Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENDIDIKAN GIZI

”ADVOKASI”
Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Gizi
Dosen Pengampu : Asep

Disusun Oleh
1. Nur Nurhayati (17183092020)
2. Rizka Adzani Lestari (18193091020)
3. Moudi Zulfa Maulida (18193091015)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul “Advokasi”.
Makalah ini adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Gizi. Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat
dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Kuningan, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi.................................................................................................3

2.2 Cara Advokasi...........................................................................................................6

2.3 Strategi Advokasi....................................................................................................10

2.4 Advokasi Kesehatan................................................................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................21

3.2 Saran .......................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan
untuk mempengaruhi pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan atau
keputusan. Proses advokasi ini sangat penting bagi para peneliti dalam
mengkomunikasikan hasil kajian dan isu-isu penting, dilakukan dengan perencanaan
strategis dengan target utama adalah pengambil kebijakan dan korporasi.
Advokasi bukan revolusi, namun lebih merupakan suatu usaha perubahan sosial
melalui semua saluran dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik dan
legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku. Keberhasilannya diperoleh bila
proses dilakukan secara sistematis, terstruktur, terencana dan bertahap dengan tujuan
yang jelas, untuk mempengaruhi perubahan kebijakan agar menjadi lebih baik.
Keterampilan advokasi merupakan sebuah ilmu dan seni, yang tentunya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi tim peneliti. Peningkatan keterampilan
komunikasi dapat membantu tim untuk meningkatkan kinerja, khususnya dalam
melakukan advokasi.
Dalam makalah ini dibahas penyelenggaraan advokasi yang direncanakan dan
dilakukan dengan strategi yang tepat antara lain dengan menetapkan tujuan, fungsi
dan monitoring, menentukan siapa yang akan melaksanakan, serta perlunya
melakukan mengembangkan jaringan untuk melakukan advokasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan advokasi?
2. Bagaimana cara melakukan advokasi?
3. Apa yang di maksud dengan advokasi kesehatan?
4. Bagaimana strategi advokasi?
5. Mengapa perlu di lakukan advokasi?
6. Bagaimana contoh advokasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan advokasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana cara melakukan advokasi.
3. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan advokasi kesehatan.
4. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana strategi advokasi.
5. Untuk mengetahui dan memahami Mengapa perlu di lakukan advokasi.
6. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana contoh advokasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, advokasi dapat diartikan sebagai
sebuah pembelaan. Misalnya digunakan pada kalimat “penggagas berdirinya
lembaga bantuan hukum ini kembali menekuni dunia advokasi”. Sedangkan
advokat adalah ahli hukum yang berwenang sebagai penasihat atau pembela
perkara dalam pengadilan atau bisa disebut juga sebagai seorang pengacara.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian dari advokasi :
Advokasi (LBH Malang, 2008:7) adalah usaha sistimatis secara bertahap
(inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi
profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat
kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok
tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif.
Advokasi menurut Mansour Faqih (Satrio Aris Munandar 2007: 2) adalah:
media atau cara yang digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik
secara bertahap maju
Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau
kelompok masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda
kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan untuk mengupayakan solusi
bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi penegakan dan
penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah tersebut.
(Manual Advokasi Kebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003)
Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan publik baik di tingkat lokal, nasional dan internasional;
dalam advokasi itu secara khusus harus memutuskan: siapa yang memiliki
kekuasaan dalam membuat keputusan; bagaimana cara mengambil keputusan itu;
dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan keputusan.” (Lisa VeneKlassen
and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation,
Washington D.C.: The Asia Foundation, 2002)
Julie Stirling mendefinisikan advokasi sebagai serangkaian tindakan yang
berproses atau kampanye yang terencana/terarah untuk mempengaruhi orang lain
yang hasil akhirnya adalah untuk merubah kebijakan public. Selanjutnya Sheila
Espine-Villaluz, advokasi diartikan sebagai aksi strategis dan terpadu yang
dilakukan perorangan dan kelompok untuk memasukkan suatu masalah (isu)
kedalam agenda kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, dan membangun basis dukungan atas kebijakan
publik yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. (Valeri Miller dan
Jane Covey , 2005 : 8).
Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan
kepada orang lain atau menyampaikan suatu issu penting untuk dapat
diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan
untuk mencari penyelesaiannya serta membangun dukungan terhadap
permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana cara penyelesaian
masalah tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa advokasi
lebih merupakan suatu usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan perubahan, dengan memberikan sokongan dan pembelaan terhadap
kaum lemah (miskin, terbelakang, dan tertindas) atau terhadap mereka yang
menjadi korban sebuah kebijakan dan ketidak-adilan.
Advokasi ketika dikaitkan dengan skala masalah yang dihadapi
dikategorikan kepada tiga jenis (Satrio Aris Munandar 2007: 2) adalah:
1) Advokasi diri yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bagkan
sangat pribadi misalnya saja ketika seoarang mahasiswa tiba-tiba diskorsing
oleh pihak universitas tanpa ada kejelasan maka advokasi yang dilakukan
adalah dengan cara mencari kejelasan atau klarifikasi pada pihak universitas.
2) Advokasi kasus yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan
terhadap orang atau kelompok tertentu yang belum memiliki kemempuan
membela diri dan kelompoknya.
3) Advokasi hukum adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh ahli
hukum dan atau lembaga bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, negosiasi,
mediasi, serta pendampingan baik di dalam dan di luar pengadilan yang
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang berdimensi hukum.
Secara sempit advokasi merupakan kegiatan pembelaan hukum (litigasi)
yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan pekerjaan yang berkaitan
dengan praktek beracara di pengadilan. Pengertian advokasi menjadi sempit
karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata advokasi dalam bahasa
Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau pembela.
Pengaruh bahasa belanda ini kemudian disadur oleh bahasa Indonesia yang
memasukan kata avokat dalam tatanan kata dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan pengertian di atas akhiran si pada kata advokasi dapat diartikan
proses atau hasil. Sehinga dapat disimpulkan bahwa kata advokasi secara sempit
adalah cara ataupun tindakan yang dilakukan penasehat ataupun pembela perkara
di dalam pengadilan.
A. Tujuan Advokasi
Secara umum, tujuan advokasi yaitu untuk menyelesaikan sengketa antar
orang maupun antar kelompok. Sehingga kegiatan advokasi sangat berkaitan
dengan hukum.
Advokasi ini bisa muncul di berbagai tingkatan mulai dari lokal, nasional
hingga internasional yang tentunya dengan beragam isu yang berkaitan dengan
advokasi juga bertujuan penting untuk memperjuangkan solusi dari masalah yang
sedang terjadi.
Kesadaran masyarakat mengenai advokasi dan serangkaian hukum di
dalamnya bisa membantu mengatasi masalah serius yang ada di lingkungan
masyarakat.
B. Jenis Jenis Advokasi
Advokasi ketika dikaitkan dengan skala masalah yang dihadapi
dikategorikan kepada tiga jenis (Satrio Aris Munandar 2007: 2) adalah:
a) Advokasi diri
Yaitu advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan bagkan sangat pribadi
misalnya saja ketika seoarang mahasiswa tiba-tiba diskorsing oleh pihak
universitas tanpa ada kejelasan maka advokasi yang dilakukan adalah dengan
cara mencari kejelasan atau klarifikasi pada pihak universitas.
b) Advokasi kasus
Yaitu advokasi yang dilakukan sebagai proses pendampingan terhadap orang
atau kelompok tertentu yang belum memiliki kemempuan membela diri dan
kelompoknya.
c) Advokasi hukum
Adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh ahli hukum dan atau
lembaga bantuan hukum dalam bentuk konsultasi, negosiasi, mediasi, serta
pendampingan baik di dalam dan di luar pengadilan yang bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa yang berdimensi hukum.

