Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KEBIJAKAN FULL DAY SCHOOL DI INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Kebijakan Pendidikan PAI di Madrasah
dan Sekolah.

Oleh:
Amrin Mushawir1, Fresti Arbangiati2, M. Tri Indirwan3, Rahma Nur Widya4, Rizki
Taqwa5

Program Studi Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta 2019
PENDAHULUAN
Berbagai polemik mengenai sistem pendidikan di Indonesia hingga harus mengalami
perubahan pada sistem pendidikan. Perubahan pada sistem pendidikan juga dilihat dari berbagai
faktor atau permasalahan yang sering terjadi. Dalam hal ini, permasalahan yang terjadi tidak hanya
dalam lingkup sekolahan saja, akan tetapi juga meliputi lingkup masyarakat. Seperti beberapa tahun
lalu permasalahan yang sering terjadi adalah tawuran antar pelajar. Hingga akhirnya solusi yang
diberikan yaitu pembaharuan pada sistem pendidikan. Yang kemudian muncul ide untuk
menerapkan sistem FDS (Full Day School) di setiap sekolah. Ide untuk menerapkan sistem full day
school ini bukan hanya dikarenakan satu faktor saja, akan tetapi masih banyak faktor lain yang
kemudian membuat ide ini muncul untuk diterapkan. Penetapan kebijakan full day school ini telah
diatur dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2017 Tentang hari sekolah.(Permendikbud, 2017) Dalam
peraturan tersebut jam sekolah yang pada awalnya hanya sekitar 6 jam perhari dalam waktu 6 hari.
yang kemudian ditambah menjadi 8 jam dalam sehari, yang berarti dalam 40 jam dalam waktu 5
hari, dan itu sudah terbilang dalam waktu seminggu.
Penerapan kebijakan full day school ini tentunya memiliki tujuan dan alasan yang jelas.
Dengan begitu kebijakan ini diterbitkan tidak hanya berdiri sendiri. Salah satu tujuan dibuatnya
sistem pendidikan full day school, yaitu agar jam pulang sekolah anak sama dengan jam pulang
kerjanya orang tua. Dengan begitu anak tidak akan sendirian ketika di rumah. Dengan begitu setiap
kegiatan anak dapat selalu terawasi oleh orang tua, baik di sekolah maupun di rumah. Alasan dari
adanya kebijakan ini, yaitu agar anak dapat lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Yang
kemudian dapat terarahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat.

LITERATUR
Definisi
Membahas Full Day School tentu saja berhubungan dengan tujuan pendidikan, karena pada
hakekatnya Full Day School dibuat untuk menyatukan pengetahuan agama dan pengetahuan umum.
System atau program FDS ini merupakan salah satu solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang
terdapat di dalam pendidikan. Oleh karena itu, sebelum kita membahas FDS lebih lanjut, perlu kita
ketahui apa tujuan dari pendidikan islam.
Berikut ini ada beberapa pendapat mengenai tujuan pendidikan islam menurut para ahli,
diantaranya:

