Anda di halaman 1dari 13

1

A. LATAR BELAKANG

Menjadi orangtua bukan suatu pekerjaan mudah dan tidak ada sekolah untuk
jadi orangtua yang baik. Orangtua adalah pendidik terpenting, tetapi paling tak
tersiapkan. Pembekalan kemampuan orangtua untuk mendidik itu urgent dan
fundamental. Ingatlah, anak tidak akan tumbuh begitu saja dan berhasil tanpa
bimbingan orangtua. Perlu diingat pula bahwa kesuksesan anak dalam diri anak
yang sifatnya intangible jauh lebih penting bagi kehidupan anak, yaitu kepribadian
yang matang, kebahagiaan, kemampuan untuk bersyukur, dan akhlak mulia.
1
Untuk
mencapainya, dibutuhkan pengetahuan yang luas bagi orangtua dalam mendidik
anak-anaknya.
Mungkin para orangtua membaca buku-buku tentang pendidikan anak
karena menghadapi masalah buah hati yang masih berusia prasekolah. Mungkin
ayah bunda mulai cemas, bingung, jengkel, atau bahkan putus asa menghadapi
perilku si kecil yang cenderung aktif dan unik.
Agar ayah bunda mampu bersahabat dengan pola tingkah si kecil yang kian
hari makin kreatif, ayah bunda harus menguasai keterampilan sebagai orangtua
yang baik dan mengenal perkembangan emosi anak serta mengetahui multiple
intelligences pada masing-masing anak. Karena, setiap anak adalah cerdas, tidak
ada yang bodoh hanya saja tinggal orangtua/ pendidik yang harus mengetahui anak
tersebut cerdas dibidang verbal atau kinestetik dan seterusnya.
Orangtua yang memiliki ilmu pada gilirannya juga akan meningkatkan
keimanannya. Karena iman harus didahului dengan ilmu. Tanpa ilmu, orang akan
cenderung malas. Bisa kita bayangkan jika orangtua tidak mendapat siraman ilmu,
maka keimanannya akan redup.
2

Dengan begitu, jika para orangtua memiliki ilmu dan wawasan luas, mereka
akan mampu memberikan pengajaran dan pendidikan yang terbaik bagi anak-
anaknya, mengetahui jalan kebaikan, yang dengannya mereka akan banyak

1
Rani Razak Noeman, Amazing Parenting : Menjadi Orangtua Asyik, Membentuk Anak
Hebat, Jakarta: PT. Mizan Publika, hlm.19
2
Nur Kholish Rifani, Cara Bijak Rasulullah dalam Mendidik Anak , Yogyakarta: Real Book,
2013, 16
2

berkesempatan untuk beramal, mampu mengajarkan kebaikan kepada
masyarakatnya.
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

Pada dasarnya, target utama pendidikan dalam Islam tidak untuk hal-hal
rohaniyah dan keagamaan semata (seperti yang diterapkan oleh gereja-gereja
Kristen pada Abad Pertengahan), serta tidak hanya untuk hal-hal yang berbau
keduniaan dan pemikiran atau logika (seperti target pendidikan yang diterapkan
oleh bangsa-bangsa besar, seperti Romawi dan Yunani ).
3
Namun, yang ditargetkan
oleh pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat duniawi dan ukhrowi secara
seimbang. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan kesimbangan antara hablu
minanass (antar sesama makhluk) dan hablu minallah (antara makhluk dan
Tuhannya). Hal ini telah terekam di dalam al-Quran, sebagaimana firman Allah
Swt. berikut:
;u4--4 .EOg C4>-47
+.- 4O-O.- E4O=E- W 4
w4> El4l14^ ;g` 4Ou^O- W
}O;O4 .E =}=O;O +.-
C^O) W 4 ;ul> E1=OE^-
O) ^O- W Ep) -.- OUg47
4gO^^- ^__

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS.
Al-Qashash[28]: 77)
4


Adapun Untuk memahami Konsep pendidikan Islam, perlu ditegaskan
kembali bahwa kata Islam merupakan kata kunci yang berfungsi sebagai sifat,