2.2 Cara Melakukan Advokasi


Advokasi adalah hal yang identik dengan pemenangan kasus atau pembelaan
terhadap pihak yang diruguikan dalam suatu kondisi. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Advokasi diartikan seagai pembelaan.
Tanpa kita sadari di dalam kehidupan sehari hari kita sering sekali melihat
praktik praktik Advokasi. Contoh , Badan Eksekutif Mahasiswa di suatu kampus
menuntut pihak kampus untuk mencabut skorsing yang diberikan kepada
Mahasiswa yg mengkritik kampus di media massa. Contoh lainnya , serikat buruh
suatu perusahaan meminta kenaikan gaji kepada pihak perusahaan sebagai bentuk
pemenuhan kesejahteraan pegawai perusahaan.
Adovkasi harus dilakukan dengan rencana yang matang dan sistematis agar
tujuan adokasi itu sendiri dapat menarik perhatian masyarakat atau media massa
yang diharapkan perhatian itu akan berubah menjadi sebuah dukungan. Adapun 8
langkah dasar Advokasi adalah:
1) Tentukan isu strategis dari sebuah masalah
Advokasi harus memiliki fokus yang jelas. Akan sangat sulit jika
Advokasi memiliki fokus masalah yang tidak memiliki skala prioritas.
Contoh, untuk masalah kesejahteraan petani para serikat tani di suatu desa
menuntut pemerintah untuk menurunkan harga pupuk. Karena dengan
tingginya harga pupuk, para petani hanya mampu membeli sedikit pupuk
yang berakibat pada buruknya kesuburan padi.
2) Pengumpulan Data
Data adalah elemen yang sangat penting karena data diyakini adalah
sebuah fakta yang nyata. Data yang diperolah pun harus menunjukan
komparasi atau perbandingan angka dari tahun ke tahun. Contoh, serikat
tani menunjukan data bahwa dalam 5 tahun terakhir harga pupuk selalu
naik setiap tahunnya. Tunjukan juga angka konsumsi pupuk petani dalam
5 tahun terakhir.
3) Buatlah sekutu dengan organisasi yang memiliki kepentingan yang sama
Sekutu atau aliansi adalah elemen advokasi yang mampu menamah
sumber daya massa dari advokasi. Tidak bisa dipungkiri,massa yang
banyak akan membuat media tertarik untuk meliput. Massa yang banyak
setidaknya juga akan membuat gentar lawan.
4) Lemparkan isu dan kampanye massa
Melemparkan isu bisa dilakukan dengan beberapa cara. Aksi
pencerdasan , membuat press confrence di media massa dan menyebarkan
selebaran yang berisi tuntutan advokasi , adalah beberapa cara yang bisa
digunakan untuk melempar isu ke masyarakat.
5) Lobi dan pendekatan dengan pengambil keputusan
Setelah power massa sudah sagat masiv dalam penyebaran isu, maka
sudah saatnya bangun komunikasi dengan pengambill keputusan di
pemerintahan/perusahaan. Komunikasi yang bersifat politis ini diharapkan
dapat merubah sistem/kebijakan yang pada akhir dapat menuntaskan
tujuan advokasi itu sendiri.
6) Kontak Media massa
Selalu jaga komunikasi yang baik dengan media massa. Karena media
massa adalah kunci utama bagi advokasi untuk dapat diinformasikan
secara mengakar kepada masyarakat.
7) Demonstrasi
Demo adalah jalan terakhir dari sebuah advokasi yang tidak juga dapat
merubah kebijakan. Seperti yang dikatakan diatas, dengan kekuatan massa
yang banyak media tidak akan segan segan untuk meliput dan sang
pengambil keputusan secara tidak langsung akan sedikit gentar. Ini hukum
alam.
8) Lakukan Evaluasi
Advokasi tidak selalu berhasil merubah suatu kebijakan. Jika gagal
dalam advokasi lakukan evaluasi untuk menentukan langkah apa lagi yang
akan diambil untuk merubah kebijakan. Jika advokasi berhasil , tetap
lakukan evalusasi. Karena sesungguhnya evaluasi tidak hanya bertujuan
untuk membahas kekalahan, tapi juga untuk menjaga suhu kemenangan.

Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
1) Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam ppenyusunan
hukum, peraturan maupun pemimpin poilitik,yaitu mereka yangmenetapkan
kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang
terkait dengan masalah sosial termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh
karena itu, sangat penting melibatkan mereka semaksimum mungkin dalamisu
yang akan diadvokasikan.
2) Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik.
Media juga sangat kiuat dalam mempengaruhi presespsi publik atas isu atau
masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan
media massasangat penting dalam proses advokasi.
3) Membangun kemtraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan uapaya jaringan,
kemtraan yang brekelanjutan dengan individu, prganisasi-organisasi dan
sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh
individu, kelompok yang bekerja sama yang nertujuan untuk mencapai tujun
umum yang sama atau hampir sama. Namum membangun pengembangan
kemitraan tidak mudah, memrlukan aktual, perencanaan yang matang serta
memerlukan penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.
4) Memobilisasi masa
Memobilisasi massa merupaka suatu proses mengorganisasikan
individu yang telah termotivasi kedalam kelompok-kelompok atau
mengorganisasikan kelompok yang sudah ada.dengan mobilisasi dimaksudkan
agar motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
5) Membangun kapasitas
Membngaun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemempuan
utnuk mengembangkan dan mengelolah program yang komprehensif dan
membangun critical mass pendukukung yang memiliki ketereampilan
advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok
profesi serta kelompok lain.

2.3 Strategi Advokasi


Menurut Mansour Faqih, Advokasi adalah suatu usaha sistematis dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap maju. Sederhananya, advokasi adalah suatu
usaha pengawalan isu. Tujuan dilakukannya advokasi adalah agar terjadi
perubahan mengenai kebijakan publik maupun pola fikir masyarakat bahwa
mereka dapat mandiri dalam mengawal isu mereka juga agar dapat menyadari
ketimpangan dan diskriminasi yang terjadi pada diri mereka dan lingkungan
sekitarnya. Agar tujuan advokasi ini dapat terrcapai maka dibutuhkan strategi atau
upaya sistematis yang ter-arah dan terorganisir dalam melakukan advokasi.
Dalam melakukan advokasi sendiri terdapat 2 cara yaitu melalui jalur litigasi
dan non-litigasi. Jalur litigasi merupakan bentuk advokasi di bidang hukum
melalui peradilan yang biasanya dilakukan oleh orang-orang profesional yang
memiliki izin di bidang hukum seperti pengacara atau penasihat hukum.
pengawalan kasus dari jalur litigasi dapat berupa judisial review, position paper
maupun counter legal draft. Melalui jalur litigasi, suatu kasus bisa mendapatkan
kepastian hukum yang jelas namun juga rawan akan adanya pengaruh dari kaum
elit.
Selanjutnya adalah jalur non-litigasi. Jika jalur litigasi bergantung pada
adanya kepastian hukum dan dikerjakan oleh kelompok profesional, maka jalur
non litigasi adalah yang dalam proses kerjanya berpusat pada masyarakat serta
dapat pengawaaln kasusnya dapat berupa aksi massa, propaganda melalui media,
creative campaign, maupun melalui tulisan-tulisan. Jalur litigasi lebih
menekankan bagaimana dengan adanya pengawalan yang dilakukan dapat
mendesak adanya perubahan kebijakan publik dan mendorong masyarakat agar
dapat mandiri dalam mengawal kasusnya.
Namun, jalur apapun yang diambil dalam melakukan pengawalan kasus kita
perlu memperhatikan beberapa hal yang sama dalam menerapkan strategi agar
tujuan tersebut dapat tercapai. Adapun beberapa aspek yang perlu diperhatikan
sebelum memulai advokasi adalah pertama, kita perlu menerapkan target yang
jelas, maksudnya kita perlu tahu masalah apa yang perlu kita kawal dengan
spesifik.
Kedua, apa yang kita prioritaskan, setelah mengetahui target atau tujuan
advokasi kita perlu mengetahui apa kasus yang menjadi prioritaskan misalnya
saja dalam suatu kasus yang sama di wilayah yang berbeda maka kita perlu tahu
wilayah yang mana yang menjadi prioritas atas pertimbangan yang matang seperti
misalnya wilayah A lebih tinggi urgensinya karena akan segera di gusur dan
memang mebutuhkan aksi tanggap.
Ketiga adalah realistis, dalam mengawal suatu kasus kita perlu menjadi
realistis agar tujuan kita dapat tercapai misalnya kita ingin mengawal kasus di
pulau lain tetapi kita tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan aksi
massa di sana maka kita dapat membantu mengawal kasus tersebut melalui
media sosial saja.
Keempat, kita perlu menetapkan batas waktu yang jelas agar proses
pengawalan yang kita lakukan dapat disusun program kerjanya agar lebih
efisien. Kelima dan yang biasanya dilupakan adalah adanya dukungan logistik
untuk menunjang gerakan-gerakan yang akan dilakukan misalanya printer untuk
membuat flyer , dsb.
Hal penting yang mendukung keberhasilan advokasi adalah melakukan
pembasisan dengan membentuk lingkar inti yang merupakan penggerak kegiatan
advokasi biasanya sekelompok orang-orang yang memiliki persamaan ideologi
atau pemikiran terhadap suatu masalah
Penting juga melakukan pembagian kerja dalam mengawal suatu kasus/isu.
Terdapat 3 pos atau pembagian peran dalam gerak adovasi. Yang pertama adalah
Ground Works atau kerja basis yang tugasnya adalah membangun jaringan
pendukung, melakukan pendidikan politik atau pemerataan isu agar isu/kasus
yang dikawal dapat diketahui oleh semua lapisan masyarakat serta melakukan
mobilisasi massa. Yang kedua adalah Supporting Units yang bertugas untuk
menunjang jalannya advokasi. Yang ketiga adalah Front Lines yang bertugas
untuk melakukan analisis sosial, menentukan isu, sebagai juru bicara gerakan,
negosiator dan juga menggalang sekutu.
Adapun berrdasarkan bagan lini advokasi, dapat disimpulkan beebrapa
strategi advokasi, yaitu:
1. Menetapkan tujuan yang jelas
2. Menentukan siapa yang akan digerakkan atau menjadi bagian dari aksi
3. Merumuskan metode pengawalan
4. Menentukan siapa yang membawa pesan
5. Bagaimana media propaganda
6. Memeriksa bukti apa yang dimiliki
7. Memntukan bukti apa saja yang bisa di jadikan peluang agar kasus dapat
berhasil
8. Menentukan cara memulai gerakan
9. Mengoreksi langkah.

Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan


sosial, untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan
sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program kesehatan.
Untuk mencapai tujuan advokasi ini, dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan
atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan advokasi yang efektif memerlukan
argumen yang kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip advokasi ini akan membahas
tentang tujuan, kegiatan, dan argumentasi-argumentasi advokasi.

Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan


advokasi, yakni: political commitment, policy support, social aceptance dan
sistem support.

a. Komitmen politik (political comitment)


Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di
tingkat dan disektor manapun terhadap permasalahan kesehatan tersebut.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaaan politik yang
sedang berjal.
b. Dukungan kebijakan (policy support)
Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi
disemua tingkat dan disemua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan
pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa
dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para pembuat
keputusan tersebut.
c. Penerimaan Sosial ( social acceptance)
Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh
masyarakat. Suatu program kesehatan apapun hendaknya memperoleh
dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni masyarakat, terutama
tokoh masyarakat.
d. Dukungan Sistem (System Support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit
pelayanan atau program kesehatan dalam suatu institusi atau sektor
pembangunan adalah mengindikasikan adanya dukungan sistem.
2.4 Advokasi Kesehatan
Advokasi begitu populerdan menjadi kata yang sering diucapakan maupaun
dimuat dalam surat kabar. Bahkan dengan peran masyarakat yang lebih besar
dalam perumusan kebijakan public,kata ini menjadi jargon yang selalu muncul
dimedia massa. Dalam kaitan dengan promosi kesehatan, apa sebenaranya kaitan
advokasi dengan bidang ini? Apakah advokasi dan promosi kesehatan saling
berkait? Bagaimana kaitan keduanya ? untuk melihat jauh isu itu, akan dijelaskan
pengertian dan tujuan promosi kesehatan serta berbagai tehnik yang digunakan
dalam promosi kesehatan. Selain itu akan disinggung mengenai penegertian dan
tujuan advokasi dengan minat khusus advokasi dalam promosi kesehatan. Dalam
konteks ini keduatopik tersebut dikaji dan dijelaskan kaitanya serta lebih jauh
diuraikan lebih dalam mengenai advokasi dalam promosi kesehatan.
Perkembanagan kesehatan masyarakat diera 80-an anatara lain ditandai
dengana danya Ottawa Charter for Health Promation (Deklarasi Ottawa , 1986)
dimana berbagai ahli kesehatan masyarakat,ahli promosi kesehatan serta bidang
terkait ditingkat global, merumuskan Deklarasi Ottawa. Deklarasi ini dilandasi
konsep pemikiran bahwa hakikatnya kesehatan deklarasikan atan masyarakt yang
optimal memerlukan adanya prasyarat yaitu : kedamaian, tempat tinggal,
pendidikan, makan, pengahsilan, ekositem yang stabil, keadilan sosial serta
keadilan (equity). Untuk itu dideklarasikan 5 strategi untuk mencapainya, yaitu :
1) Pengembangan kesehatan yang berwawasan kesehatan (health
publicpolicy)
2) Menciptakan lingkungan yang mendukung sehingga setiap individu
dapat mencapai kesehatan optimum (creation of supprotive
environment)
3) Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthening community action )
diman masyarakat semakin mampu memcapai perubahan fisikdan
lingkungan sosial melalui kegiatan kolektif secara terorganisasai.
4) Peningkatan keterampilan individu (development of personalskills)
yang menekankan bahwa prilaku dangaya hidup sangat penting dalam
promosi kesehatan.
5) Reorientasi pelayanan kesehatan ( reorientation of health services)
yang berubah dari fokus hospital-based dengan teknologi diagnosik
maupun intervensi canggih menjadi community- based,more user
friendy and controlled yang berfokus masalah kesehatan.

Kenapa advokasi penting dalam promosi kesehatan ?dalam mencapai tujuan


kesehatan masyarakat , ditemukanberbagai hambatan seperti ditemuykan oleh
Champon dan Lupton (1994) dikutip dari Wise 2001:

1) Adanaya ide politik yang mementingkan luaran ekonomi dengan


menyampingkan kesehatan dan kualitas hidup manusia.
2) Hambatan dari politisi dan birokrasi atau tidak adanya peraturan dan
perundangan yang mendukung promosi kesehatan dan ketiaadaan
partisipasi masyarakat dalam perencanaan program kesehatan.
3) Gencarnya pemasaran produk yang tidak aman dan tidak sehat bagi
masyarakt terutama dengan adanya pengaruh perusahaan multinasional
dengan kekuatan besar.
4) Adanya nilai budaya yang berpengaruh atas nilai, sikap, dan prilaku
individual atau masalaj kesehatan masyarakat.
Adapun Mekanisme Dan Kelompok Advokas. Dari berbagai pengalaman
nasional maupun global, dapat di identifikasi berbagai mekanisme dan metode yang
digunakan oleh advokator masalah kesehatan masyarakat (Wise, 2001) pemanfaatan
media masa hampir selalu ada untuk memngangkat isu publik agarmenjadi perhatian
politisi.media massa ini mencakup semua yaitu koran, media TV, bahkan akhir-akhir
ini internet sanget banyak dimanfaatkan ditingkat global. Disamping itu ada rapat-
rapat umum, pertemuan kelompok profesional, even tertentu.pada intinya para
advokator kesehatan masyrakat menggunakan metode apapun yang dapat
menginformasikan, membujuk, memotovasi masyrakat, pengelola program dan
politisi agar merekamelindungi dan mendukung upaya promosi kesehatan.

Serta adapun Indikator Advokasi, Bila sasaran advokasi adalah anggota legislatif
atau pembuat kebijakan kesehatan, maka indikator yang paling mudah di nilai dari
hasil akhir advokasi adalah : adanya peraturan, ketentuan atau kebijakan yag
mendukung isu yang diadvokasi, adanya perencanaaan program ke arah isu yang
advokasi serta dukungan pendanaannya dan persetujuan alokasi anggaran yang
diberikan oleh legislatif misalnya DPRD setempat.

Arus komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi


kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif antara lain
sebagai berikut:

1) Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun


sedemikian rupa sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.
2) Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada
kebenaran. Pesan yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data
empiris.
3) Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan
usulan program yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka
harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit (bukan kira-kira) atau dalam
bentuk operasional.
4) Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah
karena belum lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5) Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak
bertele-tele.
6) Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para
pejabat, maka harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima
7) Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat
kontekstual. Artinya pesan atau program yang akan diadvokasi harus
diletakkan atau di kaitkan dengan masalah pembangunan daerah
bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun harus
dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
pemerintah setempat.
8) Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi
kepada para pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan
berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan.
9) Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh
keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap
"menggurui" para pejabat yang bersangkutan.
10) Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik
sopan dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.

tujuan utama advokasi di sektor kesehatan adalah memperoleh komitmen dan


dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan di segala
tingkat.

Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada
bermacam-macam, antara lain:
1) Lobi Politik (political lobying)
Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang
dilaksanakan
2) Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan
sektoral. Petugas kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya,
lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program
pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang akhirnya dharafkan
memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan
tersebut.
3) Media
Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan mengumpulkan media, khususnya media massa.
4) Perkumpulan (asosiasi) Peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes
terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk
advokasi.

Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu


kebijakan atau para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka
memberikan dukungan baik kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang
ditawakan.

Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah


mudah, memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil
tidaknya advokasi bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi.
Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan
kegiatan advokasi, antara lain:
A. Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi
yang menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus
Creadible. Seseorang itu Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
a) Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya.
b) Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.
c) Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
B. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik,
maupun ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya
program tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan
melaksanakan program tersebut, mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
C. Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria,
yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah
yang dirasakan masyarakat.
D. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi:
harus segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan
masalah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Oleh karena konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat
juga dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahahn organisasi, dan politik
bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan yang mendukung perubahan prilaku
menjadi penting. Oleh karena itu, advokasi sebagai salah satu strategi promosi
kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat
menjadi penting. Advokasi pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan organisasi
untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat dalam proses
pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Dengan demikian, advokasi menjadi suatu pengetahuan maupun
keterampilan yang akan sangat membantu bagi mereka yang berkecimpung dalam
bidang ksehatan masyarakat.karenamasalah ksehatan perlu juga memberoleh
perahtian dari para pembuat keputusan terkait diluar bidang ksehatan, maka
advokasi masalah kesehatan sendiri bagi hal layak di luar kesehatan juga menjadi
salah satu tugas yang harus dilakukan dalam bidang promosi kesehatan.
3.2 Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencakup advokasi diharapkan dapat
bekerja sama antara individu dan organiasi dalam membuat suatu perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

https://edywarsanpunya.wordpress.com/tentang-aku/advokasi-kesehatan/

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/advokasi-adalah.html

https://kebijakankesehatanindonesia.net/32-pelatihan/1774-
pengembanganketerampilan-advokasi

Zulfa, awwalina. 2012. APA ITU ‘ADVOKASI’ ?. Yang dapat di akses di:
https://awwalinazulfa.wordpress.com/2012/12/09/apa-itu-advokasi/

Bimantorokushari. 2014. 8 Langkah Dasar Advokasi. Yang dapat di akses di:


https://bimantorokushari.wordpress.com/2014/08/01/8-langkah-dasar-advokasi/

Nurunnisa, tyas. 2018. REVIEW DISKUSI: STRATEGI ADVOKASI. Yang dapat di


akses di: https://himahiunhas.org/index.php/2018/05/02/review-diskusi-strategi-
advokasi/

Keristianto, aji. 2013. Yang dapat di akses di:


http://ajikeristianto2013.blogspot.com/2013/04/konsep-advokasi-dalam-promosi-
kesehatan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai