2.Kerusakan pangan adalah setiap perubahan sifat-sifat fisik, kimiawi, atau sensorik/organoleptik yang
ditolak oleh konsumen pada bahan pangan yang masih segar maupun yang telah diolah. Jika terjadi
perubahan pada bahan makanan sehingga nilainya menurun, maka dinyatakan makanan tersebut telah
rusak atau membusuk.
Tanda tanda kerusakan bahan tergantung pada jenis bahan pangan tersebut. Tanda tersebut ada yang
langsung dapat dikenali , akan tetapi ada juga yang tidak memperlihatkan tanda-tanda yang jelas. Pada
umumnya tenda-tanda kerusakan bahan makanan adalah sebagai berikut;
Pememaran atau pembusukan terjadi pada buah-buahan yang rusak. Pada hasil pertanian yang
bertekstur keras kerusakan dapat berupa pelunakan pada saat kondisi segar.
b. Pelendiran
Timbulnya lendir atau cairan kental terjadi pada ikan dan daging yang mengalami kerusakan, sayur asin
dan makanan sehari-hari
Pada bahan makanan tang rusak seringkali terjadinya perubahan bau seperti bau busuk pada daging
yang telah rusak, pada ikan warna insang menjadi pucat , mata tenggelam dan tekstur lunak.
Pada minyak goreng dan mentega yang rusak akan tercium bau tengik, sebagai hasil oksidasi dan
degradasi dari asam-asam lemak.
Pada makanan kaleng yang mengalami kerusakan dapat terjadinya perubahan pH, terbentuknya gas
yang dicirikan dengan menggelembungnya kaleng, bau busuk dan warna yang meyimpang.
d. Penggumpalan
Kerusakan berupa penggumpalan dapat terjadi pada produk seperti tepung terigu atau tepung beras
yang disimpan pada tempat berkelembapan tinggi.
3.Produk buah dan sayur yang diolah minimal adalah produk yang dibuatdengan menggunakan aplikasi
proses yang minimal (pengupasan, pemotongan,pengirisan dan lain-lain) dengan proses pemanasan
minimal atau tanpapemanasan sama sekali. Perlakuan minimal ini menyebabkan kesegaran buahdan
sayur masih tetap bertahan, tetapi proses yang diberikan tidakmenginaktifkan mikroba yang ada
didalam produk.
Tujuan
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dariteknologi olah minimal dengan
pemanasan
4-Bahan baku yang digunakan memiliki mutu yang baik, tidak cacat, keragaman minimal dengan varietas
yang jelas.
-Proses dilakukan dalam kondisi higienis, dengan menerapkan GMP (Good Manufacturing Practice) dan
sistem HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) secara ketat.
-Pembersihan dan pencucian dilakukan secara hati-hati, sebelum dan sesudah pengupasan.
-Air pencuci yang digunakan bermutu baik (sensori, mikrobiologis, pH) dan memenuhi standar air minum
-Penggunaan sedikit aditif pada waktu pencucian sebagai desinfektan dan sebagai pencegah browning.
-Penggunaan suhu dan kelembaban yang tepat selama penyimpanan, distribusi dan penjualan (display)
produk.
-pembakaran pada makanan sering diiringi dengan arang atau gosong yg dapat memicu terjadinya
kanker.
-makanan yg diasap dan diasamkan(dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker
lambung.
5.1.pendinginan
2.pengeringan
3.Pengemasan
4.Pengalengan
6.Pemanasan
7.Teknik fermentasi