Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN POLA ASUH SANTRI

Mata Kuliah
Kapita Selekta
Altaf Syauqy Iqbal Saifani
NIM : 2022050800006

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Hj. Masyitoh, M.Ag
Dr. Rika Sa’diyah, M.Pd
Dr.M. Guntur Alting, M.Pd

PROGRAM DOKTORAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1444 H / 2023 M
A. PENDAHULUAN

Pengasuhan merupakan faktor yang tidak terlepas dari perkembangan dan kehidupan
santri. Dalam dunia kepesantrenan, Pengasuhan adalah “Core” Inti dari Ruh Pendidikan,
semakin baik pengasuhan yang diberikan kepada santri maka semakin baik pula Pendidikan
yang didapatkan santri.Melihat Fenomena Manajemen Pola Asuh Santri pondok pesantren saat
ini masih banyak Menggunakan pola asuh dengan sistem Trial and Error belum ada kebakuan
sistem dalam Manajemen Pola Asuh Santri, sehingga pengurus pondok pesantren mengurus
santrinya sebagaimana dulu mereka diurus oleh senior atau gurunya. Jika santri berprilaku baik
dianggap wajar karena sepatutnya begitu. Akan tetapi, jika santri melakukan pelanggaran atau
kemampuannnya dibawah standar pengasuh, maka dicobalah berbagai macam treatment
ketidakberdayaan seperti omelan, ceramah, dan hukuman agar santri tunduk dan patuh kepada
dirinya.
Dipondok atau sekolah berasrama posisi pengasuh sangatlah vital. Sebab Pendidikan
model ini, pertama, menggabungkan tiga unsur yaitu : sekolah, rumah dan sosial, pada unsur
rumah-lah sosok seorang pengasuh itu dibutuhkan sebagai pengganti peran orang tua.
Kemudian kedua, sejak dahulu risalah pondok adalah sebagai tempat belajar spiritualitas dan
nilai-nilai moral, maka pengasuhan menjadi faktor penentu dalam mencapai moral risalah
tersebut. Santri mampu menjawab soal-soal itu adalah hasil pengajaran, sedangkan santri
mampu menjawab persoalan itu hasil dari pengasuhan. Begitu juga santri hafal al quran itu
hasil pengajaran sedangkan santri mencintai al quran adalah hasil pengasuhan.
Berangkat dari permasalahan inilah, peneliti ingin berfokus melakukan penelitian
terkait dengan Manajemen Pola Asuh Santri Pondok Pesantren
B. PEMBAHASAN
1. MISI BESAR MENGASUH SANTRI
Misi besar dalam mentarbiyah santri adalah sebagaimana tujuan Allah Menciptakan
Manusia, yaitu :
a. Misi Menjadi Hamba Allah yang Taat
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepadaku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
b. Misi Menjadi Khalifah
dan ingatlah Ketika tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, “aku hendak
menjadikan khalifah di bumi (QS. Al Baqoroh : 30)

Jika disederhanakan, kedua misi besar manusia diatas, Menjadi Hamba Allah yang
Taat sebagai Misi Keimanan dan Menjadi Khalifah dimuka bumi adalah Misi
Kepemimpinan. Misi keimanan berbicara tentang misi kehidupan seorang muslin sebagai
individu sedangkan misi kepemimpinan akan berbicara tentang misi kehidupan seorang
muslim sebagai sebuah umat. Kedua misi besar kehidupan ini saing terikat, tidak boleh
dipisahkan.
Manusia memiliki misi kehidupan yang sama dalam hal keimanan, akan tetapi, setiap
individu manusia memiliki misi yang berbeda-beda dalam hal kepemimpinan. Peran apa yang
dimainkan tergantung pada bakat, minat dan potensi serta Passion-nya masing-masing.karena
manusia tidaklah mungkin menjadi segalanya, yang terpenting adalah jadi fungsional dalam
misi kepemimpinan ini.
Didalam kekuatan iman ada keteguhan untuk tetap berada diatas kebenaran. Sedangkan
ditangan kepemimpinan ada kekuatan untuk menegakkan kebenaran tersebut. Sehingga dalam
misi kepemimpinan, santri-santri kelak akan dihadapkan dengan musuh-musuhnya. Karena
sudah Sunnatullah antara haq dan bathil akan jadi perseteruan abadi. Maka kekuatan iman itu
yang akan menjadi penopang dalam menegakkan misi kepemimpinan ini. Kelak mereka akan
menghadapi banyak tantangan hidup yang tidak bisa diselesaikan dengan kecerdasan akal, tapi
hanya bisa diselesaikan dengan kekuatan spiritual.
Keimanan dan kepemimpinan terlahir ditempat yang sama yaitu ruang hati. Inilah
jawaban dari pertanyaan kedua, dari manakah memulai titik tolak sebuah perubahan. Titik tolak
perubahan itu dmulai dari ruang hati, jantung kehidupannya manusia, keimanan dan
kepemiminan tumbuh baik atau tidak tergantung pada kualitas kehidupan yang diberikan
kepadanya. Dan sentuhan kehidupan itu adalah pengasuhan.
Jika pengasuhan yang diberikan kepada santri optimal, maka kuatlah keimanan dan
kepemimpinan yang terbentuk pada diri mereka. Sebaliknya, jika pengasuhan yang diberikan
lemah, maka kerdil-lah keimanan dan kepemimpinan itu, termasuk dalam pembunuhan dan ia
tidak bisa ditindak tapi juga sangat berbahaya adalah salah pengasuhan. Salah dalam
pengasuhan menyebabkan kematian jiwa potensi dan Karakter Santri
ِ ِْ ‫ك وي علِمهم الْكِتٰب و‬ ِ ِ ْ ‫َربَّنَا وابْ َع‬
‫ت الْ َع ِزيْ ُز‬ َ ‫ْمةَ َويَُزكِْي ِه ْم ۗ ان‬
َ ْ‫َّك اَن‬ َ ‫اْلك‬َ َ
ِ ِ ِ
ُ ُ ُ َ ُ َ َ ‫ث فْيه ْم َر ُس ْواًل منْ ُه ْم يَْت لُ ْوا َعلَْيه ْم اٰيٰت‬ َ
‫اْلَكِْي ُم‬
ْ
Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka
sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan
Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.”
Nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar mengutus seorang rasul dari keturunannya
yang mengajari kalangannya sehinga pengetahuan yang diajarkan itu berbuah pada kesucian
hati mereka. Akan tetapi Allah menjawab doa nabi Ibrahim dengan kehendak yang lain.

