Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia di dunia pastilah memiliki keistimewaan dan
potensi yang berbeda-beda, yang mana dengan potensi itulah
seseorang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Pada zaman sekarang ini, teknologi dan informasi semakin
berkembang pesat. Hal ini bisa menjadi sarana seseorang untuk
menggali potensi yang ada dalam dirinya. Karena bagaimanapun juga
semakin berkembangnya keadaan, maka akan sangat dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Meningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya bisa
dilakukan melalui jalur pendidikan. Akan tetapi realitanya sekarang
dunia pendidikan seakan-akan dirusak secara perlahan oleh anak
bangsa. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa yang
andaikata mereka diolah dengan baik, maka akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kebanyakan dari remaja
sekarang tidak hanya malas belajar, bahkan mereka tidak memiliki
kebiasaan belajar yang teratur serta tingkat moralitas mereka menurun,
terlebih moralitas islami.1 Kurangnya gairah atau minat ketika belajar
salah satunya disebabkan karena tidak adanya kesadaran dalam diri
untuk belajar. Seperti yang terjadi di SDN No.86 Gorontalo yang mana
terjadi penurunan minat belajar siswa, sehingga berdampak pada
rendahnya pencapaian hasil belajar siswa. Adapun nilai rerata kelas
pada sebagaian mata pelajaran seperti IPA, masih dibawah standar
nilai kelulusan yaitu 68. Sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) adalah 75.2 Keadaan para generasi bangsa seperti ini sedikit
demi sedikit akan merusak citra anak bangsa, serta meluluh lantahkan
kecerdasan dan karakter anak bangsa.
Sebuah pendidikan bisa direalisasikan dengan beberapa cara
seperti, mendirikan sekolah baik yang bersifat formal atau non formal.

1
Rahmah Maulidiah, “Problem Malas Belajar Pada Remaja.” Jurnal Tsaqafah,
no. 3 https://ejournal.unida.gontor.ac.id, 130. (26 September 2019)
2
Dewi Hastaty Lanusi, “Penerapan Kelas Digital Edmodo Untuk Meningkatkan
Minat Belajar Dan Hasil Belajar Siswa” GTK Dikdas Vol. 2, No. 1, Mei 2018 E-ISSN:
2746-052

1
Dengan adanya sekolah, mereka akan melakukan aktivitas belajar
lantas menemukan pengalaman atau hal-hal yang baru. Akan tetapi
kurangnya gairah pelajar akan belajar saat ini menjadi PR yang harus
segera dituntaskan. Maka sebagai salah satu upaya untuk
menuntaskannya adalah dengan memberikan pemahaman akan
pentingnya belajar. Adapun cara untuk menanamkan pemahaman akan
pentingnya belajar salah satunya dengan cara bermuḥāsabah
(intropeksi diri). Dengan muḥāsabah, seseorang yang lalai akan
kewajibannya akan menyadarinya. Karena dalam praktek ini seseorang
dituntut untuk mengoreksi atas ama-amal yang akan, sedang, dan yang
telah dikerjakan. Apakah sudah sesuai pada jalur yang telah di tentukan
atau belum. Remaja yang sadar akan pentingnya pendidikan terutama
belajar, dia pasti akan berusaha untuk melaksanakannya, lalu
mengembangkan dan meningkatkannya. Oleh karenanya, perlu
memberikan kesadaran kepada remaja melalui muḥāsabah diri.
Muḥāsabah menurut Ima<m al-Ghoza<li adalah proses
mengkalkulasi amal untuk mengetahui kelebihann serta
kekurangannya.3Disamping itu, muḥāsabah juga diartikan sebagai
suatu aktivitas untuk mendapatkan hari esok lebih baik dari pada hari
ini atau untuk mempersiapkan masa depan yang terbaik kelak di
akhirat.4 Adapun konsep muḥāsabah dalam al-Qur’an salah satunya
terdapat pada surah al-H{asyr ayat 18-19

ٌۢ ۟ ۟ ۟
‫ٱَّللٰ ٰخبِيٌ ِِبٰا‬ َّ ‫ت لِغٰ ٍد ۖ ٰوٱتَّ ُقوا‬
َّ ‫ٱَّللٰ ۚ إِ َّن‬ ْ ‫َّم‬
ٰ ‫د‬ ‫ق‬
ٰ ‫ا‬ ‫م‬
َّ ‫س‬‫ف‬ْ ‫ن‬
ٰ ‫ر‬ُ‫ظ‬ ‫ن‬‫ت‬
ْٰ‫ل‬‫و‬ ‫ٱَّلل‬
َّ ‫ا‬ ِ َّ
ٰ ‫ٰٓأَيٰيُّ ٰها ٱلذ‬
ٌ ْ ٰ ٰ ‫ين ءٰ ٰامنُوا ٱتَّ ُقو‬
‫تٰ ْع ٰملُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”5

3
Abu H{a<mid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghoza<li, Ih{ya<
Ulu<middi<n (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 131
Muru’atul Afifah, Irma Nur’Aini “Penerapan Muhasabah Diri untuk
4

Meningkatkan Kualitas Akhlak Mahasantri Putri Idia Prenduan” Jurnal Riset Rumpun
Agama dan Filsafat (JURRAFI) Vol.2, No.1 April 2023
5
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, (CV.
Mubarokatan Thoyyibah) (2022) h. 544

2
Muḥāsabah sangatlah penting dilakukan. Karena dengan
bermuḥāsabah seseorang akan sadar kesalahan dan kekurangannya,
serta bisa mengurangi beban hisabnya kelak di akhirat. Sedangkan
seseorang yang meninggalkan bermuḥāsabah, dia akan sulit
mengembangkan potensi dirinya sendiri karena merasa tidak memiliki
kekurangan dan kesalahan serta akan terbebani di akhirat karena
hisabnya. Diantara tujuan dari pelaksanaan muḥāsabah adalah untuk
menyadarkan seseorang akan kewajiban-kewajiban atas mereka
terutama kewajiban belajar, agar mereka mau memperbaiki belajarnya
dan mengembangkannya. Sedangkan tujuan lainnya yakni,
menjernihkan pemikiran, menumbuhkan semangat dalam beraktivitas
dan mengembangkan potensi diri, mengurangi hisab amal buruk kelak
di akhirat, mengetahui aib sendiri sehingga terhindar dari sifat ujub,
dan takabur, dan meraih ketenangan jiwa. Melalui proses ini,
seseorang akan lebih mengenal dirinya dan menyadari kemampuan
serta batasan yang dimilikinya. Sehingga, ia akan dengan mudah
termotivasi untuk memperbaiki serta mengembangkan potensi yang
ada.6 Di dalam agama islam, praktek muḥāsabah sangat dianjurkan.
Menurut H{a<ris ibn Asad muḥāsabah merupakan salah satu landasan
ketaqwaan seseorang.