1. Menurut Ahmad D. Marimba, tujuan pendidikan islam yaitu membentuk kepribadian


setiap manusia menurut ukuran-ukuran ajaran islam melalui bimbingan jasmani dan
rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama islam. (Hasan Baharun, 2018)
2. Menurut Ibnu Khaldun, tujuan pendidikan islam mengarah pada duniawi dan ukhrawi.
Pendidikan islam hendaknya membentuk seluruh manusia sebagai hamba yang selalu
taat kepada Allah SWT dan mampu menghadapi berbagai persoalan dalam
kehidupannya. (Miftahur Rohman, 2018)
Dari dua pendapat para ahli diatas mengenai tujuan pendidikan islam dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendikan islam yaitu membentuk kepribadian setiap manusia melalui bimbingan
jasmani dan rohani sebagai hamba yang taat kepada Allah SWT dan mampu mengadapi berbagai
persoalan dalam kehidupannya.
Secara terminology, Full Day School merupakan suatu proses pembelajaran yang
berlangsung selama seharian penuh. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dari pagi jam 06.45
sampai sore jam 15.30. Setiap dua jam sekali dalam proses pembelajaran akan diadakan istirahat.
Oleh karena itu sekolah akan lebih leluasa dalam mengatur jadwal pelajaran, ditambah dengan
pendalaman materi dan disesuaikan dengan bobot mata pelajaran.
System Full Day School sudah ada di Indonesia sekitar tahun 1990-an yang digunakan
sebagai istilah dari sekolah unggulan. Sekolah unggulan merupakan sekolah yang menekan pada
kualitas dalam proses pembelajaran. Tetapi pada umumnya sekolah unggulan biasanya memiliki
fasilitas yang lengkap dan serba elit sehingga biayanya cukup mahal. (Siregar, 2017)
Adapun pembahasan Full Day School dari sudut pandangan epistimologi Islam yang terdiri
dari bayani, irfani dan burhani. Marilah kita menelaan daeri sudut pandang bayani, irfani dan
burhani.
Pertama, Sudut pandang bayani menekankan pada kekuatan teks suci. Para ulama membuat
kesepatakaan bahwa Al-Qur’an dan Al-Sunnah merupakan sumber ajaran islam yang utama,
sedangkan akal pikiran digunakan sebagai alat untuk memahami isi Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hal
ini merupakan ketentuan dalam agama Islam sebagai wahyu yang berasala dari Allah SWT, yang
dijabarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an Suat An-Nisa ayat 59. Al-Qur’an dan
Hadist merupakan dasar pendidikan Islam yang sudah jelas berasalah dari firman Allah SWT. Allah
SWT memerintahkan kepada setiat umat manusia agar melaksanakan pendidikan, dan
melaksanakan pendidikan adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Ada banyak ayat di
dalam Al-Qur’an yang menyatakan tentang perintah tersebut, diantaranya:

Surat Al-Isra` ayat 72

‫سبي ًي ل‬
َ َ َ ‫َوَ َكا َن ََٰه يذهي َأ ْع َم ََٰى َف ُ َه و يِف ْا ْل‬
‫يخ رةي َأ ع م َٰى و ض‬ ‫م ن يِف‬
ْ ْ
‫َ َ َأ ُّل‬ َ
Artinya: “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscahaya di akhirat (nanti) ia
akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”

Ayat tersebut membahas tentang hati yang mati. Jika dikaitkan dengan full day school,
ketika sekolah memberikan ilmu pengetahuan tanpa adanya gabungan antara spiritual dan
intelektual maka hati tersebut tidak dapat menerima dan menyerap ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, berdasarkan ayat Al-Qur’an Kemendikbud dapat merangkai konsep full day school yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dalam surat Ar-Rahman ayat 1-4:

‫ح‬ َٰ
َ ْ ‫الَ ّر‬

‫ن‬
ُ

َ‫عل‬
َ
‫ّ م الُْ ق رآ َن‬
‫َ ْ‬

‫َخَل َق ْا ْيلْن‬

‫َسا َن‬

‫َعلَ‬

‫ّ َمُه الَْب َيا‬

‫َن‬
Artinya: “(Tuhan) yang Maha Pemurah, Yang Telah mengajarkan Al-qwur’an. Dia
menciptakan manusia, Mengajranya pandai berbicara.”

Jika dikaitkan dengan full day school, ayat tersbut miliki kesinambungan dengan Peraturan
Menteri No. 23 tahun 2017 pasal 1 ayat 3 yang berkaitan dengan prinsip mengajar. Kata Ar-rahman
mencerminkan sebuah kasih yang memiliki arti bahwa ketika mengajar harus menggunakan kasihn
sayang, jika prinsip kasih sayang diterapkan dalam proses mengajar maka akan timbul prinsip-
prinsip lain dengan sendirinya, misalnya ikhlas dan lemah lembut kepada peserta didik. Sehingga
prinsip-prinsip tersbut dapat memberikan pencerahan akidah dan moral terhadap peserta didik.

Dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2:

‫ب وا ْلي‬
َ َ ‫ُهَ و َني َر يمْ ن ُه ْم َي ْت ُلو َعل َْي يه َويُ َ ز َويُ َ علي ُم ُه‬
‫ْك مَة‬ ‫ُم اْل يكَتا‬ ‫كيي يه‬ ‫ال ُسًوًل‬
َ ‫ْم‬ ‫م‬ ْ ‫ّ يذي ب َ ع َث يِف اْلُي ميي‬
‫َآ‬
‫يت ي ه‬
‫َ َض ل ٍني‬ ‫َوإي َكا يم ْن قَ ْ ب ُل‬
‫ٍل مبي‬ ‫ْن ُنوا‬
ُ ‫َليفي‬
Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya,
mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Ayat tersebut memiliki hubungan dengan kebijakan full day school, jadi peserta didik tidak
hanya memperoleh materi tambahan di sekolah, tetapi mereka juga dapat memperoleh pesan-pesan
normatif yang berupa keimanan dan akhlak, sehingga peserta didik dapat meningkatkan moralnya
serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.