‫ْمةَ َواِ ْن َكانُ ْوا‬ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ُه َو الَّ ِذ ْي بَ َع‬


َ ‫ث ِِف ْاًلُم‬
َ ‫ي َر ُس ْواًل منْ ُه ْم يَتْ لُ ْوا َعلَْيه ْم اٰيٰته َويَُزكْيه ْم َويُ َعل ُم ُه ُم الْكت‬
َ ‫ٰب َوا ْْلك‬
ٍ‫ض ٰل ٍل ُّمبِ ْ ن‬
‫ي‬ ِ
َ ‫ِم ْن قَ ْب ُل لَف ْي‬
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Justru sebaliknya Allah menginginkan Pendidikan itu dimulai dari kesucian hati, bukan
pengisian akal. Penyucian hati adalah bentuk awal proses sebuah pengasuhan. Karena kesucian
hati penumbuh cinta dalam diri seorang santri. Mengapa yang pertama kali Allah bidik adalah
hati ? Sebab hati adalah ruang kendali gerak langkahnya manusia. Penentuan baik buruknya
manusia. Hati adalah pusat eksistensinya manusia. Rasulullah bersabda :
“ketahuilah, sesungguhnya didalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila daging
tersebut baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging tersebut rusak,
maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.”

(HR.Bukhari Muslim)

Syarat menghasilkan generasi gemilang seperti Imam Syafi’i atau Imam Bukhari adalah
jiwa yang Bahagia. Jiwa yang sejahtera kasih dan cinta. Jiwa yang terdapat “Sakinah”
didalamnya. Ruang emosi diri yang terisi dan kehidupan hati yang terpenuhi. Karena
kebahagiaan diri merupakan pangkal dari sebuah kesuksesan. Santri yang dirinya Bahagia
memiliki peluang sukses yang jauh lebih besar dibandingkan dengan santri yang menderita
atau banyak luka pengasuhan dimasa kecilnya.
Asrama bukan sekadar tempat untuk beristirahat saja. Namun asrama juga harus
memberikan fungsi utamanya yaitu ketenangan jiwa; mengobati luka-luka lama dengan kasih
dan cinta, menghapuskan kehampaan dengan keceriaan, mengganti kemanjaan dengan
kemandirian, mengubah kekanak-kanakan dengan kedewasaan, mengikis ketakutan dengan
keberanian, dan membuang amarah dengan muthmainnah (ketenangan).
Itulah sebabnya, mengapa asrama dalam Bahasa arab disebut “sakan”, satu akar kata
dengan “Sakinah”. Jadi, asrama harus menjadi tempat yang membahagiakan. Tempat
menempa diri. Darisanalah kepribadian-kepribadian santri itu terbentuk. Dari sanalah generasi
terbaik akan terlahir. Dan dari tempat itulah pelaku-pelaku peradaban baru berasal.
2. MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN DIPONDOK
Ada 4 Sumber Kebahagiaan yang disabdakan oleh Rasulullah SAW :

‫ املركب اهلينء‬,‫ املسكن الواسع‬,‫ اجلار الصاحل‬,‫ املرأة الصاْلة‬: ‫أربع من السعادة‬
ada 4 sumber kebahagiaan yaitu ; istri yang sholihah, tetangga yang baik, rumah
yang luas dan kendaraan yang nyaman
Dalam konteks pondok pesantren ada 4 sumber kebahagiaan itu yaitu sebagai berikut :

1) ‫املرأة الصاْلة‬
Adalah Pengasuh yang baik. Seorang wanita, baik itu ibu ataupun seorang istri,
mereka adalah simbol pengasuhan. Pengasuhan yang baik adalah mereka yang
memiliki kompetensi standar minimal pengasuhan.
2) ‫اجلارالصاحل‬
adalah Tetangga yang baik. Seluruh orang yang berhubungan dengan santri; elemen
pondok, masyarakat sekitar dan walisantri. Tetangga yang baik adalah mereka yang
memiliki core values yang sama dan emahaman yang sama terkait pola asuhan santri.
3) ‫الواسع املسكن‬
adalah asrama yang luas. Maksudnya asrama yang memenuhi standar ruang, standar
kemanan dan standar kenyamanan untuk ditempati.
4) ‫املركب اهلينء‬
adalah fasilitas yang ramah. Fasilitas merupakan “Kendaraan” pengembang potensi
dan bakat santri. Maka fasilitas yang ramah adalah kelengkapan sarana dan prasarana,
metode pendidikan, dan kurikulum yang digunakan sesuai dengan fitrah tumbuh
kembangnya santri.

3. PENGASUH YANG BAIK


a. PARA PENGASUH PONDOK PESANTREN
1) KIAI
Syarat berdirinya pesantren adalah terdapat kyai, santri, asrama, masjid dan kitab
kuning atau dirosah Islamiyah. Kyai diletakkan posisi pertama menunjukkan bahwa kyai
merupakan sebuah unsur yang strategis dalam pengelolaan pesantren sebagai Lembaga
Pendidikan, Lembaga dakwah dan Lembaga pemberdayaan masyarakat. Dipesantren, kyai
merupakan sentral figure dan simbol jati diri. Sehingga sosok kyai tidak boleh hilang baik
secara fisik maupun perannya. Mengapa demikian ?
Pertama, karena kyai adalah otaknya pesantren; pemilik fikrah atau grand design
organisasi dari hulu ke hilir, dari input , proses ke output, kyai adalah pemilik gagasan dan
narasi dari pergerakannya pesantren.
Kedua, kiai adalah ruhnya pesantren; sumber nilai dan spiritual yang berjalan
ditengah-tengah masyarakat sekitar pondok. Sebagai ruh yang menyala-nyala menerangi
jiwa dan memeluk harapan para santri satu persatu.
Ketiga, Kiai adalah Tulang Punggung Pesantren sebagai pusat kendali eksistensi
keberadaannya dipesantren. Mengobati Lelah jiwa para pendidik dipondok, mengusap
keringat, dan menjaga kehormatan dan menjaga nilai keikhlasan mereka.
Setiap pesantren membawa risalah yang sama, memerikan muatan spiritual dan moral
setiap prilaku masyarakat dalam berbagai macam aktifitas sehari-hari. Akan tetapi, setiap
pesantren memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik yang melekat pada
setiap pesantren tergantung pada idealisme sang kiai, dari sosok kiai-lah, para santri bdapat
belajar secara langsung tentang hakikat kehidupan. Bagaimana kiai membimbing para
santri atau masyarakat sekitar, bagaimana kiai berpenampilan, bagaimana kiai berinteraksi
dengan santrinya saat mendidik, mengajarkan kitab, dan memberikan nasihat. Para santri
data meliha bagaimana kiai menjadi tempat konsultasi masyarakat yang bisa ditemui tanpa
batas waktu. Dengan demikian perilaku kiai dapat diamati, dicontoh dan dimaknai oleh
para santri. Inilah yang dimaksud dengan kiai sebagai sumber nilai atau Role Model
berjalan selama 24 jam.
2) Tenaga Pendidik
Leading Actor pengasuhan santri yang kedua adalah tenaga pendidik. Baik yang
mengajar dimadrasah maupun yang mendampingi diasrama. Peran dan tugasnya secara
fungsional adalah membantu kiai didalam menjalankan proses-proses Pendidikan
dipondok pesantren.
3) Pengurus Organisasi Santri atau Mudabbir
Leading Actor Pengasuhan santri yang ketiga adalah pengurus organisasi santri atau
mudabbir. Karena tidak semua pesantren menggunakan musyrif atau murabbi sebagai
pengasuh dipondok. Akan tetapi, mengguanakan struktur organisasi santri dalam
mengorganisir aktivitas harian santri dipondok. Memang begitu seharusnya. Santri belajar
berperan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya.
Kedudukan santri senior sangat berpengaruh dimata para santri dibawahnya, karena
santri senior merupakan wujud profil nyata hasil dari proses Pendidikan yang selama ini
berlangsung dipondok. Ideal maupun tidak. Mereka adalah Prototipe dari kurikulum yang
diterapkan pondok. Sehingga perilau, pemikiran, tradisi dan budaya yang terbentuk pada
mereka akan lebih mudah dicontoh atau diduplikasi oleh santri pada level bawah.
Bagaimana kualitas santri diondok salahsatunya tergantung pada kualitas santri-santri
senioranya. Mereka merupakan kontrol sosial kehidupan dipondok selama 24 Jam. Karena
terkadang para santri mengalami kesulitan dalam menerjemahkan tata nilai atau tata tertib
pondok yang bersumber dari verbal atau buku panduan santri. Mereka lebih mudah
mencontoh dari bagaimana kakak kelasnya bersikap. Oleh karena itu, menurut ibnu sina,
“anak-anak disekolah hendaknya memiliki teman sebaya yang terpuji budi pekertinya dan
baik tradisinya. Karena anak akan saling meniru kebiasaan anak lain, saling mencontoh
dan saling menyayang.
b. PERAN PENGASUH SANTRI
At Tarbiyah secara etimologis setidaknya terbagi menjadi 3 suku kata yaitu :
1) )‫ (ربا – يربو‬bermakna )‫ (زاد – يزيد‬tumbuh dan berkembang. Tumbuh secara fisik dan
berkembang secara psikis, kemampuan, dan kecerdasa. Artinya seorang pengasuh
dituntut memiliki ilmu pengetahuan tentang gizi, tumbuh kembang anak, kesehatan dan
lain sebagainya
2) )‫يربى‬-‫ (ربي‬bermakna )‫ (نشأ و ترعرع‬menjadi dewasa dan bertambah besar. Artinya
seorang pengasuh dituntut memiliki ilmu pengetahuan tentang psikologi anak,
kurikulum Aqil Baligh dan lain sebagainya.
3) )‫يرب‬-‫ (رب‬bermakna ‫ وساسه و قام على رعايته‬,‫ أصلحه و تولى أمره‬yaitu memperbaiki, mengurusi
kepentingan, mengatur, menjaga dan merawat. Artinya pengasuh dituntut memiliki
ilmu pengetahuan tentang ketegasan, leadership, manajemen, kecakapan sosial dan
lainnya.
4) Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwar Al-Tanzil wa Asrar At-Ta’wil, mengatakan :

‫ مث وصف به تعاىل للمبالغة‬،‫ وهي تبليغ الشيء إىل كماله شيئا فشيئا‬،‫ يف األصل مبعىن الرتبية‬:‫الرب‬
)‫ (الرب‬secara etimologis artinya adalah )‫(التربية‬, menyampaikan sesuatu pada
kesempurnaannya secara sedikit demi sedikit. Kemudian dijadikan sifat bagi Allah
dalam konteks hiperbola.
5) Ar-Raghib Al-Ashfahani dalam kitab, Al-Mufradat, menyatakan:

‫ وهو إنشاء الشيء حاًل فحاًل إىل حد التمام‬،‫ يف األصل الرتبية‬:‫الرب‬


(‫ )الرب‬secara etimologis artinya adalah (‫)التربية‬, yaitu membuat sesuatu perlahan-lahan
hingga mencapai tingkatan sempurna.
Dari arti etimologis di atas, dapat kita simpulkan bahwa definisi at- tarbiyyah adalah
proses-proses interaksi dalam upaya mengembangkan potensi seseorang yang dilakukan secara
berkelanjutan dan perlahan-lahan hingga mencapai tingkat kesempurnaannya. Dan proses-
proses interaksi itu yang disebut dengan pengasuhan.
Dari pengertian di atas, kata kunci yang terpenting adalah proses-proses interaksi,
berkelanjutan dan perlahan-lahan, serta tingkat kesempurnaan.
1) Proses-proses interaksi artinya kerjanya focus pada proses bukan hasil. Karena hasil di luar
kendali pengasuh. Walaupun peran pengasuh itu tugasnya berat, tidak mudah. Pengasuh
dituntut hampir 24 jam menjadi seorang orang tua, guru, sahabat, entertainer, juru damai,
pendengar setia, perawat dan profesi-profesi lainnya yang tidak jelas kapan harus memulainya
dan kapan selesainya. Tidak sampai di situ, seorang pengasuh juga dituntut untuk bersabar
dengan jumlah rasio santri yang tidak ideal seperti satu pengasuh banding 20-40 santri, bahkan
ada yang lebih dari itu. Namun, salah satu tugas utama pengasuh adalah bisa memastikan
jaminan mutu terkait proses-proses interaksi tersebut. Dengan demikian, kita memiliki harapan
besar hasilnya berbanding lurus dengan proses ikhtiar.
2) Berkelanjutan dan perlahan-lahan artinya pendidikan itu memiliki sifat bertahap dan
sedikit demi sedikit. Tidak bisa instan, prosesnya membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga
faktor penentu kesuksesannya adalah al- amal al-mutawashil (kerja yang berkesinambungan).
3) Tingkat kesempurnaan artinya target strategis sebuah kerja pengasuhan. Apabila kita
mencermati lebih dalam target strategis kerja pengasuhan setidaknya ada 2 bagian yaitu:
• Aspek akal dan raga (olah pikir dan olah raga). Memfasilitasi setiap individu santri
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan kompetensi diri sesuai bakat dan potensinya
masing-masing.
• Aspek jiwa (olah rasa dan olah karsa). Mendampingi setiap individu santri melewati
masa-masa kritis di dalam perjalanan hidupnya dari masa anak-anak menuju manusia
dewasa yang paripurna.
Karena kata kunci dalam pengasuhan itu adalah proses-proses interaksi, berkelanjutan
dan perlahan-lahan, serta tingkat kesempurnaan. Maka faktor utama keberhasilan penentu
mengasuh adalah seni mengendalikan emosi dan seni komunikasi. Yang selanjutnya kita akan
kategorikan dalam bentuk kompetensi.
Kompetensi merupakan faktor penentu sebuah keberhasilan di dalam proses
pengasuhan. Karena pengasuh harus mampu masuk dan mempengaruhi setiap individu santri
dengan pemikiran dan pengasuhannya. Sekalipun kecenderungan, karakter dan tingkatan
perkembangan setiap santri beragam.
Pola asuhan santri yang diterapkan di pondok harus melingkupi pada 4 tahapan yaitu:
a. Membangun setiap individu menjadi santri yang berintegritas, intelektual, dan berfisik
sehat serta kuat.
b. Mewujudkan keakraban dan keharmonisan santri pada setiap level angkatan.
c. Membina kehidupan sosial santri dengan menegakkan nilai-nilai kepondokan.
d. Menyiapkan lulusan pondok yang siap berkiprah di semua lini kehidupan.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 79 :

‫ٰب َوِمبَا ُكنْ تُ ْم تَ ْد ُر ُس ْو َن‬ ِ ِ ِ ِ‫وٰلكِن ُكونُوا رََّّبن‬


َ ‫ي مبَا ُكنْ تُ ْم تُ َعل ُم ْو َن الْكت‬
َ َ ْْ ْ َ
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab
dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya." (QS. Ali Imran:79)
Dari ayat ini kita dapat membagi kompetensi pengasuhan menjadi 2 kategori yaitu
sebagai berikut:
• Kalimat "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani", kalimat ini
mengisyaratkan bahwa kompetensi pertama yang wajib dimiliki oleh seorang pengasuh
adalah kompetensi karakter.
• Kalimat "Karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya", kalimat ini mengisyaratkan kompetensi kedua yang wajib dimiliki
oleh seorang pengasuh adalah kompetensi teknis.
Kompetensi karakter berbicara tentang kepribadian utuh kita sebagai seorang pengasuh
yang selalu terhubung dengan Rabb-Nya dalam menjalankan peran-peran pengasuhan.
Kompetensi karakter itu adalah niat yang lurus, ruh yang terjaga, keteladanan, karakter otentik
seorang pengasuh: sabar tidak tergesa-gesa, lembut tidak kasar, hati penyayang, tidak marah-
marah, tegas, dan bersikap adil.
Sedangkan kompetensi tekhnis berbicara tentang cara atau metode yang dipakai untuk
mencapai maksud dan tujuan dari pengasuhan itu sendiri. Yang termasuk kompetensi tekhnis
itu adalah ilmu pengetahuan, gaya pengasuhan, tekhnik pengasuhan, komunikasi efektif, dan
teori tumbuh kembang anak.
4. TETANGGA YANG BAIK
Hubungan antara pondok dengan wali santri pilihannya hanya 2 yaitu:
a. Menutup pintu rapat-rapat, seperti kata KH. Hasan Abdullah Sahal ;
"Tidak boleh dan tidak akan pernah dibolehkan ada organisasi wali murid di pondok, dan
tidak boleh ada hubungan spesial yang mengganggu pendidikan anak dan menghambat
program kegiatan pondok."
b. Bersinergi, akan tetapi diikat dengan syarat-syarat. Wali santri tidak boleh sampai atau
diberi ruang mengintervensi segala bentuk program pendidikan yang diselenggarakan oleh
pondok.
Lakukan kedua pilihan di atas secara konsekuen. Karena pondok bukan tempat jual
beli di mana pelanggan adalah raja. Tak ada keberkahan dalam ikatan transaksional, karena
merasa sudah membayar mahal maka wali santri berhak menuntut berbagai pelayanan atau
bebas memaki-maki ketika mengecewakan. Hal ini harus diclearkan sejak awal oleh pihak
pondok kepada calon wali santri. Maka dimoment strategis inilah sosok kiayi sebagai tulang
punggung pondok dibutuhkan kehadirannya. Kiai yang bicara. Ini penting. Berbicaralah
selantang KH. Hasan Abdullah Sahal, "Very good, very fine. Tidak mau ikut, cari yang lain."
1. Posisi Wali Santri dan Elemen Pondok
Proses pendidikan terhadap santri tidak mungkin berhasil jika orang dewasa di
dalamnya tidak memiliki pemahaman, sikap, dan tujuan yang sama. Pekerjaan besar ini
harus dibangun di atas kesamaan pemahaman, sikap dan tujuan. Wali santri dan komponen
pondok harus menjadi tim kompak dalam pengasuhan santri. Kesamaan itu akan
menghasilkan sistem pendidikan yang terkoordinasi dan disiplin. Juga berkontribusi
menghasilkan pemikiran, gagasan, keyakinan, serta tindakan yang utuh dan padu terhadap
santri.
Apabila setiap elemen di pondok atau wali santri terpecah belah karena meyakini
pemahaman yang beraneka ragam, dan memiliki pemikiran yang bertentangan satu sama
lain, serta bekerja dibangun atas asas saling bertentangan, maka sangat mustahil kita bisa
mewujudkan dan membentuk suatu lembaga pendidikan yang kokoh.
Walisantri berhak memberikan masukan, silakan, tetapi tidak berhak menintervensi
pondok. Apalagi sampai memaki-maki. Disinilah kehormatan pondok diuji, mau
transaksional atau tetap berdiri diatas nilai-nilai.
2. Program Pembinaan SDM
Pengasuhan santri di pondok harus melibatkan keluarga besar pondok. Keluarga besar
harus menjadi tim kompak dalam pengasuhan santri. Aulai dari security, gardener, driver,
office boy, cleaning service,teknisi, juru masak, tata usaha dan sebagainya. Mereka semua
itu adalah supporting pengasuhan.
Santri membutuhkan panutan di lingkungan tempat ia tumbuh dewasa. Mereka belajar
menjalankan peran dan kecakapan sosial melalui orang-orang terdekat yang setiap waktu
berinteraksi dengannya, baik dari sisi perkataan, sikap, maupun perilaku. Santri akan
meniru lingkungan sekitarnya. Semua kejadian akan menjadi proses belajar bagi santri.
Sehingga harus dipastikan bahwa orang dewasa di sekitar santri harus menjadi panutan.
Karena itu, manajemen pondok harus membuat skema pembinaan untuk setiap unit elemen
pondok. Pembinaan itu di antaranya adalah:
a. Spiritualitas, buatlah standar ibadah harian bagi seluruh SDM pondok dan program
pembinaan khusus secara terstruktur untuk menjaga ruh dan persamaan langkah
perjuangan di pondok
b. Mengontrol kinerja SDM sesuai dengan standar operasional kerja
c. Memberikan pengetahuan dan paradigma tentang pola asuh santri.
d. Memberikan pengetahuan yang rinci tentang kepondokan.
3. Program Kemitraan dengan Wali Santri
Bagi pondok yang memilih jalur sinergi pendidikan dengan walisantri. Dengan
pemikiran bahwa walisantri memberikan kontribusi pengaruh positif terhadap pola
pembinaan yang dibangun oleh pondok. Menguatkan kebijakan-kebijakan dan menentukan
tingkat keberhasilan pendidikan santri dipondok. Bagaimanapun juga santri dipondok saat
ini merupakan hasil tanam asuhan dari orangtuanya pada saat dirumah.
Berikut adalah beberapa contoh program kemitraan yang perlu dibangun dengan
walisantri yaitu sebagai berikut :
a. Pertemuan Rutin
Program ini harus diagendakan secara berkala. Jadikan moment ini sebagai sarana
untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakan, kurikulum pembinaan, perkembangan
santri, dan agenda-agenda strategis lainnya.
b. Kajian Parenting
Kita menyadari bahwa tidak semua walisantri memiliki pengetauan yang baik
tentang pengasuhan. Maka pondok wajib memfasilitasinya dengan menyelenggarakan
kajian-kajian parenting secara tematik dan berkala.
c. Media Informasi
Walisantri sekarang mayoritas dari generasi millenial yang serba digital. Sudah
saatnya pondok menyediakan ruang komunikasi digital yang bisa diakses dengan
mudah oleh walisantri. Seperti aplikasi media sosial, website, media streaming dan
media digital lainnya.
d. Pengetahuan standar operasional prosedur atau mekanisme penyelesaian masalah jika
terjadi permasalah pada santri.
Permasalahan santri adalah keniscayaan. Karena itu perlu dibuatkan sebuah
mekanisme penyelesaiannya terkadang perkara ini sangat kurang diperhatikan oleh
pihak pondok, pondok baru tersadar setelah terjadi masalah pada santri yang kemudian
membuat pengasuh dan manajemen pondok keteteran. Salah satu bentuk upaya
manajemen resiko buatlah sistem standar operasional prosedur atau mekanisme alur
penyelesaian jika terjadi permasalahan pada santri. Buatlah skema alurnya berikut
dengan ketentuan-ketentuannya. Sehingga jika suatu hari terjadi permasalahan pad
santri, pihak pondok dan walisantri bisa segera menyelesaikannya secara cepat, efesien
dan efektif.
e. Program Sehari Menjadi Santri
Walisantri perlu sarana untuk bisa memahami perasaan dan tantangan anak-
anaknya selama menuntut ilmu dipondok. Bagaimana mereka disiplin waktu, disiplin
diri dan berdisiplin lainnya. Maka program ini adalah jembatan untuk memahami
perasaan-perasaan itu. Walisantri menginap dipondok layaknya sebagai santri, tidur
dialas yang seadanya dan mengikuti kegiatan harian santri mulai dari bangun tidur
sampai tidur kembali.
f. Program Sehari Menjadi Pengasuh
Walisantri perlu memahami bagaimana rumitnya mengasuh santri dengan rasio
jumlah 1 banding 20-30 anak, dengan keinginan dan keunikan berbeda-beda. Sehingga
walisantri tidak mudah menyalahkan atau komplain jika terjadi sesuatu yang kurang
pas terhadap anak-anaknya. Setidaknya mereka akan memaklumi dan menyampaikan
segala sesuatunya dengan bijak kepada pengasuh santri diasrama.
5. ASRAMA YANG LUAS
a. Definisi Asrama
Dalam bahasa Inggris, asrama dikenal dengan istilah dormitory atau residence hall
untuk tingkat universitas. Kamus Mirriam-Webster mendefinisikan dormitory sebagai:
• A room for sleeping; especially: a large room containing numerous beds.
• A residence hall providing rooms for individuals or for groups usually without private
baths.
Istilah residence hall lebih sering digunakan untuk terminologi asrama mahasiswa
karena terdapat perbedaan fasilitas dengan dormitory. Sementara dormitory lebih banyak
digunakan dalam konteks asrama sekolah karena identik dengan fasilitas kamar tidur
dengan banyak tempat tidur. Di berbagai negara, asrama dirancang dan dibangun dengan
standar-standar sesuai dengan jenjang Pendidikan penghuninya.
Keputusan presiden nomor 40/1981 mendefinisikan asrama mahasiswa sebagai :
“suatu lingkungan perumahan sebagai tempat tinggal mahasiswa, yang dalam
perkembangan lebih lanjut, dimungkinkan memiliki sarana lingkungan untuk
melengkainya, seperti perpustakaan, pengadaan buku, kantin, olahraga dan sarana
lainnya yang diperlukan yang dikelola oleh mahasiswa dalam bentuk koperasi”
Menurut Permen No 09 tahun 2008, asrama adalah “Rusunawa yang diperuntukkan
bagi mahasiswa/siswa/santri.”
b. Pola Hubungan Tempat-Individu (People-Place Relation)
Dalam buku Designing Place for People, Deasy dan Lasswell (1985) mengulas aspek-
aspek perilaku manusia didalam asrama. Asrama merupakan tipe dari perumahan yang
sifatnya tetap dan memiliki karakter-karakter yang khas. Asrama seringkali berhubungan
dengan institusi pendidikan. Sebagai sarana tempat tinggal bagi orang orang yang tidak
saling mengenal, perencanaan asrama perlu memikirkan masalah- masalah yang berkaitan
dengan pola interaksi antar individu maupun interaksi individu-sosial. Pola hubungan
tempat dan manusia ditemukan dibahas secara spesifik pada salah satu artikel ilmiah yang
menjadi objek studi. Clemons, S. A., Banning, J. H., & Mckelfresh, D. A. (2004)
menekankan tentang pentingnya menciptakan sense of place dan sense of self dalam kamar
asrama.
Istilah asrama dalam bahasa Arab artinya bukan hanya tempat tinggal atau tempat
beristirahat. Juga harus aman, damai, menenangkan, dan menentramkan. Ini menunjukkan
bahwa tata kelola asrama sangat berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan
psikologis anak. Kenyamanan, ketenangan, dan ketentraman diasrama akan membuat jiwa
bahagia pada anak. Kebahagiaan itu yang memupuk potensi keimanan dan kepemimpinan
tumbuh sempurna. Jika tata kelola asrama buruk maka dampak yang terjadi pada anak
adalah ketidaknyamanan yang menyebabkan gejala stress, penyakit kulit dan sebagainya.
Sehingga kemudian anak berprilaku negatif.
c. Standar Ruang Asrama
Berdasarkan buku joseph De Chiara and John Hancock, Time Saver Standards For
Building Types, mengenai persyaratan ruang area, ukuran asrama yang digunakan
adalah :
Jumlah Ranjang Jumlah Orang Min. Area yang Min. Ketinggian
Tingkat dibutuhkan Bangunan
2 4 120 8 Kaki atau 2,4
4 8 240 Meter
6 12 360
8 16 480

Time Saver Standarts for Building Types menyebutkan bahwa luas ruangan
minimum untuk satu kamar dengan 2 tempat tidur tingkat dihuni 4 orang adalah 120 kaki
persegi atau +11m2 dapat dipahami juga jika dikamar tersebut ditempatkan 2 tempat tidur
tidak bertingkat, maka luasan yang dibutuhkan kurang lebih sama karena angka tersebut
memperhitungkan area yang dibutuhkan oleh tempat tidur. Luasan kamar asrama
dipengaruhi oleh banyaknya penghuni, jumlah tempat tidur yang digunakan dan jenis
tempat tidur yang digunakan.
d. Seni Merapihkan Asrama
Dengan terimplementasikan kebersihan dan kerapihan diasrama, akan berdampak
signifikasi pada Kesehatan fisik, jiwa dan pikiran para santri. Akar masalah santri tidak
berperilaku bersih dan rapi di asrama bisa jadi karena faktor berikut:
• Lembaga belum memiliki sistem tata Kelola kebersihan dan kerapian pondok.
• Pengasuh tidak memahami konsep kebersihan dan kerapian. Bahkan ada pengasuh
yang tidak memiliki value tersebut. Akhirnya pengasuh tak mampu menularkan value
kebersihan dan kerapian ini.
• Santri tidak mengetahui bagaimana standar bersih dan rapi di asrama.
• Konsep 5R akan membantu kita bagaimana menciptakan asrama yang rapi dan bersih.
Kaidah dasar dari 5R adalah :
"Ada tempat untuk segala sesuatu dan segala sesuatu terletak pada tempatnya."
Konsep 5R ini berasal dari bahasa Jepang yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso
(Resik), Seikitsu (Rawat), Shitsuke (Rajin).
i. Prinsip Dasar 5R
1) Keterlibatan semua orang.
2) Pelaksanaan yang kuat.
3) Kreatif.
4) Tanggung jawab. Semua orang bertanggung jawab di area aktivitas masing-masing.
5) Menjadikan 5R sebagai Habbit. Menjadikan 5R sebagai budaya/kebiasaan sehari-hari.
ii. RINGKAS
Ringkas adalah langkah awal yang strategis. Mulailah 5R dengan aktifitas Ringkas secara
sungguh- sungguh, karena di sinilah letak kuncinya. Ringkas merupakan lokomotif bagi R yang
lainnya. Langkah-langkah dalam menerapkan Ringkas yaitu sebagai berikut:
1) Penyeragaman pengertian
• Menyamakan pemahaman terkait konsep 5R antara para pengasuh dan anak-anak.
• Penyeragaman pengertian tentang barang yang "perlu" dan "tidak perlu" di asrama.
"yang dirinci" agar terhindar dari kesalahan komunikasi dan penerapan.
2) Kegiatan meringkas
• Membuat standar barang yang "perlu" di asrama kemudian di susun menjadi daftar
inventaris barang.
• Menyingkirkan barang yang "tidak perlu"
• Membuat klasifikasi barang berdasar frekuensi penggunaannya "sering digunakan" dan
"jarang digunakan"
• Barang yang "sering digunakan" letakan ditempat dekat aktivitas. Misalnya ranjang,
kasur, lemari, tas, rak sepatu, dan sebagainya
• Barang yang "jarang digunakan" simpan ditempat khusus. Misalnya koper
• Membuat kebijakan terhadap barang rusak dan tidak terpakai. Misalnya dijual atau
dihibahkan.
• Kegiatan dilakukan secara serempak untuk membangkitkan semangat
3) Pemeriksaan berkala
Memeriksa dan memastikan barang yang berada di asrama sesuai dengan standar dan
daftar inventaris dalam waktu tertentu.
4) Pelembagaan Ringkas
Membuat system piket yang dirancang untuk menjamin terjadinya pemeriksaan berkala
tersebut.
iii. RAPI
Kegiatan Rapi bertujuan:
• Membenahi dan menstardarisasi tempat penyimpanan barang-barang.
• Semua barang-barang mempunyai tempat yang pasti
• Setiap barang-barang dan tempatnya ada identifikasi
Langkah-langkah dalam menerapkan Rapi yaitu sebagai berikut:
• Membuat lay out peletakan barang. terdiri dari 2 jenis yaitu lay out kamar dan lay out
asrama.
• Peletakan barang sesuai lay out. Ini aktivitas yang menyenangkan karena seperti
permainan puzzle bagi anak.
• Membuat tempat khusus (display) untuk barang-barang tertentu.
• Labelisasi barang
iv. RESIK
Resik artinya proses mewujudkan asrama yang bersih dengan cara:
• Menyingkirkan barang yang tidak perlu
• Menata barang yang perlu
• Memelihara dengan melakukan pembersihan dan perapian area asrama
• Memeriksa dan melakukan pengontrolan kebersihan dan kerapian asrama secara teliti
Langkah-langkah Resik:
• Menyiapkan sarana kebersihan
• Membuat jadwal piket
• Kegiatan pembersihan dan perapian asrama
• Peremajaan ruangan
Sarana kebersihan:
• Dibuatkan display khusus alat kebersihan
• Diberikan tanda batas dan label nama barang serta label identitas kepemilikan alat
kebersihan
Kegiatan pembersihan dan perapian:
• Dilakukan dengan pola kerjasama serempak
• Pembersihan dan perapian sesuai dengan standar
Peremajaan Asrama :
• pengecetan ulang
• Pemeriksaan sarana prasarana di asrama secara berkala
Pelestarian proses Resik:
• Pengontrolan secara berkala dengan menggunakan lembar pemeriksaan
• Dilaporkan kepihak yang berwenang di pondok
• Periksa hasil perbaikan sebelumnya
v. RAWAT
Aktifitas Rawat dimulai dengan membuat standar/aturan untuk "Ringkas, Rapi, dan
Resik" secara detail agar aktivitas dapat terlaksana dengan baik. Langkah-langkah menerapkan
rawat sebagai berikut:
• Penentuan butir kendali
1) Butir kendali digali dari pemikiran para santri
2) Hasil pemikiran tersebut dipertimbangkan dan dikaji untuk butir kendali, dan mulai dari
yang sederhana
3) Pokok butir kendali: label-label, penunjuk batas, dan meningkatkan kemudahan dilihat
• Penetapan kondisi tak wajar
1) Kriteria kondisi wajar dan tak wajar harus dibuat dahulu serta dirumuskan secara
seksama
2) Penetapan tersebut melibatkan semua santri agar seragam dan disepakati untuk
meningkatkan komitmen menjaga Bersama kondisi rawat
• Rancangan mekanisme pantau
1) Tujuan untuk melihat dan mengevaluasi peningkatan kondisi rawat agar selalu terjaga
dan terpelihara
2) Mekanisme pantau dapat dilakukan menggunakan papan visual/kartu yang penting
mudah dipahami
3) Misalnya kartu ceklist untuk menunjukkan aktivitas piket kebersihan, lantai sudah di pel
atau belum, ranjang sudah dirapikan atau belum dan sebagainya.
• Tindak lanjut penyimpangan
Bila keadaan tak wajar/penyimpangan terjadi dan diisyaratkan oleh mekanisme
pantau, maka tindak lanjut harus segera dilaksanakan.
• Pemeriksaan berkala
1) Pemeriksaan berkala sangatlah penting dilakukan untuk menunjang mekanisme pantau
yang telah ada.
2) Pemeriksaan berkala menciptakan transparan dan makin terkendali.
3) Rawat membekali semua santri diasrama dengan informasi yang diperlukan sehingga
mampu bertindak cepat
4) Misalnya memeriksan kondisi dan jumlah alat-alat kebersihan
vi. RAJIN
"Lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan lakukan apa yang tak boleh dilakukan."
Langkah-langkah menerapkan Rajin antara lain:
• Penetapan target Bersama
• Ajak santri memikirkan kebiasaan positif yang perlu dikembangkan.
• Tentukan target dan buatlah ikrar bersama untuk mematuhi dan mencapainya
• Berikan kesempatan yang luas bagi santri mengemukakan pendapatnya dan bersedialah
untuk mendengarkan.
• teladan dari pengasuh
1) Pengasuh adalah role model untuk santri
2) Pengasuh harus konsekuen mematuhi dan menghormati semua aturan. Baik yang dibuat
oleh lembaga maupun aturan yang disepakati bersama santri.
• Hubungan baik dengan santri
1) Menjaga adab dan keramahan kepada santri
2) Menghargai usaha santri
3) Menghargai pendapat dan usulan santri
• Kesempatan belajar bagi santri
Program 5R adalah kesempatan bagi santri belajar hidup sehat, disiplin dan
bertanggung jawab terhadap tempat tinggal dan lingkungannya.
e. KESEHATAN DAN KESELAMATAN SANTRI
"Pondok perlu memperhatikan kesehatan dan keselamatan santri, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat beraktifitas."
Yang termasuk potensi bahaya seperti banjir, gempa, petir, angin topan dan kekeringan,
kebakaran dan sebagainya. Maka pondok harus menunjuk penanggung jawab pembuatan
sistem keamanan dan kesehatan di lingkungan pondok dan memastikan sistem itu
diterapkan. Beberapa hal penting yang wajib diperhatikan dalam pengendalian resiko
bahaya yang terjadi di pondok yaitu antara lain:
1) Konstruksi Bangunan
Indonesia termasuk dalam wilayah yang rawan gempa, karena Indonesia terletak
dipertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng tektonik Hindia - Australia,
lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia. Dengan demikian bangunan-bangunan yang
berada di wilayah Indonesia menghadapi resiko gempa yang tinggi yang dapat
menyebabkan kerusakan bangunan, sehingga mengakibatkan korban jiwa dan kerugian
materil.
2) Sarana Pengendali Resiko
Pondok wajib memiliki atau menyiapkan perlengkapan dalam perencanaan identifikasi
bahaya dan pengendalian resiko. Misalnya adanya hydrant dan apar untuk antisipasi
terjadinya kebakaran, dipasangnya penangkal petir, dan sebagainya.
3) Kesiapsiagaan dan Tanggap darurat
Pondok menyelenggarakan pelatihan khusus tanggap bencana agar santri terbiasa merespon
situasi darurat. Santri mampu menyelamatkan diri sendiri masing-masing tanpa bantuan
orang lain. Salah satu agendanya adalah simulasi prosedur situasi darurat. Simulasi ini
harus dilakukan secara berkala.
4) Sarana Evakuasi
Salah satu sarana evakuasi adalah adanya jalur aman dan titik kumpul saat dilakukan proses
evakuasi jika terjadi bencana. Syarat sarana evakuasi yaitu sebagai berikut:
• Aman sejahtera
• Tidak dikunci
• Tidak terhalang oleh benda apapun
• Memiliki lampu darurat
• Bukaan pintu kearah pelarian
• Mudah dijangkau, jarak tempuh sedekat mungkin
• Ada penunjuk arah yang dapat dilihat dalam keadaan gelap
F. FASILITAS PONDOK
Keputusan presiden nomor 40/1981 tentang definisi asrama yaitu, “Suatu lingkungan
perumahan sebagai tempat tinggal mahasiswa, yang dalam perkembangan lebih lanjut,
dimungkinkan memiliki sarana lingkungan untuk melengkapinya, seperti perpustakaan,
pengadaan buku, kanitn, olahraga dan sarana lainnya yang diperluan untuk dikelola oleh
mahasiswa dalam bentuk koperasi”
Dari definisi diatas, bisa disimpulkan bahwa fasilitias menjadi 2 macam, yaitu fasilitas
fisik dan fasilitas diri. Fasilitas fisik bisa disebut dengan sarana dan prasarana, menurut
kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa sarana adalah segala sesuatu yang
dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan, Adapun prasarana adalah
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, dan proyek)
Menurut ketentuan umum Permendiknas no 24 tahun 2007 bahwa sarana adalah
perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana adalah
fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sarana Pendidikan antara lain :
Gedung, ruang kelas, meja, kursi,serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan yang
termasuk prasarana antara lain seperti halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan
lain-lain.
Sedangkan fasilitas diri adalah program yang membantu pengembangan diri seorang
santri. Program-program tersebut dituangkan dalam bentuk kurikulum. Kurikulum yang
dibuat harus memenuhi kebutuhan 3 unsur manusia yaitu : fisik, jiwa dan akal.
1) Fasilitas Fisik
Rasulullah SAW bersabda :
“Ajarilah Anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah”
Diera modern, Sebagian pakar memperluas tafsiran hadits tersebut sebagai berikut :
a. Berkuda : Skill Of Life, Memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal
hidup agar memiliki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri
yang baik.
b. Berenang : Survival of Life, Mendidik anak agar bersemangat, tidak mudah
menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.
c. Memanah : Thingking Of Life, Mengajarkan anak untuk membangun kemandirian
berfikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.
2) Fasilitas Jiwa
a. Aqidah
Aqidah adalah pondasi bagi santri dalam mencapai misi keimanan. Tanpanya misi
keimanan, santri sebagai individu tidak akan pernah tercapai, apalagi misi
kepemimpinan sebagai sebuah umat.
b. Ibadah
Mengagendakan program ibadah menjadi aktifitas utama harian para santri. Mulai
dari qiyamullail, saum, shalat berjamaah, tilawah al quran dan ibadah-ibadah
lainnya. Kemudian dibuatkan system controlling sebagai bahan evaluasi dan
perbaikan. Namun target utama adalah menumbuhkan kecintaan pada jiwa santri
bahwa ibadah adalah ritual yang begitu penting dalam kehidupan.
c. Organisasi
Organisasi akan menumbuhkan rasa percaya diri santri, memaksa mereka untuk
belajar mengelola waktu, belajar berkontribusi, mengasah berbagai kemampuan,
menggembleng kepribadian, membangun Leadership dan karakter-karakter
lainnya. Mengasah karakter tidak bisa dibangku sekolah. Mengasah karakter itu
tempatnya dikehidupan nyata. Belajar beroraganisasi merupakan rangakain
dalam mencapai misi kepemimpinan. Target utamanya adalah menjadi umat
terbaik yang menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
3) Fasilitas Akal
A. Pengetahuan
Santri yang sudah masuk usia baligh, mereka harus mulai dituntut disiplin ilmu.
Serius menjalani kehidupan, berfikir kritis dan ilmiah. Dalam mencapai misi
keimanan dan kepemimpinan, ilmu akan menjadi petunjuk perjalanan. Kapasitas
pengetahuan akan berdampak pada kualitas kehidupan mereka.
B. Bahasa
Santri kedepan akan banyak mendapatkan peluang. Salah satu cara agar bisa
berkompetensi di era ini para santri harus dibekali Skill bahasa sebagai alat
komunikasi. Dan bahasa merupakan salah satu kompetensi wajib dalam mencapai
misi kepemimpinan.
Fungsi Fasilitas
Fasilitas merupakan instrument penumbuh bakat dan pemantik minat. Bakat adalah
potensi diri yang tumbuh dari dalam. Sedangkan minat adalah potensi diri yang tumbuh sebab
stimulus dari luar. setiap santri memiliki bakat tertentu dan potensi diri yang berbeda-beda.
Karena itu, fasilitas menjadi instrumen penting didalam proses pengasuhan.
C. PENUTUP
Membentuk santri agar tumbuh menjadi manusia yang paripurna dengan aqidah yang
bersih, ibadah yang benar, akhlaknya yang kokoh, fisiknya kuat, intelek dalam berfikir,
mampu melawan hawa nafsum disiplin menjaga waktu, teratur dalam segala urusan, mandiri
dari segi ekonomi, dan bermanfaat bagi orang lain membutuhkan waktu yang tidak sedikit,
dibentuk dengan tempaan panjang, perlahan dan terus menerus dilakukan. Pengasuhan adalah
cara yang paling ideal untuk meng-instal pribadi tersebut dalam jati diri santri, hanya
pengasuhan satu-satunya cara yang sesuai dengan fitrahnya manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Al- Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. (2011). Ar- Rahiq Al- Makhtum. Jakarta : Ummul Qura.
Al-Haritsi, DR. Jaribah bin Ahmad. (2003). Fikih Ekonomi Umar bin Khatab. Jakarta:Khalifa
Al-Quranul karim
Antonio, DR. Muhammad Syafii. (2009). Muhammad Saw The Super Leader Super Manager.
Jakarta: Tazkia Publishing.
Az-Zabidi, Imam. (2012) Ringkasan Shahih Bukhari. Bandung : Jabal.
Geldard, Kathryn & David Geldard, (2011). Konseling Remaja. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Imam Al-Mundziri. (2012). Ringkasan Shahih Muslim. Bandung : Jabal.
Isa, Muhammad Husain & Ali Manshur. (2017). Syarah 10 Muwashafat. Solo : Intermedia.
Jasiman. (2009). Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Solo : Aulia Press.
Khatib, Muhammad Abdullah, Muhammad Abdul Halim Hamid. (2007). Syarah Risalah
Ta'lim. Jakarta :Al-I'tishom.
Megawangi, Ratna (2017). Menyemai Benih Karakter. Jakarta : Indonesia Heritage
Foundation.
Megawangi, Ratna. (2016). Pendidikan Karakter. Jakarta : Indonesia Heritage Foundation.
Nuh, DR. Sayyid Muhammad. (2008). The Winning Of Generation, Yogyakarta : Uswah
Prof. DR. Taufiq Yusuf Al-Wa'iy. (2004). (Al-Iman Wa Iqadz Al-Quwa Al-Khofiyyah) Iman
Membangkitkan Kekuatan Terpendam. Jakarta : Al-I'tishom.
Rahman, Afzalur. (2015). Ensiklopedia Muhammad. Bandung : Pelangi Mizan.
Sabiq, Sayyid.(2006). Aqidah Islamiyah. Jakarta: Robbani Press.
Suwaid, DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh. (2010). Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik
Anak. Yogyakarta: Pro-U Media.
Ulwan, DR. Abdullah Nashih. (2012) Pendidikan Anak dalam Islam. Solo : Insan Kamil.
Wijaya, Hodam. (2019). 4 Pilar Pengasuhan Pondok. Bogor : Madrasah Ibrahim
Yakan, Fathi. (2005). Isti'ab. Jakarta : Robbani Press.
Yakan, Fathi. (2005). Problematik Dakwah dan Para Dai. Solo : Era Intermedia.

Anda mungkin juga menyukai