫ِۡف‬ ‫ت‬َٰ َ ُ‫أَوۡ ۡ َك ُظل‬
‫م‬
ٞۚ ٖ ِ ٖ ِ ٖ
ُّ َ ٗ ُ ُ َ ُ َّ َ َ َّ َ َ َ َٰ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ٓ َ
ُ َ ‫اۡف َه‬
ۡ٤٠ۡ‫ور‬
ٍ ‫ِوۡى‬
‫ن‬ ۡ ‫ۥ‬ ۡ
‫اۡل‬ ‫لۥۡىور‬
ۡ ۡ‫ٱّلل‬
ۡ ۡ‫إِذاۡأخرجۡيد ۡهۥۡلمۡيكدۡيرىهاۗۡونوۡلمَۡيع ِل‬

Artinya:

“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak,

yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan gelap gulita yang tindih

bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)

barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai

cahaya sedikitpun” (Q.S. An-Nur; 40).

Ayat ini menyebutkan bahwa adanya kegelapan yang dapat ditemukan di

dalam laut. Kegelapan di dalam lautan sekitar kedalaman 200 m ke bawah. Pada

kedalaman ini hampir tidak ada cahaya. Pada umumnya, tekanan pada kedalaman

yang sama dalam zat cair yang serba sama adalah sama. Kedalaman, berhubungan

dengan tekanan hidrostatis dimana suatu tekanan yang diberikan oleh cairan pada
3

kesetimbangan karena pengaruh gaya gravitasi. Hal ini akan dipelajari pada bab

fluida statis.

Peserta didik diharapkan untuk berpikir dan bernalar untuk menguasai konsep

hingga mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.2 Materi fluida statis secara

kontekstual erat dengan kehidupan sehari-hari dan pokok bahasan ini dapat dilakukan

di sekolah yang minim dengan peralatan laboratorium.3 Pembelajaran materi fluida

statis hendaknya diselenggarakan melalui fokus membangun kompetensi berpikir

kritis peserta didik. Terdapat langkah-langkah dalam mengembangkan berpikir

kritis,4 dalam penelitian ini dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Materi

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar peserta didik dapat menelaah konsep.5

Seperti yang terkandung di al-qur’an dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

ٗ ِ ‫ٱّللۡ َكث‬
َّ َ َ َّ ْ َ َ ّ ٞ َ ٌ َ ُ َّ ُ َ َ َ َ َّ
ۡ٢١ۡ‫ريا‬ َۡ ۡ‫ٱّللۡ َۡوٱۡلَو َۡمۡٱٓأۡلخ َِۡرۡ َوذك َر‬
َۡ ۡ‫ۡح َس َيةۡل َِهوَۡكنۡيَر ُجوا‬ ۡ ۡ‫ۡر ُسو ِل‬
‫ٱّلل ِۡأسوة‬ َ ‫كمِۡف‬
ِ ‫لقدَۡۡكنۡل‬

2
Nurfitria Widya Pratiwi, Z. A. Imam Supardi, “Penerapan Model Pembelajaran Learning
Cycle 5E pada Materi Fluida Statis Siswa Kelas X SMA” Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No.
2 (2014), h. 145.
3
Risca Ardani, Nadi Suprapto, “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis
Eksperimen Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 1
Gedangan” Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 3 No. 2 (2014), h. 168.
4
Hengky Herdianto, Worosetyarsih, “Identifikasi Profil Berpikir Kritis Siswa dalam
Pembelajaran Fluida Statis dengan Modifikasi High-α Binaural Beats dan Guided Problem Solving”
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 3 No. 2 (2014), h. 155.
5
Fitria Rahmawati, Indrawati, Rif’ati Dina H, “Penerapan Model Pembelajaran Teaching With
Analogies (TWA) Dalam Pembelajaran Fisika di MA” Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 1 No. 2
(September 2012), h. 192.
4

Artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”

Konsep dhikr juga memiliki jaringan konsep (conceptual network) yang saling

terkait antara makna yang satu dengan yang lainnya. Adapun manfaat mengingat

kembali adalah proses mengulang-ulang pengetahuan dalam hati agar pengetahuan itu

menancap dan tidak lepas dari hati. Maka dari itu perlu adanya pemahaman konsep,

agar materi yang sudah didapat atau diterima tidak mudah dilupakan begitu saja.