Dalam surat At-Tahrim ayat 6:

‫ي‬
‫وَأ هليي ُك م َن را س وا ْلي َعل مَ ل ئي َغ ل ٌظ‬ ‫ََي‬
َ َ ُ ًَ ْ ْ َ
‫أَي‬
‫َجا َرةُ ي َها َكٌة‬ ‫َوُق ُو د َها‬
‫ّ َها‬
‫الن‬
‫ّا‬ ‫ال‬
‫ّ يذي َن َآ ُم نوا قُ وا ْأ َن ُ ف َس ُك ْم‬
‫صو ما َأ م ره م وي َما ُي ْ َؤ ُم رو َن‬ ‫يش َدا‬
َ َ ْ ُ ََ َ ُ َ‫ًَل ي‬
‫ْ فَ عل ُو َن‬ ‫َن ا‬ ‫ْع‬ ‫ٌد‬
َّ ‫ل‬
‫َل‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
nearaka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya mlaikat-malaikat yang kasar,
dank eras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa sebagai orang tua wajib untuk menjaga keluarganya
terutama anaknya dari segala perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT. Terutama bagi seororang
ayah sebagai imam dan kepala rumah tangga. Orang tua memiliki kewajiban dalam menentukan
pendidikan bagi anak-anaknya. Kebanyakan sekolah-sekolah unggul yang memiliki fasilitas
lengakap dan bagus pasti menerapkan program full day school di sekolahnya. Jadi, full day school
adalah salah satu sosuli atau plihan yang baik bagi orang tua yang merasa kegilsah terhadap
pergaulan anaknya.

Kebijakan Full day School tentu saja mempunya tujuan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan islam yaitu menjadikan peserta didik sebagai individu yang shaleh-shelaha dan selalu
bertakwa kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran ayat 137 dan Surat An-Nahl
ayat 125.

Surat Ali ‘Imran ayat 137:

‫َني‬
‫يض َ َف َعاقيَبُة اْل ُم‬ ‫قَ ْد َ ْت يم ْن ُسَن ٌن َف ي سرُيوا يِف‬
‫َك يذبي‬ ‫َفاْن ُُظروا ك َكا َن‬ ‫ا َْْل ر‬ ‫َق ْ بلي ُك ْم‬ ‫خ‬
‫ي‬ ‫َل‬
Artinya: “Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu
berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul).”

Surat An-Nahl ayat 125:

‫ُهو َأ‬
َ ‫ي ه َ ي ۚ إ ي َر‬ ‫ي‬ ‫َر ْك َمي ة َواْل َ ْموي عظَية ا ْلْ َ َو َجا‬ ‫ا ْدعُ سبي‬
َ
‫عل م‬
َ ‫َأ ْح َّن َس‬
ُ ْ ‫ب‬ ‫يد بل‬ ‫سَني ة ۖ يِب ْلي‬
‫بي‬ ‫إي َ ََٰل ي يل‬
‫ُن ّ َ ك‬ َ ‫َك‬
‫ل م ّيِت‬
ُْ
‫ۖ َوُ َهو َأ ْعَل ُم‬
ْ ‫ِي َب ْن َض‬
‫َسبييلي ي ِي‬ ‫َّل ن‬
‫ه بْل ُم ْهتَ يدي َن‬ ‫َع‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
bai, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.”

Ayat-ayat tersebut merupakan imbauan dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia
untuk tidak membuang waktunya dengan mebuat atau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
System Full Day School yang mengacu pada ayat-ayat tersebut merupakan bentuk belajar tanpa
batas, yaitu peserta didik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran selama seharin penuh,
sehingga dapat terhindar dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya buruk atau tidak terlalu bermanfaat,
seperti bermain.
Kedua, menurut dari sudut pandang Irfani, pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
penalaran rasional dan pengalaman inddriawi saja, tetapi bisa juga diperoleh dari ilham, maka tolok
ukur dari pengethaun itu sendiri yaitu adanya kesecerdasan spiritual yang dimiliki oleh peserta
didik. Menurut imam Al-Ghazali, ilham yaitu jalan pengetahuan yang benar, dengan adanya ilham
tersebut akan dapat mengantarkan manusia kepada ilm al-yaqin, yaitu sua keadaan yang benar-
benar terbuka terhadapnya yang diketahui sehingga tidak lagi terdapat keraguan. Oleh karena itu
melalui ilham untuk memperoleh ilmu pengetahuan hendaknya melewati jalan kehidupan dengan
mujahadah dan riyadhah. Artinya jika dikaitkan dengan kebijakan Full Day School, maka
hendaknya peserta didik mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena dengan melalui kebiasaan-
kebiasaan keagamaan seperti do’a maupun sholat peserta didik akan lebih mudah dalam
memperoleh pengetahuan yang bersumber dari Allah SWT. Sebab kebijakan FDS ini memiliki
tujuan utama yaitu menanamkan perpaduan antara ilmu agama dengan ilmu umum kepada peserta,
sehingga peserta didik dapat meningkatkan keimanan serta senantiasa bertkwa kepada Allah SWT.
Ketiga, jika dilihat dari sudut pandang epistimologi burhani maka harus memperhatikan
kekuatan akal, rasio dan prinsip-prinsip logika, bahwa seharusnya definisi Full Day School
dirumuskan tidak dengan secara negative melainkan dengan secara positif. Misalnya kebijakan
yang ditetapkan oleh system Full Day School yaitu sekolah dilaksanakan dalam lima hari dan 8 jam
waktu belajara dari setiap harinya dalam 5 hari tersebut. Timbul pertanyaan, apakah dengan adanya
kebijakan tersebut dapat membantu mengembangkan karakter peserta didik ? timbul lagi pertanyaan
selanjutnya, bagaimana maksud dari pengembangan karakter dan apa itu karakter ?
Keempat, dapat dilihat dari sudut pandang epistemologi burhani maka harus memperhatikan
kekuatan akal, rasio dan prinsip-prinsip logika, bahwa dalam prinsip logika, seharusnya definisi
FDS dirumuskan secara positif, bukan negatif.43 Semisal dalam kebijakan yang ditetapkan ialah
“Lima hari sekolah dan delapan jam sehari” pertanyaannya, apakah kebijakan tersebut memberikan
arti positif untuk membantu menguatkan karakter siswa/i? lalu pertanyaan selanjutnya apa itu
karakter dan bagaimana maksud dari penguatan karakter itu sendiri?, mengapa yang diperhatikan
hanyalah jam pelajarannya saja?, semisal dengan kondisi sekolah yang minim kuantitas dan
kualitas guru dan fasilitas, bahkan berpotensi tidak aman, tepatkah menuntut para siswa
menghabiskan waktu begitu lama di sekolah?, akankah watak mereka berubah menjadi lebih mulia
karenanya?

Perlu kita ketahui bahwa dalam Filosofi Charlotte Mason, untuk menghasilkan watak yang
luhur terdapat tiga dasar yang harus ditegakkan, diantaranya:
1. Atmosfer, nilai-nilai yang dipancarkan melalui keteladanan sehari-hari.
2. Disiplin, kebiasaan-kebiasaan yang dilatih secara dan memiliki tujuan. Seperti metode
pembelajaran harus direvolusi, adanya perkembangan dan perubahan menjadi lebih baik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Disediakan deng ide-ide yang inspiratif dan positif, misalnya perpustakaan menyediakan
buku-buku yang terbarudan pastinya buku yang bagus dan bermutu.

Dalam penambahan jam pembelajaran di sekolah merupakan sebuah teknik saja, bukanlah
dasar dari suat pendidikan karakter, jika dari tiga dasar diatas tidak dilaksanakan maka bisa
dipastikan watak siswa tidak akan berkembang menjadi lebih baik. Kenapa pemahaman ini
menekankan pada akal dan rasio? Karena pada hakekatnya akal merupakan suatu hidayah yang
berasal dari Allah SWT untuk memikul beban yang ditelah diberikan oleh-Nya. Maka system Full
Day School sangatlah bagus untuk digunakan agar akal manusia yang biasa disebut sebagai otak
dapat berfikir dan melakukan aktivitas yang bermanfaat tanpa membuang waktu secara sia-sia.
(Hasan Baharun, 2018)

Latar Belakang Munculnya Full Day School


Pada awalnya di tahun 1980 bertempat di Amerika Serikat, lahirlah sebuah konsep
pendidikan baru dengan nama full day school (Yusuf, 2017, p. 6). Pelaksanaan sistem ini pertama
kali diterapkan pada Taman Kanak-kanak. Selanjutnya, menyusul ke Sekolah Dasar sampai pada
Sekolah Menengah Atas.
Sistem full day school telah diterapkan oleh banyak negara maju , seperti Inggris, Jepang,
dan Amerika Serikat. Pelaksaaan jamnya pun sangat bervariasi menurut jenjang pendidikan dan
Negaranya. Lahirnya konsep pendidikan full day school tentu saja tidak dibuat begitu saja tanpa
adanya alasan yang kuat. Melainkan, karena adanya permasalahan yang bisa menghambat jalannya
pendidikan tersebut. Setidaknya ada tiga dasar yang digunakan untuk melahirkan sistem full day
school ini (Zuliana, 2014) dan dua lainnya, antara lain:
1. Mengurangi pengaruh negatif dari luar pada anak usai sekolah.
2. Waktu belajar lebih lama sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien. Pembelajaran
yang ada tidak hanya tentang ilmu pengetahuan umum saja, melainkan adanya juga ilmu
pengetahuan agama.
3. Orangtua yang sibuk bekerja sangat terbantu dalam hal pengawasan terhadap anak.
4. Terjadinya kemerosotan moral, tingkah laku, dan etika anak bangsa (Fitroh, 2019, p. 3)
5. Tidak terkontrolnya penggunaan alat komunikasi moderen
Permasalahan lainnya ialah kurang efektifnya sistem half-school (Wicaksono, 2018, p. 11).
Pada sistem ini sekolah cenderung melepas tangan saat jam sekolah telah selesai. Sehingga
menyebabkan tidak terkontrolnya aktivitas peserta didik di luar sekolah. Banyak tawuran yang
terjadi disebabkan kurangnya pengawasan orangtua yang sibuk bekerja hingga sore hari serta
kurangnya aktivitas pada peserta didik sehingga menyebabkan mereka melakukan hal-hal
menyimpang. Dengan adanya sistem full day school diharapkan menjadi untuk mengurangi hal-hal
tersebut.
Di Negara Indonesia, baru memunculkan pada sekitar tahun 1990-an dengan dipelopori oleh
sekolah-sekolah swasta, seperti sekolah-sekolah berlabel Islam (Musrofah Hidayati, 2017, p. 11).
Penyebab utamanya ialah meningkatnya secara signifikan jumlah orang tua yang bekerja seharian
penuh sehingga menyebabkan kurangnya bahkan tidak adanya pengasuhan pada anaknya. Demi
menunjang pelaksanaan sistem full day school, alangkah baiknya apabila memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut (Dr. Tototk Suyanto, 2014, p. 721): terdapatnya pengaturan jadwal yang baik,
mempunyai strategi pembelajarannya yang tepat sasaran, sarana prasarana serta fasilitas yang
mendukung dan memadai, dan terakhir adanya penguatan lebih pada materi yang akan disampaikan
maupun yang telah disampaikan.

Regulasi Kebijakan Full Day School


Melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka untuk memajukan pendidikan di
Indonesia, Pemerintah mencanangkan sebuah kebijakan yaitu “full day school” yang diterapkan
mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Umum (SMP), dan Sekolah Menengah
Umum(SMA). Alasan dicanangkannya program FDS ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut. Pertama, kurangnya waktu orang tua di rumah karena kesibukan dalam bekerja atau
melakukan kegiatan orang dewasa lainnya. Kedua, formalisasi jam tambahan untuk keagamaan
karena dianggap pengawasan orang tua terhadap anak sedikit soal keagamaan. Ketiga, adanya
peningkatan mutu pendidikan sebagai solusi yang paling efektif untuk mengatasi masalah
pendidikan di Indonesia.(Wirahyuni & Hermawan, 2018)
Kebijakan pemerintah mengenai penambahan jam sekolah atau full day school terdapat
pada Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017 Pasal (2) yang berbunyi:(Pendidikan,
Kebudayaan, & Indonesia, 2017)
1. Hari Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam
selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu.
2. Ketentuan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima)
hari dalam 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk waktu istirahat
selama 0,5 (nol koma lima) jam dalam 1 (satu) hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5
(lima) hari dalam 1 (satu) minggu.
3. Dalam hal diperlukan penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Sekolah dapat menambah waktu istirahat melebihi dari 0,5 (nol koma lima) jam dalam 1
(satu) hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu. (4)
Penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk dalam
perhitungan jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pemerintah sudah menetapkan suatu kebijakan full day school menurut Mendikbud
Muhadjir Effendy telah menetapkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017 tentang
Hari Sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5 hari alias full day school pada 12 Juni
2017. Kebijakan ini berlaku mulai tahun ajaran baru yang jatuh pada Juli 2017. Namun bagi sekolah
yang belum memiliki sumber daya dan sarana transportasi yang memadai, maka kebijakan ini
dilakukan secara bertahap.(Merigi, 2018, p. 4)

