Anda di halaman 1dari 10

MOTIVASI PENDIDIKAN DALAM HADITS

Disusun oleh:

Jamaludin

Prodi Pendidikan Agama Islam

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pembimbing: Dr. Musriaparto, M.

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH HAMZAH FANSURI


KOTA SUBULUSSALAM
ACEH
2022
A. PENDAHULUAN
Dalam menjalani hidup di dunia ini, sebagai umat muslim tidak terlepas dari syariat-
syariat islam yang menata kehidupan umat islam itu sendir, jadi untuk menjalani syrarit islam itu
haruslah didasari dengan ilmu yang menata syariat islam tersebut. Dalam menuntut ilmu
pandangan islam merupakan suatu keistimewaan dan memiliki keutamaan, fadilah-fadilah dan
mendapatkan derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT, selain itu menuntut ilmu juga
memiliki motivasi-motivasi yang dapat untuk menata masa depan dan mendakat diri kepada sang
maha ilmi, dengan belajar tersebut dapat membedakan dan memilah mana yang baik dan mana
yang buruk, dengan mengetahui dari Al-quan dan sunnah Rasulullah SAW dari kabar basir dan
nadjir yang terkandung di dalamnya.

Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Berkaian dengan kewajiban tersebut
banyak ditemukan maupun hadits nabi Mauhammad SAW baik secara implisit maupun eksplisit
yang memotivasi umat islam untuk selalu belajar dan menuntut ilmu tanpa membedakan ilmu
agama dan ilmu umum. Motivasi tersebut dapat berupa ekstrinisik maupun intrinisik, motivasi
motivasi ekstrinisik dengan mengemukakan beberapa keutamaan belajar atau menuntut ilmu
seperti sesorang yang menuntut ilmu akan dimudahkan modus kesurga, ditinggikan derajatnya
dan sebagainya. Sedangkan motivasi intrinistik bahwa belajar harus pada niat yang ikhlas untuk
mendapatkan keridhaan Allah. Motivasi belajar menurut hadits ini sekaligus membedakan
motivasi belajar menurut islam dengan teori-teori belajar neburut teori-teori belajar barat yang
bersipat sekuler dan antroposentrik.

1
MOTIVASI PENDIDIKAN DALAM HADITS

A. Pengertian Motivasi Pendidikan

Motivasi secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI) yang memiliki
makna, dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatanya. Sedangkan pendidikan memiliki
makna peroses, cara, perbuatan mendidik atau peroses mengubah sikap dan tata laku seseorang
atau kelempok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.1 Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi pendidikan merupakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Dengan demikian motivasi merupakan hal yang sangat essensial dalam pendidikan. Hasil
belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
semakin berhasil tujuan pembelajaran dicapai. Motivasi akan menentukan intensitas usaha dalam
proses belajar dan pembelajaran.

Sedangkan hadits rasulullah SAW merupakan sesuatu yang disandarkan kepada nabi
Muhammad SAW baik itu perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi. Sehingga bisa dipahami
bahwa motivasi pendidikan dalam hadits sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai namun dalam pandangan atau dari fresfektif hadits nabi
Muhammad SAW.

Menurut M. Ustman Najati, motivai adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan


akitivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju
tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu : 2

1
‘’Motivas’’, Google Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses Desember 20, 2022,
https://kbbi.Web.id/Motivasi. html
2
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : PT. Fajar
Interpratama Offset, 2004), h. 179.

2
a.    Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, respon-respon
efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
b.   Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan
suatu orientasi tujuan. tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
c.    Menopang. artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku,
lingkungan sekitar harus menguatkan dan arah dorongan-dorongan dan kkuatan-kekuatan
individu.

B.     Motivasi Belajar dalam Perspektif Hadis


           Dalam belajar atau menuntut ilmu, Islam tidak membedakan antara laki-laki dan
perempuan, sebagaimana sabdanya :
(‫)رواه ابن ماحه‬ ‫ضةٌ َعلَى ُك ّل ُم ْسلم‬
َ ْ‫ب الْعلْم فَري‬
ُ َ‫صل َْع ْم طَل‬ َ َ‫َع ْن َأنَس بْن َمالك ق‬
َ ‫ال َر ُس ْو ُل ااهلل‬

         Artinya :
“Dari Anas ibn Malik, ia berkata : Rasulullah saw., bersabda : Menuntut ilmu itu adalah
kewajiban bagi setiap muslim”. (H.R. Ibn Majah). 3

           Berkaitan dengan hadis tersebut, Nashih Ulwan mengungkapkan bahwa, jika menuntut
ilmu dalam pandangan Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah,
maka orang yang sengaja tidak menuntut ilmu atau mengajarkan dan menyembunyikan ilmu
yang bermanfaat itu akan diminta pertanggung jawaban serta menjadi orang yang rugi. 4
           Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada Allah
dan orang Islam yang menuntut ilmu berarti ia telah menaati perintah Allah dan Rasul-Nya,
karena Allah memerintahkan kepada setiap mukmin untuk menuntut ilmu.
           Tanpa ada pembedaan, agama Islam menganjurkan setiap lelaki dan perempuan, belajar
serta menggunakan ilmu yang dimilkinya, juga untuk mengembangkan dan menyebarkan
ilmunya.Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya
seseorang itu terus-menerus melakukan pembahasan dan studi. Rasulullah bersabda :

3
Sadirman, Op. Cit, h. 88.
4
Abudin Nata, Op. Cit, h. 163.

3
‫هل‬ َ ‫ْم فَاذَا ظَ َّن انَّهُ قَ ْد َع‬
َ ‫لم َف َق ْد ُج‬ ُ ‫ب اْلعل‬
َ َ‫ال َعا لم َماطَل‬
َ ‫الر َج‬
ّ ‫ال‬ُ ‫الََي َز‬

Artinya :
“seseorang itu dapat dianggap seorang yang alim dan berilmu, selama ia masih terus belajar.
Apabila ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu, maka ia sesungguhnya seorang jahil”. 5

           Al-Zarnudji mengungkapkan secara tegas betapa pentingnya ,oral dan akhlak seorang
penuntut ilmu, di mana ia harus mulai dengan meluruskan niatnya, lalu menjaga perilaku,
tabiatnya, agar tidak riya’ (sombong) oleh ilmu yang sudah diperolehnya. karena sombong dan
berlebih-lebihan adalah haram, dan untuk menjauhi sifat tersebut adalah dengan mempelajari dan
mengetahui ilmu dan hikmah di sebaliknya.
           Rasulullah bersabda :

ُ‫من َخ ْير يَ ْس َم ُعهُ َحتَّى يَ ُك ْو َن ُم ْنَت َهاه‬


ْ ‫من‬
ُ ‫َن يَ ْشبَ ْع ُمْؤ‬
ْ‫ل‬

Artinya :                                                                          
“Seorang mukmin tidak akan merasa puas dengan kebaikan dan ilmu yang diterimanya,
sehingga surge menjadi tempat kepuasannya”.(H.R. Turmudzi).

           Pendidikan seumur hidup tentunya tidak hanya terlaksana melalui jalur-jalur formal, tetapi
juga jalur informal dan nonformal, atau dengan kata lain pendidikan yang berlangsung seumur
hidup menjadi tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat dan pemerintah.
           Kalau diperhatikan dengan seksama, dalam hadis, akan dijumpai berbagai ungkapan yang
menunjukkan dorongan kepada setiap muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Beberapa
ungkapan yang dapat menjadi motivasi belajar antara lain :
1.  Perbandingan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara
keduanya, diantaranya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw., dalam hadis yang
artinya : “Dari Abu Umamah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda : Kelebihan
orang  yang berilmu dari orang yang beribadah (tanpa ilmu) itu seperti kelebihan saya dari
orang yang paling rendah dari para sahabatku”.(H.R. Turmudzi).

5
Ibid, h. 164.

4
Maksudnya bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
Nabi Muhammad mengatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dengan cara belajar, artinya
orang Islam diperintah agar belajar.
2.  Mendorong orang menuntut ilmu dengan janji pemberian beberapa derajat bagi orang-orang
yang berilmu dan beriman.
Di antara derajat yang diperoleh orang yang berilmu itu ialah mereka termasuk pewaris
nabi. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Darda’, katanya Rasulullah saw.,
bersabda :
. ‫لجنَّة‬
َ ْ‫ري ًقا الَى ا‬
ْ َ‫َّل اهللُ لَهُ ط‬
َ ‫ب به عل ًْما َسه‬
2ْ ُ‫ري ًقا يَطْل‬
َ َ‫ك ط‬
َ َ‫افر َو َم ْن َسل‬ َ ‫ْم َم ْن َأ َخ َذهُ َأ َخ َد يَ ْح‬
ً ‫ظ َو‬ َ َ‫ َو َرثَةَ اَْألنْبي‬2‫اء‬
َ ‫اء َو َرثُواْالْعل‬ َ ‫ْألعلَ َم‬
ُ ‫َأن‬َّ

Artinya:
“Ulama itu pewaris Nabi dan mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia
memperoleh keuntungan yang banyak. Dan barangsiapa yang yang menuntut ilmu dijalan Allah,
Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surge.”(H.R. al-Bukhari)
6

Sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Ghazali tentang hadis di atas, yakni telah
dimaklumi adanya, bahwa di atas derajat kenabian tidak ada derajat lain yang lebih tinggi dan
tidak ada kemuliaan melebihi kemuliaan menjadi pewaris derajat mulia itu. 7
Ilmu itu yang utama dan pertama adalah untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu
sehingga membudaya. Wujud dari pembudayaan ilmu Allah ini ialah tercapainya situasi pola
hidup dan situasi kehidupan sebagaimana yang dicontohkan Nabi. Dengan demikian, sunah
Rasul merupakan contoh perwujudan pembudayaan ilmu.

3. Orang yang beriman dan berilmu itu termasuk orang terdekat kepada derajat para Nabi.
Dasarnya adalah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah
SAW. bersabda, artinya: “Manusia yang paling dekat pada derajat kenabian itu ialah orang-
orang yang berilmu dan orang-orang yang berjihad. Adapun orang-orang yang berilmu, maka
mereka itu memberi petunjuk kepada manusia berdasarkan apa yang dibawa oleh para Rasul.
Sedangkan orang-orang yang berjihad itu berjuang dengan pedang-pedang mereka untuk
membela apa yang dibawa oleh para Rasul itu.”(H.R. Abu Na’im)

6
ibid, h. 167.
7
Ibid., h. 167

5
Status sosial yang sangat terhormat bagi orang-orang yang berilmu itu menjadi motivasi
yang kuat bagi orang-orang yang beriman untuk terus menuntut ilmu pengetahuan yang berguna
bagi kehidupan dunia dan akhirat kelak.
Al-Ghazali menerangkan bahwa Allah menyamakan derajat orang alim dengan derajat para
Nabi, ialah dalam hal membuka hikmah Allah. Hukum Allah berkenaan dengan berbagai
kejadian baru, dikembalikan dan diserahkan pemecahannya pada orang-orang alim.
Seorang muslim yang alim, menurut pandangan Islam, ada dalam dua alternatif, kalau
bukan pelajar yang menuntut petunjuk, maka harus menjadi pengajar yang menuntut tambahnya
petunjuk. Selain dari dua tersebut, tidak ada yang lebih baik dalam Islam. Karenanya, belajar
adalah jiwa semangat Islam untuk terjaminnya masa depan. 8

4.  Menuntut ilmu itu mengandung nilai jihad yang tinggi


Sebagaimana hadis nabi:
. ‫هي ًدا‬
ْ ‫ْم َكا َن َش‬
َ ‫ب الْعل‬
ُ َ‫افر بطَل‬
ْ ‫ات َو ُه َو ُم َس‬
َ ‫ْم َكا َن ُم َجا ه ًدا فى َسبيل اهلل َو َم ْن َم‬
َ ‫َم ْن َس َف َر فى طَلَب الْعل‬

Artinya:
“Barangsiapa yang mengadakan perjalanan untuk menuntut ilmu, maka ia adalah pejuang fi
sabilillah, dan barangsiapa meninggal dunia dalam perjalanan untuk menuntut ilmu, maka
matinya adalah syahid.” (Hadis Syarif).

Prinsip yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. ini telah tersiar luas, untuk
memberikan dorongan kapada masyarakat supaya menuntut ilmu, dan bersedia menghadapi
segala kesusahan dan penderitaan yang biasa ditemui oleh orang-orang yang ingin menuntut
ilmu.
Al-Zarnudi menuturkan, dalam menuntut ilmu, maka sebaiknya pelajar mempunyai hati
tabah dan sabar dalam belajar kepada gurunya. Dalam mempelajari suatu kitab, misalnya, jangan
sampai ditinggalkan sebelum sempurna dipelajari, dalam suati bidang ilmu jangan sampai
berpindah pada bidang lain sebelum memahaminya benar-benar. 9

5. Ilmu yang bermanfaat itu termasuk salah satu dari tiga amalan yang terus berguna hingga mati.
8
 Ibid., h. 169
9
Sardiman, Op. Cit, h. 91.

6
Dasarnya hadis Rasulullah SAW bersabda:

‫ْم‬
َ ‫ص َدقَة َجاريَة اَ ْو عل‬ ْ َّ‫اال‬ ُ‫ت ابْ َن اَ َد ْم ا ْن َقطَ َع َع َملَه‬
َ ‫من ثَاَل ث‬ َ ‫ اذَا َما‬: ‫قَا َل َر ُس ْو ُل اهلل صلعم‬

. ُ‫صا لح يَ ْد عُ لَه‬
َ ‫فع به اَ ْو َولَ ٌد‬
َ َ‫َي ْنت‬

Artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Apabila manusia sudah mati, maka putuslah pahala
amalnya selain dari tiga, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak yang saleh
yang mendoakan.” (H.R. Muslim). 10
Sabda rasulullah saw. itu menyadarkan manusia untuk mencari yang bermanfaat bagi
kehidupan dunia dan akhirat serta mewariskannya kepada generasi berikutnyaterutama kepada
anak-anaknya sendiri. Dengan bermodalkan ilmu yang bermanfaat itu, seseorang dapat meraih
ketiganya, yaitu : dapat menjadikan anaknya putra yang saleh dan melalui mengajar orang akan
mendapat rezeki yang akan dijadikan amal jariyah.
                    
C. KESIMPULAN
Motivasi atau menuntut ilmu adalah dorongan (dengan sokongan moral), dorongan yang
timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan sesuai
tujuan tertentu.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai kese;uruhan daya
penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu data tercapai.
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada Allah dan
orang Islam yang menuntut ilmu berarti ia telah menaati perintah Allah dan Rasul-Nya, karena
Allah memerintahkan kepada setiap mukmin untuk menuntut ilmu.
Tanpa ada pembedaan, agama Islam menganjurkan setiap lelaki dan perempuan, belajar
serta menggunakan ilmu yang dimilkinya, juga untuk mengembangkan dan menyebarkan
ilmunya.Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya
seseorang itu terus-menerus melakukan pembahasan dan studi.
10
Abudin Nata, Op. Cit, h. 171.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta :

PT. Fajar Interpratama Offset, 2004), h. 179.

8
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, cet ke-1, (Jakarta : UIN Jakarta Press,

2005), h. 160.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2000), h. 71-72.

Anda mungkin juga menyukai