Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, advokasi dapat diartikan sebagai sebuah pembelaan. Misalnya
digunakan pada kalimat “penggagas berdirinya lembaga bantuan hukum ini kembali menekuni dunia
advokasi”. Sedangkan advokat adalah ahli hukum yang berwenang sebagai penasihat atau pembela
perkara dalam pengadilan atau bisa disebut juga sebagai seorang pengacara.
Advokasi (LBH Malang, 2008:7) adalah usaha sistimatis secara bertahap (inkremental) dan terorganisir
yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha
mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok
tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif
Advokasi menurut Mansour Faqih (Satrio Aris Munandar 2007: 2) adalah: media atau cara yang
digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap maju.
Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok masyarakat untuk
memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan
untuk mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis dukungan bagi
penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah tersebut. (Manual
Advokasi Kebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003).
Pengertian advokasi (advocacy) adalah suatu bentuk tindakan yang mengarah pada pembelaan,
memberi dukungan, atau rekomendasi berupa dukungan aktif.
Advokasi juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik
dengan melakukan berbagai macam pola komunikasi yang persuasif.
Kata advokasi sering dikaitkan dengan lembaga bantuan hukum yang di dalamnya melibatkan advokat.
Sedangkan advokat adalah ahli hukum yang berwenang untuk melakukan advokasi atau biasa disebut
dengan pengacara.
Advokasi merupakan aksi yang strategis dan terpadu yang dilakukan perorangan atau kelompok untuk
memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya advokasi bertujuan untuk
mengupayakan solusi bagi suatu masalah melalui penegakan dan penerapan kebijakan publik untuk
mengatasi masalah tersebut.
Menurut Sheila Espine Vilaluz, Advokasi adalah aksi strategis dan terpadu yang dilakukan oleh indivudu
maupun kelompok untuk memberi masukan isu ataupun masalh kedalam rancangan dan rencana
kebijakan. Serta advokasi dapat berarti membangun suatu basis pendukung terhadap kebijakan publik
yang diambil guna menyelesaikan persoalan yang ada.
Menurut Kaminski dan Walmsley, Advokasi adalah suatu pekerjaan yang memberikan petunjuk atas
keunggulan pekerjaan sosial dibandingkan profesi yang lain.
Scheneider
Menurut Scheneider, Advokasi tidak lengkap tanpa tercapainya kriteria kejelasan (clarify), measurable
(dapat diukur), dapat dibatasi (limited), tindakan terarah (action-oriented), fokus terhadap aktivitas.
Webster Encyclopedia
Menurut Webster Encyclopedia, Advokasi adalah Act of pleading for supporting or recomending active
espousal atau tindakan pembelaan, dukungan atau rekomendasi.
Menurut John Hopkins, Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
Menurut Mansour Faqih, Alm., dkk, Advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap-maju
(incremental).
Tujuan Advokasi
Secara umum, tujuan advokasi yaitu untuk menyelesaikan sengketa antar orang maupun antar
kelompok. Sehingga kegiatan advokasi sangat berkaitan dengan hukum.
Advokasi ini bisa muncul di berbagai tingkatan mulai dari lokal, nasional hingga internasional yang
tentunya dengan beragam isu yang berkaitan dengan advokasi juga bertujuan penting untuk
memperjuangkan solusi dari masalah yang sedang terjadi.
(proses)
Kerja advokasi merupakan proses yang dinamis sebab melibatkan seperangkat pelaku, gagasan, dan
agenda yang selalu berubah. Untuk melakukan kerja advokasi, Sharma (2004: 18-20) menawarkan lima
langkah penting yang harus diperhatikan, yaitu mencari akar permasalahan, merumuskan dan memilih
jalan keluar, membangun kesadaran, tindakan kebijakan, dan penilaian. Lima langkah itu tidak bersifat
linier sehingga bisa saja beberapa tahapan berjalan bersamaan.
Tahap pertama, mencari akar permasalahan. Pada tahap ini kita harus menetapkan agenda advokasi.
Penetapan agenda harus mempertimbangkan skala prioritas, tidak seluruh masalah harus selesai secara
bersamaan. Kita perlu memilah secara cermat masalah-masalah yang ada supaya dapat menemukan
akar persoalannya. Setelah itu tetapkan lembaga dan kebijakan yang perlu diubah dengan menyusun
alasan-alasan yang jelas.
Setelah melakukan langkah pertama, maka tahap kedua, yaitu merumuskan dan memilih jalan keluar,
segera menyusul. Seperti pekerjaan di dunia kesehatan, keputusan jenis pengobatan sangat tergantung
ketelitian sang dokter dalam mendiagnosis penyakit. Pelaku advokasi harus mampu menawarkan jalan
keluar yang tepat supaya permasalahan serupa tidak terulang kembali.
Pada tahap ketiga, kita akan membangun kesadaran atau kemauan politik pihak-pihak yang terlibat
dalam masalah. Hal itu dapat diraih lewat pembentukan koalisi, menemui dan meyakinkan para
pengambil keputusan, dan membangun penalaran seluruh pemangku kepentingan akan pentingnya
perubahan kebijakan. Pada tahap ini praktik kampanye dilakukan, pekerja advokasi harus mampu
mengemas pesan secara efektif dan mudah dipahami.
Tahap keempat, tindakan kebijakan. Pemahaman akan proses pengambilan keputusan dan strategi
advkasi akan meningkatkan kemungkinan terciptanya celah peluang untuk bertindak. Tentu keputusan
untuk bertindak dilakukan setelah akar permasalahan diketahui, tawaran jalan keluar diterima, dan ada
kemauan politik pada pihak yang terkait untuk melakukan perubahan.
Tahap kelima, penilaian. Penilaian perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas kegiatan advokasi.
Penilaian bisa berupa tindakan refleksi atas kerja-kerja yang telah dilakukan. Bila perlu buatlah sasaran
dan strategi baru agar perubahan lebih mudah dilakukan.
7. Demonstrasi
Demo adalah jalan terakhir dari sebuah advokasi yang tidak juga dapat merubah kebijakan. Seperti yang
dikatakan diatas, dengan kekuatan massa yang banyak media tidak akan segan segan untuk meliput dan
sang pengambil keputusan secara tidak langsung akan sedikit gentar. Ini hukum alam.
8. Lakukan Evaluasi
Advokasi tidak selalu berhasil merubah suatu kebijakan. Jika gagal dalam advokasi lakukan evaluasi
untuk menentukan langkah apa lagi yang akan diambil untuk merubah kebijakan. Jika advokasi berhasil ,
tetap lakukan evalusasi. Karena sesungguhnya evaluasi tidak hanya bertujuan untuk membahas
kekalahan, tapi juga untuk menjaga suhu kemenangan.
Proses-proses pengadvokasian yaitu yang pertama ada isu yang akan dikawal terlebih dahulu, entah itu
isu lokal, nasional, atau internasional. Isu tersebut bisa diketahui dari pembicaraan mulut ke mulut,
berita, dan sebagainya. Kemudian isu tersebut dibawa ke pertimbangan internal lembaga untuk dilihat
isu yang akan dikawal tersebut dikaitkan dengan kondisi terkini lembaga, pertimbangan SDM yang ada
dalam lembaga, dan terkait isu-isu sebelumnya yang telah dikawal apakah memiliki persamaan.
Selanjutnya, tahap pengumpulan data-data terkait isu yang dikawal. Yang terakhir dilakukan konsolidasi
isu guna meratakan pemahaman mengenai isu yang terkait.
Advokasi terbagi menjadi dua, yaitu advokasi litigasi dan non-litigasi. Advokasi litigasi yaitu advokasi
yang melalui jalur hukum dan melewati proses peradilan yang biasanya ditempuh oleh orang-orang yang
professional pada bidangnya. Tahapannya terbagi menjadi tiga,yaitu tahap analisis kasus dan
identifikasi, kemudian tahap pemberian pendapat hukum (legal memorandum), dan yang terakhir tahap
pendampingan hukum. Sedangkan, advokasi non-litigasi tentu saja advokasi yang dilakukan diluar jalur
hukum atau menggunakan cara-cara seperti kampanye, aksi massa, dan lain-lain. Didalam advokasi non-
litigasi ada yang struktural dan ada yang kultural. Struktural maksudnya adalah dalam melakukan
advokasi ada salah satu yang memegang kekuasaan yang lebih tinggi, contoh antara mahasiswa dan
dosen. Dan kultural maksudnya advokasi yang dilakukan dengan orang-orang terdekat seperti kepada
antarteman.
Advokasi memiliki dua model, yaitu advokasi litigasi dan advokasi non litigasi.
Advokasi litigasi adalah proses advokasi yang dilakukan secara legal formal di
dalam proses peradilan. Pada umumnya advokasi litigasi hanya dapat
dilakukan oleh seorang advokat yang telah memiliki lisensi beracara di
pengadilan. Sedangkan advokasi non litigasi adalah advokasi yang dilakukan
di luar proses peradilan. Kelebihannya dibanding advokasi litigasi adalah
dapat dilakukan oleh siapapun, bahkan yang tidak memiliki latar belakang
hukum. Namun selama mempunyai jiwa dan semangat untuk melakukan
pembelaan terhadap masyarakat yang tertindas dan terampas haknya, maka
advokasi non litigasi ini dapat dilakukan.