Implementasi Kebijakan Full Day School


Pembelajaran dengan sistem full day school akan berjalan dengan baik apabila didukung
oleh beberapa faktor, seperti yang dikutip dari penelitian, sekolah dengan sistem full day school
harus memiliki pengaturan jadwal yang baik, proses pembelajaran haruslah memiliki strategi yang
baik serta sekolah harus memiliki fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran dan
pendalaman materi. Karena pada umumnya peserta didik akan mudah merasa jenuh jika seharian
belajar di sekolah. Proses pembelajaran dalam sistem full day school seperti tugas sekolah dapat
dikerjakan oleh peserta didik melalui bimbingan guru mata pelajaran pada saat di sekolah, namun
hal tersebut tidak berarti bahwa sekolah mengekang siswa untuk terus-menerus belajar melainkan
dalam pembelajaran full day school diterapkan suatu metode dan media pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa jenuh berada di sekolah, seorang guru harus
mampu berinovasi dan kreatif agar proses pembelajaran dapat berjalan baik. (Irayasa, 2019)
Seiring dengan berkembangnya zaman, semakin berkembang pula kurikulum pendidikan di
Indonesia. Adanya pergantian kurikulum dan kebijakan di dunia pendidikan merupakan sebuah
harapan besar agar bisa menjadikan pendidikan di Indonesia semakin memiliki mutu yang tinggi
dan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang berintegritas. Hal ini ditandai dengan
penerapan full day school yang sudah dilakukan oleh berbagai instansi pendidikan di Indonesia.
Penerapan kebijakan full day school dapat menjadi suatu alternatif usaha bagi sekolah dalam
melaksanakan pendidikan karakter sehingga siswa menjadi cerdas secara moral ataupun nalar
(Prima Ratna Sari, Dewi Kusuma Wardani, 2017). Sekolah yang dirasa telah siap berhadapan
dengan perubahan pola belajar dan mengajar yang berbeda dengan sebelumnya maka penerapan
fullday school dapat dilakukan. Fullday school ditandai dengan penambahan jumlah jam belajar
yang diberikan oleh guru sekitar dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Hal-hal yang berkaitan dengan
waktu disesuaikan oleh kebijakan yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan di tingkat provinsi
ataupun kabupaten/kota. Untuk Sekolah Menengah Atas kebijakan tentang proses belajar
mengajarkan ditentukan di tingkat Provinsi. Sedangkan pada jenjang Sekolah Menengah pertama
ditentukan di tingkat kabupaten/kota.
Tanpa adanya tujuan yang diharapkan suatu kebijakan tidak akan berjalan dengan baik. Full
day school mempunyai bermacam tujuan yang berbeda-beda dan bermanfaat bagi para siswa itu
sendiri. Sistem pendidikan dengan konsep seperti ini menjadi sebuah kebutuhan di era ini karena
kondisi sosial masyarakat yang semakin berkembang. Pada zaman ini terdapat banyak sekali
orangtua yang keduanya bekerja dari pagi hingga sore hari, sehingga mereka membutuhkan tempat
untuk mendidik anak dengan durasi waktu yang cukup banyak dibandingkan dengan sekolah
biasanya (Raharjo et al., 2018). Apa yang dimaksud dalam hal ini adalah anak memiliki waktu yang
cukup luang setelah ia pulang dari sekolah seperti sekolah biasanya. Tentu saja dengan adanya
waktu luang setelah siswa pulang sekolah dan orang tua masih bekerja, pengawasan dari orang tua
kepada anak cenderung kurang bahkan tidak ada. Semua perilaku bisa dilakukan oleh siswa tersebut
tanpa sepengetahuan orang tua. Terlebih lagi pada saat kini sedang maraknya remaja yang masih
mengenakan seragam pada jam pulang sekolah dan berperilaku menyimpang. Full day school
bukanlah proses belajar mengajar secara formal pada umumnya, melainkan menekankan pendidikan
karakter bagi siswa sebagaimana yang dimaksud oleh pemerintah. Dengan diterapkannya fullday
school ini diharapkan mampu meminimalisir perbuatan menyimpang remaja yang secara tidak
langsung mencerminkan atau bahkan merendahkan nilai pendidikan di Indonesia.
Sedangkan menurut pandangan lain, ada masyarakat yang berpendapat bahwa kegiatan
belajar mengajar tidak melulu di dalam ruang kelas saja. Proses belajar bisa didapatkan oleh siswa
selain di dalam ruang kelas, seperti di rumah maupun lingkungan masyarakat. Tidak hanya secara
teoritis, siswa bisa memahami lebih dalam tentang gejala-gejala sosial yang ada di lingkungan
masyarakat secara langsung. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang cerdas sudah seyogyanya
bisa berpikir dengan kritis dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia,
khususnya mengenai perubahan proses pendidikan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia saat
ini, yaitu full day school.