3
Awy A. Qolawun, Rasulullah Saw.; Guru Paling Kreatif, Inovatif, & Sukses Mengajar,
Jogjakarta: Diva Press
4
Yayasan Baiturrahman Bontang, Al-Quran & Terjemahnya, hlm. 394
3

penegas dan pemberi ciri khas pada kata pendidikan.
5
Dengan demikian, pengertian
pendidikan Islam berarti pendidikan yang secara khas memiliki ciri islami, yang
dengan ciri khas itu ia membedakan dirinya dengan model pendidikan lainnya.
Menurut Muhammad Natsir yang senada dengan apa yang dinyatakan juga
oleh Muhammad Abduh, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang berpusat
pda konsep tauhid. Artinya konsep tauhid harus dijadikan sebagai dasar pembinaan
dalam masyarakat, konsep inilah yang pada akhirnya di kenal sebagai konsep
tarbiyah, yang juga berarti bahwa pendidikan harus berlandasan atau berorientasi
pada keimanan dan ketakwaan atau tauhid.
6


1. Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam adalah firman Allah dan Sunnah Rasulullah
Saw. sehingga, orang-orang yang mengesampingkan atau membuat dasar lain di
luar firman Allah dan Sunnah Rasul-Nya dikatakan melancangi (mendahului)
Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah Swt.
yang berbunyi:
7

Og^4C 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-ON`g-> 4u-4
+OE4C *.- g).Oc4O4 W
W-OE>-4 -.- _ Ep) -.-
77OgE- 7)U4 ^

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.

Dari ayat tersebut menjadi dasar bagi kaum muslimin dalam usaha
melakukan pendidikan. Pendidikan Islam harus didasarkan pada ketentuan
Allah dan Rasul-Nya yang termaktub dalam Al-Quran dan Hadits-Hadits
Rasulullah Saw. yang shahih. Dengan kata lain, baik itu rumusan, ketentuan,
dan seluk-beluk pendidikan Islam tidak boleh merumuskan pendidikan Islam

5
Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam : Ikhtiar mewujudkan Pendidikan
Bernilai Ilahiah dan Insaniah di Indonesia, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm. 27
6
Imas Kurniahsih, Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, Yogyakarta: Pustaka
Marwa, 2010
7
Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islami, Bandung: Irsyad Baitus Salam,
2001, hlm. 13
4

mengenai dasar, tujuan, dan sebagainya merujuk pada pemikiran orang atau
hasil penelitian para ahli tertentu diluar ketetapan Allah dan Rasul-Nya.

2. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang
berkualitas. Menurut Undang- Undang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha
dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
8

Sedangkan tujuan Pendidikan Islam adalah melahirkan manusia yang
taat sepenuhnya kepada Allah dalam gerak-gerik, tingkah laku, tindakan, dan
kegiatan hidupnya. Tidak ada perbuatan atau tingkah lakunya yang
menyimpang dari perintah atau larangan Allah dan ia selalu melaksanakan apa
yang menjadi anjuran Allah untuk dikerjakannya selama hidup di dunia ini.
Sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
9

.^^) CE4UEcO -4)_E-
-6Og]=4:N`4 -6OCO4^4 ^g
W-ONLg`u+-g *.)
g).Oc4O4 ++O@OE>4
+NOg~4O>4 +O)Ol=O4
LE4O-:+ EOg4 ^_

Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan, Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.(QS. Al-Fath[48]: 8-9)

4`4 e^UE= O}_^-
"^e"-4 ) p+lu4Og
^)g

8
Asef Umar Fakhruddin, Sukses menjadi Guru TK-PAUD ; Tips, Strategi, dan Panduan-
Panduan Penegembangan Praktisnya, Jogjakarta: Bening, 2010, hlm. 18
9
Muhammad Thalib,20 Kerangka Pokok Pendidikan Islami hlm. 17
5

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.(QS. Adz-Dzaariyat [51]: 56)

Dari kedua ayat tersebut bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
menjadikan manusia mau mempergunakan semua sarana yang telah Allah
sediakan untuk kehidupan dunia ini sebagai jalan untuk beramal shalih dengan
niat mencari keridhaan Allah. Dengan rumusan tujuan semacam ini, ilmu yang
didapat semata-mata digunakan untuk melakukan kebajikan agar dapat
menjalankan amal shalih sebanyak-banyaknya dan memberi manfaat kepada
sesama manusia sehingga hal-hal yang merugikan manusia dapat di cegah.
Oleh karena itu, Islam tidak menghendaki manusia menjadi budak
kepentingan nasional atau kepentingan mengejar materi atau kepentingan
melestarikan budaya nenek moyang atau kepentingan lain di luar yang
digariskan oleh tujuan pendidikan Islam. Sebaliknya, pendidikan Islam
bertujuan menjadikan anak didik sebagai abdi dan hamba Allah, manusia yang
sepenuhnya tunduk dan taat kepada ajaran Allah sehingga dapat menjadi hamba
yang shalih.

B. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM ISLAM
Islam memandang bahwa seorang anak merupakan titipan Allah Swt. yang
patut untuk dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya. Orang tua dilarang menyia-
nyiakannya karena yang demikian itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Karena, setiap anak yang terlahir ke dunia ini pada dasarnya mempunyai potensi
yang sama. Hanya saja orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut berbeda
dalam mendidik dan mengarahkannya. Rasulullah Saw. telah bersabda;
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang
akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, dan Majusi(HR
Bukhari dan Muslim). Selain itu, dalam Al-Quran Allah Swt. juga
berfirman, Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui(QS Ar-Rum
[30]: 30).
10



10
Muhammad Fadhillah, Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik,
Yogyakarta: Ar-Ruzza Media, 2012, hlm. 17
6

Dan ternyata, jika kita mau menganalisis dan menelaah ayat-ayat Al-Quran
dan Hadis Nabi tersebut, terbukti bahwa jauh sebelumnya Islam telah meletakan
dasar-dasar pendidikan yang paralel dengan aliran konvergensi, sebagaimana
menurut William Stern (1871 1939) berpendapat bahwa Anak dilahirkan dengan
pembawaan baik dan buruk. Akan tetapi, lingkungan mempunyai pengaruh
terhadap hasil perkembangan anak, karena baik pembawaan maupun lingkungan
sama-sama berpengaruh terhadap pendidikan.
11

1. Anak Usia Dini
Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak
yang masuk dalam rentang usia 0 6 tahun. Sedangkan menurut kajian rumpun
ilmu PAUD dan penyelenggaranya di beberapa Negara, PAUD dilaksanakan
sejak usia 0 8 tahun.
12

Menurut Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M.Pd. anak usia dini secara umum
dapat dikelompokkan dalam usia (0 1 tahun), (2 3 tahun), dan (4 6 tahun),
dengan karakteristik masing-masing antara lain; Mempelajari keterampilan
motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan (0 1
tahun), Sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya (2 3
tahun), Perkembangan bahasa juga semakin baik (4 6 tahun).
13

Sedangkan menurut Ummu Sufyan Rahma bintu Muhammad Usia anak-
anak terbagi ke dalam dua tahapan hingga mencapai masa baligh-nya. Tahapan
yang pertama adalah sebelum tamyiz dan tahapan kedua adalah sesudah
tamyiz. Adapun tamyiz adalah masa dimana anak-anak telah dapat membedakan
sesuatu dengan baik, mana yang baik untuk dirinya dan mana yang buruk atau
berbahaya bagi dirinya. Dan pencapaian usia tamyiz akan sangat dipengaruhi
dengan pelajaran, peringatan dan arahan dari orang tua yang dapat difahami
oleh si anak dengan baik dan sesuai dengan pertumbuhan akal si anak.
14

Jadi, dalam Islam anak usia dini adalah dimana anak tersebut sudah bisa
membedakan tangan kanan dan kiri, dan masa ini juga biasa disebut masa

11
Nasiruddin, Cerdas Ala Rasulullah Saw., hlm. 48
12
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Diva Press, 2010, hlm. 17
13
Mulyasa, Manajemen PAUD, Bandung: PT. Rosdakarya, 2012, hlm.23
14
Abdul Hakim bin Amir Abdat, Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk yang Dinanti, Jakarta
: Maktabah Muawiyah bin Abi Sufyan, hlm. 346
7

prasekolah yang memiliki masa peka dalam perkembangannya. Sehingga, masa
ini merupakan saat yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan
utama dalam mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan fisik,
kongnitif, bahasa, seni, sosial, emosional, spiritual, konsep diri, disiplin diri dan
kemandirian. Bahkan, dalam hal ini Rasullullah Saw. bersabda; Bantulah
anak-anakmu berbuat kebaktian. Maksudnya yaitu pada masa sebelum tamyiz
orangtua berkewajiban memberikan pendidikan agama yang cukup kepada
anaknya.

2. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini
mungkin. Rasulullah memerintahkan kepada para orangtua agar mereka
menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala berumur tujuh tahun.
Sabda Rasulullah SAW:
15

Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat, ketika mereka berusia
tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan mengerjakan kalau
mereka sudah berumur 10 tahun, dan pisahkan antara mereka ketika
mereka tidur

Pendidikan dalam keluarga tidak bisa lepas dari sebelumnya yakni
pendidikan anak dalam kandungan atau sebelum lahir. Dengan demikian bila
dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan anak dalam kandungan
merupakan serangkaian yang masih berkaitannya untuk mewujudkan generasi
umat berikutnya, dan pendidikan itu sangat dibutuhkan dalam kandungan,
educatin as a necessity of life.
16

3. Ketika Pendidikan Anak di Mulai
Masa depan anak ditentukan sejauh mana ia mendapatkan pendidikan
yang layak sejak dini. Itulah sebabnya, muncul aneka ragam pendidikan anak
usia dini (PAUD) dengan tujuan untuk mencetak generasi yang tidak hanya
memiliki pengetahuan mumpuni, tapi juga memiliki kepribadian yang baik.
Bukan hanya itu saja, selain bidang inteligensi orangtua harus juga
memperhatikan dibidang akhlak, pergaulan, dan emosi sejak dini.
a. Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan

15
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, hlm. 103
16
Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001, hlm. 123
8

Sebagai orangtua, harus melakukan sesuatu yang bisa memberikan
dampak positif bagi anak-anaknya di masa yang akan datang. Untuk itu,
Rasulullah Saw. bersabda:
Manakala seseorang di antara kalian menggauli istrinya, terlebih dahulu
mengucapkan Bismillaahi, Allaahumma Jannibnasy Syaithaana Wa
Jannibisy Syaithaana Maa Razaqtanaa (Dengan menyebut nama Allah, Ya
Allah, hindarkan kami dari gangguan setan dan hindarkan pula anak yang
akan Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan setan) kemudian
dilahirkan dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya setan tidak
akan mengganggunya. (HR. Muttafaqun alaih)

Hadist ini terkandung anjuran bagi setiap pasangan untuk melakukan
suatu hubungan intim dengan tatanan tatakrama yang baik, apabila di dalam
permulaan senggama menyebut nama Allah Swt. dan seizin Allah, anaknya
nanti tidak akan diganggu setan, dan jika kelak dia besar akan jauh dari
perilaku setan.
Selain itu, perhatian orangtua dalam kandungan juga harus sangat
diperhatikan. Maka, ia berhak memberi stimulasi atau rangsangan serta
menjaga dan mendoakannya. Karena, di dalam kandungan sejatinya bayi sudah
bisa merasa, mendengar, dan melihat. Dalam penelitian modern, seorang
peneliti, De Casper, memberikan pendapatnya bahwa di dalam kandungan bayi
memiliki:
17

(a) Perubahan daya menghisap (jempol) bila mendengar suara tertentu.
(b) Mendapatkan kenyamanan bila ibu bicara dengan bahasa daerahnya
sendiri.
(c) Bila mendengarkan cerita yang disukainya, denyut jantung bayi
menjadi stabil dan lambat. Tetapi akan meningkat bila mendengar
cerita yang tidak disukainya.
Hal ini dapat menerangkan bagaimana Imam SyafiI mampu hafal Al-
Quran dan hadis pada usia Sembilan tahun, oleh karena lingkungan rahim
ibunya selalu disibukkan dengan bacaan mulia yaitu Al-Quran.