Proses mengingat kembali tentang apa yang telah terlupa dan mengingat untuk

memahami hal yang baru atau ilmu yang baru bagi orang yang berpikir.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 23 Tahun 2006 untuk SMA/MA yang antara lain menyebutkan

bahwa lulusan SMA/MA harus dapat membangun dan menerapkan informasi dan

pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif juga harus dapat menunjukan

kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan.

Demi terciptaptanya SKL yang telah ditetapkan, instrumen penilaian haruslah

berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi sehingga mampu mendorong

peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.6

6
Ari Syahidul Shidiq, Mohammad Masykuri, Elfi Susanti V. H.,”Pengembangan Instrumen
Penilaian Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher
Order Thinking Skills) Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Siswa SMA/MA Kelas
XI” Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 4 (2014), h. 84.
5

Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut juga dengan (Higher

Order Thinking Skill-HOTS), dapat membuat seorang individu menafsirkan,

menganalisis atau memanipulasi informasi.7 Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat

diketahui dari kemampuan siswa pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi.8 Selain

itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak hanya membutuhkan kemampuan

mengingat saja, akan tetapi memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.9

Apabila peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif dan kritis maka dapat

mengembangkan diri dalam membuat keputusan, penilaian dan menyelesaikan

masalah.10 Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

peserta didik adalah ketika peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah yang

belum mereka temui sebelumnya, disinilah proses berpikir mereka akan muncul.

Dengan demikian, kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik akan terlatih.11

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi itu

perlu, agar dapat bersaing dalam dunia kerja dan kehidupan pribadi, peserta didik

harus memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan untuk

7
M. H. Yee, et al. “Disparity of Learning Styles and Higher Order Thinking Skills Among
Technical Students” Scient Direct, Vol. 204, (Agustus 2015), h. 144.
8
Femmy Kawawung, “Profil Pendidik, Pemahaman Kooperatif NHT Dan Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Di SMP Kabupaten Minahasa Utara” Jurnal El-Hayah Pendidikan Biologi,
Vol. 1 No. 4 (Maret 2011), h. 158.
9
R. Rosnawati, “Enam Tahapan Aktivitas Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa” Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, (Mei 2009), h. 507.
10
Wahyu Hidayat. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa
SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write (TTW)” Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIP, (Juni 2012), h. 1.
11
Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati, “Penyusunan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP” Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1 No, 2,
(September 2013), h. 18.
6

memecahkan masalah.12 Dampak bila peserta didik memiliki kemampuan berpikir

tingkat tinggi adalah prestasi belajar peserta didik akan meningkat,13 serta

memungkinkan peserta didik untuk mempelajari masalah secara sistematis, dan dapat

menghadapi berjuta tantangan dengan cara terorganisasi.14

Maka dari itu perlu diadakan pembelajaran yang dapat melatih kemampuan

berpikir peserta didik. Kondisi pembelajaran sebelumnya hendaknya diperbaiki, salah

satunya dengan menggunakan model pembelajaran.15 Model pembelajaran yang

diduga bisa mengatasi hal tersebut adalah model pembelajaran Conceptual

Understanding Procedures (CUPs), yang merupakan pengembangan dari model

kooperatif. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)

bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep.16 Pemahaman konsep

juga penting, agar konsep-konsep yang sudah diterima oleh peserta didik dapat

bertahan lama.17 Model pembelajaran conceptual understanding procedures (CUPs)