ِ َّ‫أٰصل الط‬: "‫ث بن أٰس ٍد‬


ُ‫اسبٰة‬
ٰ ٰ‫ٰص ُل التَّ ْق ٰوى ُُم‬
ْ ‫ ٰوأ‬،‫ٰص ُل الْ ٰوٰرِع التَّ ْق ٰوى‬
ْ ‫اعة الْ ٰوٰرعُ ٰوأ‬
ٰ ُْ ٰ ُ ْ ُ ‫اْلٰا ِر‬
ْ ‫ال‬ٰ ٰ‫ق‬
ِ ‫النَّ ْف‬
‫س‬
“al-H{aris Ibn Asad berkata: Pokok dari ket}aatan adalah
wara’, pokok dari wara’ adalah taqwa, dan pokok dari taqwa adalah
muḥāsabah an-nafsi”.7
Tidak hanya itu, disamping adanya usaha menyadarkan
seseorang akan pentingnya belajar, perlu juga adanya upaya untuk
mengembangkan motivasi belajar. Mengapa seseorang itu harus
memiliki motivasi belajar? Hal ini dikarenakan adanya motivasi
belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga seseorang
terdorong untuk belajar. Diantara hadits yang menyinggung tentang
keutamaan belajar adalah:

6
Ninda Nurhasanah, “Peran Muhasabah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
(Studi Kasus Santri di Pondok Pesantren Darul Hikmah Cisauk Tanggerang Banten”
(2022)
7
Abu Nuaim Ahmad bin Abdillah bin Ahmad al- As}baha<ni, Hilya al-Auliya’ (10/
76) Maktabah Syamilah

3
‫اْلٰن َِّة‬ َّ ‫س فِ ِيه ِعلْ ًما ٰس َّه ٰل‬
ْ ‫اَّللُ لٰهُ بِِه طٰ ِري ًقا إِ َٰل‬ ِ ِ ٰ ٰ‫ٰوٰم ْن ٰسل‬
ُ ‫ك طٰري ًقا يٰلْتٰم‬
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)8
Istilah belajar dalam Islam sering disebut dengan menuntut
ilmu (T{alab al-’Ilm). Syekh Abi al-Abba<s Ahmad bin Ahmad bin
Muhammad bin I<sa< Zarru<q juga menjelaskan pentingnya belajar
“Tidak ada ilmu kecuali dengan belajar yang berdasarkan syariat.”9
Dengan belajar, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi dirinya. Bagaimanapun juga salah satu cara untuk bisa
meraih gelar insan kamil serta bermanfaat bagi orang lain seseorang
itu harus berilmu, sedangkan ilmu itu diperoleh dengan cara belajar.
Lantas bagaimana seseorang itu bisa mendapatkan ilmu jika dia tidak
mau belajar? Pendapat ini selaras dengan salah satu kutipan hadis yang
dipaparkan oleh Rasulullah, SAW. yang berbunyi
ِ ِ
ٰ ‫َّعلُِّم ٰوإََِّّناٰ اْللْ ُم ِِبلت‬
‫َّحلُِّم‬ ٰ ‫إََِّّنٰا العلْ ُم ِِبلت‬
“Ilmu itu diperoleh dengan belajar, sedangkan bijaksana itu
dengan berlaku bijaksana.”10
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫َّاس امل ْؤِمن‬
ِ
ُ‫ِن ٰعْنهُ أٰ ْغ َٰن نٰ ْف ٰسه‬ ٰ ُ ُ ِ ‫ض ُل الن‬
ٰ ‫العاِلُ الذي إ ْن اُ ْحتْي ٰج إ ْليه نٰ ٰف ٰع ٰوإ ْن اُ ْستُ ْغ‬ ٰ ْ‫أٰف‬
“Paling utamanya manusia adalah orang mukmin yang ‘alim
(berilmu) yang jika ia dibutuhkan maka ia bermanfaat, dan jika ia
tidak dibutuhkan maka ia mencukupkan diri”. (HR. al-Baihaqi)11
Meninjau pemaparan sekilas tentang pentingnya muḥāsabah
dan belajar, maka bisa dikatakan jika praktek muḥāsabah yang menjadi
salah satu upaya menyadarkan seseorang tentang pentingnya belajar
dilakukan dengan baik, maka hasilnya seseorang akan tergerak untuk
memperbaiki kualitas belajarnya dan berusaha meningkatkannya. Dan
jika praktek ini senantiasa dilakukan, akan berdampak memberikan

8
Ima<m Muslim bin al-Hajjaj S}oh{i<h Muslim (Maktabah Syamilah)
9
Syekh Abi< al-Abba<s Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin I<sa< Zarru<q, Qowa<id
at-Tasawwuf (Beirut: DKI) h.31
10
Abu al-H{asan Ali bin Ismail al-Asy’ari al-Iba<nah an Us}ul ad-Diyanah
(Maktabah Syamilah)
11
As-Safiri, al-Majlis al-Wa’diyyah fi as-Syarhi al-Aha<dith Khoiril Bariyyah min
S}ohih al-Ima<m al-Bukhori (Maktabah Syamilah)

4
kebaikan baik di dunia ataupun di akhirat. Oleh karena itu penting bagi
kita untuk memahami hakikat dari muḥāsabah itu sendiri.
Muḥāsabah sendiri merupakan salah satu bidang kajian yang
dikaji oleh beberapa ulama, sepertihalnya al-Ghoza<li. Bahkan al-
Ghoza<li menaruh perhatian serius tentang muḥāsabah. Jika ditinjau
dari beberapa manfaat yang diperoleh dari muḥāsabah, maka bisa
ditarik benang merah sementara bahwa, muḥāsabah adalah salah satu
sarana untuk menjadikan diri lebih baik lagi dari yang sebelumnya
serta sarana untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
bermodalkan ama-amal yang baik yang berlandaskan syariat. Dari
pemaparan yang telah peneliti sampaikan, maka peneliti tertarik untuk
mengupas konsep muḥāsabah dengan judul “MUH{A<SABAH
PERSPEKTIF IMA<M AL-GHOZA<LI SEBAGAI SARANA
PENGEMBANGAN MOTIVASI BELAJAR”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang ada, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana konsep muḥāsabah Ima<m al-Ghoza<li
2. Bagaimana hubungan antara muḥāsabah dengan
pengembangan motivasi belajar

C. Batasan Masalah
Di dalam sebuah penelitian haruslah ada batasan masalah
yang ditentukan, agar pembahasan yang dipaparkan tidak melebar
dan tetap fokus pada bidang kajian yang diteliti. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah dengan hanya
meneliti konsep muḥāsabahnya Ima<m al-Ghoza<li yang dijadikan
salah satu sarana pengembangan motivasi belajar, dan hanya
menampilkan beberapa teori dari para tokoh sebagai bahan
penunjang.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep muḥāsabah Ima<m al-Ghoza<li

5
2. Mengetahui hubungan antara muḥāsabah dengan
pengembangan motivasi belajar

E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berharap agar hasil dari
peneletian ini dapat menanggulangi problematika yang ada, bisa
menjadi salah satu kontribusi wawasan keilmuan kepada pihak
yang terkait, serta memberikan manfaat lain yang berupa:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah khazanah keiilmuan islam dan kepenulisan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan
bahan referensi yang berkaitan bagi penelitian lainnya.