b. Mendidik Anak Dari Lahir Sampai Usia 3 Tahun

17
Nur Kholish Rifani, Cara Bijak Rasulullah dalam Mendidik Anak , Yogyakarta: Real
Books, 2013, hlm. 41
9

Di masa kelahiran hingga tiga tahun anak membutuhkan banyak
stimulasi atau rangsangan agar saraf-saraf di otaknya berkembang secara
optimal. Karena, aktivitas pada usia ini akan mendukung perkembangannya
kelak. Pada masa ini seorang anak sangat sensitive bagi perkembangan bahasa,
cara berpikir dan sosialisasinya. Secara rohani, seorang anak harus
mendapatkan perlakuan yang pantas baik secara agama maupun social antara
lain memberinya aqiqah, mencukur rambut bayi dan lain sebagainya.
Dalam ajaran Islam, aqiqah, mencukur rambut, member nama yang
baik, dan mengkhitankan bayi, merupakan satu paket. Apalagi masalah khitan,
setidaknya orangtua harus memperhatikan hal ini. Karena, tanpa khitan sholat
tidak akan sempurna sebab suci merupakan syarat sah salat.
Di samping itu seorang ibu mempunyai kewajiban untuk menyusui
anaknya. Walau para ahli ASI tidak bisa mendapatkan jawaban dengan tepat
tentang usia berapa menyapih. Tetapi, Al-Quran dengan tegas menjawabnya,
sebagimana Allah telah dalam firmannya:
4).4O^-4 =}uONC
O}-Eu u-.OEO
u-Ug`~E W ;}Eg E1-4O
p E+NC O4N=O- _
O>4N4 g1O7OO^- N.
O}_~^ejO O}g4OOg4
NOuO^) _ -^U>
R^4^ ) E_EcN _ O._>
E4).4 E-g.4O) 4
1O7O4` +O- jg.4O) _
O>4N4 g[jO-4O^- NuVg`
ElgO up) -E1-4O
=g }4N -4O> 4gu+g)`
ON4=>4 E EEE4N_
EjgOU4N up)4 <>14O
p W-EONuO4O
7Eu E EE4LN_
7^OU4 -O) +;^UEc .E`
7+^O>-47 ^OuO^)
W-OE>-4 -.-
W-EOU;N-4 Ep -.-
Eg 4pOU4u> OO4 ^g@@

10


Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Baqarah[2]: 233)
18


Ayat tersebut menjelaskan bahwa penyapihan adalah bentuk cinta kita
kepada anak. Dengan proses menghentikan penyusuan, semua itu adalah proses
yang harus dilalui anak. Karena dalam penyapihan ini, terdapat sebuah
pendidikan bahwa dalam kehidupan anak selanjutnya akan menemui batasan-
batasan.
Selain penyapihan, orangtua juga berkewajiban menanamkan benih
keimanan pada anak sejak dini. Karena setiap anak memiliki bakat iman
kepada Allah Swt. hal itu nampak pada diri anak, dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan tentang asal muasal dunia.
Kewajiban ayah dan bunda adalah memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan
tersebut untuk mengenalkan pada Allah Swt. Tuhan yang Maha Pencipta.
Pengenalan tersebut hanya sebatas kemampuan berpikir anak, kematangan
bahasa dan nalarnya.
Imam Muhammad Baqir dalam hal pendidikan itu bertahap ini
mengatakan:
19

Jika anak telah berumur tiga tahun, ajarilah ia kalimat Laa ilaaha
illallaah (Tiada Tuhan Selain Allah) sebanyak tujuh kali lalu tinggalkan ia.
Saat ia berusia tiga tahun tujuh bulan dua pulu hari, katakana kepadanya
MUHAMMADUR RASULULLAH (Muhammad adalah utusan Allah)
sebanyak tujuh kali, lalu tinggalkan sampai ia berumur empat tahun.
Kemudian, ajarilah ia untuk mengucapkan SHALLALLAH ALAA
MUHAMMAD WA AALIHI (Salam sejahtera atas Muhammad dan
keluarganya) sebanyak tujuh kalidan tinggalkan. Setelah ia genap berusia lima

