1. Suami membukakan pintu untuk istrinya, baik di kendaraan, rumah, maupun yang lain
Istilah yang cukup akrab di telinga kita, yang katanya orang-orang modern ini Ladies First
ternyata sudah dilakukan Rasulullah sejak berabad-abad yang lalu, disaat kebudayaan lain di dunia
menganggap wanita lebih rendah atau tidak melakukan cara cara suami memperlakukan istri,
bahkan diragukan statusnya sebagai manusia.
Dari Anas, dia berkata: Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat
Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.
Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah
meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut. (HR Bukhari)
2. Mencium istri ketika pergi dan datang
Sungguh hal yang romantis dan bisa menimbulkan rasa kasih sayang jika kita bisa
membiasakan mencium istri/suami ketika hendak bepergian atau baru pulang sebagaimana cara
Rasulullah menyayangi istri. Dari Aisyah ra, bahwa NabiSAW biasa mencium istrinya setelah
wudhu, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhunya.(HR Abdurrazaq)
Nabi saw pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan
daging yang pernah digigit Aisyah.(HR Muslim No. 300) Bahkan keberkahannya
dijamin,diriwayatkan Abu Hurairah : Makanan berdua cukup untuk tiga orang, makanan tiga
orang cukup untuk empat orang ( HR Bukhori (5392) dan Muslim (2058))
5. Berlemah lembut, melayani/menemani istri yang sedang sakit (memanjakan istri sakit)
Diriwayatkan oleh Aisyah ra tentang keutamaan Aisyah istri Rasulullah SAW, nabi SAW
adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak
menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)
6. Bersenda gurau dan membangun kemesraan
Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW tertawa
melihat mereka. (HR Nasai dengan isnad hasan) Dari Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah
: suka bercanda dengan istrinya (HR Bukhari)
8. Memberi hadiah
Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata, Ketika Nabi SAW menikah dengan
Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah
kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku
mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan
dikembalikan.
Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu. Ia
(Ummu Kultsum) berkata, Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah
SAW, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-
masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau
berikan kepada Ummu Salamah. (HR Ahmad
Orang itu menjawab: Tidak. Rasulullah SAW berkata: (Kalau begitu) aku juga tidak mau.
Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya: Bagaimana dengan
ini? Orang itu menjawab: Tidak. Rasulullah kembali berkata: Kalau begitu, aku juga tidak mau.
Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. kembali
bertanya: Bagaimana dengan ini? Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan: Ya.
Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu. (HR Muslim)
Kemudian berdiri untuk kembali. Nabi saw. juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.
(Dalam satu riwayat492 dikatakan: Nabi SAW berada di masjid. Di samping beliau ada para istri
beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi saw. berkata kepada Shafiyyah binti Huyay:
Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu’) (HR Bukhari dan Muslim)
1. Masing-masing dari suami dan isteri hendaknya mempercantik diri (berhias) hanya untuk
pasangannya.
3. Hendaknya seorang isteri menjauhkan diri dari melakukan tato, mencukur/mencabut alis
seluruhnya atau sebagiannya atau dengan cara yang semisalnya. Begitu juga tidak boleh
merenggangkan gigi, yaitu memisahkan gigi satu dengan yang lainnya sehingga jaraknya
berjauhan satu dengan yang lainnya. Semua hal tersebut haram dan pelakunya dilaknat oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits berikut:
“Allah melaknat wanita pembuat tato dan wanita yang meminta ditato, wanita yang
mencabut alis atau wanita yang meminta dicabut alisnya dan wanita yang merenggangkan
giginya untuk mempercantik dirinya dengan merubah ciptaan Allah.”[3]
4. Hendaknya pasangan suami isteri melakukan shalat berjama’ah dua raka’at bersama-sama
(sebelum melakukan jima’/persetubuhan). Sebagaimana keterangan atsar dari Ibnu Mas’ud
Radhiyallahu anhu bahwa beliau memerintahkan Abu Huraiz, apabila isterinya
mendatanginya agar shalat di belakangnya sebelum menggaulinya. [Riwayat Abu Bakar
Abi Syaibah dan ath-Thabrani. Lihat Adaa-buz Zifaf hal. 95 oleh Syaikh al-Albani]
Hal tersebut merupakan peringatan bagi pasangan suami isteri, apabila hendak meraih
kebahagiaan di dunia dan Akhirat maka selayaknya harus mendasari semua perilakunya
dengan nilai taqwa.
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan perempuan ini, juga kebaikan
tabiat-nya (wataknya) dan aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kejelekan
tabiatnya.”[4]
6. Hendaknya sang suami tidak lupa untuk mengucapkan do’a sebelum menggauli isterinya
dengan membaca:
“Dengan menyebut Nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah
syaitan agar tidak mengganggu apa yang Engkau rizkikan kepada kami.”[5]
“…Apabila ditakdirkan mendapatkan anak, maka syaitan tidak dapat mengganggu selama-
lamanya.”
7. Diperbolehkan bagi pasangan suami isteri untuk saling melihat seluruh aurat pasangannya.
“Aku pernah mandi berdua dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu
wadah yang terletak antara aku dan beliau. Tangan kami berebutan menciduki air yang ada
di dalamnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menang dalam perebutan itu, lalu aku
katakan, ‘Sisakan untukku, sisakan untukku.’ Padahal pada saat itu kami sedang dalam
keadaan junub.”
8. Lebih disukai bagi orang yang junub untuk berwudhu’ ketika hendak tidur, lebih utama
lagi kalau mandi. Hal tersebut berdasarkan hadits ‘Abdullah bin Qais, ia berkata, “Aku
bertanya kepada ‘Aisyah, ‘Apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bila dalam keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur atau tidur sebelum mandi?’
‘Aisyah menjawab, ‘Semua pernah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
terkadang beliau mandi sebelum tidur dan terkadang berwudhu’ saja lalu tidur.’ Aku
berkata. ‘Segala puji bagi Allah Yang telah memberi keleluasaan dalam masalah ini.” [HR.
Ahmad VI/73, 149. Lihat Adabuz Zifaaf hal. 118-119]
9. Tidak boleh berlebih-lebihan secara gegabah dengan banyak melakukan hubungan badan,
karena di dalamnya banyak terkandung kerusakan dan mempersempit kebaikan di dunia
maupun di akhirat.
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki
Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret
2006M]
10 Sunnah Setelah Akad Nikah dan Dalilnya
Menikah adalah salah satu perintah Allah yang tertuang dalam Al Quran dan Hadist.
Tujuan pernikahan dalam Islam adalah membangun rumah tangga dalam Islam atau keluarga
sakinah mawadah warahmah. Agar mencapai keluarga yang bahagia, hendaknya selalu
menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasul. Adapun setelah akad nikah diucapkan, terdapat
beberapa sunnah yang sebaiknya dilakukan, diantaranya adalah:
Abu Sa’id mengatakan mereka pun membimbingku, mengatakan, “Apabila istrimu masuk
menemuimu maka shalatlah dua rakaat. Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah
kepadanya dari kejelekan istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau dan istrimu.
Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan kepada seseorang yang baru menikah, “Kalau istrimu
datang menghampirimu, maka perintahkanlah dia shalat dua rakaat di belakangmu” (HR. Abu
Bakr bin Abi Syaibah)
4. Mengadakan walimah
Terdapat sebuah riwayat yang menganjurkan diadakannya walimah atau resepsi.
“Ketika Abdurrahman bin ‘Auf tiba di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan dia dengan Sa’ad
bin Ar Rabi’ Al Anshari, lalu Sa’ad menawarkan membagi dua diantara dua istri dan hartanya.
Lantas Abdurrahman bin ‘Auf berkata; “Semoga Allah memberkahimu pada keluarga dan
hartamu. Beritahukanlah pasarnya kepadaku.
”Lalu dia berjualan dan mendapat keuntungan dari berdagang minyak samin dan keju. Setelah
beberapa hari, Rasulullah melihatnya dalam keadaan mengenakan baju dan wewangian. Maka
Rasulullah bertanya kepadanya: “Bagaimana keadaanmu, wahai ‘Abdurrahman?” Abdurrahman
menjawab; “Aku telah menikah dengan seorang wanita Anshar.”
Beliau bertanya lagi: “Berapa jumlah mahar yang kamu berikan padanya?” Abdurrahman
menjawab; “Perhiasan seberat biji emas atau sebiji emas.” Lalu beliau bersabda: “Adakanlah
walimah (resepsi) sekalipun hanya dengan seekor kambing.” ( HR. Bukhari 3937, Tirmizdi 1933
Nasai’3388)
5. Bersiwak
Dari al-Miqdam bin Syuraih dari bapaknya dia berkata
“Saya bertanya kepada Aisyah, aku bertanya, ‘Dengan tindakan apa Rasulullah SAW memulai
apabila masuk ke rumahnya? ‘ Dia menjawab, ‘Dengan bersiwak’.” (HR. Muslim,253).
“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu: berkasih sayang, memakai wewangian,
bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi).
“Saya merias Aisyah untuk Rasulullah saw. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau
supaya menghadiahkan sesuatu kepada Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping Aisyah.
Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan
kepada Aisyah. Tetapi Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” Asma binti Yazid
berkata: “Aku menegur Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan
Rasulullah SAW.” Akhirnya Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit. (HR.
Ahmad).
Bersikap lemah lembut dan romantis adalah salah satu cara membahagiakan istri tercinta menurut
Islam.
7. Pemanasan
Jika dalam ilmu modern disarankan untuk melakukan pemanasan sebelum berhubungan intim,
maka Islam telah mengenalkannya jauh sebelum ilmu modern berlaku. Sebagaimana sabda Rasul:
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia
terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu,” ( HR.
Tirmidzi). Pendahuluan sebelum berhubungan intim adalah etika menggauli istri dalam Islam.
Artinya:” Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari Syaithan dan jauhkanlah syaitan
dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang doa ini, “Apabila Allah menakdirkan
keduanya untuk mendapatkan anak, maka anak itu tidak akan mendapatkan kemudharatan dari
syaithan selamanya.” (HR. Al-Bukhari dan Ashabussunan kecuali An-Nasa’i).
“Sesungguhnya di antara seburuk-buruknya tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat nanti,
adalah orang yang bersenang-senang (bersetubuh) dengan istrinya, demikian pula sebaliknya,
lalu menyebarkan rahasia mereka berdua. (HR. Muslim)
“Aku pernah berada di tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan para lelaki
dan para wanita sedang duduk. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Mungkin
ada lelaki yang menceritakan apa yang telah dilakukan bersama istrinya, dan mungkin seorang
wanita mengabarkan apa yang telah diperbuat bersama suaminya.”
Serentak mereka terdiam. Lalu aku berkata: “Demi Allah benar, ya Rasulullah. Sesungguhnya
mereka para wanita melakukannya. Dan mereka para lelaki pun sungguh melakukan hal itu juga.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan kalian lakukan hal itu. Sesungguhnya hal
itu seperti setan lelaki yang berjumpa dengan setan wanita di jalan lalu menggaulinya, dalam
keadaan manusia melihatnya.” Shahih karena yang sebelumnya, diriwayatkan oleh Ahmad
(6/456)