Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia di dunia pastilah memiliki keistimewaan dan
potensi yang berbeda-beda, yang mana dengan potensi itulah
seseorang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Pada zaman sekarang ini, teknologi dan informasi semakin
berkembang pesat. Hal ini bisa menjadi sarana seseorang untuk
menggali potensi yang ada dalam dirinya. Karena bagaimanapun juga
semakin berkembangnya keadaan, maka akan sangat dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Meningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya
bisa dilakukan melalui jalur pendidikan. Akan tetapi realitanya
sekarang dunia pendidikan seakan-akan dirusak secara perlahan oleh
anak bangsa. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa yang
andaikata mereka diolah dengan baik, maka akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kebanyakan dari remaja
sekarang tidak hanya malas belajar, bahkan mereka tidak memiliki
kebiasaan belajar yang teratur serta tingkat moralitas mereka
menurun, terlebih moralitas islami.1 Kurangnya gairah ketika belajar
salah satunya disebabkan karena tidak adanya kesadaran dalam diri
untuk belajar.
Fenomena yang terlihat, kenakalan remaja semakin
meningkat. Adapun data peningkatan kenakalan remaja dari tahun
ketahun diambil dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2013 angka
kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus, sedangkan pada
tahun 2014 jumlahnya mencapai 7007 kasus dan pada tahun 2015
mencapai 7762. Artinya dari tahun 2013-2014 mengalami kenaikan
sekitar 10,7%. Prediksi tahun 2019 mencapai 11685,90 kasus dan
pada tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Maka dalam setiap
tahunnya meningkat sebesar 10,7%.2 Kasus kenakalan remaja

1
Rahmah Maulidiah, “Problem Malas Belajar Pada Remaja.” Jurnal Tsaqafah, no.
3 https://ejournal.unida.gontor.ac.id, 130. (26 September 2019)
2
Fayyaz Mumtaz El Hasymi, “Upaya Pencegahan Kenakalan Remaja di Blok
Kemped Desa Karangmulya Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu” (Skripsi)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon Tahun 2022 M / 1444 H

1
tersebut diantaranya, pencurian, pembunuhan, pergaulan bebas dan
narkoba. Kebanyakan dari mereka melakukan suatu perkara hanya
untuk mengejar kesenangan tanpa memikirkan dampaknya. Keadaan
para generasi bangsa seperti ini sedikit demi sedikit akan merusak
citra anak bangsa serta meluluh lantahkan kecerdasan dan karakter
anak bangsa.
Sebuah pendidikan bisa direalisasikan dengan beberapa cara
seperti, mendirikan sekolah baik yang bersifat formal atau non formal.
Dengan adanya sekolah, mereka akan melakukan aktivitas belajar lantas
menemukan pengalaman atau hal-hal yang baru. Akan tetapi kurangnya
gairah pelajar akan belajar saat ini menjadi PR yang harus segera
dituntaskan. Maka sebagai salah satu upaya untuk menuntaskannya
adalah dengan memberikan pemahaman akan pentingnya belajar.
Adapun cara untuk menanamkan pemahaman akan pentingnya belajar
salah satunya dengan cara bermuḥāsabah (intropeksi diri). Dengan
muḥāsabah, seseorang yang lalai akan kewajibannya akan
menyadarinya. Karena dalam praktek ini seseorang dituntut untuk
mengoreksi atas ama-amal yang akan, sedang, dan yang telah
dikerjakan. Apakah sudah sesuai pada jalur yang telah di tentukan atau
belum. Remaja yang sadar akan pentingnya pendidikan terutama belajar,
dia pasti akan berusaha untuk melaksanakannya, lalu mengembangkan
dan meningkatkannya. Oleh karenanya, perlu memberikan kesadaran
kepada remaja melalui muhasabah diri.
Muḥāsabah menurut Imam al-Ghazali adalah proses
mengkalkulasi amal untuk mengetahui kelebihann serta
3
kekurangannya. Disamping itu, muḥāsabah juga diartikan sebagai suatu
aktivitas untuk mendapatkan hari esok lebih baik dari pada hari ini atau
untuk mempersiapkan masa depan yang terbaik kelak di akhirat. 4
Adapun konsep muḥāsabah dalam al-Qur’an salah satunya terdapat
pada surah al-H{asyr ayat 18-19

‫َٰٓيَأُّيَه ا ٱَّلِذيَن َءاَم ُنو۟ا ٱَّتُقو۟ا ٱلَّلَه َو ْلَتنُظْر َنْف ٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغٍدۖ َو ٱَّتُقو۟ا ٱلَّلَهۚ ِإَّن ٱلَّلَه َخ ِبي‬
‫َمِبا َتْع َم ُلون‬
3
Abu H{a<mid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghoza<li, Ih{ya<
Ulu<middi<n (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 131
4
Muru’atul Afifah, Irma Nur’Aini “Penerapan Muhasabah Diri untuk
Meningkatkan Kualitas Akhlak Mahasantri Putri Idia Prenduan” Jurnal Riset Rumpun
Agama dan Filsafat (JURRAFI) Vol.2, No.1 April 2023

2
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”5
Muḥāsabah sangatlah penting dilakukan. Karena dengan
bermuḥāsabah seseorang akan sadar kesalahan dan kekurangannya,
dan bisa mengurangi beban hisabnya kelak di akhirat. Sedangkan
seseorang yang meninggalkan bermuḥāsabah, dia akan sulit
mengembangkan potensi dirinya sendiri karena merasa tidak
memiliki kekurangan dan kesalahan dan akan terbebani di akhirat
karena hisabnya. Diantara tujuan dari pelaksanaan muḥāsabah adalah
untuk menyadarkan seseorang akan kewajiban-kewajiban atas
mereka terutama kewajiban belajar, agar mereka mau memperbaiki
belajarnya dan mengembangkannya. Sedangkan tujuan lainnya yakni,
menjernihkan pemikiran, menumbuhkan semangat dalam beraktivitas
dan mengembangkan potensi diri, mengurangi hisab amal buruk
kelak di akhirat, mengetahui aib sendiri sehingga terhindar dari sifat
ujub, dan takabur, dan meraih ketenangan jiwa. Melalui proses ini,
seseorang akan lebih mengenal dirinya dan menyadari kemampuan
serta batasan yang dimilikinya. Sehingga, ia akan dengan mudah
termotivasi untuk memperbaiki serta mengembangkan potensi yang
ada.6 Di dalam agama islam, praktek muḥāsabah sangat dianjurkan.
Menurut Haris ibn Asad muḥāsabah merupakan salah satu landasan
ketaqwaan seseorang.

‫ َو َأْص ُل الَّتْق َو ى‬،‫ "َأْص ُل الَّطاَع ِة اْل َوَر ُع َو َأْص ُل اْل َوَر ِع الَّتْق َو ى‬: ‫َق اَل اَحْلاِر ُث ْبُن َأَس ٍد‬
‫َحُماَسَبُة الَّنْف ِس‬
“al-Haris Ibn Asad berkata: Pokok dari ket}aatan adalah
wara’, pokok dari wara’ adalah taqwa, dan pokok dari taqwa adalah
muḥāsabah an-nafsi”.7

5
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, (CV.
Mubarokatan Thoyyibah) (2022) h. 544
6
Ninda Nurhasanah, “Peran Muhasabah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
(Studi Kasus Santri di Pondok Pesantren Darul Hikmah Cisauk Tanggerang Banten”
(2022)
7
Abu Nuaim Ahmad bin Abdillah bin Ahmad al- As}baha<ni, Hilya al-Auliya’ (10/
76) Maktabah Syamilah

3
Tidak hanya itu, disamping adanya usaha menyadarkan
seseorang akan pentingnya belajar, perlu juga adanya upaya untuk
mengembangkan motivasi belajar. Mengapa seseorang itu harus
memiliki motivasi belajar? Hal ini dikarenakan adanya motivasi
belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga seseorang
terdorong untuk belajar. Diantara hadits yang menyinggung tentang
pentingnya mencari ilmu adalah:

‫َلَك َطِر يًق ا ْلَتِم ِفيِه ِعْل ا َّه الَّل َل ِبِه َطِر يًق ا ِإىَل ا َّنِة‬
‫َجْل‬ ‫ًم َس َل ُه ُه‬ ‫َي ُس‬ ‫َو َمْن َس‬
Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim)8
Istilah belajar dalam Islam sering disebut dengan menuntut
ilmu (T{alab al-’Ilm). Syekh Abi al-Abas Ahmad bin Ahmad bin
Muhammad bin Isa Zaruq juga menjelaskan pentingnya belajar
“Tidak ada ilmu kecuali dengan belajar yang berdasarkan syariat.” 9
Dengan belajar, seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi dirinya. Bagaimanapun juga salah satu cara untuk
bisa meraih gelar insan kamil serta bermanfaat bagi orang lain
seseorang itu harus berilmu, sedangkan ilmu itu diperoleh dengan
cara belajar. Lantas bagaimana seseorang itu bisa mendapatkan ilmu
jika dia tidak mau belajar? Pendapat ini selaras dengan salah satu
kutipan hadis yang dipaparkan oleh Rasulullah, SAW. yang berbunyi
‫ِإَمَّنا الِعْل ِبالَّتَعُّلِم َو ِإمَّن َا اِحلْل ِبالَّتَح ُّلِم‬
‫ُم‬ ‫ُم‬
“Ilmu itu diperoleh dengan belajar, sedangkan bijaksana itu
dengan berlaku bijaksana.”10
‫ِت ِه‬ ‫ِذ‬ ‫ِم‬
‫َأْفَض ُل الَّناِس اُملْؤ ُن الَعاُمِل ال ي ِإْن ُاْح ْيَج ِإلْي َنَف َع َو ِإْن ُاْس ُتْغَيِن َعْنُه َأْغ ىَن َنْف َس ُه‬
“Paling utamanya manusia adalah orang mukmin yang ‘alim
(berilmu) yang jika ia dibutuhkan maka ia bermanfaat, dan jika ia
tidak dibutuhkan maka ia mencukupkan diri”. (HR. al-Baihaqi)11

8
Ima<m Muslim bin al-Hajjaj S}oh{i<h Muslim (Maktabah Syamilah)
9
Syekh Abi< al-Abas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Isa Zaruq, Qowa<id
at-Tasawwuf (Beirut: DKI) h.31
10
Abu al-H{asan Ali bin Ismail al-Asy’ari al-Iba<nah an Us}ul ad-Diyanah
(Maktabah Syamilah)

4
Meninjau pemaparan sekilas tentang pentingnya muḥāsabah
dan belajar, maka bisa dikatakan jika praktek muḥāsabah yang
menjadi salah satu upaya menyadarkan seseorang tentang pentingnya
belajar dilakukan dengan baik, maka hasilnya seseorang akan
tergerak untuk memperbaiki kualitas belajarnya dan berusaha
meningkatkannya. Dan jika praktek ini senantiasa dilakukan, akan
berdampak memberikan kebaikan baik di dunia ataupun di akhirat.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami hakikat dari
muḥāsabah itu sendiri.
Muḥāsabah sendiri merupakan salah satu bidang kajian yang
dikaji oleh beberapa ulama, sepertihalnya Imam al-Ghozali. Bahkan
Imam al-Ghozali menaruh perhatian serius tentang muḥāsabah. Jika
ditinjau dari beberapa manfaat yang diperoleh dari muḥāsabah, maka
bisa ditarik benang merah sementara bahwa, muḥāsabah adalah salah
satu sarana untuk menjadikan diri lebih baik lagi dari yang
sebelumnya serta upaya untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhirat dengan bermodalkan ama-amal yang baik yang berlandaskan
syariat. Dari paparan yang telah peneliti sampaikan, maka peneliti
tertarik untuk mengupas konsep muhasabah dengan judul
“MUHASABAH PERSPEKTIF IMAM AL-GHOZALI SEBAGAI
SARANA PENGEMBANGAN MOTIVASI BELAJAR”

B. Rumusan Masalah

11
As-Safiri, al-Majlis al-Wa’diyyah fi as-Syarhi al-Aha<dith Khoiril Bariyyah min
S}ohih al-Ima<m al-Bukhori (Maktabah Syamilah)

5
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang ada, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana konsep muḥāsabah Imam al-Ghozali
2. Bagaimana hubungan antara muḥāsabah dengan
pengembangan motivasi belajar

C. Batasan Masalah
Di dalam sebuah penelitian haruslah ada batasan masalah
yang ditentukan, agar pembahasan yang dipaparkan tidak melebar
dan tetap fokus pada bidang kajian yang diteliti. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah dengan hanya
meneliti konsep muḥāsabahnya Imam al-Ghozali yang dijadikan
salah satu sarana pengembangan motivasi belajar, dan hanya
menampilkan beberapa teori dari para tokoh sebagai bahan
penunjang.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep muḥāsabah Imam al-Ghozali
2. Mengetahui hubungan antara muḥāsabah dengan
pengembangan motivasi belajar

E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berharap agar hasil dari
peneletian ini dapat menanggulangi problematika yang ada, bisa
menjadi salah satu kontribusi wawasan keilmuan kepada pihak
yang terkait, serta memberikan manfaat lain yang berupa:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah khazanah keiilmuan islam dan kepenulisan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
dijadikan bahan referensi yang berkaitan bagi penelitian
lainnya.

2. Manfaat Praktis
a. Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan dijadikan
salah satu kajian tasawwuf bagi Ma’had Aly Darussalam
Blokagung.
b. Peneliti
6
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan
pengalaman bagi peneliti, baik dari segi kepenulisan atau
keiilmuan.
c. Pembaca
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan
pembaca terkait muḥāsabah sebagai sarana pengembangan
motivasi belajar yang berlandaskan teori Imam al-
Ghozali, dan bisa dijadikan salah satu rujukan kepenulisan
risalah selanjutnya.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang terkait dengan pokok pembahasan pada
kajian peneliti saat ini mungkin hanya beberapa. Ada beberapa
referensi-referensi baik yang bersifat literature ataupun buku yang
peneliti temukan terkait dengan pokok pembahasan yang diusung
peneliti. Adapun kajian skripsi yang peneliti jadikan bahan kajian
penelitian terdahulu yang relevan antara lain:

No JUDUL HASIL PERSAMAAN PERBEDAAN


1. Gigih Noviardi Muḥāsabah yaitu Persamaannya Penelitiaan ini
Darmawan, melakukan adalah sama- fokus membahas
“Muhasabah perhitungan atas diri sama membahas tetang
Dalam manusia sendiri. tentang muhasabah, baik
Perspektif Muḥāsabah menurut muhasabah. itu hakikatnya,
AlQur’an Tafsir Al-Azhar dari pembagiaannya,
(Studi beberapa ayat dalam manfaatnya, dll
Terhadap Al-Qur’an dibagi analisis Tafsir
Tafsir Al-Azhar menjadi tiga yaitu Al-Azhar Karya
Karya muḥāsabah qablal Hamka. Dalam
Hamka).12 ‘amal, muḥāsabah penelitian ini
‘indal ‘amal dan tidak
muḥāsabah ba’dal menggunakan
‘amal. Urgensi teorinya Imam
muḥāsabah al-Ghozali, dan
diantaranya: tidak
mengingatkan tentang menjadikan
pentingnya menilai muhasabah
12
Gigih Noviardi Darmawan, “Muhasabah Dalam Perspektif Alqur’an (Studi
Terhadap Tafsir Al-Azhar Karya Hamka)” (Skripsi) Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta (2022)

7
diri sendiri terlebih sebagai media
dahulu sebelum dinilai apapun.
oleh orang lain dan
sebelum dinilai oleh
Allah SWT.
Menghindarkan dari
sikap sombong,
menyadarkan manusia
untuk memanfaatkan
waktu dengan baik,
membuahkan rasa
tanggung jawab baik
di hadapan Allah
ataupun manusia.

2. Eldi Hari, Efektivitas upaya Persamaannya Dalam


“Konseling penanggulangan adalah sama- penelitian ini
Behavior kemunduran minat sama membahas tidak
dengan Terapi belajar siswa SMPN 2 konsep menggunakan
Muhasabah Keruak, dengan muhasabah yang muhasabah yang
dalam melaksanakan dijadiakan salah berlandaskan
satu upaya teorinya Imam
Meningkatkan konseling behavior
meningkatkan al-Ghozali
Motivasi dan terapi muhasabah
motivasi belajar
Belajar Siswa diri pada beberapa siswa.
Berprestasi siswa yang berprestasi
Rendah di rendah untuk
SMPN 2 meningkatkan
Keruak” motivasi belajar siwa.
Dalam terapi
muhasabah konseli
harus benar-benar
meresapi makna dari
sebuah
pengintropeksiandiri
dan mengingat
kebesaran Allah.

3. Sunarti Motivasi merupakan Persamaannya Dalam

8
Rahman salah satu faktor yang adalah sama- penelitian ini
“Pentingnya mempengaruhi sama mengkaji tidak mengkaji
Motivasi keberhasilan siswa. motivasi belajar muhasabah
Belajar Dalam Motivasi dapat sebagai salah
Meningkatkan berfungsi sebagai satu uapaya
Hasil pendorong agar siswa yang bisa
Belajar”13 mau belajar. digunakan
Seseorang akan meningkatkan
melakukan suatu motivasi belajar.
kegiatan karena ada Dan penelitian
motivasi dalam ini tidak
dirinya. Adanya memakai
motivasi yang tinggi landasan teori
dalam belajar akan dari Imam al-
mencapai hasil yang Ghozali,
optimal. sedangkan
penelitiaan yang
Menurut hasil dikaji peneliti
penelitian melalui saat ini itu
observasi langsung, berlandaskan
bahwa kebanyakan teori dari Imam
siswa yang besar al-Ghozali.
motivasinya akan giat
berusaha, tidak mau
menyerah untuk
meningkatkan hasil
belajar serta
memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Sebaliknya mereka
yang memiliki
motivasi rendah,
tampak acuh tak acuh,
mudah putus asa, yang
akibatnya siswa akan
mengalami kesulitan
belajar.

13
Sunarti Rahman “Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar” Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Dasar “Merdeka Belajar Dalam Menyambut Era Masyarakat 5.0”

9
4. Reza Dwi Keberhasilan Persamaannya Dalam
Wanda, implementasi adala sama-sama peneletian ini
“Implementasi muhasabah yang menjadikan tidak memakai
muhasabah dilakukan baik muhasabah teori dari Imam
diri dalam sebelum dan sesudah sebagai media al-Ghozali,
pengembangan melakukan kegiatan pengembangan sedangkan
motivasi belajar mengajar pada karakter kajian penelitian
belajar siswa mata pelajran yang dikaji
pada mata pendidikan agama peneliti saat ini
pelajaran islam dan budi pekerti. itu memakai
pendidikan Sebagian dari landasan
agama islam keberhasilannya yaitu teorinya Imam
dan budi siswa mampu al-Ghozali.
pekerti di smp memahami dibalaik Dalam
muhammadiya materi ajar yang penelitiaan ini
h 1 genteng diterima dalam juga terbatas
tahun kehidupan sehari-hari pada
pelajaran melalui Tanya jawab pengembangan
2019/2020”14 motivasi belajar
di SMP
Muhammadiyah
1 Genteng
5. Yulya SyafitriPelaksanaan terapi Persamaanya Dalam
“Terapi muhasabah sebagai sam-sama penelitian ini
Muhasabah sarana meningkatkan menjadikan tidak memakai
Untuk motivasi belajar santri muhasabah landasan
Meningkatkan Pondok Pesantren sebagai sarana teorinya imam
Motivasi Ittihadil Ummah di untuk al-Ghozali,
Belajar awali dengan meningkatkan sedangkan
perencanaan motivasi belajar. kajian yang
Santri Pondok pemberian terapi, dikaji peneliti
Pesantren kemudian pelaksanaan saat ini
Ittihadil terapi yang bertujuan memakai
Ummah untuk mengevaluasi landasan
Karang Anyar diri sendiri. Dalam hal teorinya imam
Pagesangan ini santri memperbaiki al-Ghozali.
Timur dan membenahi diri Dalam

14
Reza Dwi Wanda, “Implementasi muhasabah diri dalam pengembangan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti di
smp muhammadiyah 1 genteng tahun pelajaran 2019/2020” (Skripsi) Fakultas Tarbiyah
Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember 2020

10
Mataram”15 agar lebih baik dari penelitiaan ini
sebelumnya saat juga terbatas
belajar sehingga hal pada
itu bisa membantu pengembangan
santri untuk motivasi belajar
meningkatkan santri Pondok
motivasi belajar santri Pesantren
dari sebelumnya. Ummah Karang
Anyar
Pagesangan
Timur, Mataram

G. Metode Penelitian
Metode penelitian pada kajian ini pada dasarnya mencakup 3
komponen utama, yaitu:
1. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian ditinjau dari segi sumber data dan
penelitian dibagi menjadi penelitian kepustakaan (library research)
dan penelitian lapangan (field research). Dalam kajian ini peneliti
memakai bentuk penelitiaan kepustakaan (library research). Di
dalam riset pustaka, penelusuran dapat memanfaatkan sumber
perpustakaan untuk memperoleh data. Adapun ciri utama studi
kepustakaan sebagai berikut:16Pertama peneliti berhadapan langsung
dengan teks atau data angka bukan dengan pengetahuan dari
lapangan. Kedua data pustaka bersifat ‘siap pakai’. Dalam hal ini
peneliti hanya harus berhadapan dengan bahan sumber yang sudah
tersedia. Ketiga, data pustaka umum merupakan sumber sekunder,
dalam artian penelitian dari tangan kedua atau bahkan tangan
ketangan bukan data orisinil dari pihak pertama. Akan tetapi data
pustaka juga bisa menjadi data primer ketika ditulis oleh tangan
pertama. Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Artinya, data pustaka bersifat informasi statik, tetap dan tidak
akan berubah.
15
Yulya Syafitri “Terapi Muhasabah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri
Pondok Pesantren Ittihadil Ummah Karang AnyarPagesangan Timur Mataram” (Skripsi)
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Mataram Mataram (2021)
16
Mestika zed, Metode Penelitiaan Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan obor
Indonesia, 2004), h.4

11
Dalam penilitian kali ini, peneliti akan menggali sumber data
baik sumber data primer ataupun sekunder terkait konsep
muḥāsabahnya Imam al-ghozali sebagai sarana pengembangan
motivasi belajar dari beberapa karya Imam al-Ghozali. Diantara
karyanya yang peneliti jadikan salah satu sumber rujukan adalah
kitab Ihya al-Ulumuddin, Mursyid al-Amin, Haqoiq at-Tasawwuf,
Bidayah al-Hidayah,serta ditunjang dengan dengan literatur lainnya
seperti kitab Ta’lim wa Muta’allim, Qowaid at-Tasawuf, Manazil as-
Sairin, jurnal, skripsi, dan buku yang berkaitan dengan konsep
muḥāsabahnya Imam al-Ghozali.
Jika ditelaah dari segi perspektif analisisnya, peneliti
menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif yang mana
penelitiaannya berhubungan dengan data bukan angka,
mengumpulkan data, serta menganalisis data yang bersifat naratif. 17
Sedangkan jika ditelaah dari segi perspektif tujuan penyelenggaraan,
peneliti menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan
gambaran yang lebih detail tentang suatu gejala.18

2. Pengorganisasian Data
Pengorganisasian data dalam penelitian ini adalah dengan
memindahkan sumber data primer dan sekunder. Berhubung
penelitian ini memakai penelitian pustaka, maka setelah
mengumpulkan data, peneliti menyajikan data yang ada ke dalam
beberapa kalimat dan mengolahnya berdasarkan rumusan dan
batasan masalah yang telah ditentukan.

3. Analisis Data
Dalam penelitian konsep muḥāsabah ini, peneliti
menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Langkah awal yang diambil peneliti adalah
mengumpulkan sumber data, baik yang berupa sumber data
primer yakni sumber data yang diperoleh dari beberapa
karangan Imam al-Ghozali, ataupun sumber data sekunder yang
diperoleh dari tokoh-tokoh lain yang mengusung konsep
muhasabah, dan berbagai jurnal, skripsi, buku-buku yang
mengkaji tentang muḥāsabah.

17
Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif” (Bandung: ALFABETA) 2022
18
Pedoman Penulisan Risalah Ilmiyyah, Ma’had Aly Darussalam Blokagung

12
b. Reduksi data
Langkah kedua adalah reduksi atau pemilihan data.
Mengingat sumber data yang cukup banyak, maka peneliti
perlu memilah data yang dapat dijangkau dengan tujuan agar
fokus penelitian tetap terjaga, sehingga tidak rancu dan bisa
memberikan gambaran secara gamblang terkait konsep
muḥāsabahnya Imam al-Ghozali.

c. Penyajian data
Setelah data dipilah, langkah selanjutnya adalah
menyajikan data melalui teks naratif dengan baik agar mudah
dipahami pembaca.

d. Kesimpulan
Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah
menarik benang merah atau sebuah kesimpulan terkait
muḥāsabah sebagai sarana pengembangan motivasi belajar
analisis Imam al-Ghozali berdasarkan kajian yang telah
dipaparkan

H. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti membagi pemaparan kajian
dalam lima bab. Adapun pembagian kelima bab ini sebagai berikut:
Bagian awal berisikan tentang pendahuluan yang meliputi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metode
penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan.
Bagian kedua berisikan tentang kajian teori dan perdebatann
akademik. Dalam bagian ini mencakup penjelasan ruang lingkup
muḥāsabah, ruang lingkup pengembangan, dan ruang lingkup
motivasi belajar.
Bagian ketiga berisikan tentang gambaran umum objek
penelitian. Dalam bab ini akan menguraikan tentang biografi Imam
al-Ghozali
Bagian keempat berisikan tentang uraian penelitian. Dalam
bagian ini akan menguraikan tentang hakikat dan keutamaan
muḥāsabah menurut Imam al-Ghozali, dan muḥāsabah sebagai sarana
pengembangan motivasi belajar.

13
Bagian kelima berisikan tentang penutup yang meliputi
kesimpulan, saran-saran, kata penutup, daftar pustaka, lampiran-
lampiran, dann terakhir adalah biografi peneliti.

BAB II
KAJIAN TEORI

14
A. Ruang Lingkup Muḥāsabah
1. Pengertian Muḥāsabah
Kehidupan manusia pastilah berputar. Dan semuanya itu tak luput
dari mega konsep takdir Allah yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Manusia itu seperti halnya wayang yang dikendalikan oleh dalang. Bergerak
kesana kemari atas kendali dari dalang. Sudah sepatutnya wayang tunduk
kepada dalang, begitu juga dengan manusia harus tunduk kepada Allah dan
takdir-takdir-Nya. Allah menciptakan manusia semata-mata untuk beribadah
kepada-Nya, bukan untuk bersenang-senang di bumi-Nya. Allah ciptakan
bumi sebagai wadah atau sarana manusia untuk beribadah kepada-Nya. Allah
berfirman

‫َو َم ا َخ َلْق ُت اِجْلَّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْع ُبُد ْو ن‬


“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS: Az-Zariyat. 56)19

Allah adalah dhat Yang Maha Berkuasa, dan semua makhluk berada di
dalam genggaman kekuasaan-Nya. Sehingga mereka harus tunduk pada
perintah dan larangan-Nya, merendahkan diri, dan menerima segala takdir
yang telah ditentukan. Oleh karenanya, hendaknya manusia haruslah
memiliki kesadaran akan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah, agar
mereka tidak lalai atau ceroboh akan kewajibannya, dan agar dengan amal-
amal ibadah yang mereka kerjakan itu bisa menjadi bekal kelak di kehidupan
akhirat. Karena susah atau senangnya kehidupan akhirat tergantung amal-
amal yang dikerjakan. Apakah amalnya sesuai dengan dengan yang
diperintahkan Allah atau malah melanggar aturan Allah. Semakin banyak
manusia bermaksiat, semakin banyak pula mereka memupuk kesengsaraan di
akhirat, dan sebaliknya. Menyikapi hal ini, dibutuhkanlah adanya muḥāsabah
(intropeksi diri) dengan tujuan menyadarkan manusia akan kewajiban-
kewajibannya.
Muḥāsabah secara etimologi kamus arab-indonesia berasal dari kata
‫ حماسبة‬- ‫ حياسب‬- ‫ حاسب‬yang berarti menghitung.20 Dalam Kamus Besar Bahasa
19
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, (Kudus:
CV. Mubarokatan Thoyyibah) h. 522
20
Taufi<qul H{a<kim Kamus at-Taufi<q (Arab – Jawa – Indonesia) (Jepara: Al-
Falah Offset, 2004)

15
Indonesia muḥāsabah diartikan sebagai introspeksi, mawas diri, atau koreksi
diri.21 Sedangkan secara terminologi syariah, muḥāsabah merupakan sebuah
upaya untuk mengevaluasi diri terhadap setiap kebaikan dan keburukan
beserta semua aspeknya, meliputi hubungan seorang hamba dan Allah begitu
juga sebaliknya22. Konsep muḥāsabah di dalam al-Qur’an dijelaskan pada
Surat al-Hasr ayat 18

‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَم ُنوا اَّتُقوا الّٰل َه َو ْلَتْنُظْر َنْف ٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغٍۚد َو اَّتُقوا الّٰل َهۗ ِاَّن الّٰل َه َخ ِبْيٌر َمِبا َتْع َم ُلْو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”23

Muḥāsabah merupakan salah satu metode untuk menjadikan diri lebih


baik lagi. Karena dalam praktek ini seseorang akan lebih
mempertimbangakan apa yang akan diperbuatnya, memikirkan apa
akibatnya, menyadari segala kekurangannya, dan menyadari akan kesalahan
yang diperbuat sehingga mau berusaha membenahinya. Ditinjau dari arti
etimologi muḥāsabah yang berarti menghitung, muḥāsabah juga bisa
diartikan sebagai upaya menghitung atau menghisab amal sebelum kelak
dihisab oleh Allah. Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata:

‫ِخَي ِحْل‬ ‫ِل‬ ‫ِس‬


‫َح ا ُبوا َأْنُف َس ُك ْم َقْبَل َأْن َحُتاَس ُبْو ا َو َتَز َّيُنْو ا ْلَعْر ِض اَألْك ِرَب َو ِإَمَّنا ُّف ا َس اُب َيْو َم‬
‫اْلِق َياَم ِة َعَلى َمْن َح اَسَب َنْف َس ُه ىِف الُّد ْنَيا‬

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan


berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar
(hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan
hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di
dunia.”

Ungkapan Sayyidina Umar seakan menjadi sebuah wejangan bagi manusia


agar sering menghitung atau menghisab amal-amal yang telah dilakukan, dan
21
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/muhasabah
22
Wiwit, Muhasabah (Deepublish:2020) h. 20
23
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus, (CV.
Mubarokatan Thoyyibah) h.544

16
mempersiapkan amal-amal yang akan dilakukan yang sesuai dengan syariat
Allah agar kelak hisab Allah atasnya menjadi ringan. Imam Al-Ghazali juga
menganjurkan untuk bermuḥāsabah atas segala perbuatan, baik yang
dilakukan di hati atau anggota badan dalam setiap waktu. Beliau juga
mengutip sebuah hadis

,‫ َس اَعٌة ُيَن اِج ْي ِفْيَه ا َر َّبُه‬: ‫َينَبِغي ِللَعاِقل َم ا ْمَل َيُك ْن َم ْغُلْو ًبا َعَلى َعْق ِلِه َاْن َيُك ْو َن َل ُه َاْر َبُع َس اَعاٍت‬
‫ ا ٌة ْخَيُلوا ِف ا ا ِتِه‬,‫ْنِع اِهلل َّز َّل‬ ‫ِس ِف‬
‫ْيَه َحِل َج‬ ‫َع َو َج َو َس َع‬ ‫ َو َس اَعٌة َيَتَف َّك ُر ْيِف ُص‬, ‫َو َس اَعٌة َحُيا ُب يَه ا َنْف َس ُه‬
‫ِم ا ْط ِم ا ْش ِب‬
‫َن َمل َع َو َمل َر‬
“Orang yang berakal dan dapat mengendalikan akalnya,
seharusnya memilliki empat waktu: pertama, waktu untuk
bermunajat kepada Tuhannya. Kedua, waktu untuk mengintrospeksi
diri. Ketiga, waktu untuk memikirkan ciptaan Allah. Keempat, waktu
untuk memenuhi kebutuhan jasmani seperti makan dan minum.”24
Imam al-Ghazali menjelaskan muḥāsabah adalah proses
mengkalkulasi amal untuk mengetahui kelebihann serta kekurangannya. 25
Dalam hal ini imam al-Ghozali mentanz}irkan seorang hamba dengan para
pedagang yang selalu meninjau dagangannya di setiap tahun, bulan, atau
bahkan setiap harinya apakah bertambah atau berkurang. Seorang hamba
diibaratkan seperti halnya pedagang, modal seperti halnya amalan-amalan
fard}u, keuntungan seperti halnya amalan-amalan sunah, dan kerugian
seperti halnya maksiat. Langkah awal adalah dengan meninjau amaliyah
fardhunya (modal), apakah telah terpenuhi atau belum. Jika sudah terpenuhi,
maka ia bersyukur kepada Allah dan akan melakukan hal yang sama, jika
terlewat maka ia meng-qad}a, dan jika ditunaikan secara kurang sempurna
maka ia akan menutupinya dengan amalan sunah, jika melakukan maksiat
maka ia akan memberi hukuman dan celaan terhadap dirinya sebagai bentuk
koreksi atas kesalannya.26

2. Macam-macam Muḥāsabah
Terkait macam-macam muḥāsabah, ada beberapa pendapat
dari beberapa tokoh, diantaranya:
24
Ima<m Abu H{a<mid Muhammad al-Ghoza< li, Mursyid al-Amin (Beirut: DKI)
h. 267
25
Abu H{a<mid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghoza<li, Ih{ya<
Ulu<middi<n (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 131
26
al-Ghoza<li, Ih{ya< Ulu<middi<n,…(Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 165

17
a. Imam al-Ghozali
Imam al-Ghozali membagi muḥāsabah menjadai dua bagian.
Muḥāsabah yang dilakukan sebelum beramal dan muḥāsabah setelah
beramal.
‫ َو اْع َلُمْو ا َأَّن‬: ‫ َقاَل اُهلل َتَعاَل‬. ‫اُحملَاَسَبُة َتاَر ًة َتُك ْو ُن َبْع َد ْالَعَم ِل َو َتاَر ًة َقْبَلُه ِللَّتْح ِذ ْيِر‬
‫ِس‬
‫اَهلل َيْع َلُم َم ا ْيِف َأْنُف ُك ْم َفاْح َذ ُرْو ُه‬
“Muḥāsabah itu adakalanya setelah amal dan adakalanya
sebelum amal. Allah berfirman “Ketahuilah bahwa Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-
Nya”27

Pertama, muḥāsabah yang dilakukan sebelum beramal. Muḥāsabah


ini bertujuan untuk merencanakan melakukan amal-amal baik serta
menjauhi keburukan. Kedua, muḥāsabah yang dilakukan setelah
beramal, yang mana hal ini bertujuan untuk mengoreksi semua
perbuatan yang telah dikerjakannya baik diam dan geraknya.

3. Urgensi Muḥāsabah
Dalam kehidupan sehari-hari ada dua amalan yang melekat pada
diri seorang hamba. Amal baik dan amal buruk, yang mana keduanya
juga ada dua malaikat yang siap siaga mencatat segala amal-amal.
Seorang hamba tak akan bisa lepas dari keduanya, terlebih amal buruk.
Hal ini selaras dengan ungkapan hadis, yakni:

. ‫ُك ُّل َبيِن آَدمَ َخ َّطاءٌ َو َخ ْيُر اَخْلَّطاِئَني الَّتَّو اُبوَن‬

“Setiap manusia memiliki kesalahan. Orang bersalah yang


paling baik adalah orang yang bertaubat.” (H.R Ibn Majjah)

‫اإِل ْن اُن ُّل اَخْلَطاِء الِّن اِن‬


‫َو ْسَي‬ ‫َس َحَم‬
“Manusia tempat salah dan lupa.”
Muḥāsabah sangatlah penting. Muḥāsabah bagaikan alarm
yang akan membangunkan seseorang kala tidur. Begitu juga
muḥāsabah. Muḥāsabah akan membangunkan dan menyadarkan
27
al-Ghoza<li, Ih{ya< Ulu<middi<n,… (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 131

18
seorang hamba akan kelalaian dan kesalahan yang dia perbuat agar
segera sadar dari hal tersebut. Seorang hamba yang meninggalkan
muḥāsabah, bertindak seenaknya tanpa memikirkan akibatnya, dan
tidak berusaha memperbaiki amal-amal buruk yang dia lakukan,
maka secara perlahan dia akan terjerumus dalam lembah kehancuran.
Sebaliknya, seorang hamba yang sering bermuḥāsabah diri, secara
tidak langsung mengurangi hisab amal buruk kelak di akhirat.
Sebagaimana yang dikatakan Imam al-Ghozali “Barang siapa yang
menghisab dirinya atas perbuatannya, maka kelak di hari akhir akan
ringan kesengsaraannya. Dan barang siapa yang tidak menghisab
perbuatannya, maka senantiasa dalam kesengsaraan.”28
Ahmad Zaruq dalam kitabnya Qowa’id at-Tasawwuf
menyatakan “Senantiasa melakukan muḥāsabah menyebabkan
adanya upaya mencela nafsu. Sedangkan lalai melakukan
muḥāsabah (intropeksi diri) terhadap jiwa merupakan pertanda
rid}a akan nafsu dan membuatnya menjadi tidak terkendali. Serta
kelengahan untuk menegasinya membuatnya akan mengikuti segala
hawa nafsunya. Mengekangnya akan membuatnya memberontak.”29
Oleh karenanya, seorang hamba itu harus terus menerus
bermuḥāsabah diri agar tetap berada pada jalur kebenaran.

4. Waktu-Waktu Muḥāsabah
Mengenai waktu-waktu yang bisa digunakan untuk
muḥāsabah, ada beberapa tokoh yanga menyinggungnya,
diantaranya:
a. Imam al-Ghozali
Imam al Ghozali menjelaskan ada dua waktu yang yang
sekiranya tepat untuk melakukan muḥāsabah. Yakni di awal
waktu dan di akhir waktu. Hal ini beliau jelaskan dalm kitab
Ihya’ Ulumuddin. “Ketahuilah, seorang hamba sebagaimana ia
memiliki waktu pada awal hari untuk menentukan syarat yang
berat bagi dirinya sebagai nasihat pada kebenaran seyogianya
dipenghujung hari ia juga memiliki waktu untuk mengadili
dirinya serta berintropeksi diri atas semua gerak maupun
diamnya”.30

28
al-Ghoza<li, Mursyid al-Amin,… h. 266
29
Abi< al-Abas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Isa Zaruq, Qowa<id at-
Tasawwuf (Beirut: DKI), h. 134.
30
Al-Ghozali, Ihya’ Ulumiddin,… (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 165

19
b. Imam Mawardi
Imam Mawardi menjadikan malam hari untuk bermuḥāsabah
diri. Sebagaimana yang beliau jelaskan “Hendaknya ia membuka
lembaran di malam hari mengenai segala perbuatannya di siang
hari. Karena waktu ini lebih membekas pada ingatan. Jika
perbuatannya di siang hari itu baik, ia akan mengulangnya. Jika
perbuatannya tercela, ia memperbaikinya dan tidak
mengulanginya lagi”.31

5. Cara Muḥāsabah
Al-Ghazali memberikan beberapa cara untuk untuk ber-
muḥāsabah diantaranya:32
1. Bertaubat atas segala ma’siat dengan tabat nasuha
2. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditinggalkan
3. Meminta kehalalan kepada orang lain atas kesalahan diri
4. Memperbaiki hati

Dalam pembahasan lain juga dijelaskan mengenai langkah-


langkah untuk bermuḥāsabah. Adapun langkah-langkanya adalah:33
1. Merasakan pengawasan Allah kepada hamba-Nya dan
2. Mengingat Hari Hisab
3. Mentelaah s}irah Rasulullah, sahabat dan salafus s}alih

6. Manfaat Muḥāsabah
Adapun beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari muḥāsabah
antara lain:
a. Mengurangi hisab amal buruk kelak di akhirat
b. Mengetahui aib sendiri sehingga terhindar dari sifat ujub, dan
takabur.
c. Mendekatkan diri pada Allah.
d. Meningkatkan gread (kualitas) diri.
e. Ketenangan jiwa, karena dengan muhasabah mengantarkan seorang
hamba dekat dengan Allah.

31
Ainul Mardziah Binti Zulkifli Konsep Muhasabah Diri Menurut Imam Al-
Ghazali (Studi Deskriptif Analisis Kitab Ihya’ Ulumiddin),… h.41
32
Al-Ghozali, Ihya’ Ulumiddin,… (Dar al-Minhaj) Juz 9, h. 563
33
Ainul Mardziah Binti Zulkifli Konsep Muhasabah Diri Menurut Imam Al-
Ghazali (Studi Deskriptif Analisis Kitab Ihya’ Ulumiddin… h.36

20
B. Ruang Lingkup Pengembangan
1. Pengertian Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengembangan
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengembangkan 34.
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS
Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan
bertambah, berubah sempurna35. Sehingga dalam hal ini
pengembangan adalah suatu upaya untuk mengembangkan suatu
perkara baru atau menyempurnakan perkara yang telah ada. Kegiatan
pengembangan meliputi beberapa tahapan. Pertama, perencanaan.
Kedua, pelaksanaan. Ketiga, evaluasi yang diikuti dengan kegiatan
penyempurnaan.36

C. Ruang Lingkup Motivasi Belajar


1. Pengertian Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
motivasi berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu, dan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya.37Oleh karenanya, semakin besar dorongan yang ada,
maka semakin besar pula kemauan seseorang untuk mencapainya.
Pada dasarnya sebuah motivasi itu adakalanya bisa
bertambah dan berkurang. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Motivasi sendiri ditinjau dari segi sumber yang
menimbulkannya dibagi menjadi dua yaitu, motivasi yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi dalam belajar sangat diperlukan
sebagai uapaya untuk menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran..
Seseorang yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai effort yang
besar untuk belajar. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki
motivasi dia akan cenderung bermalas-malasan dan gagal dalam
pembelajaran.

34
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pengembangan
35
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran (Yogyakarta: PEDAGOGIA,
2012), h. 53
36
Ibid, h. 54
37
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/motivasi

21
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Kompri (2016:232) unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi adalah:
a. Kemampuan. Seseorang yang memiliki kemampuan, biasanya
cenderung mudah melahirkan motivasi
b. Cita-cita. Dengan adanya cita-cita, motivasi untuk menggapainya
semakin besar
c. Kondisi lingkungan. Dalam hal ini mencakup lingkungan tempat
tinggal, sekolah, pergaulan di masyarakat.

3. Pengertian Belajar
Aktivitas belajar sangatlah penting bagi semua orang. Belajar
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
usaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.38
Istilah belajar dalam islam sering disebut dengan menuntut ilmu
(T{alab al-’Ilm). Sedangkang beberapa tokoh yang juga
mendefinisikan belajar, diantaranya:
a. Syekh Muhammad bin Muhammad al-Husain az-Zabidi
Dalam karyanya yakni kitab Ith}af as-Saadah al-
Muttaqin syarah Ihya’ Ulumuddin mendefinisikan belajar39

‫ِإَّن الَّتَعُّلَم ُه َو َتْنِبْيُه الَّنْف ِس ِلَتَص ُّو ِر اْلَم َعاْيِن َك َم ا َأَّن الَّتَعُّلَم َتْنِبْيُهَه ا ِلَتَص ُّو ِر َه ا‬
"Belajar adalah dorongan nafsu untuk menggambarkan
sebuah makna sebagaimana belajar adalah dorongan nafsu
untuk menggambarkan nafsu itu sendiri.”

b. Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid


Dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris beliau
mendenifisikan belajar sebagai berikut:40

‫ِإَّن الَّتَعُّلَم ُه َو َتْغِيْيٌر ْيِف ِذ ْه ِن اْلُم َتَعِّلِم َيْطَر ُأ َعَلى خْبَر ٍة َس اِبَق ٍة َفَيْح ُدُث ِفْيَه ا َتْغِيْيًر ا َج ِدْيًد ا‬

38
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/belajar
39
Muhammad bin Muhammad al-Husain az-Zabidi, Ithaf as-Saadah al-Muttaqin
(Beirut: Dki) Juz 1, h. 143
40
Silviana Nur Faizah “Hakikat Belajar Dan Pembelajaran” Jurnal Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017

22
“Belajar adalah perubahan di dalam diri (jiwa) peserta didik
yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu sehingga
menimbulkan perubahan yang baru”
Belajar merupakan suatu aktivitas yang disengaja yang
dilakukan seseorang dengan tujuan mendapatkan perubahan
kemampuan, yakni dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa. 41 Oleh
karena itu ketika seseorang melakukan aktifitas belajar maka akan
berdampak adanya perubahan pada dirinya. perubahan yang berkaitan
dengan penambahan wawasan, ilmu pengetahuan, terbentuknya
kecakapan, dan watak. Syekh Muhammad bin Hasan Ibn Abdillah
menjelaskan tentang keutamaan belajar. Beliau mengatakan
“Belajarlah! Karena ilmu itu merupakan perhiasan bagi
pemiliknya.”42

4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Belajar


Adapun faktor-faktor yang mungkin bisa mempengaruhi
belajar itu dibagi dua, yakni:43
a. Faktor eksternal
Dalam faktor ini dibagi menjadi dua yaitu, factor lingkunagn
sosial dan lingkingan non sosial.
1) Faktor lingkungan sosial baik yang berwujud manusia atau
yang lainnya
2) Faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah, tempat
tinggal, media belajar, dll.

b. Faktor internal
Dalam factor ini juga dibagi menjadi dua macam yakni, aspek
fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah)
1) Aspek Fisiologis
Kondisi jasmani seseorang juga dapat mempengaruhi
aktivitas belajar. Dalam keadaan kurang sehat tubuh seakan
lemah dalam berfikir dan merasa letih.
2) Aspek Psikologis
Dalam aspek ini memuat beberapa acuan, seperti
intelegensi (kemampuan untuk merangsang lingkungan
dengan tepat), minat (kecenderungan yang menetap sehingga
seseorang itu merasa senang akan suatu perkara), motivasi
41
Regina Ade D “Belajar dan Pembelajaran” (Guepedia: 2020)
42
Burhanuddin Az-Zarnuji Ta’lim wa Mutallim (…), h.7
43
Ibid, h.100

23
(daya penggerak untuk melakukan suatu perkara demi
tercapainya suatu tujuan.
Menurut al-ghozali untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar, maka seseorang harus memperhatikan beberapa hal.
Pertama, kebersihan hati. Kedua, belajar sesuai dengan kemampuan.
Ketiga, pemahaman akan tujuan dan hubungan antar ilmu.44

44
Ibid, h. 105

24
DAFTAR PUSTAKA

A. Reverensi Kitab:
al-Qur’an al-Qudus Terjemah, Ma’had Tahfidh Yanbu’ul
Qur’an Kudus, (CV. Mubarokatan Thoyyibah) 2022

Hakim, Taufiq, Kamus at-Taufiq (Arab – Jawa – Indonesia)


(Jepara: Al-Falah Offset, 2004)

Al-Ghozali, Ihya Ulumiddin, Dar al-Minhaj, 2021

Al-Ghozali, Mursyid al-Amin (Beirut: DKI)

Az-Zabidi, Muhammad Ithaf as-Saadah al-Muttaqin Beirut:


DKI

Al-Ashbihani, Hilya al-Auliya’ (Maktabah Syamilah)

Zaruq, Isa, Qowaid at-Tasawwuf, Beirut: DKI

Muslim, Shohih Muslim (Maktabah Syamilah)

Abu al-Hasan al-Ibanah an Ushul ad-Diyanah (Maktabah


Syamilah)

As-Safiri al-Majlis al-Wa’diyyah fi as-Syarhi al-Ahadis


Khoiril Bariyyah min Shohih al-Imam al-Bukhori (Maktabah
Syamilah)

B. Reverensi Skripi dan Journal


Maulidiah Rahmah, Problem Malas Belajar Pada Remaja.
Jurnal Tsaqafah, no. 3 https://ejournal.unida.gontor.ac.id, 130. (26
September 2019).

El Hasyimi, Fayyaz Mumtaz, Upaya Pencegahan Kenakalan


Remaja di Blok Kemped Desa Karangmulya Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu. (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon,
2022

1
Afifah, & Nur’aini, Penerapan Muhasabah Diri untuk
Meningkatkan Kualitas Akhlak Mahasantri Putri Idia Prenduan.
Jurnal Riset Rumpun Agama dan Filsafat (JURRAFI) Vol.2, 2023.
Ninda, Peran Muhasabah Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar (Studi Kasus Santri di Pondok Pesantren Darul Hikmah
Cisauk Tanggerang Banten. 2022.

Gigih, Muhasabah Dalam Perspektif Alqur’an (Studi


Terhadap Tafsir Al-Azhar Karya Hamka. (Skripsi) S-1 Institut PTIQ
Jakarta, 2022.

Sunarti, Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan


Hasil Belajar. Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo.

Reza, Implementasi muhasabah diri dalam pengembangan


motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam
dan budi pekerti di smp muhammadiyah 1 genteng tahun pelajaran
2019/2020. S-1 Institut Agama Islam Negeri Jember 2020.

Yulya, Terapi Muhasabah Untuk Meningkatkan Motivasi


Belajar Santri Pondok Pesantren Ittihadil Ummah Karang
AnyarPagesangan Timur Mataram. S-1 Universitas Islam Negri
Mataram Mataram, 2021.

Nur Faizah, Silviana Hakikat Belajar Dan Pembelajaran,


Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Volume 1, 2017

C. Reverensi Buku

Zed, Mestika, Metode Penelitiaan Kepustakaan, (Jakarta:


Yayasan obor Indonesia, 2004)

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:


ALFABETA) 2022

Pedoman Penulisan Risalah Ilmiyyah, Ma’had Aly


Darussalam Blokagung

Wiwit, Muhasabah (Deepublish:2020)

2
Sukiman, Pengembangan Media Pembelajaran, Yogyakarta:
PEDAGOGIA, 2012

Regina Ade D Belajar dan Pembelajaran Guepedia: 2020

Anda mungkin juga menyukai