menguatkan nilai dari cooperative learning, dan menuntut peserta didik untuk

12
Ahmad Walid, Sajidan, Murni Ramli, “Instrumen Tes High Order Thinking Skills Pada
Siswa SMA Kelas XI Materi Sistem Reproduksi” Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi
FKIP UNS, (2015), h. 372.
13
Mey Heong. et al. “The Effectiveness Of Higher Order Thinking Skills For Generating Idea
Among Technical Students” Journal Creative Behavior, Vol 36 No. 3, h. 117.
14
Wahyu Hidayat, Loc.Cit.
15
Hadma Yuliani, Widha Sunarno, Suparmi, “Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Dengan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan
Kemampuan Analisis” Jurnal Inkuiri Pascasarjana UNS, Vol 1 No. 3 (2012), h. 209.
16
Anis Mahmudah, Sri Sutarni, Sri Rejeki, “Eksperimen Metode Conceptual Understanding
Procedures Dan Mind Mapping Ditinjau Dari Gaya Belajar” Jurnal Varia Pendidikan, Vol. 27 No 1
(Juni 2015) h. 34.
17
Desi Nur Anisa. et al. “Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, and
Explanation) Dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Asam, Basa Dan Garam
Kelas VII Semester 1 SMPN 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013” Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2
No. 2 (2013), h. 17.
7

membuat kesimpulan sendiri atas materi yang dipelajari.18 Pembelajaran kooperatif

dicirikan adanya kerja sama tim, dimana mereka harus bekerja sama untuk dapat

menyelesaikan tugasnya.19 Jika peserta didik mampu membuat kesimpulan sendiri,

maka dapat melatih kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Ismawati et al. dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures Untuk Meningkatkan Curiosty

Dan Pemahaman Konsep Peserta didik, model pembelajaran CUPs (Conceptual

Understanding Procedures) terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan

curiosity peserta didik SMP pada pelajaran Fisika.20 Sedangkan penelitian yang juga

dilakukan oleh Rita Anggreni et al. dengan judul, Model Pembelajaran Conceptual

Understanding Procedures Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas V SD Gugus VII Kompiang Sujana Denpasar Barat, model pembelajaran

Conceptual Understanding Procedures (CUPs) lebih baik dibandingkan model

konvensional terhadap hasil belajar materi pecahan pada peserta didik kelas V SD.21

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur level kemampuan berpikir tingkat

tinggi peserta didik di MA Mathla’ul Anwar Gisting, dan saat KBM berlangsung

18
Muhammad Sururuddin. “Pengembangan Model Pembelajaran Conceptual Understanding
Pada Mata Pelajaran IPA Tingkat Sekolah Dasar” Jurnal Education, Vol 10 No. 1 (Juni 2015), h. 124.
19
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Pendidik (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), h. 208.
20
Ismawati, Nugroho, Dwijananti, “Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures Untuk Meningkatkan Curiosty Dan Pemahaman Konsep Siswa” Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, Vol. 10 No. 1 (Januari 2014), h. 27.
21
Rita Anggreni, I Gede Meter, I Wayan Wiarta, “Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus
VII Kompiang Sujana Denpasar Barat” Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, (2013), h. 9.
8

menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs),

apakah kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dapat meningkat atau tidak.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran CUPs (Conceptual

Understanding Procedures) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta

Didik Kelas X MA Mathla’ul Anwar Gisting.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan bertanya peserta didik

2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Fisika melalui

kemampuan berpikir tingkat tinggi

3. Kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas

pembelajaran

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka batasan masalah

yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian dibatasi hanya peserta didik kelas X MA Mathla’ul Anwar

Gisting yang terdiri dari dua kelas

2. Untuk mengetahui level kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dengan

soal C4 sampai C6 dalam taksonomi Bloom


9

3. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang akan

dikaji dalam penelitian ini dengan menggunakan penelitian eksperimen pada

materi fluida statis

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran Fisika dengan menggunakan

model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), lebih efektif

terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik?”

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran Fisika dengan menggunakan

model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs), terhadap

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan bermanfaat untuk:

1. Bagi Pendidik

Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang efektif

dalam mencapai level kemampuan berpikir tingkat tinggi


10

2. Bagi Peserta Didik

a. Membantu peserta didik mempermudah dalam menyusun serangkaian

pertanyaan, memecahkan dan menafsirkan yang didasarkan pada konteks

pembelajaran

b. Mendapat pengalaman bekerja sama dalam keompok, toleransi, komunikasi

secara lisan dan tulisan, memecahkan masalah, mengambil keputusan yang

tepat dan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada, dan pengalaman

langsung menerapkan model pembelajaran CUPs (Conceptual Understanding

Procedures) pada KBM Fisika, yang kelak dapat diterapkan dalam mengetahui

level kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai