Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kelompok: 8 Dosen Pengampu

ARBITRASE Muhammad Amirul Hasbi,S.Sy.M.Sha

Konsultasi, Mediasi dan Negosiasi

DISUSUN OLEH :

Dnda Nurhaliza (12120224953)


Anggreani Muliadi (12120220472)
Kaylahana Dermawan (12120210554)

KELAS: 5/A

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini
kami haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri judul " Konsultasi, Mediasi
dan Negosiasi ".
Adapun makalah ilmiah tentang " Konsultasi, Mediasi dan Negosiasi " ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang " Konsultasi, Mediasi dan
Negosiasi” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Pekanbaru, 25 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................. 1
1.3 TUJUAN...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KONSULTASI............................................................................. 3
2.2 MEDIASI...................................................................................... 3
2.3 NEGOSIASI................................................................................. 4
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN...............................................................................7
3.2 SARAN...........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dan
dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada
nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada
nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad)
yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana
diatur dalam syariah Islam.
Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrument
yang sesuai dengan pada perbankan konvensional, yaitu instrumen giro, tabungan dan
deposito. Produk penghimpunan dana dalam bank syariah menggunakan dua prinsip yaitu
akad wadiah dan dan akad mudharabah.Wadiah adalah akad yang terjadi antara dua
pihak, dimana pihak pertama menitipkan suatu barang kepada pihak kedua semakin besar
dana yang dihimpun oleh bank syariah, maka bank harus dapat maksimal untuk
menyalurkan dananya guna memperoleh laba serta menjaga liquiditas bank tersebut.

1.2 Rumusan masalah


Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah agar
lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjawab
permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan ada
beberapa rumusanan sebagai pertanyaan dalam makalah ini. Berikut rumusan masalah
dari makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan mengenai kansultasi?
2. Menjelaskan mengenai mediasi?
3. Menjelaskan mengenai negosiasi?

1.3 Tujuan masalah


Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah
disampaikan. Hal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan
masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan dari makalah ini
1. Untuk mengetahui tentang Konsultasi.
2. Untuk mengetahui tentang Mediasi.
3. Untuk Mengetahui tentang negosiasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsultasi

A. Pengertian Konsultasi

Layanan konsultasi merupakan proses dalam suasana kerja sama dan hubungan
antar pribadi dengan tujuan memecahkan suatu masalah dalam lingkup professional dari
orang yang meminta konsultasi. Ada tiga unsur di dalam konsultasi, yaitu klien, orang
yang minta konsultasi, dan konsultan.1 Konsultasi diartikan sebagai pertukaran pikiran
untuk mendapatkan kesimpulan (nasehat, saran) yang sebaik-baiknya. konsultasi dapat
dikatakan sebagai suatu proses memberikan bantuan pada seseorang yang dilakukan oleh
para ahli dan paham bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan tepat.

Terdapat beberapa pengertian konsultasi yang dikemukakan oleh para ahli, berikut ini
beberapa diantaranya.2

1. Menurut Dougherty, konsultasi adalah suatu proses yang melibatkan tiga pihak, yakni
konsulti, konselor, dan juga pihak ketiga yang merupakan bagian dari komponen layanan
konsultasi.
2. Menurut Marsudi, konsultasi merupakan proses pemberian bantuan dengan tujuan
mengatasi masalah klien yang dilakukan secara tidak langsung.
3. Menurut Watson, konsultasi merupakan sebuah layanan yang dibuat untuk
mengembangkan hubungan kerja sama antara klien dengan konselor.
4. Menurut Zins, konsultasi merupakan proses yang didasarkan pada karakteristik hubungan
beberapa pihak yang ditandai dengan adanya rasa saling percaya serta komunikasi yang
terbuka untuk mengidentifikasi suatu masalah dan memecahkan masalah tersebut.
5. Menurut Audit Commission, konsultasi merupakan proses dialog yang dilakukan
beberapa pihak untuk menghasilkan sebuah keputusan.

Konsulti Konsulti adalah individu yang meminta bantuan kepada konselor agar
dirinya mampu menangani kondisi dan/ atau permasalahan pihak ketiga yang (setidak-
tidaknya sebagian) menjadi tanggung jawabnya.Bantuan itu diminta dari konselor karena
konsulti belum mampu menangani sendiri situasi dan/atau permasalahn pihak ketga itu.

1
BAB II.pdf (uinsu.ac.id). hal.1
2
Pengertian Konsultasi, Proses, dan Tahap Konsultasi – meesenpdx. Diakses pada 23 oktober 2023
Pihak ketiga Pihak ketiga adalah individu )atau individu-individu) yang kondisi dan/
atau permasalahnnya dipersoalkan oleh konsulti. Menurut konsulti, kondisi/
permasalahan

B. Tujuan konsultasi

Secara khusus tujuan layanan konsultasi adalah agar konsulti memiliki kemampuan
diri yang berupa : wawasan, pemahaman, dan cara-cara bertindak yang terkait langsung
dengan suasana atau permasalahan pihak ketiga. Dengan kemampuan diri yang dimiliki
konsulti, ia akan melakukan sesuatu (menerapkan hasil-hasil konsultasi dengan
konsultan) terhadap pihak ketiga proses konsultasi yang dilakukan oleh konsulti terhadap
konselor dan proses pemberian bantuan oleh konsulti kepada pihak ketiga, bertujuan
untuk mengentaskan masalah yang dialami oleh pihak ketiga.

C. Proses Konsultasi

Terdapat proses yang harus dilakukan pada saat melakukan konsultasi. Hal
tersebut dilakukan agar pemecahan masalah dan pemberian solusi dapat dilakukan
dengan lebih mudah dan tepat. Berikut ini adalah proses-proses konsultasi.3

1. Provision, artinya konsultan dapat memberikan layanan secara langsung kepada


konsultee yang tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalahnya. Nantinya
konsultan akan memberi solusi dan pihak konsultee bisa menentukan cara terbaik untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Prescription, artinya konsultan akan memberik nasehat kepada konsultee, tetapi tidak
ikuta serta dalam proses penyelesaian masalah yang dialami konsultee.
3. Mediation, artinya konsultan akan berperan sebagai pihak mediator pada saat proses
penyelesaian masalah konsultee.
4. Collaboration, artinya konsultan dan konsultee akan bekerja sama mencari solusi guna
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

2.1 Mediasi
Pengertian Menurut Alternatif Nasional Dewan Penasihat Penyelesaian Sengketa:
Mediasi adalah proses di mana para pihak berselisih, dengan bantuan perselisihan
Praktik penyelesaian (mediator), mengidentifikasi masalah sengketa, mengembangkan
opsi, mempertimbangkan alternatif dan berusaha untuk mencapai kesepakatan. Mediator

3
Ibid
tidak memiliki penasihat atau peran determinatif sehubungan dengan isi sengketa atau
hasil penyelesaiannya, tetapi dapat memberi nasihat atau menentukan proses mediasi
dimana penyelesaiannya.4
Pengertian mediasi ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga unsur penting yang
saling terkait satu sama lain. Ketiga unsur tersebut berupa: ciri mediasi, peran mediator,
dan kewenangan mediator. Dalam ciri mediasi tergambar bahwa mediasi berbeda dengan
berbagai bentuk penyelesaian sengketa lainnya, terutama dengan alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan seperti arbitrase. Dalam mediasi, seorang mediator berperan
membantu para pihak yang bersengketa dengan melakukan identifikasi persoalan yang
dipersengketakan, mengembangkan pilihan, dan mempertimbangkan alternatif yang
dapat ditawarkan kepada para pihak untuk men-capai kesepakatan. Mediator dalam
menjalankan perannya hanya memiliki kewenangan untuk memberikan saran atau
menentukan proses mediasi dalam mengupayakan penyelesaian sengketa. Mediator tidak
memiliki kewenangan dan peran menentukan dalam kaitannya dengan isi persengketaan,
ia hanya menjaga bagaimana proses mediasi dapat berjalan, sehingga menghasilkan
kesepakatan (agreement) dari para pihak.
Dalam Black’s Law Dictionary, dikatakan bahwa: “Mediation is private, informal
dispute resolution process in which a neutral third person, the mediator, helps, disputing
parties to reach an agreement”. "Mediasi bersifat pribadi, informal Proses penyelesaian
sengketa di mana orang ketiga yang netral, mediator, membantu, pihak yang berselisih
untuk mencapai kesepakatan “. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi
diberi arti sebagai proses pengikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu
perselisihan sebagai penasihat. Dari rumusan tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam
mediasi ada keterlibatan pihak ketiga atau pihak lain dalam menyelesaikan perkara di
antara para pihak yang bersengketa. Kemudian pihak ketiga itu hanya sebagai penasehat
tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan suatu masalah yang sedang
dipersengketakan.

B. Model mediasi

4
Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 2 VOL. 21 APRIL 2014: 309 – 332. Hal 10
Beberapa Model mediasi Lawrence Boulle, seorang profesor dalam ilmu hukum
dan Direktur Dispute Resolution Centre-Bond University, membagi mediasi dalam
sejumlah model yang tujuannya untuk menemukan peran mediator dalam melihat posisi
sengketa dan peran para pihak dalam upaya penyelesaian sengketa. Boulle menyebutkan
ada empat model mediasi, yaitu settlement mediation, facilitative mediation,
transformative mediation dan evaluative mediation. 5
1. Settlement mediation dikenal sebagai mediasi kompromi merupakan mediasi yang
tujuan utamanya adalah untuk mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua
belah pihak yang sedang bertikai. Dalam mediasi model ini, tipe mediator yang
dikehendaki adalah yang berstatus tinggi, sekalipun tidak terlalu ahli dalam proses dan
teknik-teknik mediasi. Adapun peran yang dapat dimainkan oleh mediator adalah
menentukan “bottom lines” dari disputan dan secara persuasif mendorong kedua belah
pihak bertikai untuk sama-sama menurunkan posisi mereka ke titik kompromi.
Model settlement mediation mengandung sejumlah prinsip antara lain:
1). Mediasi dimaksudkan untuk mendekatkan perbedaan nilai tawar atas suatu
kesepakatan;
2). Mediator hanya terfokus pada permasalahan atau posisi yang dinyatakan para pihak;
3). Posisi mediator adalah menentukan posisi “bottom line” para pihak dan melakukan
berbagai pendekatan untuk mendorong para pihak mencapai titik kompromi;
4). Biasanya mediator adalah orang yang memiliki status yang tinggi dan model ini tidak
menekankan kepada keahlian dalam proses atau teknik mediasi.
2. Facilitative mediation, yang juga disebut sebagai mediasi yang berbasis kepentingan
(interest-based) dan problem solving yang bertujuan untuk menghindarkan para pihak
yang bersengketa dari posisi mereka dan menegosiasikan kebutuhan dan kepentingan
para pihak dari hak-hak legal mereka secara kaku. Dalam model ini mediator harus ahli
dalam proses mediasi dan menguasai teknik-teknik mediasi, meskipun penguasaan materi
tentang hal-hal yang dipersengketakan tidak terlalu penting. Dalam hal ini sang mediator
harus dapat memimpin proses mediasi dan mengupayakan dialog yang konstruktif di
antara para pihak yang bersengketa, serta meningkatkan upaya-upaya negosiasi dan

5
Ibid
upaya kesepakatan. Model facilitative mediation, mengandung sejumlah prinsip antara
lain:
1). Prosesnya lebih terstruktur;
2). Penekanannya lebih ditujukan kepada kebutuhan dan kepentingan para pihak yang
berselisih;
3). Mediator mengarahkan para pihak dari positional negotiation ke interest based
negotiation yang mengarahkan kepada penyelesaian yang saling menguntungkan;
4). Mediator mengarahkan para pihak untuk lebih kreatif dalam mencari alternatif
penyelesaian;
5). Mediator perlu memahami proses dan teknik mediator tanpa harus ahli dalam bidang
yang diperselisihkan.
3. Transformative mediation, juga dikenal sebagai mediasi terapi dan rekonsiliasi.
Mediasi model ini menekankan untuk mencari penyebab yang mendasari munculnya
permasalahan di antara para pihak yang bersengketa, dengan pertimbangan untuk
meningkatkan hubungan di antara mereka melalui pengakuan dan pemberdayaan sebagai
dasar resolusi konflik dari pertikaian yang ada. Dalam model ini sang mediator harus
dapat mengguna-kan terapi dan teknik profesional sebelum dan selama proses mediasi
serta mengangkat isu relasi/hubungan melalui pemberdayaan dan pengakuan. Model
transformatif atau lebih dikenal dengan theu-rapic model mengandung sejumlah prinsip
antara lain:
1). fokus pada penyelesaian yang lebih komprehensif dan tidak terbatas hanya pada
penyelesaian sengketa tetapi juga rekonsiliasi antara para pihak;
2). proses negosiasi yang mengarah kepada pengambilan keputusan tidak akan dimulai,
bila masalah hubungan emosional para pihak yang berselisih belum diselesaikan;
3). fungsi mediator adalah untuk mendiagnosis penyebab konflik dan menanganinya
berdasarkan aspek psikologis dan emosional, hingga para pihak yang berse-lisih dapat
memperbaiki dan meningkatkan kembali hubungan mereka;
4). mediator diharapkan lebih memiliki kecakapan dalam “counseling” dan juga proses
serta teknik mediasi;
5). penekanannya lebih ke terapi, baik tahapan pramediasi atau kelanjutannya dalam
proses mediasi.
4. Evaluative mediation, yang juga dikenal sebagai mediasi normatif merupakan model
mediasi yang bertujuan untuk mencari kesepakatan berdasarkan hak-hak legal dari para
pihak yang bersengketa dalam wilayah yang diantisipasi oleh pengadilan. Peran yang bisa
dijalankan oleh mediator dalam hal ini adalah memberikan informasi dan saran serta
persuasi kepada para disputans dan memberikan prediksi tentang hasil-hasil yang akan
dida-patkan. Model evaluasi (evaluative model) juga mengandung sejumlah prinsip:
1). Para pihak berharap bahwa mediator akan menggunakan keahlian dan pengalamannya
untuk mengarah-kan penyelesaian sengketa ke suatu kisaran yang telah diperkirakan
terhadap masalah tersebut;
2). Fokusnya lebih tertuju kepada hak (rights) melalui standar penyelesaian atas kasus
yang serupa;
3). Mediator harus seorang ahli dalam bidang yang diperselisihkan dan dapat juga
terkualifikasi secara legal. Mediator tidak harus memiliki keahlian dalam proses dan
teknik mediasi;
4). Kecenderungan mediator memberikan jalan keluar dan informasi legal guna
mengarahkan para pihak menuju suatu hasil akhir yang pantas dan dapat diterima oleh
keduanya

2.3 Negosiasi
Pengertian negosiasi menurut Shani dan Lau mendefinisikan bahwa negosiasi
adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik dan pihak-pihak yang
terlibat dalam negosiasi ini memiliki ikatan yang saling berketergantungan. Dalam
negosiasi terdapat teori-teori yang memiliki penjelasan dan dibagi ke dalam dua
pendekatan yaitu: game theory dan behaviour theory. Kedua teori ini merupakan bagian
yang digunakan oleh negosiator dalam menentukandan mengenal taktik dan strategis
alternatif yang akan digunakan dalam hal ini game theory ini berkembang menjadi teori
negosiasi strategis hal ini berpengaruh karena adanya masalah yang berkaitan dengan
bargaining
Pengertian game theory merupakan negosiasi yang dianggap permainan (game)
dengan aturan tertentu yang dikenal sebagai hukum (law) dalam pendekatan negosiasi.
Came theory ini mempelajari mengenal interaksi yang terjadi di antara pihak-pihak
dalam konflik. Pendekatan melalu) game theory ini merupakan negosiasi yang
dilaksanakan oleh negosiator dalam menyelesaikan konflik sesuai dengan kode etis yang
dipahami, namun jika seorang negosiator tidak melakukan negosiasi sesuai dengan kode
etis tidak masalah karena ini merupakan bagian dari permainan negosiasi dari game
theory ini. Game theory yang dikatakan sebagai teori strategis ini juga memiliki
pengertian karena dalam hal ini negosiator memiliki rasionalitas dalam melakukan
tindakannya untuk mencapai kemenangan besar dan meminimalisir resiko yang
ditimbulkan Dalam melaksanakan negosiasi yang bergantung pada game fecay ini
memiliki pembagian kembali yaitu pendekatan aksiomatik dan pendekatan strategis.
Tujuan Negosiasi : Selain mencapai kesepakatan, negosiasi juga memiliki tujuan lain.
Dikutip dari buku Negosiasi Itu Ada Ilmunya karya Mahardika Wirastama, tujuan
negosias yaitu:

1. Memperoleh kesepakatan
2. Mendapatkan solusi
3. Mendapatkan keuntungan

Teknik Negosiasi
Menurut Gerald R. William Gerald R. William dalam bukunya Legal Negotiation and
Setlement, terdapat dua teknik negosiasi yang mungkin digunakan negosiator.6

1. Teknik Negosiasi Kompetitif


Pada negosiasi kompetitif, negosiator akan menganggap negosiator pihak lain sebagai
musuh atau lawan. Sehingga dalam melakukan negosiasi seorang negosiator kompetitif
menggunakan ancaman, bersikap keras, mengajukan permintaan yang tinggi, jarang
memberikan konsesi dan tidak peduli pada kepentingan pihak lain.

2. Teknik Negosiasi Kooperatif


Pada negosiasi kooperatif, seorang negosiator menganggap pihak lain sebagai mitra kerja
yang akan bekerjasama untuk mencapai kesepakatan. Bukan musuh atau saingan seperti
negosiasi kompetitif.

1. Tahap Orientasi dan Mengatur Posisi


Pada tahap awal, masing-masing pihak mulai membuka konrtak dan membina hubungan.
Di sini, negosiator mulai mengutarakan masalah secara umum dan mengembangkan
posisi pembuka.

Posisi pada negosiasi ada tiga yaitu, posisi maximalist (perunding yang meminta sesuatu
melebihi yang dibutuhkan), posisi equitable (mengajukan permintaan sesuai dengan
6
Negosiasi: Pengertian,Tujuan, serta Tahapannya (detik.com)diakses pada 24 okt 2023
kebutuhan), dan posisi integrative (perunding berusaha mencapai kesepakatan demi
kepentingan bersama).

2. Tahap Argumentasi
Dalam tahap ini, masing-masing pihak mulai memberikan gambaran masalah pokok
secara jelas serta kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki. Negosiator mulai saling
menjajaki kesepakatan apa yang dapat diberikan dan dikembangkan.

3. Tahap Bersikap dalam Keadaan Darurat dan Kritis


Pada tahap ini, negosiator mulai menyiapkan alternatif baru untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya deadlock atau adanya batas waktu perundingan yang harus
ditepati.

4. Tahap Merancang Kesepakatan


Jika kesepakatan telah tercapai, setiap pihak dapat merancang kesepakatan dan akhirnya
menuangkannya dalam bentuk kesepakatan formal yang ditandatangani oleh para pihak.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis membahasa secara rinci dalam setiap poin pada makalah ini. hal tersebut
berdasarkan dari pendapat ahli, buku, maupun penelitian sebagai dasar pemikiran dalam
penjelasan maupun pembahasan. Penulis berharap penjelasan dari pendapat ahli bisa
meyakinkan pembaca mengenai apa yang penulis jelaskan serta bisa dipahami dengan
baik. Setelah melakukan pembahasan mengenai Sistem penghimpun dana bank syariah,
penulis menyimpulkan dari temuan dan pembahasan mulai dari definisi, manfaat, dampak
dan tujuannya. Berikut simpulan dari makalah ini.
1. Penghimpunan dana merupakan suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya kan disalurkan kepada pihak
kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak
deposan dengan pihak kreditur.
2. Jenis penghimpunan dana di bank syariah ada 3, yaitu: tabungan, giro dan
deposito.
3. Mekanisme, sistem dan sumber penghimpunan dana bank syariah , terdapat
sumber penghimpunan dana dan terdapat prinsip operasional syi’ariah yang
diterapkan dalam penghipunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan
mudharabah.
4. Dasar hukum yang terdapat dalam sumber penghimpunan dana di bank syariah
terdapat surat an-nisa ayat 9 dan 58.

3.2 SARAN
Pada hasil penulisan makalalah diatas maka penulis perlu memberikan beberapa
saran bagi penulis selanjutnya agar dapat memberikan pembahasana yang lebih jelas dan
mendalam tentang materi ini. Beberapa saran tersebut ialah:
1. Masih perlu menambahkan referensi agar informasi yang didapat lebih banyak dan
lebih mendalam
2. Menjelaskan lebih rinci materi yang terkait dengan Sistem Penghimpunan dana bank
syariah

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: Grafindo Persada, 2017)

Rizal Yaya, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah (Jakarta : Salemba Empat, 2014

Adimarwan, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009)

Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari teori ke praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001)

Anda mungkin juga menyukai