ANALISIS KASUS
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan sistem Full Day School
dalam upaya membangun kecerdasan spiritual pada siswa Sekolah Dasar Islam terpadu Bina Insan
Cendekia Kota Pasuruan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian
ini, penulis mendapatkan hasil bahwa kecerdasan spiritual siswa terbentuk dan ditingkatkan melalui
sistem Full Day School di Sekolah Dasar Islam Terpadu Bina Insan Cendekia Pasuruan, Melalui
pembiasaan, proses pembentukan karakter dan penanaman ajaran Islam dapat membangun dan
meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di sekolah tersebut.
Dalam pelaksanaan system Full Day School, sekolah tersebut melakukan penyesuaian
program akademik seperti strategi pembelajaran, pengaturan jadwal mata pelajaran, sarana dan
prasarana yang memadai serta pendalaman materi adalahyang paling utama. Sebelum menerapkan
system Full Day School ini, pihak sekolah terlebih dahulu membuat rancangan atau konsep sistem
ini yang menerapkan dasar intregrated curriculum dan intregrated activity sehingga diharapkan
sistem ini mampu berjalan dengan maksimal. Intregrated curriculum adalah kurikulum yang
dirancang dengan sistem keterintegrasian yang mempertimbangkan komponen-komponen masukan,
proses dan produk secara seimbang dan setaraf. Pada komponen masukan, kurikulum dititik
beratkan pada mata pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan
tertentu. Pada komponen proses, kurikulum dititik beratkan pada pembentukan konsep berfikir dan
cara belajar yang diarahkan pada pengembangan peta kognitif. Pada komponen produk, kurikulum
dititik beratkan pada pembentukan tingkah laku spesifik. Ketiga komponen tersebut berinteraksi
dalam kurikulum secara terpadu.
Sistem pembelajaran Full Day School di SDIT BIC ini bertujuan untuk memberikan dasar
yang kuat dalam mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan Spiritual Quotient (SQ) siswa.
untuk mewujudkan dan mencetak generasi yang memiliki kecerdasan spiritual di SDIT BIC yaitu
dengan membiasakan berdo’a sebelum melakukan setiap kegiatan, dan menjadikan sholat dhuha
sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang yang ada di dalam sekolah tersebut, baik murid maupun
dewan guru. Pihak sekolah mewajibkan guru-guru untuk melaksanakan sholat dhuha, begitupun
juga siswanya. Dengan pembiasaan dan latihan akan terbentuk sikap tertentu pada siswa yang
lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, yang pada akhirnya menjadi bagian dari
pribadinya.
Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan system Full Day School di sekolah
tersebut berjalan dengan baik dalam rangka meningkatkan kecerdasan spiritual para siswa. Dalam
sistem Full Day School ini, penulis menemukan bahwa pihak sekolah berupaya menggunakan
konsep Integrated curriculum dan Integrated activity untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Adapun secara praksis, upaya yang dilakukan pihak sekolah dengan sistem Full Day School ini
adalah dengan pembiasaan yang menjadi budaya di sekolah sehingga dapat menjadi jati diri para
siswa.

KESIMPULAN
Pendidikan full day school merupakan sistem pendidikan dengan waktu belajar siswa di
sekolah yang lebih lama, yaitu 8 jam perhari, dalam waktu 5 hari (satu minggu). Dibandingkan
dengan sistem belajar pembelajaran sebelumnya, yaitu setengah hari (half day school). Sistem ini
dibuat dengan tujuan agar dapat mensiasati waktu pengawasan orang tua terhadap anak di luar jam
sekolah formal, sehingga sekolah yang awalnya dilaksanakan 5 sampai 6 jam berubah menjadi 8
bahkan sampai 9 jam. Dengan waktu seperti itu, jam pulang sekolah dapat sesuai dengan jam
pulang kerja orang tua pada umumnya.
Disamping itu, pendidikan full day school memfokuskan tujuanya dalam upaya
pembentukan karakter anak bangsa. Melalui beberapa program yang telah dirancang agar anak
mulai terbiasa berada di lingkungan pendidikan. Anak tidak merasa jenuh ketika berada di
lingkungan sekoah dalam waktu yang lama, maka sistem pembelajaran yang disajikan di sekolah
tidak hanya bersifat formal yang dilakukan di dalam kelas saja. Berbagai aktivitas dapat dilakukan
anak di sekolah selama masih dalam pengawasan guru. Dengan begitu siswa dapat dengan leluasa
mengekspresikan dirinya dan guru dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh para
siswa. Karena pendidikan full day school dianggap mampu untuk menyeimbangkan antara
pengetahuan akademik dengan pengetahuan agama, dengan adanya sistem full day school
diharapkan dapat memperbaiki akademik peserta didik sebagai persiapan ke jenjang selanjutnya.
Walau sistem pendidikan full day school merupakan sebuah program alternative untuk mengatasi
beberpa permasalahan pendidikan di Indonesia. Namun, setiap kebijakan yang dibuat pasti akan
selalu ada kelebihan dan kekurangan. Kekurangan pada program ini, yaitu belum bisa diterapkan
secara menyeluruh di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Karena tidak semua
lembaga pendidikan memiliki fasilitas yang memadai. Mulai dari tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, dan kondisi lingkungan. Karena ketiga hal tersebut merupakan faktor utama yang
mendukung keberlangsungan program full day school. Melalui dorongan dan dukungan yang kuat,
tujuan dari program ini dapat dengan mudah untuk dicapai bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Tototk Suyanto, M. (2014). Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School) Terhadap
Prestasi Akademik Siswa SMP Jati Agung Sidoarjo. Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
volume 2 no.2, 717- 733.

Fitroh, A. (2019). PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL DALAM MEMBENTUK KARAKTER RELIGIUS SISWA
DI
SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Tahun Pelajaran 2018/2019. Surakarta: eprints.ums.ac.id.

Hasan Baharun, S. A. (2018). Pendidikan Full Day School Dalam Perspektif Epistemologi Muhammad
' Abid Al-Jabiri. Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 4, No. 1, 14-19.

Hasan Baharun, S. A. (2018). Pendidikan Full day School Dalam Perspektif Epistemologi Muhammad
'Abid Al-Jabiri . Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 4, No. 1, 12.

Miftahur Rohman, H. (2018). Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural.
Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. 1, 25.

Musrofah Hidayati, L. T. (2017). Evaluasi Program Pendidikan Akhlak di Full Day School Sekolah
Dasar Islam Terpadu. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies,
volume 5 no.1, 10- 21.

Siregar, L. Y. (2017). Full Day School Sebagai Penguatan Pendidikan Karakter ( Perspektif Psikologi
Pendidikan Islam). Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam, 309-310.

Wicaksono, A. G. (2018). Fenomena Full Day School dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Jurnal
Komunikasi Pendidikan,volume 1 no.1, 10-18.

Yusuf. (2017). MODEL PERSEKOLAHAN DENGAN SISTEM FULL DAY SCHOOL DI MADRASAH ALIYAH NEGERI
I
SURAKARTA TAHUN 2017. Research Fair UNISRI, volume 2 no.1, 1-17.

Zuliana, I. (2014). Penerapan Sistem full day school dalam membentuk kualitas akhlak siswa di SD
Islam Miftahul Huda Tulungagung. Tulungagung: repo. iain-tulungagung.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai