Anda di halaman 1dari 4

Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw Beserta Sifat

dan Akhlaknya
Dosen Pengampu: Eka Safliana, M.A
Pemakalah: Ade Irawan
Ediansah

Dalam membina rumah tangga, pasangan suami-istri


akan teruji dalam merawat cinta kasih satu sama lain.
Bagi umat Islam, Rasulullah SAW merupakan contoh
teladan utama tentang bagaimana seharusnya menjalani
peran suami. Berikut ini dijelaskan sekilas tentang
kisah beliau bersama istrinya, 'Aisyah binti Abu Bakar.

Suatu malam, Rasulullah berjalan pulang ke rumah dari


masjid. Sesampainya di rumah, ‘Aisyah RA rupanya
sedang tertidur lelap. Beliau lantas berupaya agar
istrinya itu tidak tersentak bangun. Dengan perlahan-
lahan, Rasulullah SAW membuka pintu rumah,
sehingga membiarkan istrinya beristirahat. Nabi SAW
bahkan memutuskan untuk tidur di luar kamar.

Rasulullah SAW juga tidak banyak protes terhadap


istrinya. Sebuah riwayat menceritakan dari 'Aisyah,
suatu hari masakan ‘Aisyah RA rasanya terlalu asin.
Namun, Rasulullah SAW tetap menyanjung makanan
itu tanpa berkomentar apa pun. Sajian tersebut juga
habis dilahapnya. Belakangan, ‘Aisyah mencicipi
masakannya sendiri dan sadar akan rasa yang terlampau
asing. Begitulah sopannya Rasulullah SAW, tidak
pernah satu kali pun mencela istrinya.
Sebagai istri, wajar bila kecemburuan datang ketika
suami menyebut-nyebut nama perempuan lain. ‘Aisyah
RA pernah suatu ketika terbakar api cemburu karena
merasa dirinya dibanding-bandingkan dengan Khadijah
RA, istri pertama Rasulullah SAW.

Di sinilah peran Rasulullah SAW membimbing istrinya


itu agar rasa cemburu tidak meningkat ke emosi yang
tak perlu. Sanjungan terhadap Khadijah RA tidak
berarti menafikan peran satu istrinya kini, ‘Aisyah.
Rasulullah SAW sebagai seorang suami mampu
mengubah kecemburuan istrinya menjadi cinta kasih.

‘Aisyah RA merupakan wanita cerdas dan beruntung.


Kebersamaan dengan Rasulullah SAW merupakan
upaya belajar sepanjang hayat. Saat salah seorang
sahabat bertanya, seperti apakah akhlak Rasulullah
SAW. ‘Aisyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW
adalah Alquran “berjalan”. Maknanya, kehidupan Nabi
Muhammad SAW selalu sesuai dengan perintah
Alquran.

Suatu malam, ‘Aisyah RA begitu heran mendapati


suaminya shalat sunnah berpuluh rakaat. Bahkan, kaki
Rasulullah tampak bengkak-bengkak karena itu.
‘Aisyah pun bertanya, “Mengapa engkau melakukan
ini, ya Rasulullah? Bukankah engkau sudah dijamin
masuk surga kelak oleh Allah?”

Apa jawab beliau? Rasulullah SAW dengan nada haru


berkata, ibadah shalat ini sebagai upayanya
memanjatkan rasa syukur kepada Allah.
Kitab Durratun Nashihin merawikan kisah bagaimana
Rasulullah SAW dan ‘Aisyah berumah tangga. Suatu
malam, Rasulullah SAW memutuskan untuk beranjak
dari tempat tidurnya.

Di sisinya, ‘Aisyah masih terbaring dalam lelap.


Namun, suara ranjang yang berdenyit membuka mata
‘Aisyah. Perempuan itu kaget mendapati suaminya
tidak lagi berbaring di sampingnya. Karena heran,
‘Aisyah lantas diam-diam keluar dari kamarnya.

Bahkan, malam-malam 'Aisyah kemudian mendatangi


setiap rumah istri-istri Nabi SAW selain dirinya. Tiap
mereka juga heran, bukankah malam itu jatahnya
'Aisyah. Tentu saja, Rasulullah SAW berada di rumah
'Aisyah.

Akhirnya, putri Abu Bakar ini menuju Masjid Nabawi,


yang letaknya bersebelahan dengan rumah. Ternyata,
dia mendapati sang suami sedang ada di dalam masjid
itu. Tampak beliau sehabis menunaikan shalat sunah.

Rasulullah SAW pun mengetahui, istrinya itu sedang


mencari-carinya. Sebab, nafas 'Aisyah terengah-engah.
Ketika ‘Aisyah sampai di hadapannya, dengan perlahan
Rasulullah SAW menegur, “Engkau habis dari mana,
wahai ‘Aisyah?”

Yang ditanya pun tampak malu-malu. ‘Aisyah


berupaya menutupi kecurigaannya. Rasulullah SAW
pun dapat menebak perasaan istrinya itu. Dengan
tersipu, ‘Aisyah pun berkata, “Bagaimana mungkin
tidak curiga, wahai suamiku, engkau pergi dari kamar
kita tanpa permisi.”

Rasulullah SAW menasihati istrinya itu. “Itu berarti


engkau telah dihinggapi setan. Padahal, tujuanku (pergi
tanpa suara) agar engkau bisa beristirahat dengan
tenang. Sebab, aku mendapatkan giliran ronda berjaga
malam ini,” kata Rasulullah SAW menjelaskan
alasannya. Beliau juga menuturkan, dia ingin shalat
malam kala itu.

‘Aisyah cukup tersentak, “Apakah mungkin seorang


isteri utusan Allah juga dihinggapi setan?”

Rasulullah menjawab, “'Sesungguhnya setan itu


mengalir dalam diri manusia mengikuti urat darahnya.
Dijadikannya dada manusia itu sebagai tempatnya.
Kecuali orang-orang yang dilindungi Allah.”

‘Aisyah bertanya lagi, siapa sajakah yang termasuk


mendapatkan perlindungan Allah. Rasulullah SAW
menerangkan, mereka adalah orang beriman yang
memohon perlindungan-Nya dari jebakan setan.

Anda mungkin juga menyukai