2. Manfaat Praktis
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan dijadikan
salah satu kajian tasawwuf bagi Ma’had Aly Darussalam
Blokagung.
b. Peneliti
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan
pengalaman bagi peneliti, baik dari segi kepenulisan atau
keiilmuan.
c. Pembaca
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan
pembaca terkait muḥāsabah sebagai sarana pengembangan
motivasi belajar yang berlandaskan teori Ima<m al-Ghoza<li,
dan bisa dijadikan salah satu rujukan kepenulisan risalah
selanjutnya.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang terkait dengan pokok pembahasan pada
kajian peneliti saat ini mungkin hanya beberapa. Ada beberapa
referensi-referensi baik yang bersifat literature ataupun buku yang
peneliti temukan terkait dengan pokok pembahasan yang diusung
peneliti. Adapun kajian skripsi yang peneliti jadikan bahan kajian
penelitian terdahulu yang relevan antara lain:

6
No JUDUL HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN
1.Gigih Noviardi Muḥāsabah yaitu Persamaannya Penelitiaan ini
Darmawan, melakukan adalah sama- fokus
“Muh}asabah perhitungan atas diri sama membahas
Dalam manusia sendiri. membahas tetang
Perspektif Muḥāsabah menurut tentang muḥāsabah baik
AlQur’an Tafsir Al-Azhar dari muḥāsabah. itu hakikatnya,
(Studi beberapa ayat dalam pembagiaannya,
Terhadap Al-Qur’an dibagi dan manfaatnya,
Tafsir Al-Azhar menjadi tiga yaitu analisis Tafsir
Karya muḥāsabah qablal Al-Azhar Karya
Hamka).12 ‘amal, muḥāsabah Hamka. Dalam
‘indal ‘amal dan penelitian ini
muḥāsabah ba’dal tidak
‘amal. Urgensi menggunakan
muḥāsabah teorinya Ima<m
diantaranya: al-Ghoza<li, dan
mengingatkan tidak
tentang pentingnya menjadikan
menilai diri sendiri muḥāsabah
terlebih dahulu sebagai media
sebelum dinilai oleh apapun.
orang lain dan
sebelum dinilai oleh
Allah SWT.
Menghindarkan dari
sikap sombong,
menyadarkan
manusia untuk
memanfaatkan
waktu dengan baik,
membuahkan rasa
tanggung jawab baik

12
Gigih Noviardi Darmawan, “Muḥāsabah Dalam Perspektif Alqur’an (Studi
Terhadap Tafsir Al-Azhar Karya Hamka)” (Skripsi) Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta (2022)

7
di hadapan Allah
ataupun manusia.

2.Eldi Hari, Efektivitas upaya Persamaannya Dalam


“Konseling penanggulangan adalah sama- penelitian ini
Behavior kemunduran minat sama tidak
dengan Terapi belajar siswa SMPN membahas menggunakan
Muḥāsabah 2 Keruak, dengan konsep muḥāsabah
dalam melaksanakan muḥāsabah yang
Meningkatkan konseling behavior yang berlandaskan
Motivasi dan terapi dijadiakan teorinya Ima<m
Belajar Siswa muḥāsabah diri pada salah satu al-Ghoza<li
upaya
Berprestasi beberapa siswa yang
meningkatkan
Rendah di berprestasi rendah
motivasi
SMPN 2 untuk meningkatkan
belajar siswa.
Keruak”13 motivasi belajar
siwa. Dalam terapi
muḥāsabah konseli
harus benar-benar
meresapi makna dari
sebuah
pengintropeksiandiri
dan mengingat
kebesaran Allah.

3.Sunarti Motivasi merupakan Persamaannya Dalam


Rahman salah satu faktor adalah sama- penelitian ini
“Pentingnya yang mempengaruhi sama mengkaji tidak mengkaji
Motivasi keberhasilan siswa. motivasi muḥāsabah
Belajar Dalam Motivasi dapat belajar sebagai salah
Meningkatkan berfungsi sebagai satu uapaya
pendorong agar yang bisa
siswa mau belajar. digunakan
Seseorang akan meningkatkan
melakukan suatu motivasi

13
Eldi Hari, “Konseling Behavior dengan Terapi Muḥāsabah dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Berprestasi Rendah di SMPN 2 Keruak” (Skripsi) Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, 2021

8
Hasil kegiatan karena ada belajar. Dan
Belajar”14 motivasi dalam penelitian ini
dirinya. Adanya tidak memakai
motivasi yang tinggi landasan teori
dalam belajar akan dari Ima<m al-
mencapai hasil yang Ghoza<li,
optimal. sedangkan
penelitiaan
Menurut hasil
yang dikaji
penelitian melalui
peneliti saat ini
observasi langsung,
itu
bahwa kebanyakan
berlandaskan
siswa yang besar
teori dari Ima<m
motivasinya akan
al-Ghoza<li.
giat berusaha, tidak
mau menyerah
untuk meningkatkan
hasil belajar serta
memecahkan
masalah yang
dihadapinya.
Sebaliknya mereka
yang memiliki
motivasi rendah,
tampak acuh tak
acuh, mudah putus
asa, yang akibatnya
siswa akan
mengalami kesulitan
belajar.

4.Reza Dwi Keberhasilan Persamaannya Dalam


Wanda, implementasi adala sama- peneletian ini
“Implementasi muḥāsabah yang sama tidak memakai
muḥāsabah diri dilakukan baik menjadikan teori dari Ima<m
dalam sebelum dan muḥāsabah al-Ghoza<li,
pengembangan sesudah melakukan sebagai upaya sedangkan

14
Sunarti Rahman “Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar” Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Dasar “Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0”

9
motivasi kegiatan belajar pengembangan kajian
belajar siswa mengajar pada mata motivasi penelitian yang
pada mata pelajran pendidikan belajar dikaji peneliti
pelajaran agama islam dan saat ini itu
pendidikan budi pekerti. memakai
agama islam Sebagian dari landasan
dan budi keberhasilannya teorinya Ima<m
pekerti di smp yaitu siswa mampu al-Ghoza<li.
muhammadiyah memahami dibalaik Dalam
1 genteng tahun materi ajar yang penelitiaan ini
pelajaran diterima dalam juga terbatas
2019/2020”15 kehidupan sehari- pada
hari melalui Tanya pengembangan
jawab motivasi belajar
di SMP
Muhammadiyah
1 Genteng
5.Yulya Syafitri Pelaksanaan terapi Persamaanya Dalam
“Terapi muḥāsabah sebagai sam-sama penelitian ini
Muḥāsabah sarana menjadikan m tidak memakai
Untuk meningkatkan muḥāsabah landasan
Meningkatkan motivasi belajar sebagai sarana teorinya Ima<m
Motivasi santri Pondok untuk al-Ghoza<li,
Belajar Pesantren Ittihadil meningkatkan sedangkan
Ummah di awali motivasi kajian yang
Santri Pondok dengan perencanaan belajar. dikaji peneliti
Pesantren pemberian terapi, saat ini
Ittihadil kemudian memakai
Ummah pelaksanaan terapi landasan
Karang Anyar yang bertujuan teorinya Ima<m
Pagesangan untuk mengevaluasi al-Ghoza<li.
Timur diri sendiri. Dalam Dalam
Mataram” 16 hal ini santri penelitiaan ini
memperbaiki dan juga terbatas

15
Reza Dwi Wanda, “Implementasi Muḥāsabah diri dalam pengembangan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti di
smp muhammadiyah 1 genteng tahun pelajaran 2019/2020” (Skripsi) Fakultas Tarbiyah
Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember 2020
16
Yulya Syafitri “Terapi Muḥāsabah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri
Pondok Pesantren Ittihadil Ummah Karang AnyarPagesangan Timur Mataram” (Skripsi)
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Mataram Mataram (2021)

10
membenahi diri agar pada
lebih baik dari pengembangan
sebelumnya saat motivasi belajar
belajar sehingga hal santri Pondok
itu bisa membantu Pesantren
santri untuk Ummah Karang
meningkatkan Anyar
motivasi belajar Pagesangan
santri dari Timur, Mataram
sebelumnya.

G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada kajian ini pada dasarnya mencakup 3
komponen utama, yaitu:
1. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian ditinjau dari segi sumber data dan penelitian
dibagi menjadi penelitian kepustakaan (library research) dan
penelitian lapangan (field research). Dalam kajian ini peneliti
memakai bentuk penelitiaan kepustakaan (library research). Di dalam
riset pustaka, penelusuran dapat memanfaatkan sumber perpustakaan
untuk memperoleh data. Adapun ciri utama studi kepustakaan sebagai
berikut:17Pertama peneliti berhadapan langsung dengan teks atau data
angka bukan dengan pengetahuan dari lapangan. Kedua data pustaka
bersifat ‘siap pakai’. Dalam hal ini peneliti hanya harus berhadapan
dengan bahan sumber yang sudah tersedia. Ketiga, data pustaka umum
merupakan sumber sekunder, dalam artian penelitian dari tangan
kedua atau bahkan tangan ketangan bukan data orisinil dari pihak
pertama. Akan tetapi data pustaka juga bisa menjadi data primer ketika
ditulis oleh tangan pertama. Keempat, kondisi data pustaka tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya, data pustaka bersifat informasi
statik, tetap dan tidak akan berubah.
Dalam penilitian kali ini, peneliti akan menggali sumber data
baik sumber data primer ataupun sekunder terkait konsep

17
Mestika zed, Metode Penelitiaan Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan obor
Indonesia, 2004), h.4

11
muḥāsabahnya Ima<m al-Ghoza<li sebagai sarana pengembangan
motivasi belajar dari beberapa karya Ima<m al-Ghoza<li. Diantara
karyanya yang peneliti jadikan salah satu sumber rujukan adalah kitab
Ih{ya< al-Ulumiddi<n, Mursyid al-Amin, H{aqo<iq an at-Tasawwuf,
Bidayah al-Hidayah,serta ditunjang dengan dengan literatur lainnya
seperti kitab Ta’li<m wa Muta’allim, Qowa<id at-Tasawuf, Mana<zil as-
Sa<iri<n, jurnal, skripsi, dan buku yang berkaitan dengan konsep
muḥāsabahnya Ima<m al-Ghoza<li.
Jika ditelaah dari segi perspektif analisisnya, peneliti
menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif yang mana
penelitiaannya berhubungan dengan data bukan angka,
mengumpulkan data, serta menganalisis data yang bersifat naratif.18
Sedangkan jika ditelaah dari segi perspektif tujuan penyelenggaraan,
peneliti menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan
gambaran yang lebih detail tentang suatu gejala.19

2. Pengorganisasian Data
Pengorganisasian data dalam penelitian ini adalah dengan
memindahkan sumber data primer dan sekunder. Berhubung
penelitian ini memakai penelitian pustaka, maka setelah
mengumpulkan data, peneliti menyajikan data yang ada ke dalam
beberapa kalimat dan mengolahnya berdasarkan rumusan dan
batasan masalah yang telah ditentukan.

3. Analisis Data
Dalam penelitian konsep muḥāsabah ini, peneliti menggunakan
teknik analisis data sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Langkah awal yang diambil peneliti adalah
mengumpulkan sumber data, baik yang berupa sumber data
primer yakni sumber data yang diperoleh dari beberapa karangan
Ima<m al-Ghoza<li, ataupun sumber data sekunder yang diperoleh
dari tokoh-tokoh lain yang mengusung konsep muh{a<sabah, dan
berbagai jurnal, skripsi, buku-buku yang mengkaji tentang
muḥāsabah.

b. Reduksi Data

18
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif” (Bandung: ALFABETA) 2022
19
Pedoman Penulisan Risalah Ilmiyyah, Ma’had Aly Darussalam Blokagung

12
Langkah kedua adalah reduksi atau pemilihan data.
Mengingat sumber data yang cukup banyak, maka peneliti perlu
memilah data yang dapat dijangkau dengan tujuan agar fokus
penelitian tetap terjaga, sehingga tidak rancu dan bisa
memberikan gambaran secara gamblang terkait konsep
muḥāsabahnya Ima<m al-Ghoza<li.

c. Penyajian Data
Setelah data dipilah, langkah selanjutnya adalah
menyajikan data melalui teks naratif dengan baik agar mudah
dipahami pembaca.

d. Kesimpulan
Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah menarik
benang merah atau sebuah kesimpulan terkait muḥāsabah sebagai
sarana pengembangan motivasi belajar analisis Ima<m al-Ghoza<li
berdasarkan kajian yang telah dipaparkan

H. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti membagi pemaparan kajian
dalam lima bab. Adapun pembagian kelima bab ini sebagai berikut:
Bagian awal berisikan tentang pendahuluan yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metode
penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan.
Bagian kedua berisikan tentang kajian teori dan perdebatann
akademik. Dalam bagian ini mencakup penjelasan ruang lingkup
muḥāsabah, ruang lingkup pengembangan, dan ruang lingkup motivasi
belajar.
Bagian ketiga berisikan tentang gambaran umum objek
penelitian. Dalam bab ini akan menguraikan tentang biografi Imam al-
Ghozali
Bagian keempat berisikan tentang uraian penelitian. Dalam
bagian ini akan menguraikan tentang hakikat dan keutamaan
muḥāsabah menurut Ima<m al-Ghoza<li, dan muḥāsabah sebagai sarana
pengembangan motivasi belajar.

13
Bagian kelima berisikan tentang penutup yang meliputi
kesimpulan, saran-saran, kata penutup, daftar pustaka, lampiran-
lampiran, dann terakhir adalah biografi peneliti.

14
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Ruang Lingkup Muḥāsabah


1. Pengertian Muḥāsabah
Kehidupan manusia pastilah berputar. Dan semuanya itu tak luput
dari mega konsep takdir Allah yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Manusia itu seperti halnya wayang yang dikendalikan oleh dalang.
Bergerak kesana kemari atas kendali dari dalang. Sudah sepatutnya
wayang tunduk kepada dalang, begitu juga dengan manusia harus tunduk
kepada Allah dan takdir-takdir-Nya. Allah menciptakan manusia semata-
mata untuk beribadah kepada-Nya, bukan untuk bersenang-senang di
bumi-Nya. Allah ciptakan bumi sebagai wadah atau sarana manusia untuk
beribadah kepada-Nya. Allah berfirman

‫س اَِّْل لِيٰ ْعبُ ُد ْون‬ ِ ِْ ‫وما خلٰ ْقت‬


ٰ ْ‫اْل َّن ٰو ْاْلن‬ ُ ٰ ٰٰ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS: Az-Zariyat. 56)20

Allah adalah dhat Yang Maha Berkuasa, dan semua makhluk berada di
dalam genggaman kekuasaan-Nya. Sehingga mereka harus tunduk pada
perintah dan larangan-Nya, merendahkan diri, dan menerima segala takdir
yang telah ditentukan. Oleh karenanya, hendaknya manusia haruslah
memiliki kesadaran akan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah,
agar mereka tidak lalai atau ceroboh akan kewajibannya, dan agar dengan
amal-amal ibadah yang mereka kerjakan itu bisa menjadi bekal kelak di
kehidupan akhirat. Karena susah atau senangnya kehidupan akhirat
tergantung amal-amal yang dikerjakan. Apakah amalnya sesuai dengan
dengan yang diperintahkan Allah atau malah melanggar aturan Allah.
Semakin banyak manusia bermaksiat, semakin banyak pula mereka
memupuk kesengsaraan di akhirat, dan sebaliknya. Menyikapi hal ini,
dibutuhkanlah adanya muḥāsabah (intropeksi diri) dengan tujuan
menyadarkan manusia akan kewajiban-kewajibannya.

al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, (Kudus:


20

CV. Mubarokatan Thoyyibah) h. 522

15
Muḥāsabah secara etimologi kamus arab-indonesia berasal dari
kata ً‫اسبٰة‬ ِ
ٰ ٰ‫ ُُم‬- ‫ب‬
ُ ‫ب – ُُيٰاس‬
ٰ ‫اس‬
ٰ ‫ ٰح‬yang berarti menghitung. Dalam Kamus Besar
21

Bahasa Indonesia muḥāsabah diartikan sebagai introspeksi, mawas diri,


atau koreksi diri.22 Sedangkan secara terminologi syariah, muḥāsabah
merupakan sebuah upaya untuk mengevaluasi diri terhadap setiap
kebaikan dan keburukan beserta semua aspeknya, meliputi hubungan
seorang hamba dan Allah begitu juga sebaliknya23. Konsep muḥāsabah di
dalam al-Qur’an dijelaskan pada Surat al-H{asr ayat 18

‫اَّللٰ ٰخبِ ْيٌ ِِبٰا تٰ ْع ٰملُ ْو ٰن‬ ِ ٓ ‫ٓأٰيٰيُّها الَّ ِذين آمنوا اتَّقوا ٓاَّلل ولْت نظُر ن ْفس َّما قٰدَّمت لِغ ٍۚد واتَّقوا‬
ٰٓ ‫اَّللٰ ۗ ا َّن‬
ٰ ُ ٰ ٰ ْ ٰ ٌ ٰ ْ ْ ٰ ٰ ٰٰ ُ ُ ٰ ٰ ْ ٰ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”24

Muḥāsabah merupakan salah satu metode untuk menjadikan diri


lebih baik lagi. Karena dalam praktek ini seseorang akan lebih
mempertimbangakan apa yang akan diperbuatnya, memikirkan apa
akibatnya, menyadari segala kekurangannya, dan menyadari akan
kesalahan yang diperbuat sehingga mau berusaha membenahinya.
Ditinjau dari arti etimologi muḥāsabah yang berarti menghitung,
muḥāsabah juga bisa diartikan sebagai upaya menghitung atau
menghisab amal sebelum kelak dihisab oleh Allah. Sayyidina<> Umar bin
Khattab pernah berkata:

‫اب يٰ ْوٰم الْ ِقيٰ ٰام ِة‬ ِْ ‫ف‬


ُ ‫اْل ٰس‬ ِ ‫اسبُ ْوا ٰوتٰ ٰزيَّنُ ْوا لِْل ٰع ْر‬
ُّ ‫ض األٰ ْك َِٰب ٰوإََِّّنٰا َِٰي‬ ِ
ٰ ٰ‫ٰحاسبُوا أٰنْ ُف ٰس ُك ْم قٰ ْب ٰل أٰ ْن ُُت‬
‫ب نٰ ْف ٰسهُ ِِف الدُّنْيٰا‬ ٰ ‫اس‬ ٰ ‫ٰعلٰى ٰم ْن ٰح‬

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan


berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar

21
Taufi<qul H{a<kim Kamus at-Taufi<q (Arab – Jawa – Indonesia) (Jepara: Al-Falah
Offset, 2004)
22
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/muhasabah
23
Wiwit, Muḥāsabah (Deepublish:2020) h. 20
24
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, (CV.
Mubarokatan Thoyyibah) h.544

16
(hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan
hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di
dunia.”25

Ungkapan Sayyidina Umar seakan menjadi sebuah wejangan bagi


manusia agar sering menghitung atau menghisab amal-amal yang telah
dilakukan, dan mempersiapkan amal-amal yang akan dilakukan yang
sesuai dengan syariat Allah agar kelak hisab Allah atasnya menjadi
ringan. Ima<m al-Ghoza<li juga menganjurkan untuk bermuḥāsabah atas
segala perbuatan, baik yang dilakukan di hati atau anggota badan dalam
setiap waktu. Beliau juga mengutip sebuah hadis

, ُ‫اج ْي فِْي ٰها ٰربَّه‬


ِ ٰ‫ ساعةٌ ي ن‬:‫ات‬
ُ ٰ ٰ
ٍ ‫ينبغِي لِلعاقِل ما ِٰل ي ُكن مغْلُوِب علٰى ع ْقلِ ِه اٰ ْن ي ُكو ٰن لٰه اٰربع ساع‬
ٰ ٰ ُ ْٰ ُ ْ ٰ ٰ ٰ ًْ ٰ ْ ٰ ْ ٰ ٰ ٰٰ
‫اجتِ ِه ِم ٰن‬ ِ ِ ِ َّ ِ ‫اس‬ ِ
ٰ ٰ‫اعةٌ َٰيْلُوا فْي ٰها ْل‬
ٰ ‫ ٰو ٰس‬,‫صنْ ِع هللا ٰعَّز ٰو ٰج َّل‬ ْ ِ ‫اعةٌ يٰتٰ ٰفك ُر‬
ُ ‫ِف‬ ٰ ‫ ٰو ٰس‬, ُ‫ب ف ٰيها نٰ ْف ٰسه‬
ُ ٰ‫اعةٌ ُُي‬ ٰ ‫ٰو ٰس‬
ِ ‫املطْ ٰع ِم وامل ْشر‬
‫ب‬ ٰ ٰٰ ٰ
“Orang yang berakal dan dapat mengendalikan akalnya,
seharusnya memilliki empat waktu: pertama, waktu untuk
bermunajat kepada Tuhannya. Kedua, waktu untuk
mengintrospeksi diri. Ketiga, waktu untuk memikirkan ciptaan
Allah. Keempat, waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani
seperti makan dan minum.”26
Ima<m al-Ghoza<li menjelaskan muḥāsabah adalah proses
mengkalkulasi amal untuk mengetahui kelebihann serta
kekurangannya.27 Dalam hal ini Ima<m al-Ghoza<li mentanz}irkan seorang
hamba dengan para pedagang yang selalu meninjau dagangannya di
setiap tahun, bulan, atau bahkan setiap harinya apakah bertambah atau
berkurang. Seorang hamba diibaratkan seperti halnya pedagang, modal
seperti halnya amalan-amalan fard}u, keuntungan seperti halnya amalan-
amalan sunah, dan kerugian seperti halnya maksiat. Langkah awal adalah
dengan meninjau amaliyah fard}unya (modal), apakah telah terpenuhi
atau belum. Jika sudah terpenuhi, maka ia bersyukur kepada Allah dan
akan melakukan hal yang sama, jika terlewat maka ia meng-qad}a, dan
jika ditunaikan secara kurang sempurna maka ia akan menutupinya
dengan amalan sunah, jika melakukan maksiat maka ia akan memberi

25
Al-H{a<rith al-Muh{a<sibi, Risa<lah al-Mustarsyidi<n (Maktabah Syamilah)
26
Ima<m Abu H{am < id Muhammad al-Ghoza< li, Mursyid al-Amin (Beirut: DKI) h.
267
27
Abu H{a<mid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghoza<li, Ih{ya<
Ulu<middi<n (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 131

17
hukuman dan celaan terhadap dirinya sebagai bentuk koreksi atas
kesalannya.28
2. Macam-macam Muḥāsabah
Terkait macam-macam muḥāsabah, ada beberapa pendapat dari
beberapa tokoh, diantaranya:
a. Ima<m al-Ghoza<li
Ima<m al-Ghoza<li membagi muḥāsabah menjadai dua bagian.
Muḥāsabah yang dilakukan sebelum beramal dan muḥāsabah setelah
beramal.
َّ ‫ ٰو ْاعلٰ ُم ْوا أ‬:‫ قٰ ٰال هللاُ تٰ ٰع ٰال‬.‫َّح ِذيْ ِر‬
‫ٰن‬ ِ
ْ ‫احملُاٰ ٰسبٰةُ َٰت ٰرًة تٰ ُك ْو ُن بٰ ْع ٰد اْ ٰلع ٰم ِل ٰو َٰت ٰرًة قٰ ْب لٰهُ للت‬
ِ ِ ‫هللا ي علٰم ما‬
ُ‫اح ٰذ ُرْوه‬
ْ ٰ‫ِف أٰنْ ُفس ُك ْم ف‬ ْ ٰ ُ ْٰ ٰ
“Muḥāsabah itu adakalanya setelah amal dan adakalanya
sebelum amal. Allah berfirman “Ketahuilah bahwa Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-
Nya”29

Pertama, muḥāsabah yang dilakukan sebelum beramal. Muḥāsabah


ini bertujuan untuk merencanakan melakukan amal-amal baik serta
menjauhi keburukan. Kedua, muḥāsabah yang dilakukan setelah
beramal, yang mana hal ini bertujuan untuk mengoreksi semua
perbuatan yang telah dikerjakannya baik diam dan geraknya.

3. Urgensi Muḥāsabah
Dalam kehidupan sehari-hari ada dua amalan yang melekat pada
diri seorang hamba. Amal baik dan amal buruk, yang mana keduanya
juga ada dua malaikat yang siap siaga mencatat segala amal-amal.
Seorang hamba tak akan bisa lepas dari keduanya, terlebih amal buruk.
Hal ini selaras dengan ungkapan hadis, yakni:

ِ ْ ‫ُك ُّل ب ِِن آدم خطَّاء وخي‬


ٰ ‫اْلٰطَّائ‬
.‫ني الت ََّّوابُو ٰن‬ ُْ ٰ ٰ ٌ ٰ ٰ ٰ ٰ

28
al-Ghoza<li, Ih{ya< Ulu<middi<n,…(Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 165
29
al-Ghoza<li, Ih{ya< Ulu<middi<n,… (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 131

18
“Setiap manusia memiliki kesalahan. Orang bersalah yang
paling baik adalah orang yang bertaubat.” (H.R Tirmidzi
dan Ibn Majjah)30

Muḥāsabah sangatlah penting. Muḥāsabah bagaikan alarm


yang akan membangunkan seseorang kala tidur. Begitu juga
muḥāsabah. Muḥāsabah akan membangunkan dan menyadarkan
seorang hamba akan kelalaian dan kesalahan yang dia perbuat agar
segera sadar dari hal tersebut. Seorang hamba yang meninggalkan
muḥāsabah, bertindak seenaknya tanpa memikirkan akibatnya, dan
tidak berusaha memperbaiki amal-amal buruk yang dia lakukan, maka
secara perlahan dia akan terjerumus dalam lembah kehancuran.
Sebaliknya, seorang hamba yang sering bermuḥāsabah diri, secara
tidak langsung mengurangi hisab amal buruk kelak di akhirat.
Sebagaimana yang dikatakan Ima<m al-Ghoza<li “Barang siapa yang
menghisab dirinya atas perbuatannya, maka kelak di hari akhir akan
ringan kesengsaraannya. Dan barang siapa yang tidak menghisab
perbuatannya, maka senantiasa dalam kesengsaraan.”31
Ahmad Zarru<q dalam kitabnya Qowa<’id at-Tasawwuf
menyatakan “Senantiasa melakukan muḥāsabah menyebabkan
adanya upaya mencela nafsu. Sedangkan lalai melakukan muḥāsabah
(intropeksi diri) terhadap jiwa merupakan pertanda rid}a akan nafsu
dan membuatnya menjadi tidak terkendali. Serta kelengahan untuk
menegasinya membuatnya akan mengikuti segala hawa nafsunya.
Mengekangnya akan membuatnya memberontak.”32 Oleh karenanya,
seorang hamba itu harus terus menerus bermuḥāsabah diri agar tetap
berada pada jalur kebenaran.

4. Waktu-Waktu Muḥāsabah
Mengenai waktu-waktu yang bisa digunakan untuk
muḥāsabah, ada beberapa tokoh yanga menyinggungnya, diantaranya:
a. Ima<m al-Ghoza<li
Ima<m al-Ghoza<li menjelaskan ada dua waktu yang yang
sekiranya tepat untuk melakukan muḥāsabah. Yakni di awal waktu
dan di akhir waktu. Hal ini beliau jelaskan dalm kitab Ihya’<

30
Ibnu H{ajar al-Asqola<ni<, Bulu<ghul Mara<m min Adilah al-Ah{ka<m (Surabaya: Nur
Huda) h. 335
31
al-Ghoza<li, Mursyid al-Amin,… h. 266
32
Abi< al-Abba<s Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin I<sa< Zarru<q, Qowa<id at-
Tasawwuf (Beirut: DKI), h. 134.

19
Ulumiddi<n. “Ketahuilah, seorang hamba sebagaimana ia memiliki
waktu pada awal hari untuk menentukan syarat yang berat bagi
dirinya sebagai nasihat pada kebenaran seyogianya dipenghujung
hari ia juga memiliki waktu untuk mengadili dirinya serta
berintropeksi diri atas semua gerak maupun diamnya”.33

b. Imam Mawardi
Imam Mawardi menjadikan malam hari untuk bermuḥāsabah
diri. Sebagaimana yang beliau jelaskan “Hendaknya ia membuka
lembaran di malam hari mengenai segala perbuatannya di siang
hari. Karena waktu ini lebih membekas pada ingatan. Jika
perbuatannya di siang hari itu baik, ia akan mengulangnya. Jika
perbuatannya tercela, ia memperbaikinya dan tidak
mengulanginya lagi”.34

5. Cara Muḥāsabah
Ima<m al-Ghoza<li memberikan beberapa cara untuk untuk ber-
muḥāsabah diantaranya:35
1. Bertaubat atas segala ma’siat dengan tabat nasuha
2. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditinggalkan
3. Meminta kehalalan kepada orang lain atas kesalahan diri
4. Memperbaiki hati

Dalam pembahasan lain juga dijelaskan mengenai langkah-


langkah untuk bermuḥāsabah. Adapun langkah-langkanya adalah:36
1. Merasakan pengawasan Allah kepada hamba-Nya dan
2. Mengingat Hari Hisab
3. Mentelaah s}irah Rasulullah, sahabat dan salafus s}alih

6. Manfaat Muḥāsabah
Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari muḥāsabah antara
lain:

33
Al-Ghozali, Ihya’ Ulumiddin,… (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 165
34
Ainul Mardziah Binti Zulkifli Konsep Muhasabah Diri Menurut Imam Al-
Ghazali (Studi Deskriptif Analisis Kitab Ihya’ Ulumiddin),… h.41
35
Al-Ghozali, Ihya’ Ulumiddin,… (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 563
36
Ainul Mardziah Binti Zulkifli Konsep Muhasabah Diri Menurut Imam Al-
Ghazali (Studi Deskriptif Analisis Kitab Ihya’ Ulumiddin… h.36

20
a. Mengurangi hisab amal buruk kelak di akhirat
b. Mengetahui aib sendiri sehingga terhindar dari sifat ujub, dan takabur.
c. Mendekatkan diri pada Allah.
d. Meningkatkan gread (kualitas) diri.
e. Ketenangan jiwa, karena dengan muhasabah mengantarkan seorang
hamba dekat dengan Allah.

B. Ruang Lingkup Pengembangan


1. Pengertian Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengembangan
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengembangkan37.
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS
Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan
bertambah, berubah sempurna38. Sehingga dalam hal ini
pengembangan adalah suatu upaya untuk mengembangkan suatu
perkara baru atau menyempurnakan perkara yang telah ada. Kegiatan
pengembangan meliputi beberapa tahapan. Pertama, perencanaan.
Kedua, pelaksanaan. Ketiga, evaluasi yang diikuti dengan kegiatan
penyempurnaan.39

C. Ruang Lingkup Motivasi Belajar


1. Pengertian Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata motivasi
berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu,
dan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya
atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.40Oleh karenanya,
semakin besar dorongan yang ada, maka semakin besar pula kemauan
seseorang untuk mencapainya.
Pada dasarnya sebuah motivasi itu adakalanya bisa bertambah
dan berkurang. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Motivasi sendiri ditinjau dari segi sumber yang
37
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pengembangan
38
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran (Yogyakarta: PEDAGOGIA,
2012), h. 53
39
Ibid, h. 54
40
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/motivasi

21
menimbulkannya dibagi menjadi dua yaitu, motivasi yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi dalam belajar sangat diperlukan
sebagai uapaya untuk menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran..
Seseorang yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai effort yang
besar untuk belajar. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki
motivasi dia akan cenderung bermalas-malasan dan gagal dalam
pembelajaran.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Adapun terkait faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
dibagi mendaji dua. Adakalanya faktor eksternal dan internal41
a. Faktor Internal

1) Cita-cita. Cita-cita merupakan faktor yang dapat memberikan


semangat serta memberikan tujuan yang jelas dalam belajar.
Cita-cita yang berasal dari diri seseorang akan menimbulkan
keingintahuan yang tinggi untuk menyelidiki dunia yang luas
2) Kemampuan peserta didik. Kemampuan peserta didik seperti
kemampuan intelektual yakni kemampuan yang membuat
individu berkompeten dengan kemahiran berbahasa dan
kegiatan ilmiah.
3) Kondisi peserta didik. Kesehatan jasmani dan rohani yang
sehat akan mendorong pemusatan perhatian dan gairah dalam
belajar.

b. Faktor Eksternal

1) Kondisi lingkungan belajar. Kondisi lingkungan belajar yang


kondusif meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non
sosial.

