Anda di halaman 1dari 23

MEDIASI DAN PERMASALAHANNYA

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mediasi Hukum Keluarga

Oleh Kelompok 1:

Sriati Diana (0201182070)


Wildan Habib Azhari (0201182071)
Datuk Abdul Hafidz (0201182065)
Zulpan Rosyid (0201182075)

JURUSAN AL – AKHWAL AL – SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARI`AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan penyusunan
makalah kelompok ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Mediasi
Hukum Keluarga, yang berjudul “MEDIASI DAN PERMASALAHANNYA ”

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada, namun
saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
demi perbaikan dan penyempurnaan akan saya terima dengan senang hati. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Medan, 20 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A . Pengertian Mediasi ................................................................. 4

B . Karakteristik Meediasi ............................................................ 7

C. Prinsip-Prinsip Mediasi ............................................................ 8

D . Model-Model Mediasi............................................................. 11

E. Para Pihak Dalam Mediasi ...................................................... 13

F . Proses Mediasi ....................................................................... 13

G. Berakhirnya Mediasi ................................................................ 16

H .Analisis .................................................................................... 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui dua proses. Proses penyelesaian
persengketaan tertua melalui proses litigasi didalam pengadilan, kemudian berkembang proses
penyelesaian sengketa melalui kerjasama (kooperatif) diluar pengadilan. Proses litigasi
menghasilkan kesepakatan yang bersifat adversial yang belum mampu mernagkul kepentingan
bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyeelesaiannya, membutuhkan
biaya yang mahal tidak responsive, dan menimbulakn permusuhan diantara pihak yang
bersengketa.
Sebaliknya, melalui proses diluar pengadilan menghasilkan kesepakatan yang bersifat
“win-win solution”, dijamin kerahasiaan sengketa para pihak, dihindari kelambatan yang
diakibatkan Karena procedural dan administrarif, menyelesaikan masalah secara komprehensif
dalam kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik. Satu satunya kelebihan dlaam proses
litigasi ini adalah sifat kerahasiannya, karena proses persidangan dan bahkan hasil keputusannya
pun tidak dipublikasikan.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan ini umumnya dinamakan dengan Alternative
Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR) ini merupakan siklus
gelombang tiga penyelesaian sengketa bisnis. Mediasi sebenarnya bersifat universal artinya
bahwa di negara negara manapun sama pelaksanaannya, namun demikian tetap ada perbedaan-
perbedaan Karena adanya perbedaan sistem hukum suatu negara.
Secara umum mediasi dapat diartikan sebagai upaya penyelesaian sengketa para pihak
dengan kesepakatan bersama melalui mediator,yang bersikap netral dan tidak memihak untuk
tujuan tercapainya suatu mufakat. Atau kata lain, mediator sebagaia pihak luar yang memihak
(Im-Partial) dan netral bekerjasam dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu mereka
memeperoleh keesepakatan perdamaian yang memnuaskan.
Mahkamah agung mediasi adalah suatu instruksi yang efektif mengatasi kecenderungan
penumpukan perkara dalam proses litigasi Indonesia, yang diakibatkan oleh suau system yang
dianut yakni “ tidka adanya pembatasan perkara yang dapat diajukan kaksai ke mahakamah
agung”. Oleh karena itu jika penerapan mediasi ini berhasil, berarti memperdek jarak antara

1
pencari keadilan dalam meraih keadilan, karena putusan dalam mediasi pada hakikatnya sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan para pihak. Keberhasilan pengintegrasian mediasi kedalam
proses beracara dipengadilan, dapat memaksimalkan fungsi lembaga peradilan untuk
menyelesaikan perkara dengan cepat, sederhana, dan biaya ringan.
Mediasi berasal dari bahasa Inggris "mediation" atau perantara, Penyelesaian sengketa yang
melibatkan pihak ketiga sebagai perantara Atau menengahi penyelesaian sengketa. Pada saat yang sama,
secara etimologis Kata mediasi berasal dari bahasa latin "mediare", yang artinya menengah. Arti ini
mengacu pada peran yang dimainkan oleh pihak ketiga Sebagai mediator, Anda harus dalam posisi netral
dan tidak bisa berdiri di kedua sisi menyelesaikan perdebatan. Mediator harus bisa melindungi
kepentingan para pihak Pihak yang berselisih secara adil dan setara Kepercayaan dari semua pihak yang
berselisih.

Mediasi adalah istilah yang umum digunakan oleh banyak ilmuwan Cobalah untuk
mengungkapkannya. Secara etimologis, kata mediasi Dari bahasa Latin, bahasa tengah, artinya terpusat.
ini berarti Mengacu pada peran yang dimainkan oleh pihak ketiga sebagai mediator Melakukan tugas
mediasi dan penyelesaian sengketa Antara kedua pihak. Arti kata "di tengah" juga berarti mediator Harus
netral dan tidak memihak saat menyelesaikan masalah perselisihan. Ia harus bisa melindungi kepentingan
para pihak Berdebat secara adil dan setara untuk membangun kepercayaan Pihak yang berselisih
(kepercayaan)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Mediasi ?
2. Bagaimana Karakterisitik Mediasi ?
3. Bagaimana Prinsip – Prinsip Mediasi ?
4. Bagaimana Model – Model Dalam Mediasi ?
5. Siapa Saja Para Pihak Dalam Mediasi ?
6. Bagaimana Proses Dalam Mediasi ?
7. Bagaimana Proses Mediasi ?
8. Bagaimana Berakhirnya Mediasi ?
9. Bagaiamana Analisis Mengenai Mediasi ?

2
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Pengertian Mediasi
2. Mengetahui Karakterisitik Mediasi
3. Mengetahui Prinsip – Prinsip Mediasi
4. Mengetahui Model – Model Dalam Mediasi
5. Mengetahui Para Pihak Dalam Mediasi
6. Mengetahui Proses Dalam Mediasi
7. Mengetahui Proses Mediasi
8. Mengetahui Berakhirnya Mediasi
9. Mengetahui Analisis Mengenai Mediasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MEDIASI
Dewasa ini mediasi sebagai salah satu alternative penyelesaian sengketa telah dikenal
luas dan menarik minat banyak pakar. Ray Fells dari University of Western Australia
mengartikan “mediation is viewed providing an oppurtinity to achieve a constructive outcome
through a problem solving approach in preference to the costly and adversial processes of
litigation”. Black’s Law Dictionary memberikan arti mediasi sebagai “ a method of non-binding
dispute resolution involving a neutral third party who tries to help the disputing parties reach a
mutually agreeable solution”. Joni Emirzon mengumpulkan beberapa pengertian mediasi dalam
berbagai versi berikut.

Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak-pihak ketiga yang
tidak memihak bekerja sama dengan para pihak yang bersengketa membantu memperoleh
kesepakatan yang memuaskan. Hal tersebut berbeda dengan proses litigasi atau arbitrase,
Mediator tidak berwewenang untuk memutuskan sengketa. Mediator hanya membantu para
pihak untuk menyelesaikan sengketa yang dipercayakan kepadanya.1

Mediasi mempunyai arti menengahi, yaitu pihak-pihak yang bersengketa. Beberapa


pengertian mediasiakan dikutip sebagaimana di bawah ini :

1. Mediasi adalah intervensi terhadap suau sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yan
g dapat diterima, tidak berpihak dan netral yang tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil
keputusan dalam membantu para pihak yang berselesisih dalam upaya mencapai kesepakatan
secara sukarela dalam permasalahan yang disengketakan. (Christopher W Moore, 1986)2

2. Mediasi adalah suatu proses dimana para pihak dengan bantuan seseorang atau berupa
orang, secara sistematis menyelesaikan permasalahan yang disengketakan untuk mencari
alternatif dan penyelesaian yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka . (Folberg&Taylor,
1986)

1
Joni Emirzon, Alternative Penyelesian Sengketa Diluar Pengadilan , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001,
Hlm. 59-60
2
Bryan A. Garner (ed), Black`S Law Dicitionary, west grup, ST. Paul, Minn, 1999, Hlm. 996.

4
3. Riskin, menyatakan mediation is an informal process in which a natural third party
helps other resolve a dispute or plan a transaction but does not (and ordinarily does not have the
power to impose a solution), Artinya mediasi adalah proses informal di mana pihak ketiga alami
membantu orang lain menyelesaikan perselisihan atau merencanakan transaksi tetapi tidak (dan
biasanya tidak memiliki kekuatan untuk memaksakan solusi).

4. Mediation is a process in which the parties to a dispute with the assistance of a neutral
third party (the mediator), identify the disputed issues, develop options, consider alternatives
and endeavor to reach an agreement. The mediator has no advisory or determinative role in
regard to the content of the dispute or the outcome of its resolution, but may advise on or
determine the process of mediation whereby resolution is attempted,3 Artinya Mediasi adalah
proses di mana para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga yang netral (mediator),
mengidentifikasi masalah yang disengketakan, mengembangkan opsi, mempertimbangkan
alternatif, dan berusaha mencapai kesepakatan. Mediator tidak memiliki peran penasehat atau
determinatif sehubungan dengan isi sengketa atau hasil penyelesaiannya, tetapi dapat memberi
nasihat atau menentukan proses mediasi di mana penyelesaian dicoba.

5. Mediation, private, informal dispute resolution process in which a neutral third person ,
the mediator, helps disputing parties to reach an agreement , the mediator has no power to
impose a decision on the parties, Artinya Mediasi, privat, proses penyelesaian perselisihan
informal di mana orang ketiga yang netral, mediator, membantu pihak yang berselisih untuk
mencapai kesepakatan, mediator tidak memiliki kekuasaan untuk menjatuhkan keputusan kepada
para pihak. (Henry Campbell Black, 1980:981)

6. Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga
yang dapat diterima , tidak berpihak netral yang tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil
keputusan dalam membantu para pihak yang berselisih dalam upaya mencari kesepakatan secara
sukarela dalam penyelesaian permasalahan yang disengketakan.

7. Mediation is generally understood to be a short term, structure , task oriental,


participatory invention process. Dispute work with a neutral third party, the mediator, to reach a
mutually accept, able agreement. Unlike the adjudication process, where a third party

3
Bryan A. Garner (ed), Black`S Law Dicitionary, west grup, ST. Paul, Minn, 1999, Hlm. 997.

5
intervention impose a decision, no such compulsion exists in mediation. The mediator aids the
parties in reaching a consencus. It is the parties them selves who shape their agreement”,
Artinya Mediasi umumnya dipahami sebagai proses penemuan jangka pendek, struktur, tugas
oriental, partisipatif. Sengketa bekerja dengan pihak ketiga yang netral, mediator, untuk
mencapai kesepakatan yang dapat diterima dan diterima bersama. Berbeda dengan proses
ajudikasi, di mana intervensi pihak ketiga memberlakukan keputusan, tidak ada paksaan seperti
itu dalam mediasi. Mediator membantu para pihak mencapai kesepakatan. Pihak-pihak itulah
yang membentuk kesepakatan mereka sendiri

8. Dalam Undang-Undang No.30 Tahun 1999 “ Alternatif Penyelesaian sengketa adalah


lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak,
yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsilliasi,
atau penilaian ahli.

9. Dalam Peraturan Bank Indonesia/PBI No.8/5/PB/2006 dikatakan sebagai proses


penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu para pihak yang bersengketa
guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun
seluruh permasalahan yang disengketakan

10. Christopher W. Moore percaya bahwa mediasi adalah intervensi Menolak sengketa
atau negosiasi yang dapat melibatkan pihak ketiga Diakui tanpa otoritas, tidak memihak dan
netral Membuat keputusan untuk membantu pihak yang berselisih Untuk mencapai kesepakatan
penyelesaian secara sukarela Isu kontroversial..

Dari beberapa rumusan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian mediasi
mengandung unsure-unsur sebagai berikut :4

1. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan asas kesukarelaan


melalui semua perundingan.

2. Mediator yang terlibat bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk menacri
penyelesaian.

4
Priyatna Abdurasyd, “Arbitrase Dan Alternative Penyelesaian Sengketa”, Proceedings Arbitrase Dan Mediasi,
Pusat Pengakajian Ilmu Hukum Dan Mahkamah Agung RI. Hlm.8.

6
3. Mediator yang terlibat harus diterima oleh pihak yang bersengketa.

4. Mesdiator tidak mempunyai kewenagan untuk mengambil keputusan selama perundingan


berlangsung.

5. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa.

Secara umum mediasi dapat diartikan upaya penyelesaian sengketa para pihak dengan
kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap netral, dan tidak membuat keputusan atau
kesimpulan bagi para pihak, tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak
dengan suasana keterbukaan, kejujuran dan tukar pendapat untuk tercapainya mufakat. Dengan
kata lain, proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak
(impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu mereka
memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan.

B. KARAKTERISTIK MEDIASI

Pada dasarnya penyelesaian sengketa melalui mediasi memiliki ciri (Karakteristik)


sebagai berikut: 5

1. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan negosiasi

2. Mediator berpartisipasi dalam negosiasi dan diterima oleh para pihak yang bersengketa.

3. Mediator bertanggung jawab untuk membantu para pihak yang berselisih untuk mencari
solusi.

4. Mediator bersifat pasif dan hanya bertindak sebagai mediator dan juru bicara para pihak yang
bersengketa, sehingga tidak ikut serta dalam penyusunan dan penyusunan kesepakatan atau
proposal.

5. Mediator tidak memiliki hak untuk membuat keputusan selama proses negosiasi.

6. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau mencapai kesepakatan yang dapat diterima antara
para pihak yang bersengketa untuk mengakhiri sengketa.

5
Joni Emirzon, Alternative Penyelesian Sengketa Diluar Pengadilan , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001,
Hlm. 70-71.

7
Proses mencapai penyelesaian melalui mediasi hampir mirip dengan penyelesaian
(konsoliasi). Perbedaannya adalah dalam mediasi, mediator biasanya memberikan solusi secara
informal, dan rekomendasi didasarkan pada laporan yang diberikan oleh para pihak daripada
hasil investigasi itu sendiri. Namun, perbedaan antara kedua proses penyelesaian ini sebenarnya
tidak jelas (ambiguitas). Sulit untuk menarik garis antara kedua proses ini. Perlu ditekankan di
sini bahwa saran atau solusi yang diusulkan tidak bersifat mengikat.

C. PRINSIP-PRINSIP MEDIASI
1. Prinsip Dasar Mediasi6

Penyeleaian sengketa melalui jalur mediasi memiliki peran yang besar dalam mengakhiri
persengketaan karena memberikan keadilan dan saling menguntungkan dari kedua belah pihak
jika terjadi sengketa. Di Indonesia Mediasi sangat diutamakan di dalam proses pengadilan
sebelum masuk ke dalam pemeriksaan pokok perkara. Dalam beerbagai literature ditemukan
sejumlah prinsil mediasi . Prinsip dasar (basic principle) adalah landasan filosofis dari
diselenggarakannya kegiatan mediasi. Prinsip atau filosofi ini merupakan kerangka kerja yang
harus diketahui oleh meditor, sehingga dalam menjalankan mediasi tidak keluar dari arah filosofi
yang melatarbelakangi lahirnya institusi mediasi. David Spencer dan Michael Borgan merujuk
pada pandangan Ruth Carlton, tentang lima pronsip dasar mediasi. Lima prinsip ini dikenal
dengan ilmu dasar filsafat mediasi. Kelima prinsip tersebut adalah :

- Prinsip kerahasiaan (confidentiality)


- Prinsip sukarela (volunteer)
- Prinsip pemberdayaan (empowerment)
- Prinsip netralitas (neutrality), dan
- Prinsip solusi yang unik (a unique solution)

a. Prinsip kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan ini dalam arti bahwa hanya para pihak dan mediator yang menghadiri proses
mediasi, sedangkan pihak lain tidak diperkenankan untuk menghadiri sidang mediasi.

6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, cet. Ke 6, (Jakarta:2006), Hlm. 206.

8
Kerahasiaan dan ketertutupan ini juga seringkali menjadi daya tarik bagi kalangan tertentu,
terutama para pengusaha yang mereka hadapi dipublikasikan di media massa.

Sebaliknya jika sengketa dibawa ke proses litigasi atau pengadilan, maka secara hukum
sidang-sidang pengadilan terbuka untuk umum karena keterbukaan itu merupakan perintah
ketentuan undang-undang.

b. Prinsip Volunteer (Sukarela)7

Masing-masing pihak yang bertikai datang ke mediasi atas keinginan dan kemauna
mereka sendiri secara sukarela dan tidak ada paksaan dan tekana dari pihak-pihak lain atau pihak
luar. Prinsip kesukarelaan ini dibangun atas dasar bahwa orang aka n mau bekerja sama untuk
menemukan jalan keluar dari persengektaan mereka, bila mereka datang ketempat perundingan
atas pilihan mereka sendiri.

c. Prinsip Pemberdayaan (Empowerment)

Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang yang mau datang ke mediasi
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan masalah mereka sendiri dan dapat
mencapai kesepakatan yang mereka inginkan. Kemampuan mereka dalam hal ini harus diakui
dan dihargai, dan oleh karena itu, setiap solusi atau jalan penyelesaian sebaiknya tidak
dipaksakan diluar. Penyelesaian sengketa harus muncul dari pemberdayaan terhadap masing-
masing pihak, karena hal itu akan lebih memungkinkan para pihak untuk menerima solusinya.

d. Prinsip Netralitas (Neutrality)

Di dalam mediasi, peran seorang mediator hanya menfasilitasi prosesnya saja, dan isinya
tetap menjadi milikpara pihak yang bersengketa. Mediator hanyalah berwenang mengontrol
proses berjalan atau tidak-nya mediasi. Dalam mediasi, seorang mediator tidak bertindak
layalnya seorang hakim atau juri yang memutusknsalah satu atau benarnya salah satu pihak atau
mendukung pendapat dari salah satunya, atau memaksakan pendapat dan penyelesaiannya
kepada kedua belah pihak.

7
Susanti Nugroho Adi, Manfaat Mediasi Sebagai Alternatf Penyelesaaian Sengketa, Prenamedia, Jakrta : 2019, Hlm
: 86-87.

9
e. Prinsip solusi yang unik (a unique solution )

Bahwasanya solusi yang dihasilkan dari protes mediasi tidak hanya sesuai dengan standar
legal, tetapi dapat dihasilkan dari proses kreatfifitas. Oleh karena itu, hasil mediasi mungkin akan
lebih banyak mengikuti keniginan kedua belah pihak, yang terkait erat dengan konsep
pemberdayaan masing-masing pihak.

f. Mediasi Sifatnya Sukarela

Prinsipnya, penyelesaian sengketa sudah selesai Mediasi harus disetujui oleh kedua belah
pihak. Itu bisa dilihat dari itu Sifat mengikat dari perjanjian mediasi didasarkan pada Validitas
perjanjian yang dicapai berdasarkan Pasal 1338 Hukum Perdata. menggunakan Oleh karena itu,
pada prinsipnya pemilihan mediasi tergantung pada kemauan atau Pilihan bebas dari pihak yang
berselisih. Mediasi tidak bisa Jika hanya satu pihak yang mau, terapkan. Konsep kesukarelaan
dalam proses mediasi juga disebutkan Kesepakatan penyelesaian. Meski para pihak memilih
mediasi Sebagai cara untuk menyelesaikan perselisihan, tetapi tanpa kewajiban Biarkan mereka
mencapai kesepakatan selama proses mediasi ini.

Prinsip kesukarelaan dibangun atas dasar bahwa jika masyarakat secara sukarela datang
ke lokasi perundingan, mereka akan bersedia bekerja sama untuk mencari solusi atas sengketa
tersebut. Konsep sukarela dalam proses mediasi juga mengacu pada kesepakatan penyelesaian,
meskipun para pihak telah mengadopsi jalur mediasi sebagai sarana penyelesaian sengketa.

g. Proses Mediasi Sangat Sederhana

Para pihak dapat menentukan cara-cara yang lebih sederhana dibandingkan dengan
proses beracara formal di Pengadilan. Jika penyelesaian sengketa melalui litigasi dapat selesai
bertahun-tahun, jika kasus terus naik banding, kasasi, sedangkan pilihan penyelesaian sengketa
melalui mediasi lebih singkat, karena tidak terdapat banding atau bentuk lainnya. Putusan
bersifat final and binding yang artinya putusan tersebut bersifat inkracht atau mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.

10
D. MODEL-MODEL MEDIASI

Ada Empat Tipe Atau Model Mediasi Yaitu :8

1. Model Penyelesaian (settlement Model atau Compromise)

- Mediasi dimaksudkan guna mendekatkan perbedaan nilai tawar atas suatu kesepakatan.

- Mediator hanya terfokus pada permasalahan atau posisi yang dinyatakan para pihak.

- Fungsi Mediator adalah menentukan posisi “bottom line” para pihak dan melakukan
berbagai pendekatan untuk mendorong para pihak mencapai titik kompromi.

- biasanya Mediator adalah orang yang memiliki status yang tinggi dan model ini tidak
menekankan kepada keahlian dalam proses atau teknik mediasi.

2. Model Fasilitasi (Facilitative Model)9

- Memberikan fasilitas dan mengarahkan pada pihak-pihak yang berperkara agar sedapat
mungkin menyelesaikan sendiri masalahnya.

- Mediator mengarahkan para pihak dari positional negotiation ke interrest based


negotiation yang mengarah ke penyelesaian yang saling menguntungkan. Penekankan lebih
ditujukan kepada kebutuhan dan kepentingan para pihak yang berselisih.

- Mediator mengarahkan para pihak untuk lebih kreatif dalam mencari alternatif dalam
mencari penyelesaian.

- Mediator perlu memahami proses dan teknik mediator tanpa harus ahli dalam bidang
yang diperselisihkan.

- Kelebiihannya adalah para pihak ketika selesai sengketa akan merasa puas, karena yang
diangkat adalah kepentingannya dan bukan sekadar hal yang dipersengketakan saja.

- Kekurangannya adalah waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.

8
Mas Achmad Santosa dan Wiwik Awiati dalam “Mediasi dan Perdamaian”, terbitan mahkamah agung RI, Hlm
30.
9
Ibid, Hlm. 32.

11
- Prosesnya lebih terstruktur.

3. Therapeutic

- Fokus pada penyelesaian yang komperhensif tidak terbatas hanya pada penyelesaian
sengketa tapi juga rekonsiliasi antara para pihak.

- Yang diharapkan adalah selesainya sengketa dan juga para pihak benar-benar menjadi
baik/tetap berhubungan baik.

- Proses negosiasi yang mengarah ke pengambilan keputusan tidak akan dimulai, sebelum
masalah emosional antara para pihak yang berselisish diselesaikan.

- Fungsi mediator adalah untuk mendiagnosis penyebab konflik dan menaganinya


berdasarkan aspek psikologis dan emosional hingga para pihak yang berselissih dapat
memperbaiki dan meningkatkan kembali hubungan mereka.

- Mediator diharapkan memiliki kecakapan dalam “counseling´dan juga proses serta teknik
mediasi.

- Biasanya digunakan dalam Family dispute (sengketa keluarga) seperti perceraian ,


perwalian anak.

4. Evaluative

- Court annexed lebih berfokus ke Evaluative Model.

- Para pihak datang dan megharapkan mediator akan memberikan semacam pemahaman
bahwa apabila kasus ini telah berlangsung, maka siapa yang akan menang dan siapa yang akan
kalah.

- Lebih berfokus pada hak dan kewajiban.

- Mediator biasanya ahli pada bidangnya atau ahli dalam hukum karena pendekatan yang
difokuskan adalah pada hak.Dsisni mediator cenderung memberi jalan keluar dan informasi
bidang Hukum (legal information) guna mengarah ke suatu hasil akhir yang pantas.

12
- Memberikan saran atau nasihat kepada para pihak berupa nasihat-nasihat hukum dalam
proses mediasi, bisa juga menjadi semacam tempat dimana para pihak hadir dan ada semacam
draf keputusan dari mediator atau ada semacam jalan keluar yang diberikan oleh mediator.

- Kelemahannya adalah para pihak akan merasa tidak memiliki hasil kesepakatan yang
ditanda tangani bersama.

Silbery dan Mery telah membagi dua jenis atau model mediasi, yaitu jenis tawar-
menawar (bargaining style) atau jenis menolong (theurapetic style). Jenis pertama adalah
pendekatan fragmatis yang terfokus pada penyelesaian masalah dan langsung ke pokok masalah.
Sementara jenis theurapetic style lebih menekankan pada konteks emosional dan terfokus pada
proses komunikasi kedua belah pihak.

E. PARA PIHAK MEDIASI


Ada 2 pihak dalam mediasi yaitu :
1. Mediator : Yaitu pihak yang menengahi maslaah yang terjadi dalam persengketaan tersebut.
2. Pihak yang bersengketa : pihak yang bersengketa ini, bisa meliputi dua, tiga, empat pihak
bhakan lebih, tergantung bagaimana sengketa itu sendiri.

F. PROSES MEDIASI
Tahapan dalam proses mediasi :10

Pada umumnya seorang mediator bekerja melalui beberapa tahap pembahasan kasus
sengketa, menerangkan proses mediasi kepada yang bersengketa, menolong serta melayani para
pihak dengan bertukar informasi, tawar-menawar, dan turut serta menolong para pihak
membentuk dan menentukan penyelesaian dan persetujuan.

Menurut Howard Raiffa mengidentifikasi tahapan dalam bernegosiasi menjadi :11

10
Konoras Adurrahman, Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi Di Pengadilan, PT. Raja Grafindo
Pusaka, Depok:2017, Hlm. 114-115.
11
Priyatna Abdurasyd, “Arbitrase Dan Alternative Penyelesaian Sengketa”, Proceedings Arbitrase Dan Mediasi,
Pusat Pengakajian Ilmu Hukum Dan Mahkamah Agung RI. Hlm.25.

13
- Tahapan persiapan : Know yourself dan know your adversaries
- Tahap tawaran awal : melalui pernyataan siapakah yang lebih dulu menyampaikan
tawaran ( opening statement )
- Tahap pemberian konsesi : dengan memaksimalisasi kepada seorang negosiator untuk
mengukur seberapa besar hak yang harus diberikan yang bergantung kepada negosiasinya
sendiri.
- Tahap akhir negoisasi : melalui pembuatan perjanjian atau pembatalan perjanjian yang
ada sebelumnya.

