Nabi Ayyub Alaihissalam berasal dari anak-cucu al-Aish bin Ishaq bin Nabi Ibrahim AS.
Diriwayatkan, istrinya bernama Rahmah binti Afratsim bin Yusuf bin Ya'qub. Dengan
demikian, pasangan tersebut bertemu nasab setidaknya pada sang Khalilullah.
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam bukunya, Al-Bidayah Wan-Nihayah, yang diringkas Ahmad
al-Khani menceritakan, istri Nabi Ayyub AS bekerja sebagai buruh upah untuk menghidupi
keluarganya. Namun, tidak lama kemudian orang-orang tidak mau lagi menggunakan jasa
sang istri nabi tersebut karena khawatir terkena musibah yang menimpa mereka.
Ketika istri Nabi Ayyub tidak lagi mendapatkan orang yang mau menggunakan jasanya, ia
menjual salah satu kepang rambutnya kepada gadis-gadis orang mulia dan kaya untuk
mendapatkan makanan yang baik dan banyak. Kemudian makanan tersebut diberikan
kepada Nabi Ayyub.
Nabi Ayyub bertanya kepadanya, "Dari mana engkau dapatkan (makanan) ini?" Istrinya
berbohong dengan mengatakan, "Dengan menjual jasa kepada orang."
Keesokan harinya, istri Nabi Ayyub tidak mendapatkan orang yang mau memakai jasanya.
Maka, ia terpaksa menjual kepang rambutnya yang kedua untuk mendapatkan makanan,
lalu memberikannya kepada Nabi Ayyub.
Nabi Ayyub bersumpah tidak akan memakan makanan yang diberikan istrinya hingga
istrinya memberi tahu asal-usul makanan itu. Istrinya lalu membuka kerudung kepalanya,
kemudian Nabi Ayyub menyaksikan kepala istrinya gundul.
Sang suami itu pun mengusir istrinya. Kini, ia tiada melihat wanita itu lagi. Tak ada
makanan, minuman, tak pula ada teman. Nabi Ayyub AS lalu bersujud kepada Allah. Ia
mengadukan nasibnya sembari memuji-Nya. Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Ayyub
AS menggali tanah dengan kakinya.
Dari tanah yang digali oleh Ayyub AS, memancar air yang sangat jernih. Nabi Ayyub AS
mandi dengan air itu. Bersamaan dengan luruhnya air dari tubuh, terangkat pula penyakit
yang ia derita.
Nabi Ayyub AS kembali menjadi pribadi yang rupawan, bahkan lebih tampan dari
sebelumnya. Ia juga mendapati keluarga, anak-anak, dan harta yang jauh lebih melimpah.
Kisah ini tercantum dalam Alquran surah al-Anbiya ayat ke-83.
Sementara itu, Rahmah dilanda kegalauan. Walaupun telah diusir, ia terus memikirkan
suaminya yang sebatang kara. "Siapa yang akan memberinya makan? Akankah kubiarkan
dia mati karena haus dan lapar? Kemudian, mayatnya habis dimakan binatang buas?"
Rahmah tak sanggup membayangkan kondisi suaminya. Ia pun kembali menemui Ayyub
AS.