18
Yayasan Baiturrahman Bontang, Al-Quran & Terjemahan, hlm. 37
19
Al-Imam Abdurrauf Al-Manaawi, Perbendaharaan 590 Hadits Nabawi, Surabaya: Karya
Utama, hlm.30
11

tahun, tanyakanlah kepadanya mana kanan dan mana kiri? Jika ia mengetahui
arah kanan dan kiri palingkan wajahnya untuk menghadap kiblat dan
perintahkanlah ia untuk bersujud lalu tinggalkan. Setelah ia berumur tujuh
tahun suruhlan ia untuk mencuci wajah dan kedua tangannya dan
perintahkanlah ia untuk shalat lalu tinggalkan. Saat ia berusia genap Sembilan
tahun ajarilah wudhu dan salat yang sebenarnya dan pukullah ia bila
meninggalkan kewajibannya ini. Jika anak telah mempelajari wudhu dan salat
dengan benar, maka Allah akan mengampuninya dan mengampuni kedua
orantuanya

Menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak pada usia dini
seperti ini sangat penting dalam program pendidikannya. Penanaman keimanan
atau akidah pada usia ini diantaranya untuk mengajarkan:
(a) Mengerjakan kalimat tauhid
(b) Menanamkan cinta kepada Allah Swt.
(c) Menanamkan Cinta kepada Nabi Muhammad Saw.
Masa kanak-kanak juga merupakan masa pertumbuhan emosional anak
dengan mulai cara belajar mencitai atau membenci sesuatu. Tugas orang tua
adalah mengarahkan pada contoh dan teladan kehidupan umat manusia dengan
menanamkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw.. Tetapi, kita ketahui
zaman sekarang banyak sekali anak-anak usia dini seperti tidak mempunyai
tauladan yang dapat ditiru. Mereka cenderung lebih tergoda untuk mengikuti
tauladan para artis. Untuk itu penting sekali kiranya bagi orang tua untuk
menceritakan kisah perjalanan hidup pemimpinnya sejak dini, karena dengan
mengetahui perjalanan hidupnya, anak kita akan mengetahui ketinggian
kedudukannya di sisi Allah Swt dan patut diteladani.










12










PENUTUP

Masa depan anak adalah perioritas utama bagi setiap orang tua. orang tua adalah
pendidik terpenting, tetapi paling penting tak tersiapkan. Pembekalan kemampuan
orang tua untuk mendidik itu urgent, penting, dan fundamental. Karna apapun jadinya
anak ayah dan bunda kelak, sangat tergantung kepada ayah dan bunda mengasuhnya
hari ini.
Jika anak dibiasakan dan dididik ilmu agama sejak dini maka, jika ia dewasa
kelak akan memegang nilai-nilai akhlak, memiliki spritualitas dan religious, mampu
menjadi pemimpin dan teladan di tengah masyarakat.
Begitu sebaliknya, jika pada usia dini anak tidak mendapatkan pendidikan
agama. Dengan begitu, orang tua akan menyumbangkan generasi yang lemah iman
kepada dunia. Generasi yang tidak percaya diri, lemah, menghalalkan segala cara demi
memenuhi ambisinya, and seribu sifat buruk yang lainnya.
Dalam mendidik anak di era digital ini membuahkan tantangan tersendiri bagi
orang tua dalam menyiapkan anak menajdi generasi tangguh di masa depan. Bagi orang
tua yang berjuang untuk anak-anaknya, semoga sukses. Dan bagi para guru yang
beramal untuk anak-anak didiknya, semoga Allah senantiasa meridhainya. Amiin..





13










DAFTAR PUSTAKA


Al-Manaawi , Abdurrauf Al-Imam, Perbendaharaan 590 Hadits Nabawi (Terjm. Idrus
H. Alkaf), Surabaya: Karya Utam.

Kholish Rifani Nur, Cara Bijak Rasulullah dalam Mendidik Anak , Yogyakarta:
Real Book, 2013.

Mubarok Achmad, Psikologi Keluarga : Dari Keluara Sakinah Hingga Keluarga
Bangsa, Jakarta: Wahana Aksara Prima, 2009.

Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001.

Noeman , Razak Rani , Amazing Parenting : Menjadi Orangtua Asyik, Membentuk
Anak Hebat, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2012.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Sajirun, Muhammad, Membentuk Karakter Islami Anak Usia Dini, Surakarta: Era
Adicitra Inter media, 2012.

Yayasan Baiturrahman Bontang , Al-Quran &Terjemahan, Jakarta: PT. Rilis
Grafika, 2009.

Anda mungkin juga menyukai