Berbeda dengan tahapan menurut howard, Gerald Williams memberikan pengamatannya


dalam legal negotiation menyimpulkan proses negoisasi itu terbagi atau 4 ( empat ) langkah :

- Orientasi dan mengatur posisi dengan cara membangun hubungan untuk mengetahui
kekuatan para pihak
- Berdiskusi untuk tujuan mengetahui posisi sebenarnya para pihak
- Sikap dalam keadaan darurat dan krisis di bawah tekanan, maka akan diambil suatu hak
baru atau hak lainnya
- Membangun kesepakatan atau menjalankan upaya lain apabila perjanjian tertulis tidak
tercapai.

Dari dua pembagian tahapan diatas dapat dilihat bahwa terdapat kemiripan pengertian
bahwa mediator memliki usaha untuk menjelaskan langkah dan strategi yang ditempuh melalui
tahapan yang sama. Agar mediasi berjalan efektif dan mencapai tujuan yang baik bagi para pihak
yang bersengketa, maka faktor faktor yang mempengaruhinya :

- Pihak yang secara sukarela bernegosiasi berdasarkan kesadaran yang penuh (willingness )
- Pihak yang bertikai siap melakukan negosiasi (preparedness)
- Mempunyai hak untuk mengambil keputusan (authoritative)
- Mempunyai kekuatan yang cukup seimbang agar dapat menciptakan saling butuh (
relative equal bargaining power ).
- Memiliki keinginan untuk menyelesaikan masalah.

Terlepas dari tahapan menurut para ahli diatas, Tahapan tahapan proses bermediasi menurut
PERMA No. 01 Tahun 2008 terbagi atas :

14
Tahap pertama : menciptakan forum

- Pada kegiatan tahap pertama ini yang dilakukan oleh mediator adalah
1. rapat gabungan
2. statement pembukaan oleh mediator dalam hal ini yang dilakukan ialah
a. mendidik para pihak
b. menentukan aturan mediasi pokok
c. membentuk hubungan dan kepercayaan
3. statement para pihak, dalam hal ini yang dilakukan ialah :
a. Dengar pendapat (hearing)
b. Menyampaikan dan klarifikasi informasi
c. Cara cara interaksi
- Tahap kedua : mengumpulkan informasi dan membagi-bagi informasi kegiatan-kegiatan
pada tahap ini yang dilakukan ialah
1. Mengembangkan informasi selanjutnya
2. Mengetahui lebih mendalam keinginan para pihak
3. Membantu para pihak untuk dapat mengetahui kepentingannya
4. Mendidik para pihak tentang cara tawar menawar menyelesaikan masalah
- Tahap ketiga : pemecahan masalah
Kegiatan pada fase ini yang dilakukan oleh mediator ialah :
1. Menetapkan agenda.
2. Kegiatan pemecahan masalah.
3. Memfasilitasi kerja sama.
4. Identifikasi dan klarifikasi masalah.
5. Mengembangkan alternatif dan pilihan.
6. Mempersoalkan pilihan pilihan yang ada.
7. Membantu para pihak untuk mengajukan, menilai dan memprioritaskan kepentingan
kepentingannya.
- Tahap keempat : pengambilan keputusan
Kegiatan yang dilakukan di tahap ini ialah :
a. Rapat bersama – sama
b. Melokalisir pemecahan masalah dan mengevaluasi pemecahan masalah

15
c. Menolong para pihak untuk meminimalkan perbedaan
d. Menerima dan klarifikasi kontra
e. Menolong para pihak untuk membandingkan proposal penyelesaian masalah dengan jalan
lain diluar kontra
f. Mendorong para pihak untuk menghasilkan dan menerima pemecahan masalah
g. Mengusahakan rumusan pemecahan masalah yang 50-50 dan tidak hilang muka
h. Membantu para pihak untuk mendapatkan pilihanna
i. Membantu para pihak untuk mengingat kembali kontranya.

Tahapan diatas merupakan tahapan mediasi koonvensional, yang lebih banyak bergantung
kepada kemampuan mediator sebagai perpanjangan tangan dari kedua belah pihak, membangun
rasa saling percaya, mengajukan sejumlah pilihan alternatif yang dapat diterima kedua belah
pihak dan lain sebagainya.12

G. BERAKHIRNYA MEDIASI
Keberhasilan mediasi menjadi kebanggaan semua pihak yang terlibat karena berhasil
menyelesaikan masalah ini secara damai. Untuk lebih memastikan tercapainya kesepakatan,
mediasi diakhiri dengan kesepakatan perdamaian yang mengikat kedua belah pihak. Dalam
"Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tentang Tata Cara Mediasi" tahun 2008, dua opsi
ditetapkan setelah mediasi, yakni Pasal 17. Berdasarkan hal tersebut, para pihak dapat memilih
untuk memperkuat perjanjian damai menjadi akta perdamaian, atau mereka dapat memilih untuk
mencabut gugatan atau menyatakan persyaratan lengkap dari kasus tersebut. Adanya pilihan ini
memiliki konsekuensi hukum yang berbeda, karena jika tercapai kesepakatan damai,
bagaimanapun juga, kepastian hukum akan lebih terjamin.

Pasal 18 juga menyebutkan bahwa alasan penghentian mediasi adalah karena para pihak
dalam proses mediasi gagal mencapai kesepakatan atau tidak ingin melanjutkan mediasi, atau
para pihak dalam proses mediasi tidak melakukan proses mediasi dalam waktu yang ditentukan.

12
Joni Emirzon, Alternative Penyelesian Sengketa Diluar Pengadilan , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001,
Hlm. 96-97.

16
H. ANALISIS

Dari penjelasan diatas dapat dianalisis bahwa Mediasi adalah suatu proses negosiasi
untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan netral yang akan
bekerja dengan pihak yang bersengketa utuk membantu menemukan solusi dalam
memyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak.

Mediasi itu sendiri juga memiliki kelemahan dan kelebihan yang sangat berhubungan satu
dengan yang lainnya. Kelemahan mediasi antara lain :

a. Bahwa mediasi hanya dapat diselengarakan secara efektif jika para pihak memiliki kemauan
atau keinginan menempuh mediasi.

b. Pihak yang beriktikad bik dapat memanfaatkan proses mediasi Sebago taktik untuk menulur-
ngulur waktu penyelesaian sengketa.

Namun disamping itu mrdiasi juga mempunyai kelelebihan yaitu :

a. Penyelenggaraan proses mediasi tidak diatur secara terperinci dalam peraturan perundnag-
undamgan sehinggra para pohak memilki keluwesan atau tidak terperangkap dalam bentuk-
bentuk formalism.

b. Pada umumnya mediasi diselenggrakan secara tertutup atau rahasia.

c. Palam proses mediasi pihak yang bersangkutan dpat secara langsung berperan serta melakukan
perundinagn dan tawar menawar.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah dimana pihak-pihak ketiga yang
tidak memihak bekerja sama dengan para pihak yang bersengketa membantu memperoleh
kesepakatan yang memuaskan. Dalam Undang-Undang No.30 Tahun 1999 “ Alternatif
Penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsilliasi, atau penilaian ahli. Tujuan mediasi adalah untuk
mencapai atau mencapai kesepakatan yang dapat diterima antara para pihak yang bersengketa
untuk mengakhiri sengketa.
Prinsip Dasar Mediasi Kelima prinsip tersebut adalah :
- Prinsip kerahasiaan (confidentiality)
- Prinsip sukarela (volunteer)
- Prinsip pemberdayaan (empowerment)
- Prinsip netralitas (neutrality), dan
- Prinsip solusi yang unik (a unique solution)
Tahapan dalam proses mediasi : Pada umumnya seorang mediator bekerja melalui
beberapa tahap pembahasan kasus sengketa, menerangkan proses mediasi kepada yang
bersengketa, menolong serta melayani para pihak dengan bertukar informasi, tawar-menawar,
dan turut serta menolong para pihak membentuk dan menentukan penyelesaian dan persetujuan.
Dari penjelasan diatas dapat dianalisis bahwa Mediasi adalah suatu proses negosiasi
untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan netral yang akan
bekerja dengan pihak yang bersengketa utuk membantu menemukan solusi dalam
memyelesaikan sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak.

18
B. SARAN
Demikianlah makalah tentang Mediasi dan permasalahannya, yang telah penulis
paparkan guna memenuhi tugas matakuliah Mediais Hukum Keluarga. Kami menyadari makalah
jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan makalah ini. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bryan A. Garner (ed), Black`S Law Dicitionary, west grup, ST. Paul, Minn, 1999.

Frans Hendra Winarta. Hukum Penyelesian Sengketa Arbitrase Nasional Dan Internasional,
Jakarta: Sinar Grafika. 2001.

Joni Emirzon, Alternative Penyelesian Sengketa Diluar Pengadilan , Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2001.

Konoras Adurrahman, Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi Di Pengadilan, PT.
Raja Grafindo Pusaka, Depok, 2017.

Susanti Nugroho Adi, Manfaat Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaaian Sengketa, Prenamedia,
Jakarta. 2019.
Priyatna Abdurasyd, “Arbitrase Dan Alternative Penyelesaian Sengketa”, Proceedings
Arbitrase Dan Mediasi, Pusat Pengakajian Ilmu Hukum Dan Mahkamah Agung RI.

20

Anda mungkin juga menyukai