41
Andika Kurnia Agata, Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Belajar Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang (Skripsi)
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, 2016

22
2) Upaya pengajar dalam mengajarkan peserta didik

3. Pengertian Belajar
Aktivitas belajar sangatlah penting bagi semua orang. Belajar
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.42 Istilah belajar
dalam islam sering disebut dengan menuntut ilmu (T{alab al-’Ilm).
Sedangkang beberapa tokoh yang juga mendefinisikan belajar,
diantaranya:
a. Syekh Muhammad bin Muhammad al-Husain az-Zabidi
Dalam karyanya yakni kitab Ith}af as-Sa<dah al-
Muttaqi<n syarah Ihya<’ Ulumiddi<n mendefinisikan belajar43
ِ ِ ِ ٰ ٰ‫س لِت‬
ٰ ٰ‫َّعلُّ ٰم تٰنْبِْي ُه ٰها لت‬
‫ص ُّوِرٰها‬ َّ ‫اِن ٰك ٰما أ‬
ٰ ‫ٰن الت‬ ْ ‫ص ُّور الْ ٰم ٰع‬ ٰ ‫إِ َّن الت‬
ِ ‫َّعلُّ ٰم ُه ٰو تٰنْبِْيهُ النَّ ْف‬
"Belajar adalah dorongan nafsu untuk menggambarkan
sebuah makna sebagaimana belajar adalah dorongan nafsu
untuk menggambarkan nafsu itu sendiri.”

b. Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid


Dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris beliau
mendenifisikan belajar sebagai berikut:44

‫ث فِْي ٰها تٰ ْغيِ ْ ًيا ٰج ِديْ ًدا‬


ُ ‫خَبةٍ ٰسابِٰق ٍة فٰيٰ ْح ُد‬ ِ ِ ِ ‫إِ َّن التَّعلُّم هو تٰ ْغيِي‬
ٰ ْ ‫ِف ذ ْه ِن الْ ُمتٰ ٰعلِٰم يٰطْٰرأُ ٰعلٰى‬
ْ ٌْ ٰ ُ ٰ ٰ
“Belajar adalah perubahan di dalam diri (jiwa) peserta didik
yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu sehingga
menimbulkan perubahan yang baru”
Belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja yang
dilakukan seseorang dengan tujuan mendapatkan perubahan
kemampuan, yakni dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa.45 Oleh

42
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/belajar
43
Muhammad bin Muhammad al-Husain az-Zabidi, Ith}af as-Sa<dah al-Muttaqi<n
(Beirut: Dki) Juz 1, h. 143
44
Silviana Nur Faizah “Hakikat Belajar Dan Pembelajaran” Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017
45
Regina Ade D “Belajar dan Pembelajaran” (Guepedia: 2020)

23
karena itu ketika seseorang melakukan aktifitas belajar maka akan
berdampak adanya perubahan pada dirinya. perubahan yang berkaitan
dengan penambahan wawasan, ilmu pengetahuan, terbentuknya
kecakapan, dan watak. Syekh Muhammad bin H{asan Ibn Abdillah
menjelaskan tentang keutamaan belajar. Beliau mengatakan
“Belajarlah! Karena ilmu itu merupakan perhiasan bagi
pemiliknya.”46

4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Belajar


Adapun faktor-faktor yang mungkin bisa mempengaruhi
belajar itu dibagi dua, yakni:47
a. Faktor Internal
1) Kesehatan fisik
2) Psikologis (intelegensi, bakat siswa, minat)
3) Motivasi

b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan sosial keluarga
2) Lingkungan fisik sekolah
3) Lingkungan social kelas
Menurut Ima<m al-Ghoza<li untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar, maka seseorang harus memperhatikan beberapa hal. Pertama,
kebersihan hati. Kedua, belajar sesuai dengan kemampuan. Ketiga,
pemahaman akan tujuan dan hubungan antar ilmu.48

46
Burhanuddin Az-Zarnuji Ta’li<m wa Mutallim (…), h.7
47
Azza Salsabila & Puspitasari, “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar” Jurnal Pendidikan dan DakwahVolume 2, Nomor 2,
Mei2020;278-288https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pandawa

24
DAFTAR PUSTAKA

A. Reverensi Kitab:
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an
Kudus, (CV. Mubarokatan Thoyyibah) 2022
Hakim, Taufi<q, Kamus at-Taufi<q (Arab – Jawa – Indonesia)
(Jepara: Al-Falah Offset, 2004)
Al-Ghoza<li, Ih{ya< Ulu<middi<n, Dar al-Minhaj, 2021
Al-Ghoza<li, Mursyid al-Amin (Beirut: DKI)
Az-Zabidi, Muhammad Ith}af as-Sa<dah al-Muttaqi<n Beirut: DKI
Al-Ashbihani, Hilya al-Auliya’ (Maktabah Syamilah)
Zarru<q, I<sa<, Qowa<id at-Tasawwuf, Beirut: DKI
Al-Asqola<ni<, Bulu<ghul Mara<m min Adilah al-Ah{ka<m (Surabaya:
Nur Huda)
Muslim, S{oh{i<h Muslim (Maktabah Syamilah)
al-Muh{a<sibi, Risa<lah al-Mustarsyidi<n (Maktabah Syamilah)
Abu al-H{asan al-Iba<nah an Ushul ad-Diyanah (Maktabah
Syamilah)
As-Safiri al-Majlis al-Wa’diyyah fi as-Syarhi al-Ah{a<dith Khoiril
Bariyyah min S{oh{i<h al-Ima<m al-Bukhori (Maktabah Syamilah)

B. Reverensi Skripi dan Journal


Maulidiah Rahmah, Problem Malas Belajar Pada Remaja. Jurnal
Tsaqafah, no. 3 https://ejournal.unida.gontor.ac.id, 130. (26 September
2019).

25
El Hasyimi, Fayyaz Mumtaz, Upaya Pencegahan Kenakalan
Remaja di Blok Kemped Desa Karangmulya Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu. (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, 2022
Afifah, & Nur’aini, Penerapan Muhasabah Diri untuk
Meningkatkan Kualitas Akhlak Mahasantri Putri Idia Prenduan.
Jurnal Riset Rumpun Agama dan Filsafat (JURRAFI) Vol.2, 2023.
Ninda, Peran Muhasabah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
(Studi Kasus Santri di Pondok Pesantren Darul Hikmah Cisauk
Tanggerang Banten. 2022.
Gigih, Muhasabah Dalam Perspektif Alqur’an (Studi Terhadap
Tafsir Al-Azhar Karya Hamka. (Skripsi) S-1 Institut PTIQ Jakarta,
2022.
Sunarti, Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar. Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo.
Reza, Implementasi muhasabah diri dalam pengembangan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam
dan budi pekerti di smp muhammadiyah 1 genteng tahun pelajaran
2019/2020. S-1 Institut Agama Islam Negeri Jember 2020.
Yulya, Terapi Muhasabah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Santri Pondok Pesantren Ittihadil Ummah Karang AnyarPagesangan
Timur Mataram. S-1 Universitas Islam Negri Mataram Mataram,
2021.
Nur Faizah, Silviana Hakikat Belajar Dan Pembelajaran, Jurnal
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Volume 1, 2017
Andika, Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Belajar . S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang,
2016

26
C. Reverensi Buku

Zed, Mestika, Metode Penelitiaan Kepustakaan, (Jakarta:


Yayasan obor Indonesia, 2004)

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:


ALFABETA) 2022

Pedoman Penulisan Risalah Ilmiyyah, Ma’had Aly Darussalam


Blokagung
Wiwit, Muhasabah (Deepublish:2020)
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, Yogyakarta:
PEDAGOGIA, 2012
Regina Ade D Belajar dan Pembelajaran Guepedia: 2020

27

Anda mungkin juga menyukai