Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN AKHLAK BERMASYARAT PONDOK

PESANTREN MELALUI KOMUNIKASI

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menajemen Humas

Dosen : Ustadz Muhammad Nastsirudin

Disusun Oleh :

Eka Ardiyah (TM.04.20.006)

PROGRAM STUDI TA’HIL AL-MUDARRISAT MA’HAD ALY DARUSY


SYAHADAH PUTRI BOYOLALI JAWA TENGAH

1444/2022
Pendidikan adalah faktor terpenting dalam sebuah eksitensi peradaban.
Pendidikan tidak terlepas dari aktivitas kehidupan manusia, terlebih eksitensinya
dalam peradaban Islam. Pendidikan adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-
cita Islam1, sehingga dapat membentuk suatu proses pembinaan yang menjadi
pusat dari semua upaya dalam mendewasakan manusia dan menjadikan
pendidikan sebagai titik pijak dan strategi utama dalam membentuk manusia
yang berkualitas terhadap anak didik yang berlangsung terus menerus hingga
dewasa. Omar Mohammad at-Toumy al-Syaibany memandang pendidikan sebagai
proses membentuk pengalaman perubahan yang dikehendaki individu dan
kelompok melalui interaksi alam dan lingkungan kehidupan.2 Proses pembentukan
atau pembinaan yang baik akan menghasilkan pengembangan yang tersistem
secara berkelanjutan terutama pada pendidikan akhlak yang mencakup perilaku
seseorang sehingga menghasilkan pribadi yang berakhlak karimah.

Pendidikan akhlak memiliki posisi yang sangat penting. Pentingnya


pendidikan akhlak dapat dilihat ketika sumber akhlak salah satunya adalah wahyu
yang diturunkan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Akhlak memiliki
peranan yang sangat penting bagi kehidupan, baik yang bersifat individual
maupun kolektif. Tidak diragukan, jika kemudian Al-Quran memberikan
penekanan terhadapnya. Al-Quran telah meletakan dasar-dasar akhlak mulia.
Demikian pula hadist telah memberikan yang porsi cukup banyak dalam bidang
akhlak. Menurut salah satu penilitian, jumlah hadist sebanyak 60.000 hadist,
20.000 diantaranya berkenaan dengan aqidah, sementara sisanya 40.000
berkenaan dengan akhlak dan muamalah. Hal ini dapat membuktikan bahwa
hadist, sebagaimana Al-Quran sangat memperhatikan urusan akhlak.3 Diantara
hadist yang menekankan pendidikan akhlak adalah sabda Rasulullah SAW.:
1
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam: Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia, Cet. 1,
(Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2016), hal. 11.
2
Zainal Arifin, Sosiologi Pendidikan, Cet. 1, (Gresik: Sahabat Pena Kita, 2020), hal. 5.
3
Ahmad Izzan Saehudin, Hadist Pendidikan (Konsep Pendidikan Berbasis Hadist), ( Bandung:
Humaniora, 2016), hal. 239.
‫َأحسُن ُهم ُخلُ ًق‬ ‫ؤمنِ َ ِإ‬
ِ ‫َأكمل امل‬
َ ‫ني ميَانًا‬ ُ َُ
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling
bagus akhlaknya.”4

ِ َّ‫ؤم َن يُد ِرَك حِب ُس ِن ُخلُِق ِه َد َر َجات قاَِئ ِم ال‬


‫ليل صاَ ِئ ِم النَّها ِر‬ ِ ‫ِإ َّن امل‬
ُ
“Sesungguhnya orang mukmin akan bisa mencapai derajat sholat malam
dan orang yang puasa dengan akhlaknya yang mulia.”5
Pendidikan akhlak tidak bisa dipisahkan dari pendidikan aqidah karena
pendidikan akhlak merupakan buah dari tumbuhnya nilai-nilai keimanan yang
terdapat dalam aqidah yang kuat dalam hati.6 Imam Al-Ghazali mengatakan
bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk tertanamnya kebiasan baik pada diri
anak didik sehingga anak didik tersebut terbentuk menjadi anak yang
berkepribadian baik. Adapun Abuddin Nata mengatakan juga bahwa pendidikan
akhlak bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat
kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, menghormati kedua orang tua, dan saling
menyayangi sesama makhluk-Nya.7
Islam memiliki aturan untuk mengatur manusia dalam bermuamalah,
yakni secara vertikal kepada Allah Subhanahu Wata’alla dan secara horizontal
kepada manusia.8 Sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:

‫ض ُه ْم َف ْو َق‬ ُّ ‫يشَت ُه ْم يِف احْلَيَ ِاة‬


َ ‫الد ْنيَا َوَرَف ْعنَا َب ْع‬ َ ِ‫ك حَنْ ُن قَ َس ْمنَا َبْيَن ُه ْم َمع‬
َ ِّ‫ت َرب‬ ِ
َ َ ‫َُأه ْم َي ْقس ُمو َن َرمْح‬
.‫ك َخْيٌر مِم َّا جَيْ َمعُو َن‬ ُ َ ‫ضا ُس ْخ ِريًّا َوَرمْح‬
َ ِّ‫ت َرب‬ ً ‫ض ُه ْم َب ْع‬
ِ ِ ٍ ٍ ‫َب ْع‬
ُ ‫ض َد َر َجات ليَتَّخ َذ َب ْع‬

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami-lah


yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
4
HR. At-Tirmidzi, Kitab Riyadlu Al-Shalihin, Bab Akhlaq, No. 278.
5
HR. Ahmad, Kitab Musnad Ahmad Mukhrojan, Bab Musnad Ashodiqoh Aisyah binti Ashodiq
Radhiallahu Anha, No. 414.
6
Irawati Istadi, Rumahku Tempat Belajarku, (Yogyakarta : Pro-U Media, 2017), hal. 185.
7
Ibid, hal. 246.
8
Mohammad Taufiq Rahman, Sosiologi Islam, Cet. 1, (Bandung: Prodi S2 Studi Agama-Agama
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2021), hal. 7.
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang laim, dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”9

Ayat di atas menjelaskan bahwa naluri manusia sebagai makhluk sosial.


Sebab dalam Islam bersosial yang baik merupakan salah satu unsur kehidupan
terpenting bermasyarakat dalam menyikapi berbagai permasalahan dilingkungan
bermasyarakat.

Akhlak kepada masyarakat merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa


manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam
lingkungan kehidupan. adalah tingkah laku atau prilaku manusia yang dapat
diamati dalam hubungan antara seorang dengan seorang antara perseorangan
dengan kelompok. Akhlak bermasyarakat juga merupakan tingkah laku atau
interaksi individu terhadap individu lain dengan cara spontan dan mudah tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran dan dapat berinteraksi dengan baik
dan benar. Karena sejatinya manusia selain sebagai makhluk individu sekaligus
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan akan terus membutuhkan orang
lain. Kehidupan bermasyarakat pastilah akan menjumpai kegiatan silaturahim dan
dengan silaturahim tersebut akan menggunakan akhlak yang baik dan dengan
berakhlak yang baik maka akan menghasilkan komunikasi dengan masyarakat
dengan baik pula, dengan berkomunikasi, seseorang akan mengambil keputusam
setelah dipertimbangkan dan menilai atau mengevaluasi. 10 Dengan komunikasi
seseorang juga dapat berkenalan dengan orang lain yang berawal dari lingkup
interaksi yang kecil hingga lingkup interaksi yang besar salah satunya berbentuk
lembaga pendidikan maupun kelompok organisasi. Sehingga dengan adanya
komunikasi antara lembaga pendidikan pondok pesantren dengan masyarakat
dapat memecahkan masalah, mengembangkan gagasan-gagasan baru,
mendapatkan ide-ide baru dan berbagai informasi, pengetahuan, dan bisa menjalin

9
QS. Az-Zukhruf: 32.
10
Samsinar, Nur Aisyah Rusnali, Komunikasi Antar Manusia: Komunikasi Intrapribadi,
Antarpribadi, Kelompok/Organisasi, Cet.1, (Watampone: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,
2017), hal. 2.
hubungan kerja baik ditempat kerja maupun dilingkungan masyarakat. 11
Komunikasi inti juga akan membawa seseorang berfikir, bertindak, melalui
bimbingan dan arahan dari orang lain untuk melakukan sesuatu. Menurut para
ahli komunikasi merupakan proses interaksi yang terjadi antara komunikator dan
komunikan dalam penyampaian informasi atau pesan dengan menggunakan
saluran tertentu untuk mencapai tujuan.12

Kehidupan masyarakat saat ini mengalami perubahan yang signifikan.


Perubahan tersebut berada pada sistem teknologi dan informasi yang canggih,
bergantung pada sistem tersebut, serta memberikan dampak perubahan diberbagai
aspek kehidupan, terutama dalam aspek sosial, yang berdampak pada interaksi
bermasyarakat dengan lembaga pendidikan terutama pondok pesantren. Para
pendidik dalam lingkup pondok pesantren seharusnya turut andil dalam
memikirkan terkait interaksi komunikasi dengan masyarakat dalam radar
perkembangan zaman. Perubahan perkembangan zaman juga merubah tatanan
masyarakat yang menyangkut beberapa aspek kehidupan, seperti perubahan pola
pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, perubahan budaya masyarakat
dan perubahan aturan hukum-hukum masyarakat. Sehingga lembaga pendidikan
pondok pesantren dalam menghadapi perubahan tersebut sangat dibutuhkan,
terutama kontribusinya dalam konteks dakwah islam dalam menghadapi
perkembangan zaman. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dalam bidang komunikasi massa, industrialisasi dan politik global,
apalagi kehadiran internet dengan teknologi cybernetic-nya semakin
mendinamisasi dan memperkaya bidang kajian komunikasi sebagai sebuah
disiplin ilmu. Kegelisahan masyarakat tersebut khususnya yang berhubungan
dengan pendidikan yang terjadi pada masa sekarang salah satunya disebabkan
oleh paradigma pendidikan yang salah. Kegelisahan ini menyebabkan masyarakat
merasa resah ketika menghadapi kenyataan hidup yang berubah secara cepat, dan
dalam lingkungan dunia tanpa batas. Tentunya sangat berpengaruh pada
11
Samsinar, Nur Aisyah Rusnali, Komunikasi Antar Manusia: Komunikasi Intrapribadi,
Antarpribadi, Kelompok/Organisasi, Cet.1, (Watampone: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,
2017), hal. 2.
12
Ibid, hal. 6.
komunikasi masyarakat dengan lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan
berbasis pondok pesantren yang ada.

Pada dasarnya, manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan


panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan yang haqdan menjadi
perumpamaan yang dinamis dalam mengamalkan syariat islam keteladanan
pimpinan pondok pesantren juga sangat berpengaruh secara spontan maupun
secara sengaja dengan tujuan mampu mendorong untuk kebaikan guna sebagai
benteng pertahanan umat islam, sebagai pusat dakwah, pusat pengembangan
masyarakat muslim.13 Peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua
tentunya banyak ilmu pengetahuan kebenarannya dan manfaatnya. Adapun tujuan
yang hendak dicapai pondok pesantren melalui komunikasi dengan masyarakat
secara umum yakni perubahan tingkah laku atau perubahan akhlakul karimah
khususnya tazkiyatun nafs (menyucikan hati), pendekatan diri kepada Allah
melalui mujahadah dalam pribadi seseorang.14 Dan dari sebuah tujuan tersebut
akan membentuk pribadi yang berkepribadian Islam dengan ilmu agama melalui
keteladanan orang-orang yang berada di lembaga pendidikan pondok pesantren,
terlebih keteladanan pemimpin pondok tersebut dengan konsep tolong menolong,
menghormati, sospan santun, memiliki kepedulian, menjaga silaturami dan
menjaga lingkungan dalam bermasyarakat.

Kesimpulan

13
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 233.
14
Abdul Haris Maulana, dkk, “Keteladanan Kyai dalam Pembemtukan Akhlak Sosial Santri
Pondok Pesantren As Sanusi Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon”, Jurnal Athulab; Islamic
Religion Teaching dan Learning Journal Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021, hal. 105.

Anda mungkin juga menyukai