PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
maksimal. Dan juga memuat peraturan penggunaan pemakaman yang di lakukan
di desa Ngares Kidul.
Setelah mengetahui latar belakang masalah dari permasalahan yang kita ambil
sesuai dengan keadaan pemakaman, maka akan disampaikan dan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
2
D. Metode Penyusunan Naskah Akademik
Metode yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik ini adalah
metode yuridis empiris atau dikenal dengan penelitian sosiolegal yaitu merupakan
penelitian yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi
dalam kenyataanya di masyarakat, atau bisa dikatakan suatu penelitian yang
dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di
masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan
data yang di butuhkan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju
kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya ke penyekesaian masalah.1
Dengan demikian, maka norma-norma hukum baik dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, maupun kenyataanya dalam desa yang diobserfasi, desa
Ngares Kidul terkait dengan penyelewengan hak masyarakat non muslim di
pemakaman desa untuk dicari dan digali, kemudian dirumuskan menjadi rumusan
pasa-pasal yang dibukukan dalam rancangan peraturan perundang-undangan
(Reperda). Metode ini dilandaskan oleh sebuah teori bahwa hukum yang baik
yang juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam masyrakat, bukan semata-
mata hanya merupakan kehendak penguasa saja.
1
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 15-16.
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS dan EMPIRIS
A.Kajian Teoritis
1. Menempatkan Sudut Pandang Tentang Desa
3. Tipe ”Desa otonom” atau dulu disebut sebagai Desapraja atau dapat
juga disebut sebagai local self government, seperti halnya posisi dan
2
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007, Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang Tentang Desa, (Jakarta: Direktorat Pemerintahan Desa dan
Kelurahan Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam
Negeri), hlm. 83-84.
3
Penjelasan Umum UU 32/2004
4
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, 2007,hlm. 3.
4
bentuk daerah otonom di Indonesia. Secara konseptual, Desa otonom
adalah Desa yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi sehingga
mempunyai kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri. Desa otonom berhak membentuk pemerintahan
sendiri, mempunyai badan legislatif, berwenang membuat peraturan
Desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari negara. Pada
uraian sebelumnya5disebutkan bahwa Desa otonom (local
selfgovernment) atau yang dalam UU No. 19/1965disebut Desa
Praja,6yakni Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang berhak
dan berwenang mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
1.Desa adat (self governing community) sebagai bentuk Desa asli dan
tertua di Indonesia. Pasal 18B ayat (2) menyebutnya kesatuan
masyarakat hukum adat, dan Penjelasan Pasal 18 UUD 1945 (pra-
perubahan) menyebutnya sebagai volksgemeenschappen.
5
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa,2007,hlm. 12.
6
Desapraja menurut pembentuk UU 19/1965 dipersiapkan sebagai daerah tingkat III. Nama
UU ini adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja Sebagai Bentuk
Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III Di Seluruh Wilayah
Republik Indonesia.
5
4.Desa otonom sebagai daerah tingkat III (Provinsi sebagai daerah
tingkat I dan kabupaten/kota sebagai daerah tingkat II), sebagaimana
direncanakan dulu dalam UU 19/1965).
Rujukan konstitusionalnya adalah Pasal 18 ayat (7) UUD 1945. Tim Penyusun
Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa Departemen Dalam Negeri
juga mengemukakan adanya pola pilihan, yang disebutnya optional village, dalam
menentukan karakteristik desa yang akan dianut:7
7
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa,2007, hlm. 85-
87.
6
menjalankan fungsi peradilan adat dan wadah permusyawaratan
besar para penghulu adat, serta Majelis Adat, Syarak dan Ulama
sebagai lembaga pertimbangan bagi lembaga lain yang terkait
dengan adat dan agama. Integrated village tidak mengenal
dualisme kepemimpinan, melainkan dipimpin oleh seorang
pimpinan eksekutif seperti kepala Desa.
Kedua, integrasi masyarakat adat dalam Desa. Dalam model ini, nilai,
istitusi, dan mekanisme yang dikenal dalam masyarakat adat diakomodasi
dalam pemerintahan Desa.
8
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa,2007,hlm. 88.
7
4. Struktur organisasi pemerintah Desa ditetapkan melalui
Peraturan Desa dengan memperhatikan model dan
kewenangan Desa.
9
Tim Penyusun Naskah Akademik Undang-Undang Tentang Desa, hlm.88
8
Kewenangan yang dimiliki Desa sebagai akibat pola pilihan Desa
tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:
9
2. Pengertian Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Desa
Pengertian Pedoman. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa,10mengemukakan beberapa pengertian pedoman, dua
diantaranya adalah:
1. Kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu
harus dilakukan.
2. Hal ( pokok) yang menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dsb) untuk
menentukan atau melaksanakan sesuatu.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1993, Kamus Besar
10
10
Pedoman Evaluasi LAKIP, huruf A perihal Maksud dan
Tujuan, dijelaskan: “Pedoman Evaluasi LAKIP unit kerja di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dimaksudkan
sebagai panduan dalam rangka pelaksanaan evaluasi
LAKIP.” Dengan melakukan abstraksi, yakni menghilangkan
unsur yang khusus, maka pedoman berarti panduan dalam
rangka pelaksanaan pekerjaan.
11
Sondang P. Siagian, 1982a, Peranan Staf dalam Managemen,(Jakarta: Gunung Agung),
hlm. 20. Lihat juga Sondang P. Siagian, 1984, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Gunung
Agung), hlm. 7.
11
dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekolmpok
orang untuk mencapai suatu tujuan.12
Lazimnya pembahasan tentang organisasi ditinjau dari segi statis dan segi
dinamis. Sebagaimana dikemukakan Sondang P. Siagian,13berbagai literature
tentang teori organisasi memberikan petunjuk bahwa para ahli lumrah melakukan
pembahasan tentang organisasi dari dua segi pandangan, yaitu organisasi yang
ditelaah dengan pendekatan struktural dan organisasi yang disoroti dengan
pendekatan keperilakuan. Pendekatan yang sifatnya struktural menyoroti
organisasi sebagai wadah. Pendekatan demikian melihat organisasi sebagai
sesuatu yang relatif statis.
12
Arifin Tahir, Buku Ajar Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hlm. 21-
22.
13
Sondang P. Siagian, 1982b, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi,
(Jakarta: Gunung Agung), hlm. 9-11.
12
bersama. Pada unsur pemimpin dan yang dipimpin menunjukkan adanya hirarki
kedudukan, jabatan serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban.
14
Prayudha Wijaya, Adam Nugroho, Sugeng Rahardjo, (Eds), 2008, Panduan Membentuk
OrganisasiPengelola Keuangan dan Aset Daerah (OPKAD), (Jakarta: LGSP/Local Governance
Support Program), hlm.9
15
Pariata Westra, Sutarto, dan Ibnu Syamsi, (Eds), 1977, Ensiklopedi Administrasi, (Jakarta:
Gunung Agung), hlm. 232, 233, 323.
13
3. Structural Organization Chart‒ Bagan Organisasi Struktur.
Bagan organisasi yang isinya menunjukkan susunan
organisasi dari pucuk pimpinan sampai dengan satuan-satuan
organisasi yang berkedudukan terbawah dengan
mencantumkan sebutan satuan organisasi serta nama
masing-masing satuan organisasi.
Pengertian Tata Kerja. Secara etimologis dibentuk oleh kata “tata” dan kata
“kerja”. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,16mengartikan kata tata, kerja, dan
tata kerja sebagai berikut:
14
Pengertian Pedoman Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa.
Merujuk pada pengertian-pengertian tersebut di atas, yakni adalah dasar bagi
penyusunan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa.
17
JJ. H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-pengertian Dasar dalam
Teori Hukum, alihbahasa B. Arief Sidharta, (Bandung: Citra Aditya Bakti), hlm. 71.
18
JJ. H. Bruggink, 2011, Refleksi Tentang Hukum: Pengertian-pengertian Dasar dalam
Teori Hukum, hlm. 72.
15
teknis.Pedoman Struktur adalah dasar bagi penyusunan struktur
organisasi Organisasi dan Tata dan tata kerja Pemerintah Desa.
B. KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP YANG TERKAIT DENGAN
PENYUSUNAN NORMA
Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, sebelumnya
dikenal secara teoritik dan praktik pembentukan peraturan perundang-undangan.
Di Indonesia, asas ini telah dipositifkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004 (UU 10/2004), kemudian dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
Asas yang berifat formal diatur dalam Pasal 519dan asas yang bersifat materiil
diatur dalam Pasal 6. Pengertian masing-masing asas ini dikemukakan dalam
penjelasan pasal. Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,
yang bersifat formal berikut pengertiannya, sebagaimana tampak dalam tabel
berikut.
Tabel 2.2. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang
Baik,Yang Bersifat Formal) Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasannya
19
Sebelumnya, dalam UU 10/2004, Pasal 5 huruf b dan huruf c masing memuat
asas “kelembagaan dan organ pembentuk yang tepat” dan “kesesuaian antara jenis
dan materi muatan”, dalam UU 12/2011, Pasal 5 huruf b dan huruf c, menjadi
“kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat” dan “kesesuaian antara jenis,
hierarki, dan materi muatan”.
16
b. kelembagaan atau bahwa setiap jenis Peraturan
pejabat pembentuk yang Perundangundangan harus dibuat oleh
tepat lembaga negara atau pejabat Pembentuk
Peraturan Perundangundangan yang
berwenang. Peraturan
Perundang-undangan tersebut dapat
dibatalkan atau batal demi hukum apabila
dibuat oleh lembaga negara atau pejabat
yang tidak berwenang.
c. kesesuaian antara jenis, bahwa dalam Pembentukan Peraturan
hierarki, dan materi Perundang-undangan harus benar-benar
muatan memperhatikan materi muatan yang tepat
sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
Perundangundangan.
d. dapat dilaksanakan bahwa setiap Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas Peraturan
Perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis,
maupun yuridis.
e. kedayagunaan dan bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan
kehasilgunaan dibuat karena memang benar-benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
f. kejelasan rumusan bahwa setiap Peraturan Perundang-
undangan harus memenuhi persyaratan
teknis penyusunan Peraturan Perundang-
undangan, sistematika, pilihan kata atau
istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan
17
mudah dimengerti sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi
dalam pelaksanaannya.
18
b. Kemanusiaan bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan
19
berbangsa, dan bernegara.
20
A itikad baik.
21
Tabel 2.4. Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada, SertaPermasalahan
Yang Dihadapi Masyarakat
22
Dinas adalah karena
melalui pemilihan
langsung oleh warganya.
Walaupun
pengangkatannya
diusulkan oleh Perbekel.
23
Permendagri dimaksud.
3) Apakah kondisi tersebut Permasalahan yang ada Jawaban tidak termasuk dalam
menimbulkan masalah adalah, adanya keinginan ruang lingkup materi muatan
dalam penyelenggaraan dari beberapa Perbekel Perda Badung 3/2007, akan
pemerintahan desa? yang mengusulkan agar tetapi perlu pendalaman untuk
dalam pengangkatan mengetahui kemungkinan
Sekretaris Desa dapat diatur dalam Perda lain.
diisi oleh salah seorang
Kepala Urusan yang
paling berkompeten
(dilihat dari umur, masa
kerja, dan pengalaman).
Usulan ini masih
memerlukanpertimbangan
untuk dapat diatur dalam
Perda yang akan
dibentuk.
3 . Permasalahan yang
dihadapi masyarakat
sebagai akibat Perda
Badung 3/2007 kehilangan
24
dasar hukumnya.
1) Apakah kondisi tersebut Adanya keinginan dari Jawaban tidak termasuk dalam
menimbulkan masalah beberapa desa untuk tetap ruang lingkup materi muatan
dalam masyarakat, mempertahankan Kelian Perda Badung 3/2007, akan
khususnya masyarakat Banjar Dinas yang telah tetapi perlu pendalaman untuk
desa?. habis masa jabatannya mengetahui kemungkinan
dan tidak dapat diangkat diatur dalam Perda lain.
kembali mengingat
batasan umurnya telah
melebihi 43 tahun
2) Apakah kondisi tersebut Permasalahan seperti Jawaban tidak termasuk dalam
menyebabkan dikemukakan di atas ruang lingkup materi muatan
pemerintahan desa tidak mengakibatkan tidak Perda Badung 3/2007, akan
optimal memberikan optimalnya pelayanan tetapi perlu pendalaman untuk
pelayanan kepada kepada masyarakat, mengetahui kemungkinan
masyarakatnya? karena Kelian Banjar diatur dalam Perda lain.
Dinas tersebut tidak tidak
memiliki dasar hukum
untuk menjalankan tugas
sebagai Kelian Banjar
Dinas.
3) Apakah masyarakat Ada keluhan dari Jawaban tidak termasuk dalam
pernah mengajukan masyarakat yang ruang lingkup materi muatan
keluhan terhadap disampaikan dalam Perda Badung 3/2007, akan
kondisi tersebut? rapatrapat koordinasi tetapi perlu pendalaman untuk
Perbekel dengan Camat mengetahui kemungkinan
ke BPMD Pemdes diatur dalam Perda lain.
25
Sedangkan keluhan dari Masalah tersebut menyangkut
Kelian Banjar Dinas, pengangkatan perangkat desa.
dilakukan melalui
protes/demo yang pernah
dilakukan ke Kantor
Bupati, yang selanjutnya
ditindak lanjuti dengan
mengajak perwakilan
Kelian Banjar
Dinas berkonsultasi ke
Dirjen PMD pada
Kementerian Dalam
Negeri.
Praktik penyelenggaraan dan kondisi yang ada adalah tidak bekerjanya Pasal
3 ayat (1) Perda Badung 3/2007 yang menentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Sekaligus ini
merupakan permasalahan yang perlu dicarikan solusinya.
26
Permasalahannya adalah Desa di Kabupaten Badung belum ‒ tepatnya adalah
tidak memiliki Peraturan Desa tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintahan Desa. Sekalipun tidak memiliki Peraturan Desa, Desa-desa di
Badung langsung mengacu pada Perda No.3/2007 dan menetapkan Organisasi dan
Tata Kerja Pemerintah Desa.
27
1.Implikasi penerapan
sistem baru yang
akan diatur dalam
peraturan daerah
terhadap aspek
kehidupanmasyaraka
t.
1) Apakah penerapan Penerapan sistem baru Menekankan pada unsur
sistem baru yang yang akan dibentuk tentu kepastian hukum dari
akan diatur dalam memberikan pengaruh trilogi keadilan,
Perda menimbulkan positif khususnya untuk kemanfaatan, dan
pengaruh positif memberikan kepastian kepastian hukum.
(misalnya hukum dan pedoman
menguntungkan bagi para pemangku
terhadap aspek kepentingan (pemerintah
kehidupan daerah, masyarakat desa
masyarakat? dan perangkat desa)
Siapakah yang dalam penyelenggaraan
diuntungkan?; pemerintahan desa.
Mengapa
menguntungkan?
2) Apakah penerapan Penerapan sistem baru Jawaban tidak termasuk
sistem baru yang juga akan merugikan dalam ruang lingkup
akan diatur dalam bagi para kelian materi muatan Perda
Perda menimbulkan BanjarDinasyang habis Badung 3/2007, akan
pengaruh negatif masa jabatannya tetapi tetapi perlu pendalaman
(misalnya tidak bisa diangkat lagi untuk mengetahui
merugikan) terhadap karena umur lebih dari kemungkinan diatur
aspek kehidupan 42 tahun. dalam Perda lain.
masyarakat? Siapa Masalah tersebut
yang dirugikan? menyangkut
28
Mengapa dirugikan? pengangkatan dan
masa jabatan
perangkat desa.
2 .Dampaknya
penerapan sistem
baru yang akan
diatur dalam Perda
terhadap aspek
beban keuangan
daerah
1) Apakah penerapan Penerapan sistem baru Perlu pendalaman
sistem baru yang yang akan diatur dalam tentang “memberikan
akan diatur dalam perda akan memberikan beban kuangan daerah
Perda memberikan beban kuangan daerah khususnya dalam
beban keuangan khususnya dalam melaksanakan
daerah. melaksanakan kewenangan berkenaan
kewenangan berkenaan dengan perangkat desa”
dengan perangkat desa.
Misalnya seperti perlu
adanya rekomendasi
Camat dalam
pengangkatan perangkat
desa (Kaur dan Kelian
Banjar Dinas). Untuk
menghindari masalah
hukum terhadap
29
rekomendasi yang akan
dikeluarkan maka Camat
akan melakukan rapat
untuk mengkaji
berkenaan rekomendasi
tersebut.
30
3) Apakah beban atau Beban yang ditimbulkan Secara kualitatif
biaya itu lebih kecil lebih kecil dari manfaat disebutkan bahwa biaya
atau lebih besar dari yang diperoleh, karena lebih kecil dari manfaat,
manfaatnya? pentingnya penerapan mengingat pentingnya
sistem baru yang akan penerapan sistem baru
diatur dalam Perda yang yang akan diatur dalam
akan dibentuk Perda yang akan
menyesuaikan dengan dibentuk.
Undang-Undang Nomor
6
Tahun 2014 dan
peraturan
pelaksanaannya sebagai
payung hukum dan
pedoman bagi para
pemangku kepentingan.
BAB III
31
Daerah yang Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri
(selanjutnya disebut UU 22/1948). UU 22/1948, antara lain, menggunakan Pasal
18 UUD 1945 sebagai dasar hukum pembentukannya. Pasal 1 UU 22/1948
menentukan:
32
Pemerintah Daerah tingkat I kepada Menteri DalamNegeri untuk dijadikan Daerah
tingkat III.
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenanganuntuk mengatur dan
mengawasi kepentingan masyarakat setempatberdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalamsistem Pemerintahan Nasional dan berada di
daerah kabupaten.
33
Peraturan perundang-undangan di bidangpengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum.
Oleh karena itu, Undang-Undang 1945 sebagai sumber hukum utama sangat
mengedepankan kepentingan umum. Dalam rangka ini adalah penggunaan
pemakaman seharusnya digunakan kepada kemauan masyarakat umum, bukannya
sebagian kelompok yang ingin mencari keuntungan atau mengedepankan
kepentingan. Kepala desa sebagai kepala atau pejabat berwenang harus berlaku
adil dan demokratis sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.
34
6) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum
7) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai
bagian dari ketahanan nasional
8) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional
9) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
3. Peraturan Mentri Desa No. 21 Tahun 2016 Tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2016
Pengertian dan desa sesuai dengan pasal 1 angka 2 Permendes No. 21 Tahun
2016 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa ialah “Dana Desa
adalah dana yang bersumber dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara yang
diperuntukkanbagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatandan
Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakanuntuk mendanai penyelenggaraan
pemerintahan,pelaksanaan pembangunan, pembinaankemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat”.
35
d. pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunandan
pemeliharaan sarana prasarana produksi dan distribusi
e. pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana energi terbarukan serta
kegiatan pelestarian lingkungan hidup.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa tujuan utama dari dana desa
yang berasal dari APBN adalah untuk pembanguna desa, baik dari segi
infrastruktur, pendidikan, kewirausahaan, kebudayaa serta sarana dan prasana
lainnya. Dimana dalam hal ini, pemakaman yang tujukan dan dimanfaatkan bagi
khalayak umum, khususnya dalam hal ini adalah masyarakat desa entah itu
muslim dan non muslim.
BAB IV
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa UU yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD NRI Tahun
1945.20 Gagasan landasan filosofis adalah perpaduan dari substansi Bab II dan
Bab III terutama landasan filosofis terkait dengan ketentuan dalam UUD NRI
36
Tahun 1945. Landasan filosofis akan menjadi dasar dalam menyusun salah satu
konsiderans menimbang (unsur filosofis) dalam UU yang dibentuk.
Menggambarkan bahwa peraturan perundang – undangan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran dan cita hukum yang meliputi
suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia.21
Landasan Filosofis sesuai dengan Undang – undang No 6 Tahun 2014
tentang Desa
B. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa UU yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya
menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan
masyarakat dan negara. Landasan sosiologis bersumber dari substansi yang telah
diuraikan dalam Bab II.22 Landasan sosiologis akan menjadi dasar dalam
37
menyusun salah satu konsiderans menimbang (unsur sosiologis) dalam UU yang
dibentuk.
Menggambarkan bahwa peraturan perundang – undangan yang dibentuk
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.23 Menggambarkan
fakta empiris perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
Landasan Sosiologis: Fasilitas Umum Desa
Dalam hal fasilitas umum desa sangatlah perlu diperhatikan bahwa makna
dari fasilitas umum sendiri adalah milik umum atau bisa juga disebut dengan
milik warga masyarakat desa setempat. Dalam peraturannya sendiri juga sudah
sangatlah jelas bahwa masyarakat desa sangatlah berhak menggunakan fasilitas
umum yang disediakan oleh negara. Karena dalam perundang undangan pun
sudah diatur, bahwa semua fasilitas desa adalah fasilitas untuk masyarakat
setempat yang bertujuan mensejahterakan warga masyarakat desa.
Lahan pemakaman milik desa merupakan salah satu fasilitas umum desa
yang seharusnya digunakan untuk tempat pemakaman jenazah baik itu muslim
maupun non muslim. Namun, didesa ini fasilitas umum berupa lahan pemakaman
tersebut malah digunakan oleh sebagian kelompok saja, sehingga warga
masyarakat setempat yang non muslim tidak mempunyai tempat untuk
memakamkan sanak saudaranya yang meninggal.
Sebenarnya pada pengaturan fasilitas umum di desa merupakan kekayaan
milik desa sebagaimana yang disebutkan antara lain dalam Pasal 76 ayat
(5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa(“UU Desa”). Yang
dimaksud dengan fasilitas umum dipertegas kembali dalam Pasal 112 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (PP Desa) yang mengatakan
bahwa fasilitas umum merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat
umum.24Artinya, fasilitas umum desa hanya dibenarkan untuk digunakan oleh
masyarakat desa, tidak hanya digunakan oleh intern perangkat desa. Adapun yang
38
dimaksud dengan perangkat desa itu terdiri atas sekretariat Desa, pelaksana
kewilayahan; dan pelaksana teknis.
Dalam hal ini, desa tetaplah harus mengikuti peraturan yang ada dan
tetaplah harus dalam tujuan mensejahterakan masyarakat. Meskipun fasilitas
umum berupa pemakaman tersebut dikuasai oleh masyarakat muslim saja, maka
kepala desa haruslah tegas dalam menindakinya dan jangan memutuskan secara
sepihak. Karena kepala desa adalah sebuah pemimpin yang mengemban amanah
untuk memajukan desa, mensejahterakan masyarakat desa tersebut, maka haruslah
merubah fasilitas umum tersebut yang sebelumnya pemakaman dikuasai oleh
masyarakat mulim saja menjadi sebuah pemakaman untuk masyarakat secara
umum, dengan menggunakan lahan kosong desa sebagai pemakaman untuk non
muslim.
Padahal pada dasarnya desa sudah mendapatkan dana bantuan penggunaan
fasilitas umum desa. Namun, kepala desa di desa tersebut menerima uang dari
oknum yang menyalahgunakan fasilitas umum desa tersebut. Padahal desa sudah
mempunyai jaminan mendapatkan dana dari daerah untuk menfasilitasi dan
mensejahterakan kehidupan masyarakat setempat.
Jadi, fasilitas umum berupa lapangan sangatlah bermanfaat untuk warga
masyarakat. Karena dengan adanya lapangan warga masyarakat bisa
memanfaatkannya dengan berolahraga di lapangan tersebut. Sehingga warga
masyarakat bisa hidup sehat, karena sehat akhirnya giat dalam bekerja dan
kehidupan perekonomian pun terjaga, dan waga masyarakat pun bisa sejahtera
dalam kehidupannya.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan
hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang
telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan
hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
39
dibentuk peraturan perundang-undangan yang baru.25 Beberapa persoalan hukum
itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis
atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari undang-undang
sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai,
atau peraturannya memang sama sekali belum ada. Landasan yuridis bersumber
dari substansi analisa dan evaluasi hukum pada Bab III.
Landasan yuridis akan menjadi dasar dalam menyusun salah satu
konsiderans menimbang (unsur yuridis) dalam UU yang dibentuk.
Menggambarkan bahwa peraturan perundang-undangan yang dibentuk untuk
mengatasi permasalahan.26
Landasan Yuridis : Fasilitas Umum Desa
Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
25
Dr. Inoesentius Samsul, S.H.,M.Hum, “Pedoman Penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Undang – undang,” 32.
26
Muhammad Ishom, “Legal Drafting,” 106.
27
Pasal 18 ayat 7 dan Pasal 18B ayat 2 Undang – Undang Dasar 1945.
40
Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia;
Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka,
serta bertanggung jawab;
Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan
masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian
dari ketahanan nasional;
Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan
Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
Dalam perkembangan zaman sebuah peraturan pastilah akan ada undang –
undang yang baru disetiap perubahan zaman. Namun, meskipun berubah undang-
undang di Indonesia atau bisa disebut juga revisi / diperbarui dengan undang –
undang yang terbaru pada era yang baru, tetaplah dasar hukumnya sebuah undang
– undang yang baru tersebut adalah UUD 1945.
Fasilitas umum di desa dipertegas lagi bahwa fasilitas umum merupakan
kekayaan milik desa sebagaimana yang disebutkan antara lain dalam Pasal 76 ayat
(5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa(“UU Desa”). Yang
dimaksud dengan fasilitas umum dipertegas kembali dalam Pasal 112 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (PP Desa) yang mengatakan
bahwa fasilitas umum merupakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat
41
umum.28Artinya, fasilitas umum desa hanya dibenarkan untuk digunakan oleh
masyarakat desa, tidak hanya digunakan oleh intern perangkat desa. Adapun yang
dimaksud dengan perangkat desa itu terdiri atas sekretariat Desa, pelaksana
kewilayahan; dan pelaksana teknis.
Masalah dana desa, desa sudah menerima dana dari APBD. Sehingga
menerima uang dari pihak ketiga yang telah diatur dalam pasal 72 huruf f UU No
6 tahun 2014 tentang Desa yang dengan tujuan menjadikan tanah lapangan desa
setempat menjadi tempat balapan liar itu sangatlah melanggar peraturan yang ada.
Karena lemah peraturan yang ada, maka sebaiknya kepala desa tersebut lebih
tegas dalam bertindak dan tegas dalam memilah dan memilih sebuah tindakan
demi mensejahterakan masyarakat desa setempat. Serta sebaiknya harus ada
penegasan dan pengawasan dari pemerintah daerah setempat, agar tidak ada
penyalahgunaan kekuasaan dan jabatan di desa tersebut.
1. Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pasal 76 ayat (5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
3. Pasal 72 huruf f UU No 6 tahun 2014 tentang Desa.
4. Pasal 112 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Desa.
28
Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
42
1. Lapangan desa hanya digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan
kepentingan umum desa.
2. Penggunaan lapangan desa oleh warga dusun digunakan bergantian oleh
warga dusun lainnya.
3. Jadwal dalam penggunaan lapangan dibuat berdasarkan musyawarah warga
masyarakat, dengan diwakili oleh kepala dusun.
4. Pengguna lapangan wajib menjaga kebersihan lapangan dan memelihara
perdamaian dalam setiap kegiatan di lapangan.
5. Pengguna lapangan wajib melaporkan ke pemerintah desa apabila ditemukan
kerusakan.
6. Dalam hal larangan pengguna lapangan itu dilarang menggunakan lapangan
dalam hal kegiatan individu, kegiatan yang dilarang dalam perundang
undangan.
7. Melakukan perawatan tanah lapangan disetiap minggunya
8. Mendapatkan sanksi apabila melanggar peraturan penggunaan tanah lapangan
desa setempat.
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, dan RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH
PROVINSI, ATAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Jangkauan Pengaturan dari peraturan desa yang akan di bentuk ini adalah
memberikan pedoman bagi:
Arah pengaturan dari peraturan desa yang akan di buat adalah memberikan
landasan dan kepastian hukum dalam penggunaan lapangan Desa Wringinanom
43
Ruang lingkup materi
a. Desa Desa dan Desa adat atau tang disebut dengan nama lain
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan , kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakara masyarakat, hak asal usul, dan / atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sytem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
44
desa yang dibahsa dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan
badan permusyawratan desa yang ditetapkan dengan peraturan desa
4. Bab Larangan pengguna lapangan. Pada bab ini memuat ketentuan tentang
45
3). Kegiatan warga dusun yang bukan pada waktu jadwal pengguanaan
lapangan yang telah di sepakati oleh masing-masing kepala dusun
dengan pemerintah desa
- Memutus perizinan
46
- Membersihkan lapangan desa setiap 1 minggu 2 kali selam 1 bulan
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi yang berkenaan dengan pedoman struktur organisasi dan tata kerja
Pemerintah Desa ialah Definiendum definien Pedoman adalah dasar bagi
penyusunan. :
1. Struktur Organisasiadalah susunan dari satuan-satuan organisasi yang
didalamnya terdapat pejabat, tugas dan wewenang yang terjalin dalam
hubungan pertanggungjawaban. Tata Kerjaadalah cara melaksanakan tugas
dan wewenang.
2. Pemerintah Desa adalah kepala desa dan perangkat desa yang terdiri atas
sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan, pelaksana teknis.Pedoman
Struktur adalah dasar bagi penyusunan struktur organisasi Organisasi dan
Tata dan tata kerja Pemerintah Desa.
47
Jadi, Berdasarkan materi yang telah di jelaskan pada bab-bab sebelumnya,
ruang mengenai materi muatan dalam Peraturann desa Wringinanom tentang
Penggunaan Lapangan Desa Wringinanom, diantaranya yaitu :
1. Desa Desa dan Desa adat atau tang disebut dengan nama lain selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakara masyarakat, hak asal
usul, dan / atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sytem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Peraturan Desa adalah semua keputusan yang telah ditetapkan oleh
pemerinyah desa setelah mendapatkan persetujuan Badan Permusyawaratan
desa
B. Saran
Naskah Akademik kelompok kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca
sekalian demi tercapainya kesempurnaan dari tugas kami ini kedepannya.
48